Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Sistem Kardiovaskuler :
Anatomi Fisiologi Jantung dan Dinding Pembuluh Darah

Dosen Pengampu :
Dr. Retno Susilowati, M.Si

Disusun oleh :
Kelompok V - Biologi C

Dinda Tri Zahrotunisya (18620027)


Isabella Darapuspita Salsabilla (18620067)
Ajeng Titis Pujasari (18620071)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini, berjudul “Sistem Kardiovaskuler : Anatomi Fisiologi Jantung dan
Dinding Pembuluh Darah”, dengan baik dan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan
Fisiologi Manusia yang diampu oleh Ibu Dr. Retno Susilowati, M.Si. Penulis menyadari bahwa
keberhasilan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari batuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada;
1. Ibu Dr. Retno Susilowati, M.Si. yang bersedia memberikan bimbingan dan arahan,
serta mengoreksi tugas makalah ini,
2. Semua pihak yang turut memberikan bantuan, dukungan, serta motivasi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun gunan
memperbaiki dan menyempurnakan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Malang, 22 Februari 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

Sampul
Kata Pengantar ...................................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Struktur Anatomi Pembuluh Darah Pada Manusia ................................................. 6
2.2 Penggolongan Pembuluh Darah dan Fungsi ........................................................... 8
2.3 Fisiologi Pembuluh Darah Pada Manusia ............................................................ 10
2.4 Gangguan Fisiologi Aterosklerosis ...................................................................... 13
2.5 Gejala Gangguan Aterosklerosis .......................................................................... 15
2.6 Faktor Risiko Kondisi Aterosklerosis .................................................................. 17
2.7 Perubahan Struktur Anatomi (Patogenesis) Aterosklerosis................................... 19
2.8 Cara Pencegahan Terjadinya Aterosklerosis ............................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................... 23
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 24

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Dinding Pembuluh Darah .................................................................................... 5
Gambar 3. Vasa vasorium .................................................................................................................. 5
Gambar 4. Perbandingan Dinding (a)Arteri dan (b)Vena .................................................................... 6
Gambar 5. Perbandingan Ketebalan Dinding Arteri dan Vena ............................................................ 6
Gambar 6.Perbandingan Lima Tipe Dinding Pembuluh Darah ......................................................... 11
Gambar 7. Jenis Jenis Kapiler .......................................................................................................... 12
Gambar 8. Tekanan Darah menurun seiring menjauhnya pembuluh darah dari ventrikel kiri ............ 13
Gambar 9. Hukum Fisika Sistem Hemodinamika ............................................................................. 15
Gambar 10. Faktor – faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah.............................. 17
Gambar 11. Pembuluh darah normal dan pembuluh darah dengan plak aterosklerotik ...................... 18
Gambar 12. Struktur Plak Aterosklerosis ......................................................................................... 18
Gambar 13. Perubahan-perubahan dinding arteri pada ‘hipotesis respons terhadap cedera. ............... 29
Gambar 14. Patogenesis Aterosklerosis............................................................................................ 29
Gambar 15. Makrofag dalam Aterosklerosis .................................................................................... 30
Gambar 16. Makrofag dalam pembentukan lesi aterosklerosis ......................................................... 30
Gambar 17. Perkembangan Aterosklerosis ....................................................................................... 31
Gambar 18. Perkembangan Lesi Aterosklerotik (Moore, 2011) ........................................................ 32

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Segala penciptaan makhluk hidup atau organisme di muka bumi telah diatur dengan
sedemikian rupa oleh Allah SWT. Sebagaimana manusia yang diciptakan dengan struktur yang
sangat kompleks dengan adanya sistem kardiovaskular sebagai salah satu sistem organnya.
Sistem kardiovaskular adalah kumpulan organ yang bekerja sama dalam melakukan fungsi
transportasi dalam tubuh manusia dan bertanggung jawab dalam mentransportasikan darah
yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh, dan zat lain
keseluruh tubuh. Sistem kardiovaskular memiliki fungsi utama dalam mentransportasikan
darah dan zat-zat yang dikandungnya ke seluruh bagian tubuh. Sistem kardiovaskuler
memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat merespons
aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar aktivitas
jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di arahkan
pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memelihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri (Campbell, 2008).

Sirkulasi darah di bantu oleh sistem kardiovaskuler. Adapun alat-alat yang berfungsi
dalam hal ini tergabung dalam suatu sistem yang disebut sistem peredaran. Sistem peredaran
meliputi cor (jantung) dan vasa-vasanya (arteri dan vena). Organ yang mendukung kerja
jantung yaitu pembuluh darah vena dan pembuluh darah arteri. Arteri merupakan pembuluh
darah yang mentranspor darah di bawah tekanan tinggi ke jaringan, untuk ini arteri mempunyai
dinding yang tebal dan kuat karena darah mengalir dengan cepat pada arteri (Setiadi, 2007).
Selain itu vena adalah saluran penampung dan pengangkut darah dari jaringan kembali
ke jantung, karena tekanan pada sistem vena sangat rendah. Dinding vena sanga tipis akan
tetapi dinding vena mempunyai otot untuk berkontraksi sehingga berfungsi sebagai
penampung darah ekstra yang dapat dikendalikan berdasarkan kebutuhan tubuh (Setiadi,
2007).
Allah berfirman dalam QS Al Haaqah (69): 47 tentang pentingnya urat nadi jantung
sebagai berikut;
ِ ‫ع ۡنهُ َح‬
َ‫اج ِز ۡين‬ َ ‫فَ َما م ِۡنكُمۡ م ِۡن ا َ َح ٍد‬
Artinya: “Maka sekali-kali tidak ada seorangpun dari kamu yang dapat menghalangi (Kami),
dari pemotongan urat nadi itu.”(QS. Al Haaqah 46-47).

1
Berdasarkan ayat tersebut Allah swt menegaskan kekuasaan-Nya apapun yang Allah
lakukan kepada makhluk-Nya tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi, meskipun
tindakan itu adalah tindakan yang menentukan hidup dan matinya seseorang, seperti tindakan
memutuskan urat nadi jantungnya, yang berakibat kematiannya. Seperti kepada Muhammad,
apabila berbohong Allah akan marah dan menghukum dengan hukuman mati, yaitu dengan
memutus pembuluh darahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi-Nya dari
melaksanakan hukuman itu. Urat nadi jantung yang dimaksud yaitu kehidupan manusia
memiliki sistem peredaran darah dimana darah mengalir dari jantung, keparu-paru, setelah itu
langsung mengedarkan menuju ke seluruh tubuh begitu seterusnya darah melakukan tugasnya
tanpa adanya suatu kesalahan.

Urat nadi merupakan pembuluh arteri yang bertugas mengalirkan darah dari jantung
bertekanan tinggi ke seluruh tubuh. Melalui mekanisme tekanan tersebut manusia dapat
memeriksa denyut nadi secara sederhana dengan palpasi. Adapun pengukuran denyut nadi
dilakukan di sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri
femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri polpolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis
poterior. Betapa pentingnya urat nadi bagi kehidupan manusia dapat kita pahami dari
peranannya mentransportasikan darah yang mengandung nutrisi, bahan sisa metabolisme,
hormone, zat kekebalan tubuh, serta zat-zat lain keseluruh tubuh.

Oleh karena itu, hendaknya manusia bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah
SWT. Aliran darah di dalam tubuh yang berfungsi dengan baik merupakan suatu anugrah yang
luar biasa bagi kehidupan manusia. Dengan demikian, berdasarkan latar belakang di atas,
kajian makalah mengenai Sistem Kardiovaskuler Anatomi Fisiologi Jantung dan Dinding
Pembuluh Darah penting halnya untuk diketahui.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang pada makalah ini adalah
sebagai berikut;
1. Bagaimana struktur anatomi pembuluh darah normal pada manusia ?
2. Bagaimana penggolongan pembuluh darah berikut masing-masing fungsinya?
3. Bagaimana proses fisiologi pembuluh darah pada manusia, meliputi hubungan antara
tekanan, aliran, dan resistensinya?
4. Bagaimana gangguan fisiologi Aterosklerosis atau kondisi Aterosklerosis ?

2
5. Bagaimana gejala gangguan Aterosklerosis ?
6. Apa saja faktor risiko kondisi Aterosklerosis ?
7. Bagaimana perubahan struktur anatomi (pathogenesis) Aterosklerosis ?
8. Bagaimana cara pencegahan terjadinya Aterosklerosis ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atasa, tujuan pada makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui struktur anatomi pembuluh darah pada manusia
2. Untuk mengetahui penggolongan pembuluh darah berikut masing-masing fungsinya
3. Untuk mengetahui proses fisiologi pembuluh darah pada manusia, meliputi hubungan
antara tekanan, aliran, dan resistensinya
4. Untuk mengetahui gangguan fisiologi Aterosklerosis atau kondisi Aterosklerosis
5. Untuk mengetahui gejala gangguan Aterosklerosis
6. Untuk mengetahui faktor risiko kondisi Aterosklerosis
7. Untuk mengetahui perubahan struktur anatomi (patogenesis) Aterosklerosis
8. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya Aterosklerosis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Anatomi Pembuluh Darah


Sistem peredaran darah pada manusia termasuk sistem peredaran darah tertutup
artinya darah mengalir melalui pembuluh darah. Pembuluh darah merupakan bagian dari sistem
sirkulasi di dalam tubuh manusia. Pembuluh darah ibarat selang yang di dalamnya
mengalir darah dari jantung ke seluruh tubuh dan dari seluruh tubuh ke jantung. Jadi fungsi
pembuluh darah untuk mengarahkan dan mendistribusikan darah dari jantung ke seluruh tubuh
dan mengembalikannya ke jantung, dan jantung yang berfungsi memompa darah agar mengalir
ke seluruh jaringan. Sistem peredaran pada manusia tersusun atas darah, pembuluh darah dan
jantung sebagai pusat peredaran darah (Arfianto, 2017).

Menurut Sa’adah (2018) Dinding arteri dan vena terdiri dari tiga lapisan, yaitu:

1. Tunika interna (tunika intima) merupakan lapisan bagian dalam pembuluh darah yang terdiri
dari epitel skuamosa sederhana yang disebut endotelium yang terletak di atas membran basal
dan lapisan tipis jaringan ikat. Endotelium sebagai penghalang selektif permeabel untuk
bahan yang akan memasuki atau meninggalkan aliran darah; mengeluarkan bahan kimia
yang merangsang pelebaran atau penyempitan kapal; dan biasanya menolak sel darah dan
trombosit sehingga mereka mengalir bebas tanpa menempel pada dinding pembuluh darah.
Ketika endotelium rusak, menyebabkan trombosi membentuk gumpalan darah; dan ketika
jaringan di sekitar pembuluh darah mengalami peradangan, sel-sel endotel menghasilkan
molekul sel-adhesi yang menyebabkan leukosit untuk memenuhi permukaan.
2. Tunika media merupakan lapisan tengah dengan ukuran biasanya paling tebal. Lapisan ini
terdiri dari otot polos, kolagen, dan dalam beberapa kasus, jaringan elastis. Jumlah otot polos
dan jaringan elastik bervariasi ntara pebuluh darah yang satu dengan yang lain. Tunika
media memperkuat pembuluh dan mencegah tekanan darah pecah, menyediakan
vasomotion, perubahan dalam diameter pembuluh darah.
3. Tunika externa (tunika adventitia) adalah lapisan terluar. Lapisan ni terdiri dari jaringan ikat
longgar yang sering menyatu dengan pembuluh darah, saraf, atau organ lain sekitarnya.
Lapisan terluar, tunika eksterna, terutama terdiri dari serabut elastik dan kolagen (Tortora,
2007).

4
Gambar 1. Struktur Dinding Pembuluh Darah (Seeley et al, 2007)

Anastomosis Arteriovenosa adalah sambungan langsung antara sirkulasi arteri dan


vena. Anastomosis arteriovenosa ini tersebar di seluruh tubuh dan umumnya terdapat pada
pembuluh-pembuluh kecil berfungsi mengatur sirkulasi pada daerah tertentu, terutama pada
jari, kuku, dan telinga. Sistem ini mempunyai peranan pengaturan sirkulasi pada berbagai organ
dan berperanan pada beberapa fenomena fisiologi seperti menstruasi, perlindungan terhadap
suhu yang rendah, dan ereksi. Anastomosis arteriovenosa banyak dipersarafi oleh sistem saraf
simpatis dan parasimpatis (sistem saraf otonom). Selain mengatur aliran darah pada berbagai
organ, anastomosis ini mempunyai fungsi termoregulator atau pengatur suhu yang khususnya
terbukti pada kulit anggota gerak (ekstremitas) (Durachim, 2018).

Gambar 2. Arteriovenous anastomosis


(Sumber: Durachim, 2018) Gambar 3. Vasa vasorium
(Sumber: Durachim, 2018)
S
Vasa vasorum adalah pembuluh darah kecil yang memberikan suplai pasokan
metabolit-metabolit untuk sel-sel di tunika adventitia dan tunikamedia pembuluh-pembuluh
darah besar, apakah itu vena besar maupun arteri besar, karena lapisan-lapisannya terlalu tebal
untuk diberi makanan oleh difusi langsung dari aliran darah (Durachim, 2018).

5
2.2 Penggolongan dan Fungsi Pembuluh Darah

Secara garis besar, terdapat tiga jenis pembuluh darah yakni; arteri, vena dan kapiler.
Jenis pembuluh darah membentuk sistem tertutup berbentuk tabung yang membawa darah dari
jantung ke sel-sel tubuh dan kembali ke jantung, yaitu sebagai berikut :

Tabel Perbandingan antara Vena, Arteri dan Kapiler (Sa’adah, 2018)


Tipe
Pembuluh Fungsi Struktur
Darah
Membawa darah dari kapiler di Dinding tipis, banyak terdapat katup
Vena
seluruh tubuh ke jantung mencegah darah kembali
Membawa darah dari jantung Dinding tebal untuk menahan tekanan
Arteri
ke kapiler di seluruh tubuh darah
Pertukaran materi antara Ukuran kecil/ mikroskopis, tersusun
Kapiler
pembuluh darah dan jaringan dari satu lapisan endotelium

Gambar 4. Perbandingan Dinding (a)Arteri dan (b)Vena (Stanley,2009)

Gambar 5. Perbandingan Ketebalan Dinding Arteri dan Vena (Durachim, 2018)

6
1. Arteri
Arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari jantung. Fungsi dari arteri adalah
mendistribusikan darah yang banyak mengandung oksigen ke kapiler dan ke seluruh
jaringan tubuh, sehingga dapat memperdarahi organ-organ tubuh. Darah meninggalkan
jantung dari aorta menuju ke arteri. Pembuluh darah arteri memiliki dinding yang kuat.
Selain itu, dindingnya juga bersifat elastis, sehingga mampu menahan tekanan yang kuat
dari jantung, sehingga pembuluh darah arteri tidak mudah pecah. Letak pembuluh arteri
agak ke dalam tubuh bila dibandingkan dengan jenis pembuluh darah vena. Hanya di
beberapa bagian tertentu yang letaknya agak ke tepi, seperti di leher, pergelangan tangan,
dan pelipis. Pembuluh darah arteri berdenyut sesuai irama denyutan jantung. Aliran darah
yang berada di dalam arteri pun sangat cepat, karena berasal langsung dari jantung. Antara
pembluh darah arteri dan vena, terdapat perbedaan jelas, yaitu jika pembuluh darah vena
memiliki banyak katup, maka lain halnya dengan arteri. Pembuluh darah arteri hanya
memiliki satu katup di pangkal berbatasan dengan bilik kiri jantung, atau biasa disebut
dengan valvula semilunar.
Sebagai pembuluh yang sangat penting, arteri atau nadi memiliki beberapa fungsi bagi
tubuh. Salah satu fungsi yang sering diketahui adalah sebagai media untuk menyalurkan
darah yang mengandung oksigen ke jantung. Dengan demikian, peredaran yang lancar dari
pembuluh nadi akan membuat kondisi jantung tetap sehat. Adapun fungsi lain dari
pembuluh nadi adalah sebagai berikut:
 Mengedarkan Nutrisi ke Seluruh Sel Tubuh Salah satu fungsi pembuluh nadi arteri adalah
mengedarkan seluruh nutrisi ke seluruh bagian tubuh. Seperti yang kita tahu, setiap
makanan yang dikonsumsi oleh tubuh akan diserap nutrisinya dan kemudian diedarkan
oleh pembuluh nadi ke jantung dan akhirnya pada seluruh bagian tubuh. Tak heran
apabila terjadi penyumbatan darah pada pembuluh nadi, maka tubuh dan jantung akan
kekurangan nutrisi serta oksigen.
 Membantu Proses Pengeluaran Racun dalam Tubuh Fungsi lain yang dimiliki oleh
pembuluh nadi adalah mengeluarkan racun yang ada dalam tubuh. Dalam hal ini, racun
atau zat sisa yang ada di dalam tubuh akan dikeluarkan melalui tiga 3 proses. Pertama
adalah defekasi yang berupa proses pengeluaran sisa makanan melalui sistem pencernaan
dan berakhir menjadi feses. Kedua adalah ekresi yakni proses pengeluaran racun dari
urine, udara pernafasan, dan keringat. Sedangkan proses ketiga adalah pengeluaran racun

7
oleh kelenjar dan sel. Dalam hal ini, pembuluh nadi memiliki peran yang sangat penting
karena pembuluh ini melewati organ tubuh seperti ginjal, paru-paru, lapisan kulit, dan
hati.
 Menstabilkan Keseimbangan Komponen Penting dalam Darah Adapun fungsi terakhir
adalah membantu menstabilkan keseimbangan unsur-unsur kimia di dalam darah,
termasuk keseimbangan sistem kekebalan tubuh. Arteri berfungsi untuk mengangkut
darah yang berasal dari jantung. Darah yang berasal dari jantung agar bisa sampai ke
seluruh tubuh, dipompakan dari dengan tekanan yang cukup besar terhadap dinding
pembuluh. Tekanan darah yang dipompakan dari jantung ke seluruh tubuh ini dikenal
dengan istilah systole. Untuk menahan tekanan tersebut, arteri harus mempunyai struktur
dinding yang cukup tebal dan kuat, sehingga pembuluh darah tidak pecah. Oleh karena
itu struktur pembuluh darah arteri lebih tebal jika dibandingkan dengan vena. Sebaliknya
tekanan darah yang dipompakan balik dari seluruh tubuh kembali ke jantung memiliki
tekanan yang lebih rendah, tekanan ini dikenal dengan istilah diastole. Untuk menahan
tekanan balik tersebut, pembuluh darah bali (vena) tidak harus mempunyai struktur
dinding yang tebal dan kuat seperti halnya arteri. Oleh karena itu struktur pembuluh darah
vena lebih tipis jika dibandingkan dengan arteri (Durachim, 2018).
Berdasarkan pada letak dan ukurannya Jenis, pembuluh darah arteri dibagi menjadi 3
bagian. Akan tetapi, fungsinya tetap sama. Yaitu :
 Arteri Elastik yaitu pembuluh besar di dalam tubuh, contoh arteri ini adalah aorta
(pembuluh darah terbesar yang mengalirkan darah setelah dikeluarkan dari ventrikel kiri
jantung), trunkus pulmonalis (pembuluh darah yang mengalirkan darah yang keluar dan
dipompakan dari ventrikel kanan jantung), dan juga cabang-cabang utamanya. Dinding
pembuluh darah jenis ini terutama terdiri dari jaringan ikat elastik, memperlihatkan daya
tahan dan kelenturan ketika darah mengalir. Dinding pembuluh ini sangat melebar
selama sistol (kontraksi jantung atau pompa jantung). Sewaktu diastole (relaksasi
jantung), dinding kembali mengerut dan mendorong darah maju.
 Arteri Muskular yaitu dinding pembuluh darah yang banyak mengandung otot polos,
juga mengontrol aliran darah melalui vasokonstriksi (menguncup) dan vasodilatasi
(mengembang), mekanisme ini diatur oleh sistem saraf otonom.
 Arteriol yaitu arteri kecil dengan satu sampai lima lapisan otot polos, arteriol terminal
akan mengalirkan darah ke pembuluh darah paling kecil, yaitu kapiler. Arteriol
berdiameter 10- 100µm, yang membawa darah ke kapiler dengan arteri. Perubahan

8
dalam diameter arteriol juga dapat mempengaruhi tekanan darah: vasokonstriksi arteriol
meningkatkan tekanan darah, dan vasodilatasi arteriol menurunkan tekanan darah
(Tortora, 2007). Arteriol berfungsi dalam mengendalikan aliran darah dan tekanan
darah. cabang-cabang arteri (arteriol), ketebalan lapisan ototnya berkurang. Dinding
arteriol terkecil hanya terdiri dari endotelium dan beberapa serat otot polos yang
mengelilinginya (Sa’adah, 2018).

2. Vena
Vena merupakan pembuluh darah yang membawa darah dari kapiler di seluruh tubuh
ke jantung. Struktur pembuluh vena memiliki dinding tipis, banyak terdapat katup mencegah
darah kembali. Prosesnya setelah darah melalui kapiler, kemudian masuk ke venula menuju
vena terkecil. Venula terkecil hanya terdiri dari endotelium dan jaringan ikat, tetapi venula
yang lebih besar juga mengandung jaringan otot polos. Pada vena kecil membentuk vena
semakin besar seperti darah dikembalikan ke jantung. Sedangkan vena lebih besar, terutama di
kaki dan tangan, mengandung katup yang mencegah aliran balik darah dan membantu
kembalinya darah ke jantung. 60% volume darah berada dipembuluh darah, apabila terjadi
pendarahan maka volume darah maupun tekanan darah mengalami penurunan. Sehingga sistem
saraf simpatik mengirimkan impuls untuk mengerut dinding otot pembuluh darah, yang
mengurangi volume vena dan mengkompensasi kehilangan darah. Sebuah respon yang sama
terjadi selama aktivitas otot berat untuk meningkatkan aliran darah ke otot rangka (Sa’adah,
2018).
Vena ialah suatu pembuluh yang berfungsi sebagai pembawa darah menuju jantung.
Darah yang diangkut mengandung karbondioksida dan biasanya berada didekat permukaan
tubuh dan terlihat kebiru-biruan. Dinding pembuluhnya tidak elastis dan tipis, berukuran lebih
kecil dari pembuluh nadi, ini karena darah yang dalam perjalanan kembali menuju jantung
memiliki tekanan yang sangat kecil bahkan tidak terasa. Pembuluh ini mempunyai katup
disepanjang pembuluhnya, ini berfungsi agar darah tetap mengalir satu arah. Dengan adanya
katup tersebut maka aliran darah akan mengalir menuju jantung dan jika terjadi luka darah
tidak akan memancar namun akan mengalir keluar karena tekanannya tidak terasa atau rendah.
Dalam tubuh pembuluh akan menjadi satu pembuluh balik yang besar atau disebut dengan vena
cava. Pembuluh ini akan masuk jantung melewati serambi kanan. Bila sudah terjadi pertukaran
gas pada paruparu darah akan mengalir menuju jantung lagi melewati vena paru-paru. Vena
akan membawa darah yang mengandung oksigen jadi darah yang terdapat pada vena

9
mengandung karbondioksida kecuali pada vena pulmonalis. Padam manusia penyakit yang
menyerang pembuluh ini ialah varises (Durachim, 2018)
Pembuluh darah vena merupakan pembuluh darah yang berfungsi mengalirkan darah
yang berasal dari kapiler untuk kembali menuju ke jantung. Pembuluh vena memiliki dinding
yang tipis bila dibandingkan dengan arteri, namun tetap memiliki sifat elastis. Pembuluh darah
vena ada yang besar dan kecil, Vena yang paling besar yang terletak di dekat jantung disebut
dengan vena kafa. Vena kafa sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan letak dan fungsinya yang
berbeda, yaitu :
a) Vena Kafa Superior, yaitu pembuluh darah vena yang membawa darah menuju ke jantung
dari bagian tubuh atas
b) Vena Kafa Inferior, yaitu pembuluh darah vena yang membawa darah menuju ke jantung
dari bagian tubuh bawah.
Posisi pembuluh darah Vena terletak di bagian tubuh agak ke tepi. Pembuluh vena
mengalirkan darah yang berasal dari seluruh tubuh kembali ke jantung, sehingga tidak memiliki
aliran darah secepat arteri. Karena tidak mempunyai tekanan yang besar, maka pembuluh vena
memiliki banyak katup yang berfungsi untuk mencegah agar aliran darah tidak kembali lagi ke
kapiler.
Selain vena kafa, pembuluh vena juga terbagi lagi menjadi :
a) Vena Pulmonalis Vena pulmonalis merupakan pembuluh vena yang bertugas untuk
mengalirkan darah segar yang mengandung oksigen ke dalam jantung. Terdapat dua vena
pulmonalis, yaitu vena pulmonalis dextra yang membawa darah dari paru-paru kanan
(dextra) ke jantung, serta vena pulmonalis sinistra (kiri) yang membawa darah dari paru-
paru kiri ke jantung.
b) Vena Cutanea Pembuluh darah Cutanea yaitu vena yang berada di bawah kulit (cutanea
berarti kulit). Sesuai dengan namanya, vena jenis ini berada di bawah kulit, yang biasanya
ditusuk saat seseorang atau pasien diambil darah untuk melakukan pemeriksaan gula
darah, kolesterol dan lain-lain.
c) Deep Vein Pembuluh darah Vena deep vein ini terletak berdekatan dengan arteri dan tidak
tampak dengan mata telanjang jika dilihat dari luar, karena posisinya berada di bagian
dalam.
d) Venula Pembuluh darah venula Sama halnya seperti arteriol, pembuluh venula ini
merupakan vena dengan ukuran yang sangat kecil dengan diameter 4 sampai 10µm dan
bertanggung jawab terhadap distribusi darah ke kapiler. Aliran darah dari arteriol ke
venule melalui kapiler disebut mikrosirkulasi (Tortora, 2007).

10
3. Kapiler
Kapiler merupakan pembuluh darah paling banyak dan kecil. Memiliki diameter yang
sangat kecil sehingga eriyrosit harus melewatinya dalam file tunggal. Dinding kapiler terdiri
endotelium, jadi pertukaran bahan antara darah berada di kapiler dan sel-sel tubuh. Kapiler
melimpah di jaringan aktif, seperti jaringan otot dan saraf, hampir setiap sel dekat dengan
kapiler. Kapiler kurang melimpah di jaringan ikat, dan tidak hadir di beberapa jaringan,
seperti tulang rawan, epidermis, dan lensa dan kornea mata. Aliran darah kapiler
dikendalikan otot sfingter prekapiler terdiri dari serat otot polos yang melingkari dasar
kapiler di persimpangan arteri-kapiler. Keadaan kontraksi yang terjadi dapat menghambat
aliran darah ke jaringan kapiler sedangkan relaksasi sfingter memungkinkan darah mengalir
ke dalam jaringan kapiler untuk menyediakan oksigen dan nutrisi untuk sel-sel jaringan.
Jaringan kapiler menerima darah sesuai kebutuhan sel-sel yang dilayani. Contohnya, selama
latihan fisik darah dialihkan dari jaringan kapiler dalam saluran pencernaan untuk mengisi
jaringan kapiler di otot rangka. Pola distribusi darah sebagian besar terbalik setelah makan
(Sa’adah, 2018).

Gambar 6.Perbandingan Lima Tipe Dinding Pembuluh Darah


(Sumber: Tortora, 2007)

Pembuluh kapiler merupakan kelanjutan dari pembuluh arteri yang berperan untuk
mendistribusikan dan memberi oksigen dan nutrisi yang terlarut di dalam darah, darah yang

11
kaya oksigen ke organ-organ tubuh tempat kapiler tersebut berada. Setelah kapiler memberikan
darah yang banyak mengandung oksigen tersebut, maka kapiler juga akan mengambil dan
menyerap sisa-sisa metabolism seperti karbon dioksida sehingga dapat dialirkan melalui vena
kembali ke jantung. Di dalam tubuh terdapat beberapa jenis kapiler diantaranya, yaitu
(Durachim, 2018) :
a) Vas Capillare Continuum Jenis kapiler ini adalah kapiler terbanyak yang ada dalam
tubuh. Dinding kapiler ini tersusun atas banyak jaringan endotel
b) Vas Capillare Fenestratum Pembuluh kafiler vas capillare continuum terletak pada
adanya pori-pori (fenestra) dalam kapiler jenis ini. Biasanya kapiler ini terletak di
kelenjar endokrin, usus halus, dan glomerulus ginjal.
c) Vas Capillare Sinusoideum Pembuluh kapiler ini terletak di hati, limpa, dan sumsum
tulang. Membrane basalis kapiler ini tidak terbentuk secara sempurna, dan mempunyai
diameter yang lebar serta terdapat celah di antara sel endotelnya.

Gambar 7. Jenis Jenis Kapiler


(Sumber: Durachim, 2018)

2.3 Proses Fisiologi Sistem Pembuluh Darah


Darah beredar karena adanya perbedaan tekanan darah. Darah mengalir dari daerah
tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah. Tekanan darah terbesar adalah pada ventrikel, dan
tekanan darah terendah adalah pada atrium.

12
Gambar 8. Tekanan Darah menurun seiring menjauhnya pembuluh darah dari ventrikel kiri
(Sumber: Seeley, 2009)
Gambar di atas menunjukkan penurunan tekanan darah dalam rangkaian sistemik
dengan peningkatan jarak dari ventrikel kiri. Kontraksi ventrikel menciptakan tekanan darah
yang mendorong darah melalui arteri. Namun, tekanan menurun sebagai di yang lebih kecil
hingga ke kapiler. Penurunan tekanan darah terjadi karena luas penampang keseluruhan arteri
gabungan sangat meningkat seirnging dengan banyaknya percabangan arteri. Saat darah
meninggalkan kapiler dan memasuki vena, ada tekanan darah yang sangat sedikit yang tersisa
untuk kembali darah ke jantung. Kembalinya darah vena dibantu oleh tiga kekuatan tambahan:
kontraksi otot skeletal, gerakan pernapasan, dan gavitasi. Kontraski dari otot rangka menekan
pembuluh darah, memaksa darah mengalir dari satu segmen ke segmen yang lain dan menuju
jantung karena katup mencegah aliran balik darah. Metodi pergerakan tersebut terjadi di
pembuluh darah vena menuju jantung sangat pentinglah terutama untuk mengalirkan darah dari
lengan dan kaki ke jantung (Sa’adah, 2018).
Kecepatan aliran darah berbanding terbalik dengan luas penampang keseluruhan
pembuluh darah. Oleh karena itu, kecepatan semakin menurun seiring meningkatnya jumlah
pembuluh darah arteri sampai di kapiler. Kecepatan semakin meningkat pada vena dalam
perjalanan membawa darah kembali ke jantung. Aliran darah yang tercepat di aorta dan paling
lambat dalam kapiler, situasi yang ideal menyediakan sirkulasi darah yang cepat dan waktu
yang cukup untuk pertukaran bahan antara darah di kapiler dan sel-sel jaringan (Sa’adah,
2018).
Dinding pembuluh darah terutama arteri merupakan organ aktif secara metabolik yang
harus memenuhi kebutuhan energi untuk mempertahankan tegangan otot polos dan fungsi sel

13
endotel dengan baik. Setiap kali jantung berdenyut terdapat gelombang darah baru yang
mengisi arteri. Menurut Saladin (2012), jika arteri kaku dan tidak mempunyai distensibilitas,
tekanan akan naik jauh lebih tinggi di sistol dan drop untuk hampir nol di diastol. Tetapi ketika
arteri sehat, mereka memperluas dengan masing-masing sistol dan menyerap beberapa
kekuatan darah untuk dipompakan. Kemudian, ketika jantung dalam diastol, elastisitas mereka
mempertahankan tekanan darah dan mencegah tekanan darah jatuh ke nol. Dengan demikian,
arteri yang elastis "memuluskan" fluktuasi tekanan dan mengurangi stres pada arteri yang lebih
kecil. Arteri kecil dan arteriol disebut juga sebagai pembuluh resistensi karena mereka adalah
tempat utama dari resistensi perifer (Barrett 2010).
Tekanan dipengaruhi oleh resistensi, dan aliran dipengaruhi oleh keduanya. Darah
mengalir lebih cepat jika di tengah pembuluh darah, di mana ia bertemu sedikit gesekan, dan
lebih lambat jika dekat dengan dinding, di mana ia mengalami gesekan pada dinding pembuluh
darah. Ketika pembuluh darah melebarkan, sebagian besar darah dalam tengah pembuluh dan
aliran rata mungkin cukup cepat. Ketika pembuluh mengalami konstriksi, banyak darah yang
lebih dekat dengan dinding sehingga menurunkan aliran darah (Saladin, 2012). Metabolisme
arteri menunjukkan bikimiawi sel otot polos. Terdapat cara anabolik dan katabolik. Sel ini
metabolisme glukosa dengan cara anaerobik dan glikolisis aerobik. Sel dinding arteri dapat
mensintesis asam lemak, kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida dari substrat endogen untuk
memenuhi kebutuhan strukturalnya, tetapi sel otot polos lebih mengutamakan penggunaan
lipid dari lipoprotein plasma yang dihantarkan ke dinding. Lipoprotein yang melintasi sel
endotel melalui vesikel pinositotik. Sel otot polos mempunyai reseptor permukaan khusus
dengan afinitas tinggi terhadap apoprotein tertentu pada permukaan lipoprotein kaya akan lipid,
sehingga memudahkan masuknya lipoprotein ke dalam sel melalui endositosis adsorptif.
(Biermann,2015).
Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh darah yang hampir selalu dinyatakan dalam milimeter air raksa (Guyton,
2007). Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan
atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah
selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap.8 Tekanan darah diatur
melalui beberapa mekanisme fisiologis untuk menjamin aliran darah ke jaringan yang
memadai. Tekanan darah ditentukan oleh curah jantung (cardiac output, CO) dan resistensi
pembuluh darah terhadap darah. Curah jantung adalah volume darah yang dipompa melalui
jantung per menit, yaitu isi sekuncup (stroke volume, SV) x laju denyut jantung (heart rate,

14
HR). Resistensi diproduksi terutama di arteriol dan dikenal sebagai resistensi vaskular
sistemik.9 Resistensi merupakan hambatan aliran darah dalam pembuluh, tetapi tidak dapat
diukur secara langsung dengan cara apapun. Resistensi harus dihitung dari pengukuran aliran
darah dan perbedaan tekanan antara dua titik di dalam pembuluh (Guyton, 2007).
Resistensi bergantung pada tiga faktor, yaitu viskositas (kekentalan) darah, panjang
pembuluh, dan jari-jari pembuluh.10 Aliran darah yang mengalir di sirkulasi dalam periode
waktu tertentu, secara keseluruhan adalah 5000 ml/menit pada sirkulasi total orang dewasa
dalam keadaan istirahat. Aliran darah ini disebut curah jantung karena merupakan jumlah darah
yang dipompa ke aorta oleh jantung setiap menitnya.7 Kecepatan aliran darah yang melalui
seluruh sistem sirkulasi sama dengan kecepatan pompa darah oleh jantung ─ yakni, sama
dengan curah jantung.7 Isi sekuncup jantung dipengaruhi oleh tekanan pengisian (preload),
kekuatan yang dihasilkan oleh otot jantung, dan tekanan yang harus dilawan oleh jantung saat
memompa (afterload). Normalnya, afterload berhubungan dengan tekanan aorta untuk
ventrikel kiri, dan tekanan arteri untuk ventrikel kanan. Afterload meningkat bila tekanan darah
meningkat, atau bila terdapat stenosis (penyempitan) katup arteri keluar. Peningkatan afterload
akan menurunkan curah jantung jika kekuatan jantung tidak meningkat. Baik laju denyut
jantung maupun pembentukan kekuatan, diatur oleh sistem saraf otonom (SSO/autonomic
nervous system, ANS) (Aaronson, 2008).
Hubungan antara tekanan, resistensi, dan aliran darah dalam sistem kardiovaskular
dikenal dengan hemodinamika. Sifat aliran ini sangat kompleks, namun secara garis besar
dapat diperoleh dari hukum fisika untuk sistem kardiovaskular :

Gambar 9. Hukum Fisika Sistem Hemodinamika

Dengan CO adalah curah jantung (cardiac output), MABP adalah tekanan darah arteri rata-rata
(mean arterial blood pressure), TPR adalah resistensi perifer total (total peripheral resistance),
dan CVP adalah tekanan vena sentral (central venous pressure). Karena CVP biasanya
mendekati nol, maka MABP sama dengan CO x TPR.11 MABP adalah nilai rata-rata dari
tekanan arteri yang diukur milidetik per milidetik selama periode waktu tertentu.7 Secara
konstan MABP dipantau oleh baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan
mempengaruhi jantung serta pembuluh darah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi
perifer total sebagai usaha memulihkan tekanan darah ke normal. Reseptor terpenting yang

15
berperan dalam pengaturan terus-menerus yaitu sinus karotikus dan baroreseptor lengkung
aorta.10 Tekanan darah rata-rata menurun secara progresif di sepanjang sistem arteri.
Penurunan biasanya tajam pada arteri terkecil dan arteriol (diameter <100μm) karena
pembuluh memberikan resistensi terbesar terhadap aliran. Peranan arteriol dalam mengatur
resistensi vaskular memiliki beberapa implikasi penting, yaitu : (1) Konstriksi atau dilatasi
semua atau sebagian besar arteriol dalam tubuh akan memengaruhi TPR dan tekanan darah (2)
Konstriksi arteriol pada satu organ atau regio tersebut, sementara itu dilatasi memiliki efek
yang berlawanan (3) Perubahan resistensi arteriolar pada suatu regio memengaruhi tekanan
hidrostatik ‘downstream’ dalam landas kapiler (capillary bed) dan vena pada regio tersebut
(Aaronson, 2008).

Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga tekanan rata-rata
di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg. Demikian juga, karena pemompaan oleh
jantung bersifat pulsatil, sebagai akibat pengosongan ritmik ventrikel kiri, tekanan arteri
berganti-ganti antara nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai tekanan diastolik 80
mmHg.7,11 Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap pulsasi, yang disebut
tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah setiap pulsasi, yang disebut
tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai antara kedua tekanan ini sekitar
40 mmHg, yang disebut tekanan nadi.7 Dua faktor utama yang memengaruhi tekanan nadi :
(1) curah isi sekuncup dari jantung, dan (2) komplians (distensibilitas total) dari percabangan
arteri. Tekanan nadi pada orang lanjut usia kadang-kadang meningkat sampai dua kali nilai
normal, karena arteri menjadi lebih kaku akibat arteriosklerosis dan karenanya, arteri relatif
tidak lentur (Guyton, 2007).
Faktor – faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah adalah sebagai
berikut:

16
Gambar 10. Faktor – faktor yang berpengaruh pada pengendalian tekanan darah
Faktor-faktor di atas berperan dalam pengendalian tekanan darah yang memengaruhi
rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer.3 Beberapa pusat yang
mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah, yaitu :14 1. Sistem syaraf yang terdiri dari
pusat-pusat yang terdapat di batang otak, misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan syaraf
pusat, misalnya baroreseptor dan kemoreseptor. 2. Sistem humoral atau kimia yang dapat
berlangsung lokal atau sistemik, misalnya renin-angiotensin, vasopressin, epinefrin,
norepinefrin, asetilkolin, serotonin, adenosin dan kalsium, magnesium, hidrogen, kalium, dan
sebagainya. 3. Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian dalam dan di luar
sistem vaskuler.

2.4. Gangguan Fisiologi Aterosklerosis


Aterosklerosis adalah suatu penyakit akibat respon peradangan pembuluh darah yang
progresif. Aterosklerosis merupakan proses inflamasi kronis yang dimulai dengan akumulasi
lipid pada tunika intima pembuluh arteri. Aterosklerosis berhubungan dengan degenerasi
lemak dan pengerasan pembuluh darah. Lesi awalnya adalah lapisan lemak yang membentuk
plak, dan plak yang tidak stabil bertanggungjawab pada beberapa gangguan kardiovaskular
(Aziz dan Yadav, 2016).
Aterosklerosis ditandai dengan terbentuknya ateroma, yaitu plak di tunika intima yang
ada pada lumen arteri sedang sampai besar. Plak tersebut mengandung sel-sel inflamasi, sel
otot polos, komponen jaringan ikat, dan lipid. Arteriosklerosis meliputi setiap keadaan
pembuluh arteri yang mengakibatkan penebalan atau pengerasan dindingnya. Bila keadaan
tersebut melibatkan arteri yang lebih besar seperti aorta, cabang-cabangnya yang besar dan
arteri berukuran sedang seperti yang menyuplai untuk daerah ekstremitas, otak, jantung dan
organ utama dikenal dengan aterosklerosis. Arteri yang paling sering mengalami aterosklerosis
adalah arteri koroner, aorta, dan arteri serebral. Langkah pertama pembentukan aterosklerosis
dimulai dari disfungsi endotel lumen arteri yang dapat terjadi setelah terjadinya cedera endotel
atau dari stimulus lain (Corwin, 2009).

17
Gambar 11. Pembuluh darah normal dan pembuluh darah dengan plak aterosklerotik
(Sumber: Merck, 2014)

Plak ateromatosa merupakan lesi meninggi yang terdiri dari inti lipid (terutama
kolesterol dan kolesterol ester, dengan debris nekrotik) ditutupi oleh tutup fibrosa. Plak
aterosklerotik dapat menghambat lumen pembuluh darah secara mekanis dan mudah pecah,
dan mengakibatkan trombosis. Plak juga melemahkan tunika media yang mendasari, dan
kadang-kadang menyebabkan pembentukan aneurisma.

Gambar 12. Struktur Plak Aterosklerosis


2.5 Gejala Aterosklerosis

Perkembangan fatty streak dimulai sejak usia anak-anak. Lesi aterosklerotik pernah
ditemukan pada bayi, dan dikatakan lesi tersebut berkembang setelah umur 8-18 tahun dan
masuk ke tahap lanjutan pada umur 25 tahun, biasanya manifestasi muncul di umur 50-60 tahun
yang disebabkan instabilitas plak. Instabilitas plak aterosklerotik pada arteri koroner
memegang peranan penting dalam perkembangan sindrom koroner akut (SKA). Sindrom
coroner akut secara klinis tidak terdeteksi, sampai timbulnya stenosis atau trombosis yang
menyebabkan terjadinya gangguan aliran darah dan iskemia miokardial. Secara klinis tampak
sebagai angina pektoris, infark miokardium, dan sudden cardiac death (Prameswari, 2019).

18
Sampai pada akhirnya bermanifestasi sendiri lewat salah satu mekanisme berikut ini (Steinl,
2015):
• Penyempitan tersamar lumen vaskuler (misalnya gangren pada tungkai bawah terjadi karena
aterosklerosis yang menimbulkan stenosis dalam arteri poplitea).
• Ruptur plak atau lesi superfisialis yang diikuti oleh pembentukan trombus sehingga terjadi
oklusi lumen yang tiba – tiba (misalnya infark miokardium terjadi sesudah oklusi lumen
oleh trombus dari ateroma koroner yang lepas).
• Kelemahan dinding pembuluh darah yang diikuti oleh pembentukan aneurisma dan
mungkin pula ruptur (misalnya aneurisma aorta abdominalis).
• Pembentukan sumber tromboembolus atau debris ateroembolus yang menyebabkan
kerusakan organ di sebelah distal (misalnya infark renal setelah embolisasi kolesterol dari
plak aorta yang mengalami ulserasi).

Penyakit Aterosklerosis pada awalnya memang tidak memunculkan gejala, hingga


pembuluh darah jantung sudah menyempit atau bahkan tertutup sehingga menyebabkan tidak
tersalurnya darah yang cukup ke organ tubuh. Akibatnya, banyak orang yang tidak sadar bila
dirinya menderita penyakit Aterosklerosis dan timbul komplikasi. Aterosklerosis dapat
menyebabkan iskemia dan infark jantung, stroke, hipertensi renovaskular dan penyakit oklusi
tungkai bawah (Jawarhalal, 2000). Lebih kurang dari sepertiga kematian di Amerika Serikat
terjadi karena aterosklerosis yang signifikan dalam menimbulkan infark miokardium atau
kematian jantung mendadak, stroke (cerebrovascular accidents), ruptur aneurisma, oklusi arteri
messenterika, dan gangren ekstremitas (Steinl, 2015). Aterosklerosis yang menyerang jantung
bisa menyebabkan penyakit jantung koroner serta serangan jantung. Gejala Aterosklerosis
yang menyerang jantung seperti nyeri dada, dada rasanya seperti diremas atau ditekan, nyeri
dada di pundak, rahang, atau punggung, irama jantung menjadi terganggu, berkeringat, sesak
napas serta gelisah (Jawarhalal, 2000).

2.6 Faktor Risiko Kondisi Aterosklerosis

Definisi faktor risiko aterosklerosis adalah adanya keadaan, kebiasaan atau


abnormalitas yang dihubungkan dengan aterosklerosis. Faktor-faktor risiko dapat juga
dihubungkan dengan penyakit-penyakit penyebabnya. Faktor risiko aterosklerosis dapat
dibedakan menjadi faktor risiko mayor atau utama dan faktor risiko minor (Jawarhalal, 2000).

2.6.1 Faktor Resiko Mayor

19
Faktor Resiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
1. Umur
Aterosklerosis merupakan penyakit yang mengikuti pertambahan umur dan seluruh
faktor-faktor yang menyertainya, umur mempunyai hubungan yang kuat. Fatty streak
muncul di aorta pada akhir dekade awal umur seseorang dan terdapat progresi pengerasan
dari aterosklerosis pada sebagian besar arteri dengan bertambahnya umur. Sehubungan
dengan konsep terkini patogenesis aterosklerosis, terdapat respon inflamasi fibroproliferatif
terhadap suatu injur dalam proses degeneratif yang berhubungan dengan usia. Risiko
aterosklerosis meningkat setelah usia 45 pada pria dan setelah usia 55 tahun pada wanita.
Perempuan dengan umur 65 tahun atau lebih tua memiliki risiko penyakit kardiovaskular
yang sama dengan laki-laki dari usia yang sama (Jawarhalal, 2000).

2. Jenis Kelamin
Penyakit aterosklerotik secara umum sedikit terjadi pada perempuan, namun
perbedaan tersebut menjadi sedikit menonjol pada dekade akhir terutama masa menopause.
Hal ini dimungkinkan karena hormon esterogen bersifat sebagai pelindung. Terdapat
beberapa teori yang menerangkan perbedaan metabolisme lemak pada laki-laki dan
perempuan seperti tingginya kadar kolesterol HDL dan besarnya aktifitas lipoprotein lipase
pada perempuan, namun sejauh ini belum terdapat jawaban yang pasti (Jawarhalal, 2000).

3. Keturunan (Ras)/Genetik
Terdapat perbedaan geografi dalam insiden penyakit jantung koroner. Sejumlah
penelitian post-mortem menunjukkan adanya perbedaan keterlibatan intima dengan
aterosklerosis pada populasi berbeda. Yang menjadi perbincangan adalah apakah faktor ras
ataukah faktor lingkungan. Salah satu penelitian yang dilakukan pada tiga grup ras dalam
satu lokasi didapatkan bahwa komunitas orang-orang kulit hitam menunjukkan kejadian
aterosklerosis lebih rendah dibandingkan komunitas orang-orang kulit putih atau orang-
orang Asia. Hal ini masih belum cukup menggambarkan bahwa hasil tersebut murni hanya
oleh faktor ras oleh karena komunitas orang kulit hitam pada umumnya termasuk kelas
sosial yang rendah, menjelaskan kemungkinan keterlibatan faktor sosial-ekonomi.
Prevalensi penyakit jantung koroner penduduk Jepang yang tinggal di AS lebih tinggi
dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di Jepang, hal ini menggambarkan adanya
pengaruh lingkungan lebih besar dari pada pengaruh ras.Di antara ras/etnis populasi,
prevalensi PJK adalah terbesar di antara Indian Amerika/pribumi Alaska (11.6%), diikuti
oleh orang kulit hitam (6.5%), Hispanik (6.1%), kulit putih (5.8%), dan Asia atau penduduk

20
asli Hawaii/Kepulauan Pasifik lainnya (3.9%). Untuk ras dan jenis kelamin pada tahun
2010, prevalensi laki-laki terbesar di antara American Indian/Alaska Pribumi (14.3%) dan
orang kulit putih (7.7%), dan prevalensi perempuan terbesar di antara prevalensi American
Indian/Alaska Pribumi (8.4%) dan kulit hitam (5.9% ) (Jawarhalal, 2000).

Riwayat keluarga merupakan salah satu faktor risiko yang kuat untuk terjadinya
penyakit aterosklerosis. Alasan utama bahwa aterosklerosis merupakan penyakit komplek
dengan faktor genetik dan lingkungan terlibat sebagai etiologi. Selain keturunan, riwayat
keluarga juga menjadi risiko terjadinya penyakit aterosklerosis. Risiko meningkat jika
bapak atau saudara laki-laki didiagnosis sebelum usia 55 tahun, atau jika ibu atau saudara
perempuan didiagnosis sebelum usia 65 tahun. Riwayat keluarga yang positif terhadap
penyakit aterosklerosis akan meningkatkan kemungkinan timbulnya aterosklerosis
premature (Jawarhalal, 2000).

Faktor Risiko Mayor yang Dapat Dimodifikasi


1. Merokok
Mekanisme yang mungkin menyebabkan meningkatnya aterosklerosis adalah: injury
endotel secara langsung akibat agen pada rokok (karbon monoksida dan nikotin) yang
menyebabkan timbulnya bleb pada permukaan lumen, formasi mikrofili, dan lepasnya sel
endotel (endotel damage), perubahan trombosit, meningkatnya kadar fibrinogen dan C-
reactive protein dan menginduksi sitokin proinflamasi.32 Disamping itu meningkatkan level
produk oksidasi termasuk LDL-Oks dan menurunkan kolesterol HDL. Tobacco
glycoprotein juga menunjukkan sebagai bahan mitogenik pada kultur pembuluh darah halus
sel otot sapi dan terdapat perubahan faktor hemostasis seperti meningktanya faktor VIII
RAG dan agregasi trombosit terhadap adenosine diphosphate (Jawarhalal, 2000).
2. Dislipidemia
Hiperlipidemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar satu atau lebih
lipid atau lipoprotein plasma. Oleh karena abnormalitas dapat juga disebabkan karena
rendahnya kadar lipid tertentu, maka istilah yang dianjurkan adalah dyslipidemia
(Djokomoeljanto, 1999). Dislipidemia sendiri adalah suatu kelainan metabolisme lipid yang
ditandai oleh adanya suatu kenaikan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan
fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, trigliserid, kolesterol LDL,
dan penurunan kadar kolesterol HDL. Klasifikasi dislipidemia dapat berdasarkan atas
primer yang tidak jelas suatu etiologinya dan sekunder yang memiliki penyakit dasar seperti
pada sindroma nefrotik,diabetes melitus, hipotiroidisme. Selain itu dislipidemia dapat juga

21
dibedakan berdasarkan profil lipid yang menonjol, seperti: hiperkolesterelomi,
hipertrigliseridemia, isolated low HDL-cholesterol, dan dislipidemia campuran. Bentuk
yang paling terakhir yang paling banyak ditemukan (Rader, 2005).
3. Hipertensi
Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial
atau hipertensi primer untuk membedakan dengan hipertensi lain yang sekunder karena
sebab-sebab yang diketahui. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.46 Klasifikasi hipertensi pada orang dewasa menurut The Sevent report of The
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure (JNC 7) terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat
1 dan hipertensi derajat 2 (Yogiantoro, 2006)
Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa individu dengan hipertensi
memiliki banyak plak pada aorta dan arteri koronaria dibandingkan individu dengan tekanan
darah normal pada semua usia dan kedua jenis kelamin. Kerusakan endotelial secara
langsung akibat kekuatan tekanan darah dimungkinkan sebagai penyebab, namun hal itu
merupakan area shear yang rendah pada daerah vaskuler dengan aliran turbulensi lokal dan
kontak yang lama antara unsur darah dengan endotelium yang terlibat (Watanabe, 2006).
4. Aktivitas fisik
Masyarakat yang tidak aktif sedikitnya dua kali lebih besar ditemukannya PJK
daripada masyarakat yang aktif. Sedikit aktivitas fisik dapat memperburuk faktor risiko
lainnya, seperti tinggi kolesterol dalam darah dan trigliserid, hipertensi, diabetes dan
prediabetes, dan obesitas. Sangat penting sekali untuk anak-anak dan dewasa untuk
melakukan aktifitas fisik sebagai rutinitas sehari-hari. Salah satu alasan mengapa orang
Amerika tidak cukup aktif dikarenakan mereka hanya menghabiskan waktu di depan TV
dan mengerjakan pekerjaannya di depan computer. Beberapa spesialis menyarankan anak
umur dua tahun dan yang lebih tua sebaiknya tidak menghabiskan waktu dengan menonton
TV atau memakai computer lebih dari dua jam. Aktif secara fisik adalah salah satu hal
terpenting yang dapat menjaga kesehatan jantung. Semakin aktif, maka semakin baik
kesehatan kita (Flak, 2001).
5. Obesitas dan Berat Badan Lebih
Berat badan lebih dan obesitas mengacu pada berat badan yang berlebihan daripada
yang dinilai sehat untuk tinggi yang sesuai. Lebih dari dua per tiga orang Amerika dewasa
overweight, dan hampir sepertiga tersebut obesitas. Penentuan berat badan lebih untuk anak-
anak dan remaja berbeda dengan dewasa. Anak-anak masih tumbuh, dan kematangan anak

22
laki-laki dan perempuan pada keadaan yang berbeda. Obesitas adalah suatu keadaan dimana
ditemukan adanya kelebihan lemak dalam tubuh. Ukuran untuk menentukan seorang obes
atau berat badan lebih adalah berdasarkan berat badan dan tinggi badan yaitu indek massa
tubuh (IMT) berdasarkan berat badan (BB) dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter
pangkat dua (BB kg/ TB m2) (Adam, 2002).

Distribusi lemak dalam tubuh kita terdapat dua jenis penimbunan lemak yaitu:
ginekoid dan android. Bentuk ginekoid adalah penimbunan lemak terutama dibagian bawah
tubuh (bokong) sedangkan penimbunan lemak dibagian perut disebut bentuk android atau
lebih dikenal dengan obesitas sentral/ obesitas viseral. Hasil penelitian membuktikan bahwa
terdapat hubungan erat antara obesitas sentral dan faktor resiko penyakit kardiovaskuler
yang tergolong dalam sindroma metabolik yaitu diabetes mellitus tipe 2, toleransi glukosa
terganggu, hipertensi dan dislipidemia. Penurunan berat badan dengan diet, olahraga, dan
obat dapat memperbaiki profil lipid dan kendali glikemi yang lebih baik (Adam, 2002).
6. Diabetes Mellitus
Diabtes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduaduanya. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) membagi alur diagnosis
DM menjadi dua bagian besar berdasarkan ada tidaknya gejala khas DM. Gejala khas DM
terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagia, dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas.
Sedangkan gejala yang tidak khas diantaranya lemas, kesemutan, luka yang sulit sembuh,
gatal, mata kabur, disfungsi ereksi (pria), dan pruritus vulva (wanita). Apabila ditemukan
satu kali saja gejala khas DM, pemeriksaan glukosa darah abnormal dalam satu kali saja
maka sudah cukup digunakan untuk menegakkan diagnosis, namun apabila tidak ditemukan
gejala khas DM, maka yang diperlukan adalah dengan melakukan dua kali pemeriksaan
glukosa darah abnormal (Gustaviani, 2006).
Individu dengan DM mudah terjadi penyakit yang berhubungan dengan
aterosklerosis, dan diyakini bahwa lebih dari dua pertiga kematian pasien DM akibat
penyakit arterial. Pada satu penelitian (Helsinki policeman study) untuk setiap faktor risiko
dan pada setiap tingkatan risiko, angka kematian penyakit jantung koroner tiga kali lipat
lebih tinggi pada pasien DM daripada individu normal. Mekanisme yang mungkin adalah
berhubungan dengan abnormalitas metabolisme lipid yang dapat meningkatkan
aterogenesis, dan advanced glycation endproducts (AGE) yang menggambarkan

23
metabolisme abnormal pada DM yang berdampak pada injuri endotelium (Gustaviani,
2006).

2.6.2 Faktor – Faktor Risiko Minor


a. Stress
Stress berhubungan dengan aliran darah lokal yaitu aliran darah relatif lambat tetapi
mengalami oksilasi cepat yang dapat menyebabkan terjadinya kerusakan dan berlanjut pada
disfungsi endotel yang merupakan cikal bakal aterosklerosis. Mudah rupturnya plak
dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti: plak yang eksentrik non kalsifikasi, tipisnya
fibrous cap, luasnya plak, jumlah sel radang yang berinfiltrasi, neovaskularisasi, dan
hemodinamik lokal (Fukumoto et al, 2008).
b. Diet dan Nutrisi
Diet yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko kejadian aterosklerosis. Misalnya
makanan yang tinggi lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol yang akan meningkatkan
kolesterol LDL. Dengan demikian, maka harus membatasi makanan tersebut.Lemak jenuh
ditemukan di beberapa daging, produk susu, coklat, makanan yang dipanggang, dan
makanan goreng dan diproses. Lemak trans ditemukan di beberapa makanan yang digoreng
dan diproses. Kolesterol ditemukan pada telur, daging, produk susu, makanan yang
dipanggang, dan beberapa jenis kerang (Adam, 2002).
Hal ini juga penting untuk membatasi makanan yang tinggi natrium (garam) dan
tambahan gula. Diet tinggi garam dapat meningkatkan risiko tekanan darah
tinggi.Tambahan gula akan memberi kalori tambahan tanpa nutrisi seperti vitamin dan
mineral. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan berat badan yang meningkatkan risiko
aterosklerosis. Tambahan gula banyak ditemukan di makanan penutup, buah-buahan
kalengan yang dikemas dalam sirup, minuman buah, dan minuman soda non diet (Adam,
2002).
c. Alkohol
Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat menyebabkan obesitas, trigliserida
tinggi, tekanan darah tinggi, stroke dan kanker. Alkohol akan meningkatkan tekanan darah.
Hal ini juga akan menambah kalori yang dapat menyebabkan kenaikan berat badan. Ada
banyak alasan untuk tetap konsumsi alkohol dalam batas yang wajar. Pria dianjurkan untuk
minum tidak lebih dari 28 unit seminggu dan perempuan tidak lebih dari 21 unit. Unit
didefinisikan sebagai suatu jenis alcohol (misalnya, bir, wine, dll) (Flak, 2001).

24
2.7 Patogenesis Aterosklerosis

Cedera endotel merupakan dasar pertama dari hipotesis respons terhadap cedera.
Penyebab dari cedera atau disfungsi endotel adalah peningkatan kadar LDL dan radikal bebas
yang disebabkan oleh merokok, hipertensi, diabetes melitus, faktor genetik, peningkatan
konsentrasi plasma homosistein, infeksi mikroorganisme seperti virus herpes atau chlamydia
pneumoniae, dan kombinasi dari faktor-faktor ini. Hal-hal penting yang terutama menyebabkan
cedera endotel adalah gangguan hemodinamik dan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia
kronik akan menyebabkan penimbunan kolesterol LDL dalam intima pada tempat dimana
permeabilitas endotel meningkat. Dengan dilepaskannya radikal bebas maka LDL akan
teroksidasi dan dicerna oleh makrofag untuk membentuk sel-sel busa, hal ini yang merupakan
precursor terhadap pembentukan bercak ateroma. Mekanisme radang berperan penting dalam
memacu proses aterogenesis dengan menginisiasi, meningkatkan secara progresif, bahkan
sampai menimbulkan komplikasi dari lesi-lesi aterosklerosis. Saat ini beberapa kepustakaan
telah menyebutkan bahwa proses radang berperan penting pada perjalanan penyakit arteri
koroner serta manifestasi aterosklerosis lainnya. Sel otot polos pembuluh darah juga berperan
dalam aterogenesis. Sel otot polos bermigrasi dari tunika media ke tunika intima, kemudian
berproliferasi dan menimbun komponen matriks ekstrasel, yang akan mengubah fatty streak
menjadi suatu ateroma fibrofatty yang matang dan menyokong pertumbuhan lesi aterosklerotik
menjadi progresif.

Endotel yang mengalami disfungsi ditandai hal sebagai berikut (Kumar & Cannon,
2009):
a. Berkurangnya bioavailabilitas nitrit oksida dan produksi endothelin-1 yang berlebihan yang
mengganggu fungsi hemostasis vaskuler,
b. Peningkatan ekspresi molekul adhesif (misalnya P-selektin, molekul adhesif antarsel dan
molekul adhesif sel pembuluh darah seperti Vascular Cell Adhesion Molecules-1,
c. Peningkatan trombogenisitas darah melalui sekresi beberapa substansi aktif lokal.

Teori-teori lama menekankan bahwa terdapat dua hipotesis yang dapat menerangkan
terjadinya aterosklerosis yaitu yang pertama proliferasi sel di dalam intima dan kedua
organisasi serta pembentukan trombi yang berulang-ulang. Namun saat ini konsep patogenesis
dari aterosklerosis yang dianut adalah menggabungkan kedua hipotesis lama tersebut yang
dikenal dengan istilah hipotesis respons terhadap cedera (Response to injury hypothesis)
(Kumar, 2007).

25
Hipotesis respons terhadap cedera menunjukkan bahwa aterosklerosis adalah suatu
respons radang kronik dinding arteri yang dicetuskan oleh cedera endotel yang kemudian
menjadi lesi yang progresif karena interaksi antara lipoprotein termodifikasi, makrofag,
limfosit T dan kandungan seluler normal dinding arteri. Sejumlah pengamatan pada manusia
dan hewan coba mendukung teori hipotesis respons terhadap cedera. Pada awalnya diusulkan
bahwa denudasi endotel adalah langkah pertama pada proses aterosklerosis, dan hipotesis ini
lebih menekankan istilah disfungsi endotel daripada denudasi endotel. Dalam proses
aterosklerosis penyebab-penyebab disfungsi endotel mencakup peningkatan kadar LDL
termodifikasi, radikal bebas yang disebabkan oleh merokok sigaret, hipertensi, diabetes
melitus, faktor genetik, peningkatan konsentrasi plasma homosistein, infeksi mikroorganisme
seperti virus herpes atau chlamydia pneu-moniae, dan kombinasi dari faktor-faktor tersebut.
Dengan kata lain penyebab dari disfungsi endotel telah tercakup semua pada faktor-faktor
resiko aterosklerosis. Hal-hal utama pada hipotesis respons terhadap cedera dapat dijelaskan
berikut ini (Kumar, 2007):
a. Perubahan paling awal yang mendahului lesi aterosklerosis berada pada sel endotel.
Umumnya cedera endotel kronik mengakibatkan disfungsi endotel yang tidak memberikan
gejala. Cedera endotel akan menurunkan produksi nitrik oksida (NO), meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah dan adhesi lekosit, serta berpotensi trombotik. Cedera endotel
mengakibatkan terjadinya disfungsi sel endotel dan menjurus pada respons kompensatorik
yang mengubah homeostasis normal sel endotel dan meningkatkan adhesi leukosit atau
trombosit terhadap endotel. Secara khusus, low-density lipoprotein (LDL) yang memiliki
apolipoprotein B tampak berhubungan dengan aterosklerosis. Akumulasi partikel
lipoprotein mungkin tidak dihasilkan hanya dari peningkatan permeabilitas, atau
"kebocoran," dari endotel saja tetapi karena berikatan dengan konstituen dari matriks
ekstraselular yaitu proteoglikan. Interaksi ini mungkin memperlambat keluarnya partikel
kaya lipid tersebut dari intima.
b. Akumulasi lipoprotein pada dinding pembuluh darah terutama LDL dengan kandungan
kolesterol tinggi, diikuti oleh modifikasi lipoprotein pada lesi melalui proses oksidasi. Pada
awal proses aterogenesis ekspresi sel endotel melalui ICAM-I (inter-cellular adhesion
molekul-I) berikatan dengan macam-macam leukosit. Vascular cell adhesion molecule-1
(VCAM-I) mengikat monosit dan limfosit T. Akumulasi leukosit merupakan ciri
pembentukan lesi awal aterosklerosis. Jenis sel inflamasi yang biasa ditemukan dalam
ateroma yang berkembang antara lain makrofag, sel dendritik, limfosit T dan B, dan sel
mast. Selain produk lipoprotein yang termodifikasi, sitokin yang dihasilkan leukosit juga

26
dapat mengatur ekspresi molekul adhesi yang terlibat dalam perekrutan leukosit. Sitokin
kemoatraktan muncul untuk mengarahkan migrasi leukosit ke dalam dinding arteri. Setelah
monosit melekat pada sel endotel, monosit akan beremigrasi melewati taut antar sel endotel
masuk ke dalam tunika intima dan mengalami trasformasi menjadi makrofag setelah
dirangsang oleh kemokin. Makrofag mencerna lipoprotein LDL yang teroksidasi
membentuk sel-sel busa. Makrofag memproduksi interleukin-1 (IL-1) dan tumor necrosis
factor (TNF) yang meningkatkan adhesi lekosit. Makrofag juga menggerakkan beberapa
kemokin termasuk monocyte chemotactic protein-1 (MCP-I) yang merekrut lebih banyak
lekosit ke dalam bercak ateroma. Oksigen toksik yang dihasilkan oleh makrofag
menyebabkan oksidasi LDL. Partikel LDL yang tertangkap pada dinding pembuluh darah
akan mengalami oksidasi progresif dan masuk ke dalam makrofag melalui reseptor
scavenger pada permukaan sel membentuk peroksidase lemak dan memudahkan
penimbunan ester kolesterol kemudian membentuk sel busa. Selanjutnya terjadi
pembentukan fatty streak yang terdiri dari monosit lipid laden dan makrofag yang mencerna
LDL yang teroksidasi bersama-sama dengan limfosit T.
c. Cedera endotel juga menginduksi sel endotel yang bersifat prokoagulan dan membentuk
substansi vasoaktif seperti sitokin dan faktor-faktor pertumbuhan. Beberapa foam cell sarat
lemak dalam lesi intima yang meluas akan mati mungkin akibat apoptosis. Kematian fagosit
mononuklear ini menghasilkan pembentukan pusat kaya lipid yang sering disebut inti
nekrotik. Proses radang merangsang migrasi dan proliferasi sel otot polos pembuluh darah
membentuk bercak ateroma. Bilamana proses radang tidak efektif untuk melawan agen
penyerang maka respon radang akan berlangsung terus sehingga akan direkrut lebih banyak
sel-sel makrofag, limfosit, dan trombosit, yang beremigrasi dari pembuluh darah masuk
kedalam lesi aterosklerosis. Adhesi trombosit dan pelepasan faktor-faktor activated
platelets, makrofag, atau sel-sel pembuluh darah, menyebabkan migrasi sel-sel otot polos
dari tunika media masuk ke dalam tunika intima. Proliferasi sel-sel otot pada tunika intima
dan matriks ekstrasel mengakibatkan akumulasi kolagen dan proteoglikan, mengubah fatty
streak menjadi suatu ateroma fibrofatty yang matang dan menyokong pertumbuhan lesi
aterosklerotik yang progresif. Pada lesi aterosklerosis lanjut, terdapat pembentukan baru
pleksus mikrovesel yang berhubungan dengan vasa vasorum arteri dan juga terdapat
akumulasi kalsium. Pembuluh darah yang baru terbentuk rawan pecah sehingga mudah
terjadi perdarahan fokal yang berkontribusi terhadap komplikasi plak.

27
Fatty streaks yang progresif berkembang menjadi lesi sedang dan lanjut, kemudian
akan membentuk fibrous cap yang berbatasan dengan lumen pembuluh darah. Fibrous cap
menutupi campuran dari lekosit, lemak dan debris seluler yang membentuk suatu pusat
nekrotik. Pusat nekrotik terbentuk sebagai akibat pening-katan aktifitas platelet derived growth
factor (PDGF), transforming growth fac-tor–ß (TGF- ß), IL-1, TNF-α, osteopontin dan
penurunan degradasi jaringan ikat. Erosi plak atau ruptur dapat terjadi akibat peningkatan
sekresi sitokin proinflamasi, sintesis molekul prokoagulan, dan produksi matriks
metalloproteinase oleh sel inflamasi endotel yang mengdegradasi kolagen pada pelindung
fibrosam sehingga mengakibatkan darah berkontak dengan inti trombogenik, kemudian
memicu terjadinya agregasi platelet dan pembentukan trombus. Ekspansi plak dengan
pembentukan trombus menyebabkan terjadinya oklusi pada pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi penyakit kardiovaskular (Steinl, 2015).
Pecahnya tutup fibrotik menyebabkan trombosis. Gangguan fisik dari lesi
aterosklerosis biasanya memungkinkan faktor koagulan darah untuk kontak dengan kolagen
trombogenik yang ditemukan di matriks ekstraseluler dan faktorfaktor yang diproduksi oleh
foam cell sehingga terbentuk trombus. Dinding arteri yang normal memiliki beberapa
mekanisme fibrinolitik atau antitrombotik yang cenderung menolak trombosis dan melisiskan
bekuan yang mulai terbentuk in situ. Apabila bekuan darah melampaui kemampuan fibrinolitik,
maka bekuan akan berkembang dan dapat terjadi oklusi arteri. Konsekuensi dari oklusi ini
tergantung pada tingkat pembuluh darah kolateral yang ada (Steinl, 2015).

28
Gambar 13. Perubahan-perubahan dinding arteri pada ‘hipotesis respons terhadap cedera. 1.
Normal, 2.Cedera endotel dengan adhesi monosit dan trombosit, 3.migrasi monosit dari lumen
pembuluh darah dan otot polos tunika media ke tunika intima, 4.Proliferasi sel otot polos dalam
tunika intima 5.Terbentuknya bercak ateroma (Kumar, 2007)

Gambar 14. Patogenesis Aterosklerosis (Steinl, 2015)

29
Gambar 15. Makrofag dalam Aterosklerosis (Wayne, 2016)

Gambar 16. Makrofag dalam pembentukan lesi aterosklerosis (Moore, 2011)


Perkembangan aterosklerosis telah dimulai sejak usia dini, yaitu mulai dekade
pertama dengan pembentukan fatty streak yang kemudian pada dekade ketiga berubah menjadi
bercak ateroma (fase praklinik). Umumnya bercak ateroma secara progresif terus menerus
berubah, menjadi lebih besar dan dapat menimbulkan komplikasi bercak yang kemudian
menimbulkan manifestasi klinik pada usia pertengahan dan usia lanjut (fase klinik) (Kumar,
2008).
Arteriosklerosis yang berarti pengerasan dinding arteri adalah istilah umum bagi
penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis merupakan bentuk
arteriosklerosis yang paling sering, dan secara karakteristik ditandai oleh adanya lesi pada
intima yang disebut bercak ateroma. Bercak ini dapat menonjol ke dalam dan menutupi lumen
pembuluh darah, serta dapat melemahkan tunika media dibawahnya. Dalam perkembangan
aterosklerosis maka pembentukan bercak ateroma sepanjang dinding pembuluh darah arteri
akan menyebabkan pembuluh darah itu menyempit dan mengeras (Schoen, 2005).
Pembentukan bercak ateroma diawali oleh adanya fatty streak, yang merupakan lesi
terawal dari aterosklerosis. Fatty streak ini tidak menyebabkan penebalan dinding pembuluh
darah dan tidak menyebabkan gangguan aliran darah. Biasanya fatty streak muncul sebagai

30
bintik pipih berwarna kuning, multipel, dengan diameter < 1 mm, yang menyatu dalam larikan
panjang sekitar 1 cm atau lebih. Fatty streak terdiri dari sel makrofag dan sel otot polos dengan
sitoplasma distensi karena mengandung lemak dan membentuk sel busa. Fatty streak
merupakan prekursor bercak ateroma, yang sudah dibentuk sejak usia dini, tersering pada
dekade pertama, namun tidak semuanya akan berkembang menjadi bercak ateroma atau lesi-
lesi lanjut (Schoen, 2005).
Pembentukan bercak ateroma atau disebut juga ateromatosa, atau bercak fibrolipid
(fibrous atau fibrofatty) merupakan proses utama pada aterosklerosis dan secara morfologik
ditandai oleh penebalan tunika intima dan penimbunan lemak. Bercak ateroma berupa suatu
lesi fokal yang meninggi pada tunika intima, lembut, warna kekuningan dengan bagian pusat
mengandung lemak (terutama terdiri dari kolesterol dan ester kolesterol), ditutupi oleh suatu
penutup warna putih yang keras disebut fibrous cap. Ukuran bercak ateroma bervariasi 0,3-1,5
cm, kadang-kadang menyatu sehingga membentuk massa yang lebih besar. Umumnya bercak
ateroma secara progresif terus menerus berubah, menjadi lebih besar, terdapat kematian sel dan
degenerasi, sintesis dan degradasi matriks ekstrasel (remodeling) dan organisasi trombus.
Manifestasi klinik akibat aterosklerosis terutama disebabkan oleh karena penyempitan arteri,
dan bila penyempitan >70% maka dapat terjadi iskemik pada organ yang dipasoknya. Pada
stadium lanjut bercak-bercak ateroma dapat mengalami komplikasi yang secara klinis sangat
berarti. Komplikasi dapat berupa ruptur fokal, ulserasi, atau erosi fokal dari permukaan lumen
bercak ateroma, perdarahan ke dalam bercak serta trombosis yang merupakan komplikasi yang
penting dan paling ditakuti karena dapat menyebabkan penutupan arteri sebagian atau secara
total, kalsifikasi, dan dilatasi aneurisma (Schoen, 2005).

Gambar 17. Perkembangan Aterosklerosis (Kumar, 2008)

31
Gambar 18. Perkembangan Lesi Aterosklerotik (Moore, 2011)
Lesi goresan lemak awal ditandai dengan akumulasi lipoprotein yang mengandung
apolipoprotein B (apoB-LPs) di ruang subendotel, yang memicu perekrutan sel dendritik dan
makrofag. Saat lesi aterosklerotik berkembang, sel otot polos dan sel T juga menyusup ke
intima, dan apoB-LP. Retensi diperkuat. Plak rentan ditandai dengan akumulasi sel apoptosis
dan klirens fagositik yang rusak (efferositosis), inti nekrotik berisi lipid. Penutup fibrosa yang
menipis menurunkan stabilitas lesi, membuat plak aterosklerotik ini rentan pecah dan thrombus
(Moore, 2011).

2.8. Cara Mencegah Aterosklerosis

Upaya mengurangi kosekuensi dan dampak aterosklerosis, antara lain program


pencegahan primer yang ditujukan untuk menunda pembentukan atheroma atau menyebabkan
regresi lesi yang sudah terbentuk pada orang yang belum pernah menderita penyulit serius
penyakit jantung koroner ateriosklerotik, dan program pencegahan sekunder yang ditujukan
untuk mencegah kekambuhan serangan seperti infark miokardium pada pasien dengan penyakit
simtomatik (Robbins dan Cotrans, 2017). Seperti telah dirinci sebelumnya, banyak alasan
untuk merekomendasikan hal berikut sebagai pencegahan primer penyulit terkait aterosklerosis
pada orang dewasa melalui modifikasi faktor risiko: berhenti atau tidak merokok,
mengendalikan hipertensi, menurunkan berat badan dan memperbanyak olahraga. Dan yang
terpenting, menurunkan kolesterol total dan LDL sambil meningkatkan HDL (Robbins dan
Cotrans, 2017). Pencegahan sekunder melibatkan pemakaian obat penurun kadar lemak
(golongan statin) dan pemberian obat antitrombosit. Tindakan ini dapat mengurangi infark
miokardium rekuren (Robbins dan Cotrans, 2017).

Sebelum menjadi penyakit vaskuler yang serius, ada beberapa tindakan penting yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya aterosklerosis. Hal tersebut ialah:

32
a. Bertahan dengan berat badan yang ideal, beraktivitas fisik secara aktif, konsumsi bahan
makanan yang mengandung lemak tak jenuh dan sedikit kolesterol
b. Mengontrol hipertesi dengan melakukan diet yang sehat serta aktivitas fisik yang rutin bila
perlu ditambah dengan obat-obatan anti hipertensi
c. Mengontrol kadar gula darah dengan cara yang sama
d. Menghindari rokok (Guyton, 2012)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuluh darah tersusun atasstruktur yang kompleks sebagaimana disesuaikan dengan
fungsinya. Dinding arteri dan vena terdiri dari tiga lapisan, yaitu: Tunika intima, Tunika media
dan Tunika adventisia. Anastomosis Arteriovenosa adalah sambungan langsung antara
sirkulasi arteri dan vena yang berfungsi termoregulator atau pengatur suhu yang khususnya
terbukti pada kulit anggota gerak (ekstremitas). Vasa vasorum adalah pembuluh darah kecil
yang memberikan suplai pasokan metabolit-metabolit untuk sel-sel di tunika adventitia dan
tunikamedia pembuluh-pembuluh darah besar, apakah itu vena besar maupun arteri besar,
karena lapisan-lapisannya terlalu tebal untuk diberi makanan oleh difusi langsung dari aliran
darah.
2. Secara garis besar, terdapat tiga jenis pembuluh darah yakni; arteri, vena dan kapiler. Vena
berfungsi membawa darah dari kapiler di seluruh tubuh ke jantung, arteri berfungsi membawa
darah dari jantung ke kapiler di seluruh tubuh. Kapiler berfungsi pertukaran materi antara
pembuluh darah dan jaringan. Arteri dibagi menjadi 3, yaitu arteri elastik, arteri muskular dan
arteriol. Vena dibagi menjadi dua berdasarkan letak dan fungsinya yang berbeda, yaitu vena
kafa superior dan vena kafa inferior. Pembuluh vena dibagi lagi menjadi Vena Pulmonalis,
Vena Cutanea, Deep Vein, Venula Pembuluh darah. Kapiler merupakan pembuluh darah paling
banyak dan kecil. Beberapa jenis kapiler diantaranya: Vas Capillare Continuum, Vas Capillare
Fenestratum, Vas Capillare Sinusoideum.
3. Proses fisiologi sistem pembuluh darah, Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting
pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi

33
homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya dorong mengalirnya
darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran
darah yang menetap. Resistensi merupakan hambatan aliran darah dalam pembuluh, tetapi
tidak dapat diukur secara langsung dengan cara apapun. Resistensi harus dihitung dari
pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan antara dua titik di dalam pembuluh. Hubungan
antara tekanan, resistensi, dan aliran darah dalam sistem kardiovaskular dikenal dengan
hemodinamika. Sifat aliran ini sangat kompleks, namun secara garis besar dapat diperoleh dari
hukum fisika untuk sistem kardiovaskular: CO = (MABP-CVP)/TPR. Faktor-faktor kelebihan
asupan, pengurangan jumlah nefron, stress, perubahan genetik, obesitas, dll. berperan dalam
pengendalian tekanan darah yang memengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung
x Tahanan Perifer.
4. Aterosklerosis adalah suatu penyakit akibat respon peradangan pembuluh darah yang
progresif. Aterosklerosis ditandai dengan terbentuknya ateroma, yaitu plak di tunika intima
yang ada pada lumen arteri sedang sampai besar. Plak ateromatosa merupakan lesi meninggi
yang terdiri dari inti lipid (terutama kolesterol dan kolesterol ester, dengan debris nekrotik)
ditutupi oleh tutup fibrosa. Plak aterosklerotik dapat menghambat lumen pembuluh darah
secara mekanis dan mudah pecah, dan mengakibatkan trombosis.
5. Aterosklerosis pada awalnya memang tidak memunculkan gejala, hingga pembuluh darah
jantung sudah menyempit atau bahkan tertutup sehingga menyebabkan tidak tersalurnya darah
yang cukup ke organ tubuh.
6. Faktor risiko kondisi aterosklerosis mayor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu umur, jenis
kelamin dan keturunan/genetik. Faktor risiko mayor yang dapat dimodifikasi, yaitu merokok,
dilipidemia, hipertensi, aktivitas fisik yang sedikit, obesitas, diabetes melitus. Faktor-faktor
risiko minor yaitu, stress, diet yang tidak sehat, alkohol.
7. Patogenesis aterosklerosis yaitu cedera endotel yang diakibatkan oleh peningkatan kadar
LDL dan radikal bebas yang disebabkan oleh merokok sigaret, hipertensi, diabetes melitus,
faktor genetik, dll. Hal-hal penting yang terutama menyebabkan cedera endotel adalah
gangguan hemodinamik dan hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia kronik akan
menyebabkan penimbunan kolesterol LDL dalam intima pada tempat dimana permeabilitas
endotel meningkat. Dengan dilepaskannya radikal bebas maka LDL akan teroksidasi dan
dicerna oleh makrofag untuk membentuk sel-sel busa, hal ini yang merupakan precursor
terhadap pembentukan bercak ateroma. Mekanisme radang berperan penting dalam memacu
proses aterogenesis dengan menginisiasi, meningkatkan secara progresif, bahkan sampai
menimbulkan komplikasi dari lesi-lesi aterosklerosis. Saat ini beberapa kepustakaan telah

34
menyebutkan bahwa proses radang berperan penting pada perjalanan penyakit arteri koroner
serta manifestasi aterosklerosis lainnya.
8. Pencegahan terjadinya aterosklerosis dapat dilakukan dengan cara: bertahan dengan berat
badan ideal, diet yang sehat, mengontrol kadar gula darah, menghindari rokok, beraktivitas
fisik secara aktif. Pencegahan terjadinya aterosklerosis dapat dilakukan dengan cara: bertahan
dengan berat badan ideal, diet yang sehat, mengontrol kadar gula darah, menghindari rokok,
beraktivitas fisik secara aktif.
3.2 Saran
Makalah mengenai anatomi fisiologi pembuluh darah dan gangguan fisiologinya
(arterosklerosis) masih terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki oleh penulis. Hal ini
dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu diperlukan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca untuk dijadikan bahan evaluasi kedepannya.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aaronson PI, Ward, JPT. 2008. At a Glance Sistem Kardiovaskular Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga Medical Series.
Adam JMF. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI
Adi PR. 2014. Pencegahan dan Penatalaksanaan Aterosklerosis. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Ed I. Jakarta:InternaPublishing, pp: 1425-1434
Aziz, M., & Yadav, K. S. 2016. Pathogenesis of atherosclerosis a review. Medical & Clinical
Reviews, Vol. 2(3), 1-6.
Barrett, K. E., Barman, S. M., Boitano, S. , and Brooks, H. L., 2010. Ganong’s Review of
Medical Physiology. 23rd ed. New York: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Campbell,, Neil A., et al. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 3. Jakarta: Erlangga
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Durachim, Adang, dan Dewi Astuti. 2018. Hemostasis. Jakarta: Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.
Flak E, Fuster V. 2001. Atherosclerosis and its determinants: Hurst’s The Heart. 10th ed. New
York: McGraw-Hill Med Publ.
Fukumoto. et al, 2017. Conflicting relationship between agedependent disorders, valvular heart
disease and coronary artery disease by covariance structure analysis: Possible
contribution of natriuretic peptide. Research Article. Vol 2 (4).
Gustaviani, R, 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus, Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Guyton AC, Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Rachman LY, et al,
editor. Jakarta: EGC Medical Publisher.
Guyton Arthur C, John E. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12 Jakarta : EGC
Jawaharlal W.B. Senaratne and Green FR. 2000. Pathobiology of atherosclerosis: Textbook of
Surgery, 2nd edition. US: Oxford press.
Kumar, A. & Cannon, C. P., 2009. Acute Coronary Syndromes: Diagnosis and Management,
Part I. Mayo Clin Proc, 84(10): 917-38.
Kumar, Abbas, Fausto, Mitcheel. Robbins. 2007. Basic Pathology. 8th edition. Elsevier.
Libby P, Ridker PM. 2004. Inflammation and atherosclerosis: role of creactive protein in risk
assessment. Am J Med, 116: 9-16.

36
Prameswari, N. P. 2019. Pemanfaatan Senyawa Antiaterogenik Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Spp.) Dalam Pencegahan Aterosklerosis. JIMKI: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kedokteran
Indonesia, Vol. 7(2): 60-66.
Rader. D. J., Hobbs. H.H,. 2005. Disorder of Lipoprotein Metabolism. In: Horrison’s
Principles of Internal Medicine sixteenth edition. New York: Mc Grawl Hill.
Saladin, Kenneth S. 2012. Anatomy and Physiology: The Unity of Form and Function. New
York: McGraw.
Schoen J Frederick. 2005. Blood Vessels. In Pathologic Basis of disease. 7th ed. Elsevier
Saunders.
Seeley, R.R. Stephent, T.D. Tate P. 2007. Anatomy and Physiology. Eight Edition. Boston:
McGraw Hill Company.
Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Jogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Stanley, E. G. 2009. Anatomy & Physiology with Integrated Guide. Boston: McGraw Hill
Education.
Steinl DC, Kaufmann BA. Ultrasound Imaging For Risk Assessment In Atherosclerosis. Int J
Mol Sci. Vol. 16(5):9749–69.
Suntoro, Susilo, Handari. 1990. Struktur Hewan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press.
Tortora and Bryan. 2016. Principal Anatomy and Physiology. USA: Biological Science
Textbook.
Waluyo dan Wahono. 2015. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Jember :
Universitas Jember.
Watanabe T, Kanome T, Miyazaki A. 2006. Relationship betwen hypertension and
atherosclerosis: from a viewpoint of most poten vasoconstrictor human urotensin II.
Current Hypertension Review, Vol. 2 (3): 237-246.
Yogiantoro M. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

37

Anda mungkin juga menyukai