Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

BAKTERI ARCHAEBACTERIA DAN


EUBACTERIA

MARISA LUSIANA, S.Pd


NIP. 19861222 201101 2 014

KEMENTERIAN AGAMA
MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKANBARU
2019
Kepala MAN 1 Pekanbaru menerangkan bahwa makalah di bawah ini :
Judul : Bakteri Archaebacteria dan Eubacteria
Penulis : Marisa Lusianan, S.Pd
Tahun : 2019

Telah disimpan di perpustakaan El-Hayaah MAN 1 Pekanbaru, sebagai salah satu sumber
belajar

Pekanbaru, Agustus 2019


Mengetahui,
Kepala MAN 1 Pekanbaru

H. Marzuki, M.Ag
NIP. 19700416 199803 1 007

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
dalam dunia pendidikan
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi. Makalah ini saya akui masih
banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya
harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, Agustus 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Pengesahan ....................................................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................................ ii
Daftar Isi ........................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................. 3

BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Archaebacteria dan Eubacteria ............................................................... 4
2.2 Ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria ................................................................... 5
2.3 Klasifikasi Archaebacteria dan Eubacteria .............................................................. 6
2.4 Reproduksi Archaebacteria dan Eubacteria ............................................................ 9
2.5 Peranan Archaebacteria dan Eubacteria .................................................................. 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 15
3.2 Saran ........................................................................................................................ 15
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kemajuan iptek seperti yang ada pada saat ini, menuntut manusia untuk
bekerja lebih keras lagi. Didalam setiap pekerjaan sudah pasti terdapat resiko dari pekerjaan
tersebut sehingga dapat menimbulkan penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja ini di
sebabkan oleh beberapa factor diantaranya adalah factor biologi, fisik, kimia, fisiologi dan
psykologi. Sebagai contoh orang yang bekerja pada sektor peternakan atau pada sektor
pekerjaan yang berkontak langsung dengan lingkungan. Lingkungan dimana mereka bekerja
itu tidak selalu bersih dalam artian bebas dari sumber–sumber penyakit yang berupa virus,
bakteri, protozoa, jamur, cacing, kutu, bahkan hewan dan tumbuhan besarpun dapat menjadi
sumber penyakit. Akan tetapi virus dan bakterilah yang menjadi penyebab utama penyakit
dalam kerja, khususnya pekerjaan yang berkontak langsung dengan lingkungan.
Organisame archaebateria memiliki sifat molekuler yang lebih mirip dengan
eukariot. Pada tahun 1990 peneliti dari Universitas Illionis, Dr. carl Woese dan koleganya
dapat membuktikan bahwa Archea memiliki perbedaan yang mendasar dengan bakteri
eukaria. Sehingga dia memisahkan archaea ke dalam domain tersendiri yaitu archaea.
Pemisahan ini berdasarkan pendekatan sekuen gen penyandi 16S rRNA yang bersifat
universal bagi seluruh organisme. Atas dasar penelitiannya tersebut, Woese mengajukan
bahwa kehidupan dibagi menjadi tiga domain, yaitu bacteria, eukaria, dan archaea (Weose
et al, 1990).
Rokariota terbagi menjadi kelompok Arkeobakteria dan Eubakteria yang di dalamnya
termasuk Sianobakteri yang dulu dikenal dengan alga hijau-biru. Kelompok Eubakteria
dahulu kita kenal juga dengan nama Monera.
Beberapa anggota archaea diketahui merupakan organisme penghuni lingkungan
paling ekstrim di bumi. Diantaranya, hidup di dekat kantung-kantung gas di dasar laut,
sementara lainnya berada pada sumber mata air panas atau bahkan pada air dengan kadar
garam/asam yang sangat tinggi. Beberapa archaea juga ditemukan pada saluran pencernaan
sapi, rayap. Mereka juga dapat hidup pada lumpur di dasar laut tanpa oksigen sekalipun.
Namun, saat ini telah ditemukan beberapa archaea yang juga hidup pada kondisi normal
seperti bakteri kebanyakan.
Prokariota merupakan makhluk hidup yang paling sederhana terdiri atas satu sel
prokariot, yaitu sel yang belum berselaput inti. Virus dan kelompok ini sering dikenal

1
sebagai kerajaan yang tak terlihat, dalam bahasa Inggris disebut “The invisible kingdom”.
Disebut demikian karena virus dan prokariota merupakan makhluk hidup yang sangat kecil
yang tidak dapat diamati secara langsung dengan mata telanjang, tetapi benar-benar ada dan
sangat banyak jumlahnya. Tubuh kita merupakan salah satu tempat hidup dari berjuta-juta
makhluk hidup yang tak terlihat itu. Makhluk-makhluk tersebut dapat ditemukan hampir pada
semua lingkungan di bumi ini baik di air, tanah, atau udara. Keberadaan kelompok makhluk
hidup tersebut pada lingkungan yang begitu luas menunjukkan bahwa mereka mempunyai
peran penting dalam ekosistem bumi. Lebih dari 2.000 spesies Eubakteria berperan penting
dalam ekologi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat menguraikan materimateri
organik sehingga terjadi siklus materi. Khususnya bakteri, juga sangat berperan dalam fiksasi
nitrogen, yaitu gas nitrogen di udara yang tadinya tidak dapat diserap makhluk hidup, diubah
menjadi amonia atau ammonium yang mudah dimanfaatkan makhluk hidup lain melalui
tumbuhan. Prokariota khususnya Eubakteria juga dapat melakukan fermentasi menghasilkan
bahan makanan yang lebih enak, dan lebih tinggi nilai gizinya, seperti yang dicontohkan di
atas. Selain itu, bakteri dapat dimanfaatkan dalam pengolahan limbah, penyamakan kulit dan
tekstil, pemisahan bahan tambang dari bijinya dan fungsi-fungsi lain yang tidak kalah
penting.
Keberhasilan makhluk hidup ini untuk hidup di segala lingkungan disebabkan oleh
kecepatan reproduksi yang tinggi dan kemampuan metabolisme yang beraneka ragam. Dalam
kondisi yang baik, bakteri dapat menambah jumlahnya hingga dua kali lipat hanya dalam
waktu setengah jam. Dalam makalah ini kita akan membahas konsep-konsep penting tentang
Arkeobakteria dan Eubakteria.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud Archaebacteria dan Eubacteria?


2. Ciri ciri Archaebacteria dan Eubacteria
3. Klasifikasi Archaebacteria dan Eubacteria
4. Reproduksi Archaebacteria dan Eubacteria
5. Peranan Bakteri dalam Kehidupan

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengertian dari Archaebacteria dan Eubacteria
2. Mengetahui ciri ciri dan bentuk dari Archaebacteria dan Eubacteria

2
3. Untuk mengetahui klasifikasi Archaebacteria dan Eubacteria
4. Mengetahui reproduksi dari Archaebacteria dan Eubacteria
5. Mngetahui peranan Archaebacteria dan Eubacteria dalam kehidupan

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam pengetahuan mengenai
Archaebacteria dan Eubacteria dan juga sebagai bahan acuan dalam dunia pendidikan
khususnya bidang Biologi, serta sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penegetian Archaebacteria dan Eubacteria

Arkea atau archaea (bahasa Yunani: αρχαία— "yang tua"), juga disebut arkeobakteri,
merupakan satu divisi organisme hidup yang utama. Meskipun filogeni yang tepat masih
tidak dapat dipastikan untuk kumpulan-kumpulan ini, Arkea, Eukariota, dan Bakteria
merupakan kelas yang termasuk sistem tiga domain. Sama dengan bakteria, Arkea
merupakan organisme yang tidak memiliki nukleus, oleh sebab itu, Arkea termasuk
Prokariota. Awalnya, termasuk dalam kerajaan Monera. Arkea berhabitat di lingkungan
kotor, tetapi ditemukan bahwa arkea terdapat di setiap tempat.
Arkea ditemukan pada tahun 1977 oleh Carl Woese dan George Fox berdasarkan
pemisahan dari prokariot yang lain dalam pohon filogentik rRNA 16S. Awalnya, kedua
kumpulan ini adalah Arkeabakteria dan Eubakteria, dan dibagi dalam kingdom atau
subkingdom yang diistilahkan oleh Woses dan Fox sebagai Urkingdom. Woese berpendapat
bahawa Arkea pada dasarnya merupakan satu cabang hidupan yang berlainan. Ia kemudian
memberi nama Arkea dan Bakteria untuk memperkuat pendapatnya, dan berpendapat bahwa
Arkea merupakan bagian dari tiga domain.
Istilah biologi, Arkea, harus tidak dikelirukan dengan frasa geologi, eon Arkean, yang
juga dikenal sebagai Era Arkeozoik. Istilah kedua ini merujuk kepada zaman primordium
dalam sejarah bumi ketika Arkea dan Bakteria merupakan organisme bersel yang tunggal di
bumi. Fosil-fosil ini kemungkinan merupakan fosil mikroba yang berasal dari 3,8 juta tahun
yang lalu.
Archaebacteria adalah organisme yang metabolisme energi khasnya membentuk gas
metana (CH4) dengan cara mereduksi karbon dioksida (CO2). Archaebacteria bersifat
anaerobik dan kemosintetik. Nama “archaebacteria,” dengan awalannya yang berarti “kuno,”
menunjukkan bahwa ini adalah kelompok yang sangat tua. Archaebacteria adalah kelompok
bakteri yang dinding selnya tidak mengandung peptidokglikan, namun membrane plasmanya
mengandung lipid. Archaebacteria ini hidup di lingkungan yang ekstrim. Archaebacteria
terdiri dari bakteri-bakteri yang hidup di tempat-tempat kritis atau ekstrim, misalnya bakteri
yang hidup di air panas, bakteri yang hidup di tempat berkadar garam tinggi, dan bakteri yang
hidup di tempat yang panas atau asam, di kawah gunung berapi, dan di lahan gambut.

4
Eubacteria adalah organisme bersel tunggal mikroskopis. Eubacteria kadang-kadang
disebut sebagai "bakteri sejati," membedakannya dari Archaeobacteria, organisme yang
serupa dengan beberapa perbedaan genetik dan gaya hidup yang signifikan. Sebagian besar
organisme yang kita anggap sebagai “bakteri” adalah Eubacteria, dari sepupu Arkean mereka
lebih memilih hidup di lingkungan yang ekstrim seperti pembangkit listrik tenaga nuklir dan
ventilasi hidrotermal.
Dalam rangka untuk menyelidiki definisi Eubacteria, pertama-tama perlu untuk
membahas detail dari klasifikasi ilmiah. Eubacteria berada di jantung perdebatan serius dalam
klasifikasi ilmiah yang membentuk kembali hirarki tradisional “Kingdom, Filum, Kelas,
Ordo, Famili, Genus, dan Spesies.” Awalnya, Eubacteria dianggap bagian dari kerajaan
Prokaryota, kadang-kadang disebut “Monera,” bersama dengan kerabat mereka yang
Archaebacteria. Organisme prokariotik seperti bakteri terutama ditentukan oleh ketiadaan inti
sel. Hal ini membuat mereka berbeda dari evolusi organisme hidup lainnya, dan telah
menyebabkan sejumlah adaptasi yang inovatif. Banyak prokariota juga bersel tunggal,
meskipun hal ini tidak selalu merupakan persyaratan untuk keanggotaan pada kerajaan ini.
Selain kerajaan Prokaryota, ahli biologi juga diklasifikasikan organisme dalam Animalia,
Fungi, Plantae, dan Protista.

2.2 Ciri ciri Archaebacteria dan Eubacteria


2.2.1 Ciri-ciri Archaebacteria
Prokariota terbagi menjadi dua domain: archaea dan bakteri. Kita pertama-tama akan
melihat archaebacteria. Archaebacteria adalah prokariota pertama dan tinggal di lingkungan
yang ekstrim. Secara Evolusioner, mereka memiliki beberapa hal yang sama dengan bakteri
dan beberapa hal dengan organisme eukariotik (seperti kita). Meskipun mereka adalah
organisme yang pertama dikenal hidup di bumi, mereka masih ada, dan kita terus belajar
lebih banyak tentang organisme luar biasa ini yang hidup di lingkungan yang umumnya kita
menganggap tidak mungkin untuk dihuni. Archaea dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan
lingkungan di mana mereka tinggal. Ciri-Ciri umum Archaebacteria:
1. Ukuran archaebacteria 0,1-15 mikron.
2. Archaebacteria memiliki dinding sel.
3. Dinding sel terdiri dari polisakarida dan protein bukan peptidoglikan
4. Archaebacteria adalah organisme uniseluler prokariotik (tidak memiliki nukleus dan
membran inti sel).
5. Asam nukleat archaebacteria berupa rna.

5
6. Archaebacteria dapat tinggal di lingkungan ekstrim: lingkungan dengan derajat
keasaman, suhu, dan kadar garam yang sangat tinggi.
7. Reproduksi dengan cara pembelahan biner, pembentukan tunas, fragmentasi

2.2.2 Ciri-ciri Eubacteria / Bakteri Sejati


Kelompok kedua prokariota adalah nama yang lebih akrab bagi Anda. Kerajaan
Eubacteria adalah bakteri yang sejati. Mereka memiliki peran yang tak terhitung jumlahnya,
termasuk dekomposisi dan daur ulang nutrisi, pencernaan dan penyakit. Ciri-ciri umum
eubacteria adalah sebagai berikut:
1. Eubacteria adalah organisme Uniseluler prokariotik
2. Eubacteria dinding sel yang tersusun atas peptidoglikan (gula dan protein)
3. Ukuran tubuh Eubacteria sekitar 1 – 5 mikron
4. Eubacteria Berkembang biak dengan cara membelah diri, konjugasi ,
transformasi dan transduksi (pemindahan sebagian materi genetik melalui perantara
virus).
5. Eubacteria Dapat mensekresikan lendir ke permukaan dinding sel membentuk Kapsul.
6. Ada Eubacteria yang memiliki flagel dan ada juga Eubacteria yang tidak memiliki
flagel
7. Eubacteria Hidup kosmopolitan, artinya dapat hidup di segala tempat, misalnya di
darat, udara, air, bahkan tubuh manusia
8. Apabila berada di lingkungan yang kurang menguntungkan Eubacteria akan
membentuk endospora.

2.3 Klasifikasi Archaebacteria dan Eubacteria


2.3.1 Klasifikasi Archaebacteria
Archaebacteria banyak ditemukan hidup di lingkungan ekstrim seperti di sumber air
panas, telaga garam, bahkan dalam saluran pencernaan hewan ruminansia (sapi, domba).
Berdasarkan lingkungan yang ekstrim Archaebacteria dibedakan menjadi 3 kelompok :
a. Metanogen
Kelompok ini merupakan archaebacter yang menghasilkan gas metana (CH4) dari hasil
reduksi karbondioksida. Metanogen hidup di tempat dimana tidak terdapat gas oksigen yaitu
di dasar lumpur atau dapat mengadakan simbiosis dengan hewan – hewan herbivora (sapi,
rayap). Metanogen sangat tidak dapat mentolerir keberadaan oksigen. Organisme ini akan
mati jika di habitatnya terdapat oksigen, meski hanya sedikit. Lingkungan anaerob obligat

6
adalah syarat penting bagi kelompok metanogen. Kemampuannya menghasilkan metana,
bakteri ini sering dimanfaatkan dalam pembuatan atau penguraian kotoran atau sampah untuk
menghasilkan metana. Adapun ciri – ciri metanogen ialah:
1. Anaerob obligat
Biasa ditemukan di dasar rawa atau di dalam perut hewan herbivora. Akan mati jika
terdapat oksigen.
2. Menghasilkan metana (CH4)
Metana merupakan senyawa buangan dari metabolisme karbondioksida menjadi
makanan. Metana buangan archaebacteria dapat dimanfaatkan sebagai bahan bahar
(Biogas).
3. Berperan sebagai pengurai atau pembusuk

b. Halofil extreme
Kelompok ini merupakan penghuni wilayah lautan dengan kadar garam yang sangat
tinggi seperti laut mati, Great Salt Lake (Bahasa Yunani, halo= garam; philos= penyuka).
Beberapa spesies kelompok ini memiliki pigmen merah orodopsin. Sehingga koloni
kelompok ini terlihat seperti buih yang berwarna merah keunguan. Berbeda dengan
methanogen, kelompok halofil memerlukan oksigen untuk respirasi. Sementara kecukupan
nutrisi diperoleh dengan melakukan fotosintesis dengan pigmen merah yang dimilikinya.
Ciri–ciri halofil:
1. Habitat: perairan dengan kadar garam tinggi
2. Aerobik dan fotosintetik
C. Termofil extreme
Termofil berasal dari Bahasa Yunani, termo artinya panas, sementara phylos artinya
ialah penyuka. Archae jenis ini dapat ditemukan di wilayah – wilayah terpanas bumi, dengan
suhu optimum antara 60°C sampai 80°C. Kelompok Sulfolobus (bakteri Sulfur) misalnya
ditemukan pada sumber mata air panas yang banyak mengandung sulfur atau di lereng
gunung berapi dengan suhu optimum mencapai 105°C. Kelompok ini memiliki DNA dengan
komposisi pasangan basa nitrogen sitosin – guanin yang banyak, sehingga tahan panas.
Kelompok ini merupakan kemoautotrof. Ciri umum termofil ialah:
1. Hidup di wilayah dengan suhu diatas 60°C
2. Kemoautotrof

7
2.3.2 Klasifikasi Eubacteria
Beberapa kelas dalam Eubacteria adalah sebagai berikut :
1. Kelas Azotobacteraceae
Ciri-ciri yang dimiliki oleh bakteri kelas Azotobacteraceae Adalah sel berbentuk
batang, hidup bebas di dalam tanah, mirip sel khamir,dan pada kondisi aerob dapat
menambat Misalnya, Azotobacter chlorococcum, Azotobacter indicus, dan
Azotobacter agilis
2. Kelas Rhizobiaceae
Ciri-ciri bakteri kelas Rhizobiaceae adalah sel. Berbentuk batang atau bercabang,
bersimbiosis dengan legominosae membentuk bintil akar, dan mengonversi nitrogen
udara yang dapat bermanfaat bagi tumbuhan leguminosae. Misalnya, Rhizobium
leguminosarum Membentuk bintil akar pada akar Lathyrus, Pisum, Vicia Rhizobium
japonicum Pada kedelai Agrobacterium tumefaciens menimbulkan pembengkakan
pada akar pohon
3. Kelas Micrococcaceae
Ciri-ciri bakteri kelas Micrococcaceae adalah sel berbentuk ,berbentuk koloni tetrade,
serta kubus dan massa tidak beraturan. Contohnya, Sarcia dan Staphyloccus aureus
yang bersifat patogen serta dapat menimbulkan berbagai penyakit
4. Kelas Enterobacteriaceae
Kelas Eubacteria yang terdapat dalam kelas Enterobacteriaceae mbulkan fermentasi
anaerobik pada glukosa atau laktosa, hidup sebagai dekomposer pada serasah atau
patogen pada manusia, luran pernapasan dan saluran kencing Vertebrata. Contohnya
E.coli yang terdapat di usus besar manusia dan Vertebrata; Salmonela Typhosa yaitu
patogen penyebab penyakit tifus; serta Shigella Dysenteriae penyebab disentri
5. Kelas Lactobacillaceae
Illaceae berbentuk peluru dan dapat menimbulkan asam laktat. Contohnya,
Lactobacillus caucasicus Yang membantu pembuatan yogurt; Streptococcus pyogenes
yang dapat menimbulkan nanah atau keracunan darah pada manusia; serta
Diplococcus pneumonia sebagai penyebab pneumonia.
6. Kelas Bacillaceae
Sel Bacillaceae berbentuk batang dan berfungsi sebagai pembentuk endospora.
Misalnya, Bacillus antraks penyebab penyakit antraks dan Clostridium pasteurianum
yaitu bakteri anaerob

8
7. Kelas Neisseriaceae
Sel Neisseriaceae berbentuk peluru dan umumnya n.Misalnya, Neisseria meningitidis
yaitu bakteri penyebab meningitis;Neisseria gonorrhoeae penyebab penyakit kencing
nanah; serta Veillonella parvula berada di mulut dan saluran pencernaan manusia dan
hewan.

2.4 Reproduksi Archaebacteria dan Eubacteria


2.4.1 Reproduksi Archaebacteria
Seperti bakteri, reproduksi Archaebacteria adalah aseksual. Archaebacteria dapat
mereproduksi melalui pembelahan biner, di mana sel induk membelah menjadi dua sel anak
yang identik secara genetik. Archaebacteria juga dapat bereproduksi secara aseksual melalui
tunas dan fragmentasi, di mana potongan-potongan sel pecah dan membentuk sel baru, juga
memproduksi organisme identik secara genetik.
2..4.2 Reproduksi Eubacteria
Bakteri dapat berkembang biak secara vegetatif (aseksual) maupun generatif (seksual)
a. Reproduksi secara Aseksual
Bakteri dapat berkembang biak secara aseksual dengan membelah diri
(pembelahan biner) pada lingkungan yang tepat atau sesuai. Reproduksi bakteri dapat
berlangsung dengan sangat cepat. Pada keadaan optimal, beberapa jenis bakteri dapat
membelah setiap 20 menit. Anda bisa menghitung jumlah bakteri hasil reproduksi
dalam waktu 1 jam atau 1 hari, dengan rumus 2n (n jumlah pembelahan). Pada
kondisi yang kurang menguntungkan, sel-sel bakteri dapat mempertahankan diri
dengan pembentukan spora (endospora). Endospora artinya spora yang terbentuk di
dalam bakteri. Akan tetapi, ada pula jenis bakteri yang akan mati karena perubahan
faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini adalah cahaya matahari yang terus-menerus,
kenaikan suhu, kekeringan, dan adanya zat-zat penghambat dan pembunuh bakteri,
seperti antibiotika dan desinfektan.
b. Reproduksi secara Seksual
Bakteri tidak melakukan pembiakan seksual yang sebenarnya, seperti yang
terjadi pada makhluk hidup eukariot, karena bakteri tidak mengalami penyatuan sel
kelamin. Meskipun demikian, pada bakteri terjadi pertukaran materi genetik dengan
sel pasangannya. Oleh karena itu, perkembangbiakan bakteri yang terjadi dengan cara
ini disebut perkembangbiakan paraseksual. Perkembangbiakan parasekual bakteri
dapat terjadi dengan tiga cara, yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi.

9
1. Transformasi
adalah pemindahan potongan materi genetik atau DNA dari luar ke sel bakteri
penerima. Dalam proses ini, tidak terjadi kontak langsung antara bakteri pemberi
DNA dan penerima. Contoh : Streptococcus pneumonia, Bacillus, Haemopphilus,
Neisseria dan Pseudomonas.
2. Konjugasi
yaitu pertukaran materi genetik dengan cara membentuk bangunan/
jembatan/selubung untuk menyalurkan materi genetiknya, atau reproduksi bakteri
yang belum diketahui jenis kelaminnya.
3. Transduksi
adalah pemindahan DNA dari sel pemberi ke sel penerima dengan perantaraan
virus. Dalam hal ini, protein virus yang berfungsi sebagai cangkang digunakan
untuk pembungkus dan membawa DNA bakteri pemberi menuju sel penerima.
2.5 Peranan Archaebacteria dan Eubacteria
2.5.1 Peranan Archaebacteria bagi Kehidupan Manusia
a. Enzim dari Archaebacteria ditambahkan ke dalam sabun cuci atau detergen untuk
meningkatkan kemampuan sabun cuci dan deterjen pada suhu dan pH tinggi.
b. Beberapa enzim Archaebacteria juga digunakan dalam industri makanan untuk
mengubah pati jagung menjadi dekstrin (sejenis karbohidrat).
c. Beberapa jenis Archaebacteria digunakan untuk mengatasi pencemaran, misalnya
tumpahan minyak.

2.5.2 Peranan Eubacteria bagi Kehidupan Manusia


Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, bakteri mempunyai peran yang
dapat berlawanan. Di satu sisi bakteri dapat merugikan, tetapi disisi lain juga dapat sangat
menguntungkan.
a. Bakteri yang merugikan
Penyakit pada manusia yang ditimbulkan bakteri cukup beragam. Penyakit yang
ditimbulkan dapat menyerang berbagai organ tubuh mulai dari kulit sampai ke otak.
Beberapa contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh bakteri dapat dilihat pada
berikut :

10
Tabel II.1 Beberapa Penyakit yang Disebabkan Bakteri

Nama Penyakit Bakteri Penyebab


Demam Tiphoid Salmonella typhi
Kolera Vibrio chloreae
Disentri Shigella dysentriae
Keracunan makanan Clostridium Staphylococcus sp.
Traveler diare Escherichia coli
Tifus Rickettsia typhi
Demam Q Coloiella burntii
Plague Pasteurella pestis
Dipteri Corynebacterium diphtheriae
Tubercolosis (TBC) Mycobacterium tubercolosis
Meningitis Neisseria meningitis
Demam Scarlet (Demam rematik) Streptococcus pneumoniae
Tonsilitis Streptococcus sp.
Gonorea Neisseria gonorrhoea
Sipilis Treponema pallidum
Tetanus Clostridium tetani
Gas gangren Clostridium perfringens

Bakteri dapat menimbulkan penyakit dengan berbagai cara. Cara yang pertama adalah
bakteri dapat menyebabkan iritasi atau luka. Selain itu, bakteri juga dapat secara langsung
menghancurkan sel inangnya sehingga sel inang menjadi rusak. Cara berikutnya adalah
dengan menghasilkan racun yang dapat mengganggu metabolisme sel inang. Karena bakteri
dapat merugikan manusia dengan berbagai sifat di atas, saat ini manusia memanfaatkan sifat-
sifat tersebut untuk membuat senjata biologis. Contoh bakteri yang digunakan sebagai senjata
biologis, misalnya Bacillus anthracis, penyebab penyakit antraks.
Penanggulangan penyakit yang disebabkan bakteri pada umumnya menggunakan zat
yang disebut antibiotik. Antibiotik dapat diproduksi dari monera lain atau dari jamur. Contoh
antibiotik yang terkenal, misalnya penisilin, tetrasiklin, dan sefalosporin. Tabel II 2.
menunjukkan beberapa antibiotika dan organisme penghasilnya.

11
Tabel II.2 Beberapa Antibiotik dan Organisme Penghasilnya
Macam Antibiotik Organisme Penghasil Kelompok
Penisillin Penicillium notatum Fungi/Jamur
Griseofulvin Penicillium griseovulvum Fungi/Jamur
Streptomisin Streptomyces griseus Actynomycetes
Chloramphenicol Streptomyces venezuelae Actynomycetes
Tetrasiklin Streptomyces aerofaciens Actynomycetes
Colistin Bacillus colistinus Bakteri
Polomiksin B Bacillus polymxa Bakteri

Bakteri juga dapat menyerang hewan ataupun tumbuhan. Contoh bakteri yang
menyebabkan penyakit pada hewan adalah Salmonella. Bakteri ini dapat menyebabkan
keracunan pada babi atau unggas karena dapat menghasilkan racun. Bakteri yang menyerang
tumbuhan, di antaranya Agrobacterium tumifaciens menyebabkan penyakit crown gall pada
tanaman buah-buahan.
Secara tidak langsung bakteri juga dapat merugikan manusia karena dapat merusak
bahan pokok kebutuhan manusia. Makanan sebagai bahan pokok kebutuhan manusia,
merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan agar makanan tidak rusak oleh bakteri perlu dilakukan proses yang disebut
sterilisasi. Sterilisasi adalah suatu usaha membebaskan alat-alat atau bahan-bahan dari segala
macam bentuk kehidupan atau kontaminasi terutama oleh mikroba. Sterilisasi dapat
dilakukan dengan berbagai macam cara. Secara fisik, misalnya dengan pemanasan, sinar
ultraviolet, dan sinar X; secara mekanis, misalnya dengan cara penyaringan; secara kimia
dengan menggunakan desinfektan. Sterilisasi yang paling banyak digunakan biasanya adalah
dengan cara pemanasan. Sterilisasi dengan pemanasan biasanya mengguna-kan tekanan atm
dan suhu 121􀁲C, selama 15 menit. Dengan proses ini, bakteri bersama sporanya akan mati
sehingga makanan menjadi lebih tahan lama.
b. Bakteri menguntungkan
Seperti telah dikemukakan, peran menguntungkan bakteri lebih banyak daripada
peran merugikan. Sembilan puluh sembilan persen (99%) bakteri justru dapat memberikan
manfaat bagi organisme lain khususnya manusia. Salah satu manfaat bakteri adalah dalam
proses penguraian makhluk hidup yang telah mati. Melalui proses ini, bakteri bersama
dengan jamur memecah materi organik menjadi materi anorganik. Sebagai contoh, protein

12
yang tadinya bersifat organik dapat diubah menjadi senyawa nitrat (NO3) yang bersifat
anorganik. Contoh bakteri yang dapat melakukan penguraian protein menjadi nitrat adalah
Nitrosomonas dan Nitrobacter. Nitrat oleh tumbuhan kemudian dipakai sebagai bahan baku
pembentuk protein. Protein dipakai untuk menyusun tubuh tumbuhan dan hewan. Tubuh
tumbuhan dan hewan yang telah mati, kemudian diuraikan lagi oleh bakteri menjadi senyawa
nitrat. Dengan demikian, terjadi suatu siklus materi.
Kegunaan lain dari bakteri adalah dapat menambat senyawa nitrogen dari udara.
Peran ini penting karena kebutuhan nitrogen tidak cukup hanya dipenuhi dari tanah sebagai
hasil proses penguraian di atas. Bakteri dapat memfiksasi atau menambat nitrogen dari udara
dengan cara bersimbiosis dengan akar tumbuhan kacang-kacangan atau dengan membentuk
bintil akar. Dalam simbiosis ini bakteri menyediakan nitrat yang dibutuhkan tumbuhan,
sedangkan tumbuhan menyediakan bahan makanan untuk menunjang hidup bakteri. Contoh
bakteri semacam ini adalah Rhizobium.
Bakteri juga dimanfaatkan dalam industri lain, seperti pembuatan asam cuka dari
fermentasi alkohol yang dilakukan oleh bakteri Acetobacter. Selain itu, bakteri juga
digunakan dalam produksi berbagai macam enzim, misalnya enzim glukosa isomerase
diproduksi oleh bakteri Bacillus subtilis. Beberapa produk yang dihasilkan bakteri dapat
dilihat pada Tabel berikut :

Tabel II.3 Beberapa Produk Industri yang Dihasilkan Bakteri


Produk Bakteri Penghasil Manfaat Produk
Enzim protease Bacillus subtilis Pelunak daging
Butano dan aseton Clostridium Pelarut
acetobulylicom
Indigo Escherichia coli Pewarna tekstil
Xanthan gum Xanthomonas Penggumpal makanan,cat,
campestris dan kosmetik
Cynocobalamin (Vit. Proionbacterium Makanan tambahan (food
B12) shermanii suplement)
Gelan Pseudomonas sp. Penggumpal makanan
Asam glutamat Corynobacterium Penyedap rasa
glutamicum
Interferon Escherichia coli Pengobatan infeksi virus

13
Enzim yang terdapat dalam beberapa bakteri juga dapat dimanfaatkan untuk
menguraikan selulosa menjadi CO2 dan CH4. CH4 atau gas metan sering disebut biogas.
Biogas kini telah banyak digunakan sebagai bahan bakar alternatif.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Nama “archaebacteria,” dengan awalannya yang berarti “kuno,” menunjukkan bahwa
ini adalah kelompok yang sangat tua. Sedangkan Eubacteria adalah organisme bersel
tunggal mikroskopis.
2. Ciri-Ciri umum Archaebacteria diantaranya : Ukuran archaebacteria 0,1-15 mikron,
Sedangkan ciri-ciri umum eubacteria diantaranya adalah sebagai berikut: Ukuran
tubuh Eubacteria sekitar 1-5 mikron,
3. Berdasarkan lingkungan yang ekstrim Archaebacteria dibedakan menjadi 3 kelompok
: Metanogen, Halofil extreme dan Termofil extreme. Beberapa kelas dalam Eubacteria
adalah sebagai berikut : Kelas Azotobacteraceae, Kelas Rhizobiaceae, Kelas
Micrococcaceae, Kelas Enterobacteriaceae, Kelas Lactobacillaceae, Kelas
Bacillaceae dan Kelas Neisseriaceae.
4. Archaebacteria bereproduksi secara aseksual melalui pembelahan biner, fragmentasi,
atau tunas. Eubacteria dapat berkembang biak secara vegetatif (aseksual) maupun
generatif (seksual). Perkembangbiakan parasekual bakteri dapat terjadi dengan tiga
cara, yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi.
5. Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, bakteri mempunyai peran yang
dapat berlawanan. Di satu sisi bakteri dapat merugikan, tetapi disisi lain juga dapat
sangat menguntungkan.

3.2 Saran
Dalam menyusun makalah ini, kami menyadari banyak kesalahan yang terdapat di
dalamnya. Saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini
dikemudian hari.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, 2014.SKS Biologi SMA Kelas X, XI, & XII, Yogyakarta: Cakrawala,

Mochamad Indrawan. 2007.Biologi Konservasi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Nunung Nurhayati, Mukhlis, & Agus Jaya. 2014.Biologi untuk SMA/MA Kelas X. (cetakan
ke-1). Bandung : Yrama Widya.

Sri Dianti, 2016. Ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria. (online) http://www.sridianti.com


Diakses 5 Januari 2018

Widayati, S., S. N. Rochmah dan Zubedi. 2009.Biologi : SMA dan MA Kelas X. Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, p. 290.

16

Anda mungkin juga menyukai