Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH STRATIFIKASI SOSIAL DALAM MASYARAKAT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 :

1. WIDYA NURUL AINI (P17250193028)


2. QIRANA SRI SUGIANTI (P17250193029)
3. AJENG AYU SEPTYANA (P17250193030)
4. ELZA DIFA SALSABILA (P17250193031)
5. VIESTA TRIYANA C.D (P17250193032)
6. FIRMANTI RIZKYUNI (P17250193033)
7. ANISA PUJI RAHAYU (P17250193034)

PRODI D-III KEPERAWATAN PONOROGO


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil'alamin, segala puji bagi Allah SWT. atas segala rahmat,


taufik serta hidayah-Nya bagi kita semua. Tak lupa sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Agung, Nabi Besar Muhammad SAW. yang
telah membimbing umat dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiyah yang kita alami
saat ini serta yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir.
Selanjutnya kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Yustina Purwaningsih
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah ANTROPOLOGI. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya, baik berupa
materiil maupun non materiil, karena tanpa bantuan semua pihak tidak mungkin makalah
ini dapat terselesaikan. Selain itu, kami juga berterimakasih kepada penulis yang telah
kami kutip tulisannya sebagai bahan rujukan penyusunan makalah ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul "MAKALAH STRATIFIKASI
SOSIAL DALAM MASYARAKAT”. Berkat semua pihak makalah ini dapat
terselesaikan. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
tentunya menyadari banyaknya kesalahan dan kekurangan dari makalah ini. Maka dari
itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan makalah ini.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Ponorogo, 26 Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................2
1.3 Tujuan ....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial .................................................................3
2.2 Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial .............................................................4
2.3 Dimensi Stratifikai Sosial ......................................................................6
2.4 Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial .....................................................8
2.5 Sifat Stratifikasi Sosial.........................................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................13
3.2 Saran ....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Individu sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa dihindarkan dari yang namanya
interaksi sosial di masyarakat. Adanya interaksi sosial ini akan mempengaruhi
pembentukan sebuah kelompok. Secara umum pengelompokan masyarakat Indonesia
terbagi menjadi dua bentuk. Pertama, pengelompokan secara horizontal berupa
deferensiasi dan kedua, pengelompokan secara vertikal berupa stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial adalah sistem pembedaan individu atau kelompok dalam
masyarakat, yang menempatkannya pada kelas-kelas sosial yang berbeda-beda secara
hierarki dan memberikan hak serta kewajiban yang berbeda-beda pula antara individu
pada suatu lapisan dengan lapisan lainnya. Dasar dan inti statifikasi masyarakat adalah
adanya ketidakseimbangan pembagian hak dan kewajiban, serta tanggung jawab masing-
masing individu atau kelompok dalam suatu sistem sosial.
Dari perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang
menonjol adalah fenomena stratifikasi sosial. Perbedaan itu tidak semata-mata ada, tetapi
melalui proses suatu bentuk kehidupan bisa berupa gagasan, nilai, norma, aktivitas sosial,
maupun benda-benda. Hal itu akan ada dalam masyarakat karena mereka menganggap
bentuk kehidupan itu benar, baik, dan berguna bagi mereka. Fenomena stratifikasi sosial
ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia, sesederhana apapun kehidupan mereka,
tetapi bentuknya akan berbeda satu sama yang lain, semua tergantung bagaimana mereka
menempatkannya.
Stratifikasi sosial mempunyai peranan yang sangat penting, terutama dalam
memecahkan pesoalan yang dihadapi masyarakat yaitu penempatan individu dalam
tempat-tempat yang tersedia dalam struktur sosial dan mendorong agar melaksanakan
kewajiban yang sesuai dengan kedudukan dan peranannya. Pengisian tempat-tempat
tersebut merupakan daya pendorong agar masyarakat bergerak sesuai dengan fungsinya.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan diatas maka dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa definisi mengenai stratifikasi sosial ?
2. Apa saja unsur-unsur stratifikasi sosial ?
3. Bagaimana dimensi stratifikasi sosial ?
4. Bagaimana terjadinya stratifikasi sosial ?
5. Bagaimana sifat stratifikasi sosial ?
1.3 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang dapat dicapai dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mampu memahami tentang stratifikasi sosial.
2. Mampu memahami tentang unsur0unsur dari stratifikasi sosial.
3. Mampu memahami tentang dimensi stratifikasi sosial.
4. Mampu memahami tentang terjadinya stratifikasi sosial.
5. Mampu memahami tentang bagaimana sifat stratifikasi sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN STRATIFIKASI SOSIAL


Pada dasarnya semua manusia diciptakan memiliki derajat yang sama.
Namun, pada kenyataannya di masyarakat menunjukkan adanya pemberian
penghargaan yang berbeda terhadap suatu kelompok tertentu berdasarkan
kelebihan yang dimiliki. Kelebihan tersebut dapat didasari oleh kekayaan,
kekuasaan, keturunan (kehormatan), dan pendidikan atau berdasarkan
penilaian yang di anggap lebih. Akibat dari adanya penilaian tersebut adalah
timbulnya sebual pola pengelompokan masyarakat yang disebut stratifikasi
sosial atau pelapisan sosial. (Maryati Kun, 2006)

Kata stratifikasi sosial berasal dari bahasa latin, yaitu stratum


(tingkatan) dan socius (teman atau masyarakat). Secara harafiah stratifikasi
sosial dapat diartikan sebagai tingkatan yang ada dalam masyarakat.

Berikut adalah pengertian stratifikasi sosial menurut beberapa ahli :

a) Pitirim A. Sorokin (1959)


Sosial stratification is permanent characteristic of any
organized social group, artinya stratifikasi sosial merupakan sebuah
ciri yang tetap pada setiap kelompok yang teratur, beliau juga
menambahkan bahwa strtifikasi sosial merupakan pembedaan
penduduk atau masyarakat kedalam kelas-kelas secara bertingkat.
b) Paul B. Horton dan Chhester L. Hunt (1999)
Stratifikasi sosial merupakan perbedaab status yang berlaku
dalam suatu masyarakat.
c) Robert M.Z. Lawang
Stratifikasi sosial merupakan penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-
lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

3
d) Bruce J. Cohen
Stratifikasi sosial merupakan sistrm yang menempatkan
seseorang sesuai dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan
mereka pada kelas sosial yang sesuai.
e) Astried S. Susanto
Stratifikasi sosial merupakan hasil kebiasaan hubungan antar
manusia secara teratur dan tersusun sehingga setiap orang, setiap
saat mempunyai situasi yang menentukan hubungannya dengan
orang secara vertikal maupun horizontal dalam masyarakatnya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa stratifikasi


sosial merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
vertikal, yang diwujudkan dengn adanya tingkatan masyarakat dari yang
paling tinggi sampai yang paling rendah. (Dhohiri Taufiq Rohman, 2007)

2.2 UNSUR-UNSUR STRATIFIKASI SOSIAL


Berbicara mengenai stratifikasi sosial tidak akan lepas dari unsure-unsur
yang terdapat dalamnya. Adapun unsur-unsur stratifikasi sosial adalah sebagai
berikut :

1. Status atau kedudukan

Paul B, Horton mendefinisakn status atau kedudukan sebagai suatu


posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Umumnya terdapat tiga
macam cara memperoleh status/kedudukan dalam masyarakat, yaitu
sebagai berikut.

a. Ascribed status merupakan kedudukan yang diperoleh seseorang


melalui kelahiran. Misalnya,kedudukan anak seorang bangsawan
diperoleh karena ia dilahirkan dari orang tua yang berdarah
bangsawan.
b. Achieved status merupakan status atau kedudukan seseorang yang
diperoleh melalui usaha-usaha yang disengaja. Misalnya, setiap

4
orang bisa menjadi dokter, asal dia memenuhi persyaratan untuk
untuk menjadi seorang dokter.
c. Assigned status merupakan status atau kedudukan yang diberikan.
Misalnya, gelar kehormatan yang diberikan kepada seseorang
karena dianggap berjasa. (Dhohiri Taufiq Rohman, 2007)
2. Peranan
Dalam setiap peranan akan terdapat suatu perangkat peran ( role
set) yang menunjukkan bahwa dalam suatu status tidak hanya mempunyai
satu peran tunggal, tetapi sejumlah peran yang saling berhubungan.
Misalnya, seorang anak juga seorang murid, dan ia seorang teman,
seorang ketua OSIS, dan masih banyak perangkat peran lainya yang ia
sandang. Selain perangkat peran terdapat pula perilaku peran, yaitu
perilaku yang sesungguhnya dari orang yang melakukan suatu peranan.
Perilaku peran terkadang berada dari perilaku yang diharapkan. Misalnya
masayarakat mengharapkan seorang dokter bersikap baik dan ramah saat
memeriksa pasien, tetapi ada pula dokter yang tidak bersikap demikian.
Menurut Soerjono Soekanto dalam peranan setidaknya mencangkup tiga
hal, yaitu sebagai berikut :
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi
atau tempat seseorang dalam masyarakat.
b. Peranan sebagai konsep mengenai apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang
penting bagi struktur sosial masyarakat.

Jadi, dapat dilihat bahwa setiap individu menuduki status atau


kedudukan tertentu dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan.
Ketika seorang individu menduduki suatu status atau kedudukan serta
menjalankan sebuah peranan terkadang dihadapkan pada pertentangan
yang berkaitan dengan status dan peranannya, konflik status dan konflik
peranan akan timbul apabila seseorang harus memilih salah satu diantara
keduanya. Konflik status muncul apabila seseorang seseorang harus
5
memilih status mana yang harus ia pilih dalam menghadapi situasi
tertentu. Misalnya, seorang polisi harus menangkap seorang pengedar
narkoba dalam menegakkan keamanan dan ketertiban masyarakat, padahal
pengedar narkoba tersebut adalah anaknya. Sedangkan, konflik peranan
timbul apabila seseorang harus memilih peranan dari beberapa status yang
dimilikinya. Misalnya, ibu Tati adalah seorang ibu dan juga pengacara,
ketika anaknya akit, ia harus memilih menjalankan peranannya sebagai
seorang ibu yang harus merawat anaknya atau memilih menjalankan
peranannya sebagai pembela dalam suatu siding dipengadilan. (Dhohiri
Taufiq Rohman, 2007)

2.3 DIMENSI STRATIFIKASI SOSIAL


Untuk menjelaskan stratifikasi sisial ada tiga dimensi yang dapat
dipergunakan, yaitu privilege, prestige, dan power. Ketiga dimensi ini
dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat digunakan secara
bersama. (King, 2018)
Privilege merupakan dimensi stratifikasi sosial yang berkaitan
dengan kekayaan atau ekonomi dari individu atau kelompok tertentu
dalam suatu masyarakat. Faktor-faktor yang digunakan dalam mengukur
privilege ini di antaranya adalah pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan
kepemilikan. Dimensi kedua adalah prestise, dimensi ini berkaitan dengan
nilai-nilai kehormatan yang diyakini oleh suatu masyarakat dalam
memandang hal tertentu yang melekat pada individu atau sekelompok
orang. Pengukuran dimensi prestise ini sangat berkaitan dengan budaya
suatu masyarakat. Nilai budaya suatu masyarakatlah yang memberikan
keistimewaan pada hal-hal tertentu, misalnya kebangsawanan,
kemampuan di bidang keagamaan. Dimensi yang terakhir adalah power,
dimensi ini berkaitan dengan kekuasaan yang dimiliki oleh individu atau
sekelompok orang.
Tidak semua tokoh sosiologi menggunakan ketiga dimensi ini
dalm melihat stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat . salah satu tokoh

6
yang menggunkan satu dimensi dalm melihat stratifikasi sosial dalam
suatu masyarakat adalah Karl Marx. Tokoh ini menjelaskan bahwa di
dalam masyarakat industri hanya ada dua kelas, yaitu kelas Borjuis dan
kelas Proletar. Perbedaan kedua kelas ini adalah pada kepemilikan alat
produksi. Kelas Borjuis adalah kelas yang memiliki alat produksi,
sedangkan kelas Proletar adalah kelas yang tidak memiliki alat produksi.
Pada perkembangan masyarakat yang sangat kompleks saat ini teori Marx
ini tentunya banyak mendapat kritikan dalam masyarakat. Selain
dikarenakan kelas dalam masyarakat menjadi banyak sehingga tidak dapat
hanya dibagi ke dalam dua kelas, juga adanya faktor lain yang
menentukan pembagian kelas secara vertical dalam masyarakat. (Irawati,
2016)
Salah satu tokoh sosiologi yang menggunakan ketiga dimensi
tersebut untuk menjelaskan stratifikasi sosial dalam masyarakat adalah
Max Weber. Ia menjelaskan ketiga dimensi tersebut dengan
memperkenalkan konsep-konsep kelas, kelompok status, dan partai. Kelas
sosial dijelaskannya sebagai kesamaan dalam hal peluang untuk hidup
atau nasib. Hal ini sangat berkaitan dengan penguasaan atas barang dan
kesempatan memperoleh penghasilan dalam pasaran komoditas atau
pasaran kerja. Kelompok status oleh Max Weber dijelaskan sebagai
perbedaan anggota masyarakat yang disebabkan oleh ukuran kehormatan.
Kelompok status ini ditandai oleh persamaan gaya hidup, berbagai hak
istimewa, monopoli atau barang dan kesempatan ideal maupun material.
Sedangkan partai dijelaskan oleh Max Weber sebagai suatu gejala
pembedaan masyarakat yang lebih didasarkan karena faktor kekuasaan.
Kekuasaan oleh Weber diartikan sebagai peluang bagi seseorang atau
sejumlah orang untuk mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui
suatu tindakan komunal, meskipun tindakan tersebut mengalami
pertentangan dari kelompok lain yang ikut serta dalam tindakan komunal.
(Irawati, 2016)

7
2.4 TERJADINYA STRATIFIKASI SOSIAL

Proses terjadinya stratifikasi sosial :

1. Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu


sejak lahir. Misalnya kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, dan sifat
keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
2. Terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama yang dilakukan dalam
pembagian wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal,
seperti pemerintahan, partai, politik, perushaan, perkumpulan, dan
angkatan bersenjata.

Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt

Terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat dikarenakan sesuatu yang


dihargai dalam masyarakat jumlahnya terbatas. Akibat yang ditimbulkan
adalah distribusinya di dalam masyarakat tidak merata. Mereka yang
memperoleh menduduki kelas atas dan mereka yang tidak memperoleh
menduduki kelas bawah. Barang sesuatu yang dihargai tersebut menurut
(Andreas, 2008) Paul B. Horton dan Chester L. Hunt (1989:7-2) adalah
sebagai berikut.

a. Kekayaan dan penghasilan

Kekayaan dan penghasilan adalah dua hal yang berkaitan erat,


apabila penghasilannya banyak maka kekayaanya juga akan
meningkat. Faktor ekonomi ini akan menjadi salah satu ukuran dari
stratifikasi sosial yang ada. Mereka yang kaya dan memiliki
penghasilan yang besar akan menduduki kelas atas, sedangkan mereka
yang memiliki penghasilan rendah akan menduduki kelas bawah.

b. Pekerjaan
Pekerjaan di samping sebagai sarana dalam menghasilkan
pendapatan juga menunjukkan stasus yang didalamnya mengandung

8
prestise (penghargaan). Jenis pekerjaan akan menentukan penghasilan
seseorang dan juga penghargaan masyarakat akan seseorng yang
memiliki pekerjaan. Seperti Karl Marx yang membedakan kelas
borjuis sebagai orang yang memiliki modal atau kapital dan proletariat
sebagai orang yang hanya memiliki tenaga saja atau sebagai buruh.

c. Pendidikan

Pendidikan secara bertingkat-tingkat ada dalam masyarakat kita.


Misalnya, dibedakan menjadi pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Perjenjangan ini sekaligus
menyatakan bahwa pendidikan adlah dimensi vertikal dari stratifikasi
sosial. Mereka yang lulus dari pendidikan tinggi biasanya diberikan
gelar sesuai dengan keahliannya tersebut, seperti gelar S.E atau S.H
dibelakang nama menunjukkan bahwa mereka yang mencantumkan
gelar dibelakang nama adalah mereka yang telah lulus dari pendidikan
tinggi dengan keahlian dibidang ekonomi untuk S.E (Sarjana
Ekonomi) dan keahlian dibidang hukum untuk S.H (Sarjana Hukum).
Semua gelar diperoleh pada jenjang pendidikan S1/Sarjana.Mereka
yang menyelesaikan pendidikan di jenjang pendidikan menengah dan
pendidikan dasar belum memperoleh gelar karena belum memiliki
keahlian tertentu. Pada pendidikan tinggi ada jenjang lanjutan setelah
S1/Sarjana yaitu Magister untuk jenjang S2, dan Doktor untuk jenjang
S3. Mereka yang memiliki gelar baik S1,S2 maupun S3 akan memiliki
jenjang stratifikasi sosial atas dibandingkan dengan mereka yang
tamat pendidikan menengah (SMP,SMA), tamat SD, dan bahkan tidak
tamat SD ataupun tidak sekolah. (Andreas, 2008)

9
2.5 SIFAT STRATIFIKASI SOSIAL

Menurut soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, stratifikasi sosial


dibedakan menjadi stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial dibedakan
menjadi stratifikasi sosial tertutup, stratifikasi sosial terbuka dan stratifikasi
campuran. (Maryati Kun, 2006)

1. Stratifikasi sosial tertutup (closed social stratification)

Stratifikasi ini adalah bentuk strata yang anggota dari setiap


stratnya sulit mengadakan mobilisasi vertical. Mobilisasi mereka hanya
terbatas pada monilitas horizontal.Karena itu, stratifikasi sosial ini bersifat
diskriminatif, misalnya system kasta pada masyarakat india, masyarakat
rasialis, dan masyarakat feudal, atau pada masyarakt yang masih
menggunakan criteria ras (penggolongan manusia atas dasar ciri-ciri tubuh
yang tampak dari luar) sebagai dasar pelapisan sosialnya. (Maryati Kun,
2006)

Agar memperoleh pengertian yang jelas mengenai system


stratifikasi sosial yang bersifat tertutup, berikut ini dikemukakan ciri-ciri
masyarakat india.

a. Keanggotaannya diperoleh melalui warisan dan kelahiran sehingga


seseorang secara otomatis dan dengan sendirinya memiliki
kedudukan seperti yang dimiliki orang tuanya.

b. Keanggotaannya berlaku seumur hidup. Oleh karena itu, seseorang


tidak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali apabila ia
dikeluarkan atau dikucilkan dari kastanya.

c. Perkawinannya bersifat endogemi, artinya seseorang hanya dapat


mengambil suami atau istri dari orang sekasta.

d. Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial (kasta) lain sangat


terbatas.
10
e. Kesadaran dan kesatuan suatu kasta, identifikasi anggota kepada
kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta,
dan sebagainya.

f. Kasta terikat oleh kedudukan yang secara tradisional telah


ditentukan.

g. Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan.

Gambar

2. Stratifikasi sosial terbuka ( opened social stratification)

Stratifikasi ini bersifat demokratis.Kemungkinan monilisasinya


sangat benar.Maksudnya, setiap anggota starta dapat bebas berpindah
starta sosial, baik vertical maupun horizontal.Walaupun kenyataannya
mobilitas harus melalui perjuangan berat, kemungkinan untuk berpindah
starta selalu ada.Contoh stratifikasi sosial terbuka adalah seseorang yang
berusaha menjadi orang kaya dengan bekerja keras dan menuntut ilmu,
contoh yang lain yaitu pada masyarakat di Negara industri maju atau
masyarakat pertanian yang telah mengalami gelombang modernisasi.
(Maryati Kun, 2006)

11
Gambar

3. Startifikasi sosial campuran.

Dalam kenyataan sehari-hari pelapisan sosial dalam masyarakat


tidak selalu hanya bersifat terbuka dan tertutup, melainkan juga bersifat
campuran antara keduanya, artinya ada kemungkinan di dalam suatu
masyarakat terdapat unsur-unsur dari gabungan kedua sifat pelapisan
sosial.Misalnya, dalam bidang ekonomi menggunakan pelapisan sosial
yang bersifat terbuka, sedangkan bidang lain seperti penggunaan kasta
bersifat tertutup.Sebagai contoh pada system kehidupan masyarakat Bali,
walaupun secara budaya masyarakat terbagi dalam empat kasta takni
Brahma, Satria, Waisya, Sudra, tetapi secara ekonomi system pelapisan
sosial lebih bersifat terbuka karena setiap orang tanpa memandang kelas
atau kastanya dapat mencapai kedudukan yang lebih tinggi berdasarkan
kemampuan dan kecakapannya maing-masing. Jadi dapat saja seorang dari
kalangan Sudra menjadi pengusaha sukses dan terpandang dalam
masyarakat bila ia memiliki kemampuan berdagang yang baik. (Maryati
Kun, 2006)

Gambar

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Selama dalam satu masyarakat ada suatu yang dihargai, dan setiap
masyarakat pasti mempunyai sesuatu iti yang akan menjadi bibit yang dapat
menumbuhkan adanya system lapisan dalam masyarakat.Sistem lapisan dalam
masyarakat dalam sosiologi dikenal dengan social stratification yang
merupakan perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
bertingkat .
Sistem lapisan dapat terjadi dengan sendirinya (Dalam proses
pertumbuhan masyarakat itu) tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun
untuk mengejar suatu tujuan bersama.Sifat Sistem lapisan dalam masyarakat
dapat tertutup dan dapat pula terbuka, yang bersifat tertutup tidak
memungkinkan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain,
baik gerak pindahnya itu ke atas atau kebawah.Sebaliknya di dalam system
terbuka setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha
dengan kecakapan sendiri naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak
beruntung, untuk jauh dari lapisan yang atas ke lapisan di bawahnya.

3.2 SARAN
1. Bagi masyarakat
Untuk masyarakat disarankan untuk tidak bersifat tertutup, namun
lebih bersifat terbuka dalam melakukan gerak sosial agar tercipta
kehidupan sosial yang selaras tanpa adanya diskriminasi. Perlu kita
perhatikan bahwa stratifikasi sosial bukan halangan bagi kita untuk
menjadi lebih baik. Maka sifat optimis dan merasa cukup dalam hal ini
sangat diperlukan.

13
2. Bagi pembaca
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan
sarannya terhadap makalah ini dan membaca referensi lain untuk
menambah wawasan tentang stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat.
3. Bagi penulis
Kami mahasiswa/i selaku penyusun makalah, masih dalam proses
pembelajaran. Jadi, kami masih membutuhkan bimbingan dari pihak yang
terkait. Supaya kedepannya kami bisa terus berupaya untuk lebih belaajar
lagi dan melakukan perubahan-perubahan menuju sesuatu yang lebih baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

Andreas, S. (2008). Sosiologi 2. Jakarta: Quadra.

Dhohiri Taufiq Rohman, d. (2007). Sosiologi 2 Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat.


Surabaya: Yudhistira Ghalia Indonesia.

Irawati, P. I. (2016). Stratifikasi dan Mobilitas Sosial. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.

King, E. T. (2018). Mega Bank SBMPTN SOSHUM 2019. Jakarta Selatan: Kawah Media.

Maryati Kun, S. J. (2006). Sosiologi 2 . Surabaya: Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai