Kelas 1 – J
Ahmad Farhan Alfarobi / 1806015405
Dhiva Tasya Mawarani / 1806015406
Rahmatul Akbar / 1806015384
Rizki Ananda Ibrahim / 1806015417
Sosiologi
Rita Pranawati ,S.S. ,M.A.
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kehidupan yang penuh dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat berserah diri dan
selalu bersujud kepada-Nya. Sholawat serta salam kita curahkan kepada suri tauladan kita,
panutan kita, baginda Habibillah Muhammad SAW. Atas berkat karenanya, kita dapat
bertapak di jalan yang lurus yaitu pada ajaran agama Islam.
Kami sangat bersyukur dapat menyelesaikan makalah yang dijadikan tugas kelompok
dibawah bimbingan Ibu Rita Pranawati ,S.S. ,M.A. selaku dosen Sosiologi kami. Dalam
makalah yang kami beri judul Stratifikasi Sosial, kami telah melakukan kerja sama untuk
menjelaskan makna dan penjabaran dari Stratifikasi Sosial yang ada di dunia ini. Dimulai dari
sejarahnya hingga akibatnya, kami telah mengutip dari berbagai sumber baik dari buku
maupun internet yang telah terlampir didalam daftar pustaka.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Rita serta semua pihak yang
telah turut membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Tak lupa kami meminta maaf
atas kesalahan dan kekurangan baik dalam penulisan.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A) Latar Belakang
4
B) Rumusan Masalah
C) Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Kami mengambil dua teori mengenai stratifikasi sosial dari para ahli, yaitu :
Karl Marx
Karl Marx mengartikan stratifikasi sosial sbg perbedaan masyarakat atas lapisan-
lapisan sosial (kelas), yang mana kelas tersebut dapat terbentuk karena adanya
ketergantungan pada jumlah sesuatu yang dihargai oleh masyarakat. Misalnya, Jika
masyarakat lebih menghargai materi, maka kelas yang paling tinggi adalah orang-orang
yang dapat mengumpulkan materi sebanyak mungkin, sedangkan mereka yang sedikit atau
tidak memiliki materi apa-apa berada pada kelas paling bawah.
Menurut Marx, lapisan dalam masyarakat akan tetap ada sekalipun dalam
masyarakat yang menganut sistem Kapitalis, Demokratis maupun Komunis, karena lapisan
tersebut telah ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama dalam organisasi
sosial.
Max Weber
Weber sangat dipengaruhi oleh ide-ide Marx tetapi ia menolak sistem komunisme
dapat diterapkan dalam kelas tersebut, dengan alasan bahwa itu akan membutuhkan
tingkatan yang lebih besar dari pengaturan sosial yang dapat merugikan masyarakat
kapitalis.
Weber mendapatkan banyak kata kunci tentang stratifikasi sosial dengan
memeriksa struktur sosial di negara Jerman. Dia mencatat bahwa stratifikasi sosial itu
berdasarkan lebih daripada kepemilikan modal, dan itu tentu saja bertentangan dengan
teori-teori Marx.
Weber memeriksa berapa banyak anggota yang kekurangan kekayaan ekonomi
namun memiliki kekuatan politik yang kuat. Dan juga, banyak keluarga kaya tidak
memiliki gelar dan kekuasaan, misalnya, karena mereka orang Yahudi. Maka sebab itu
Weber menciptakan tiga faktor independen yang membentuk teori hierarki stratifikasi,
yaitu dengan adanya kelas, status, dan kekuasaan.
Ciri-ciri :
Stratifikasi Sosial Tertutup merupakan stratifikasi sosial yang setiap anggotanya tidak
akan naik ataupun turun dari kelas tertentu, karena satu – satunya penentu
pengelompokkan dalam sistem stratifikasi sosial tertutup adalah melalui
keturunan/kelahiran. Contohnya adalah pada masyarakat yang masih menggunakan ras
sebagai dasar pelapisan sosial, dan sistem kerajaan.
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi dari stratifikasi sosial terbukan dan
tertutup. Perpindahan terjadi secara bebas, namun ada pula yang tidak berubah. Contohnya
adalah orang asli bali memiliki kedudukan yang tinggi di bali (stratifikasi tertutup), tetapi
ketika ia pindah ke daerah lain kedudukannya bisa berubah sesuai dengan usaha dan
kemampuannya (stratifikasi terbuka).
1. Unsur Status
Status adalah posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Berdasarkan cara
memperolehnya, status dapat dibagi menjadi :
2. Unsur Peran
7
Peran adalah perilaku seseorang yang turut serta dalam suatu kegiatan dan memiliki
tanggung jawab. Menurut Soerjono Soekanto, peran mengandung tiga hal :
Bentuk Sosial :
Brahmins : Imam, pendeta, kyai
Kshatriyas : pejuang, prajurit, penguasa
Vaisyas : pedagang, pelelang, saudagar
Sudras : pekerja kecil (petani, nelayan, peternak, dsb)
Pariah “Harijans” : Golongan terendah ( sampah masyarakat, rakyat jelata,
gelandangan, orang yang dianggap gila, dsb)
Bentuk Politik :
Penguasa : Raja, Presiden, pemimpin organisasi besar
Pejabat : atau bangsawan dari berbagai macam tingkatan
Pegawai tinggi : (sipil dan militer) PNS dan TNI
Pekerja Kecil : Pedagang, petani, buruh, pengacara, dsb.
Penyebab :
8
Pendidikan
Kekayaan
Kekuasaan
Keturunan
Gender
Akibat :
Kesadaran masyarakat yang kaya cenderung rendah.
Golongan rendah sering kali ditindas.
Golongan yang kaya semakin kaya.
Adanya pertikaian antar kelompok.
Fungsi stratifikasi sosial adalah distribusi hak-hak istimewa yang obyektif. Yang
dimaksud dengan distribusi hak-hak istimewa yang objektif adalah penentuan penghasilan,
tingkat kekayaan, keselamatan dan wewenang pada jabatan/pangkat/kedudukan seseorang.
Fungsi stratifikasi sosial yang kedua adalah sistem tingkatan pada strata
yang menyangkut prestise dan penghargaan. Misalnya pada seseorang yang menerima
anugerah penghargaan/gelar/kebangsawanan, dan sebagainya. Contoh, gelar untuk menjadi
dosen.
Fungsi stratifikasi sosial yang ketiga adalah kriteria sistem pertentangan. Kriteria
sistem pertentangan ini bisa didapat melalui kualitas pribadi, keanggotaan kelompok, kerabat
tertentu, wewenang atau kekuasaan.
Fungsi lain dari stratifikasi sosial adalah penentu simbol status atau kedudukan.
Contohnya adalah tingkah laku dan cara berpakaian. Coba deh kamu perhatikan, tingkah laku
mereka yang berasal dari kalangan bangsawan tentu berbeda dengan yang lain, kan?
URBAN POOR
Menurut catatan PBB tahun 2004, sekitar 1 milyar masyarakat di seluruh dunia hidup
di permukiman kumuh. Jumlah penduduk yang tinggal di permukiman kumuh di seluruh
dunia ini terus meningkat hingga diperkirakan penduduk yang tinggal di permukiman kumuh
mencapai 2 milyar jiwa.
APHERTAID DI AFSEL
9
Sampai dengan tahun 1990, Afrika Selatan adalah negara yang memiliki rakyat
berkulit hitam dan putih. Afrika Selatan kemudian dibagi 80 persen wilayah negara itu
dimiliki warga kulit putih. Sementara warga kulit hitam ditempatkan di wilayah termiskin
yang disebut sebagai homelands atau tanah air. Pemisahan warga kulit putih dan hitam juga
diberlakukan di fasilitas umum. Namun sejak pencabutan sistem apartheid tahun 1994, hak
rakyat berlaku untuk semua. Dan negara ini tumbuh bersama secara perlahan.
10
BAB III
PENUTUP
A) Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12