Anda di halaman 1dari 17

STRUKTUR TUBUH SERANGGA

(Laporan Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman)

Oleh

Gilang Kencana
2014161001

JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
I.PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Lingkungan adalah suatu sistem yang kompleks yang berada diluar individu,
dimana dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme.
Faktor-faktor yang terdapat di dalam lingkungan selain berinteraksi dengan
organisme, juga berinteraksi sesama faktor tersebut. Hal ini menjadi sulit
memisahkan dan mengubahnya tanpa mempengaruhi bagian lain dari lingkungan
tersebut. Pemahaman mengenai struktur dan kegiatannya perlu dilakukan dengan
penggolongan faktor-faktor lingkungan tersebut. Penggolongan tersebut sendiri
dibagi menjadi dua kategori yaitu lingkungan biotik dan abiotik (Irwan, 2014).

Serangga dapat dijumpai hampir di semua daerah diatas permukaan bumi, di


darat, laut, dan udara. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga atau
binatang kecil lainnya, bahkan ada yang menghisap darah manusia dan mamalia.
Kehidupan serangga sudah ada sejak 400 juta tahun yang lalu, berkisar antara 2 -
3juta spesies serangga yang telah teridentifikasi. Diperkirakan jumlah serangga
sebanyak 30 - 80 juta spesies yang meliputi sekitar 50% dari keanekaragaman
spesies di muka bumi. Selain itu serangga juga memiliki keanekaragaman dalam
bentuk ukuran,bentuk tubuh, jumlah sayap, jumlah kaki, dan perilaku (Fakhrah,
2016).
Sejak manusia melakukan budidaya pertanian, maka sejak itu manusia
berkompetisi dengan serangga yang berstatus sebagai hama untuk mencukupi
kebutuhan demi kelangsungan hidupnya, sedangkan manusia berusaha untuk
melindungi tanaman atau hasilnya dari gangguan serangga hama. Serangga
merupakan suatu organisme yang memerlukan tempat hidup dan memerlukan
kegiatan biologis lainnya pada suatu tempat yang tidak dikehendaki oleh manusia
karena alasan tertentu. Serangga pada tanaman dapat berbentuk serangga kecil,
sampai yang tidak muda dilihat. Serangga dapat merusak tanaman dengan cara
mengerat, mengigit-gigit, dan menghisap setiap bagian tananam ( Falahudin dkk,
2015).

1.2.Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Praktikan dapat memahami dan mengenali struktur morfologi tubuh serangga,

sehingga dapat membedakan serangga dengan organisme lain.


II.TINJAUAN PUSTAKA

Serangga memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Jika Anda


mendengar nama serangga itu, selalu diidentifikasikan dengan kemalangan di
bidang pertanian yang tidak menguntungkan, seperti Walang sangit, Postgers,
Grayak dan ulat lainnya. Serangga dapat merusak tanaman seperti mengganggu
dan menyebarkan sumber penyakit vektor pada manusia. Ratusan telur kupu-kupu
di daun, akan keluar dalam ulat yang mengunyah daun tanaman. Tanaman
bukannya untung, tetapi sebaliknya kehilangan (Meilin, 2016).

Serangga ditemukan hampir di semua ekosistem. Semakin banyak tempat dengan


berbagai ekosistem maka terdapat jenis serangga yang beragam. Serangga yang
berperan sebagai pemakan tanaman disebut hama, tetapi tidak semua serangga
berbahaya bagi tanaman. Ada juga serangga berguna seperti serangga penyerbuk,
pemakan bangkai, predator dan parasitoid. setiap serangga mempunyai sebaran
khas yang dipengaruhi oleh biologi serangga, habitat dan kepadatan populasi
(Siregar, 2014).

Serangga dianggap menggoda jika keberadaan mereka berbahaya bagi


kemakmuran manusia, estetika kerugian suatu produk atau panen. Jika perasaan
menggoda adalah hewan yang tidak menguntungkan, hama didefinisikan sebagai
penurunan serangga dan atau hik berbahaya tanaman ekonomi estetika. Definisi
Bermin tidak harus terhubung ke kendalinya. Pada populasi serangga rendah,
sehingga kerugian yang diderita dari tanaman kecil tetap serangga dalam
bug Hama, tetapi tidak memerlukan strategi kontrol (Meilin, 2016).

Serangga adalah hewan beruas atau arthropoda yang disebut juga dengan insekta
yang memiliki tungkai rata-rata tiga pasang. Cara berkembangbiak serangga
adalah dengan cara bertelur. Proses berkembang pada serangga yang diawali
dengan telur hingga menjadi dewasa dan mengalami perubahan pada anatomi,
morfologi dan fisiologis disebut metamorfosis. Proses metamorfosis atau daur
hidup serangga memiliki beberapa tahapan yang dibedakan berdasarkan
metamorfosis sempurna dan tidak sempurna (Savitri dkk, 2017).

Hama belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Oxya
chinensis dan Locusta sp.. Belalang menyerang dengan cara memakan tanaman
jagung yang masih muda. Serangan belalang bisa menghabiskan seluruh bagian
daun, bahkan tulang daun. Hama belalang banyak dijumpai pada dataran rendah,
persawahan, dan lahan yang berdekatan dengan padang rumput yang luas. Hama
belalang dapat diatasi dengan musuh alami, yakni burung, laba-laba dan
Systoecus sp. Pengendalian dapat dilakukan dengan aplikasi biopestisida yang
berbahan aktif Metarhizium anisopliae. Biopestisida ini mampu mengendalikan
70 hingga 90% hama belalang (Azzamy, 2015).
II.METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 8 September 2021 Pukul 10.00-12.50

WIB di Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah spesimen belalang,

alat tulis, dan alkohol 70%.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam praktikum ini adalah:

1. Dibunuh serangga dengan menggunakan Alkohol 70% dibiarkan sebentar.

2. Digambar dari arah lateral dan sebutkan bagian- bagiannya.

3. Dilepaskan bagian kepala, gambar bagian kepala dari arah lateral dan frontal,

serta sebutkan bagian-bagiannya.


4. Digambar bagian Thorax dan Abdomen dari arah lateral dan sebutkan

bagiannya.

5. Dihitung ruas abdomennya.

6. Dilepaskan bagian tungkai dan gambar serta sebutkan bagian-bagiannya.


IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil

Hasil pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

No Gambar Keterangan
.
1. 1. Kepala
2. Mata
3. Ocellus
4. Mandible
5. Antena
6. Labrum
7. Maxilla and maxillary Palo
8. Thorax
9. Abdomen
10. Sayap
11. Ovipisitor
12. Claw
13. Tarsus
14. Tibia
15. Coca
16. Spiracle
4.2.Pembahasan

Serangga (Insekta) adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang
bertungkai enam (tiga pasang) karena itulah disebut Hexapoda. Serangga
termasuk kedalam kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi menjadi 29
ordo, antara lain Diptera, Coleoptera, Hymenoptera, dan memiliki sayap.
Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi.
Ordo Orthoptera sebagian anggotanya dikenal sebagai pemakan tumbuhan, namun
ada beberapa diantaranya yang bertindak sebagai predator pada serangga lain.
Anggota dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih
sempit dari pada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut
tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur.

Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah mata facet, sepasang
antena serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang
kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu
membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan
alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun toraks. Anus
dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian
labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat
palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya (Riordi, 2011).

Siklus hidup adalah suatu rangkaian dari banyak kalinya stadia yang terjadi dalam
serangga selama pertumbuhannya dari telur hingga imago. Belalang merupakan
jenis serangga hemimetabola yaitu serangga yang mengalami metamorphosis
tidak sempurna. Tahapan perkembangannya merupakan telur, lalu sebagai nimfa
yaitu belalang muda yang mempunyai bentuk tubuh yang sama menggunakan fase
dewasa & belalang akan mengalami pergantian kulit dalam fase ini. Kemudian
nimfa tadi akan berubah sebagai imago (dewasa) yang adalah fasenya ditandai
dengan menggunakan berkembangnya seluruh organ tubuh menggunakan baik,
termasuk alat perkembangbiakan & sayap. (Prakoso, 2017).
Belalang memiliki tubuh yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu kepala, dada
(thorax) dan perut (abdomen). Belalang juga memiliki 6 enam kaki bersendi, 2
pasang sayap, dan 2 antena. Fungsi dari kaki belakang yang panjang berguna
untuk melompat sedangkan kaki depan yang pendek digunakan untuk berjalan.
Meskipun tidak memiliki telinga, belalang dapat mendengar. Alat pendengar pada
belalang disebut dengan tympanum dan terletak pada abdomen dekat sayap.
Tympanum berbentuk menyerupai disk bulat besar yang terdiri dari beberapa
prosesor dan saraf yang digunakan untuk memantau getaran di udara, secara
fungsional mirip dengan gendang telinga manusia, Belalang bernafas dengan
trakea. Belalang punya 5 mata (2 compound eye, dan 3 ocelli). Belalang termasuk
dalam golongan hewan berkerangka luar (exoskeleton). Contoh lain hewan
dengan exoskeleton adalah kepiting dan lobster. Belalang betina dewasa memiliki
ukuran lebih besar daripada belalang jantan dewasa, yaitu 58-71 mm sedangkan
belalang jantan 49-63 mm dengan berat tubuh sekitar 2-3 gram (Risandi, 2012).

Pendapat dari (Prakoso, 2017) belalang adalah jenis serangga ordo orthoptera
dengan jumlah jenis mencapai 20.000, sebagian anggota orthoptera dikenal
sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak
sebagai dekomposer, dan predator pada serangga lain. Belalang tergolong
herbivora, terkadang menjadi hama pada tanaman serealia dan sayuran.
Keanekaragaman belalang memiliki potensi yang kuat sebagai indikator kualitas
suatu lahan. Dan menurut penelitian yang dilakukan oleh ( Bazelet and Samways,
2011) ditemukan bahwa ada 11 dari 24 jenis belalang sangat efektif sebagai
indikator karateristik suatu ekosistem.
V.KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah

1. Serangga adalah hewan invertebrate yang termasuk dalam insekta serta


memiliki 3 bagian tubuh utama yaitu kepala, toraks, dan abdomen yang
dilengkapi dengan organ keluar dari ruas utama atau disebut dengan
embelan.
2. Belalang (Dissoteira sp) adalah serangga herbivora dan masuk dalam
kelompok serangga Orthoptera sama halnya dengan jangkrik (Gryllus sp)
yang juga masuk dalam kelompok serangga Orthoptera.
DAFTAR PUSTAKA

Azzamy. 2015. Pengendalian Hama Tanaman Jagung. Bagpro PHT-PR. Badan

Litbang Pertanian. Bogor.

Bazelet, C. S., Samways M. J. 2011. Identifying grasshopper bioindicators for

habitat quality assessment of ecological networks. Ecological Indikator,

11 (5) : 1259-1269.

Fakhrah. 2016. Inventarisasi Insekta Permukaan Tanah di Gampong Krueng

Simpo Kecamatan Juli Kabupaten Bireuen. Jurnal Pendidikan Almuslim.

4(1): 48-52.

Falahudin. 2015. Identifikasi Serangga Ordo Coleoptera Pada Tanaman Mentimun

(Cucumis sativus L) Di Desa Tirta Mulya Kecamatan Makarti Jaya

Kabupaten Banyuasin II. Jurnal Biota. 1(1).

Irwan, Z.D. 2014. Prinsip-Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan, dan

Pelestariannya. Bumi Aksara. Jakarta.

Meilin. 2016. Serangga dan Peranannya Dalam Bidang Pertanian dan Kehidupan.

Jurnal Media Pertanian.1(1):18-28.


Prakoso, B. 2017. Biodiversitas Belalang (Acrididae: ordo Orthoptera) pada

Agroekosistem (Zea mays I.) dan Ekosistem Hutan Tanaman di Kebun

Raya Baturaden, Banyumas. Jurnal Biosfera Vol 34(2) : 80-88.

Riordi, 2011. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Tri ganda karya. Bandung.

Siregar, A.,S., dkk. 2014. Keanekaragaman Jenis Serangga di Berbagai Tipe

Lahan Sawah. Jurnal Online Agroeteknologi. 2(4):1640-1647.


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai