Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SOSIO–ANTROPOLOGI KESEHATAN

STRATIFIKASI DAN DIFERENSIASI SOSIAL BUDAYA

Dosen Pengampu : Dr. Indah Budiastutik, SKM, M.Kes

Kelompok 1:
Naila Farhana Azzahida (211510047)
Yogi Rizki Ramadhani (211510046)
Diva Rahayu Puspitasari (211510044)
Nova Dwi Safitri (211510042)
Yuni (211510039)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah banyak memberikan
kekuata dan Kesehatan “lahir dan batin”. Tidak lupa penyusun juga menghaturkan salawat
serta salam kepada nabi besar “islam” Muhammad SAW, yang telah memberikan titik terang
bagi umat islam. Dan tidak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Metodelogi Penelitian ini “Ibu Dr. Indah Budiatutik, SKM, M.Kes” yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam mata kuliah ini.
Penyusun juga berterima kasih kepada semua pihak yang ikut terlibat dalam proses
pembuatan makalah ini. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan kita. Penyusun juga menyadari bahwa masih terdapat banyak
kekurangan. Maka dari itu penyusun mengharapkan kepada semua pihak yang membaca dan
menemukan kekeliruan itu, agar dapat memberikan saran yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan.

Pontianak, 4 April 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Stratifikasi Sosial Budaya.......................................................................................................6
1. Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial Budaya.........................................................6
2. Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial Budaya....................................................................7
3. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial Budaya............................................................................7
4. Stratifikasi Terbuka dan Stratifikasi Tertutup..................................................................8
5. Mobilitas Sosial....................................................................................................................9
B. Diferensiasi Sosial Budaya......................................................................................................9
1. Proses Terjadinya diferensiasi Sosial Budaya....................................................................9
2. Unsur-Unsur Diferensiasi Sosial Budaya.........................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................................................11
A. Kesimpulan............................................................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap masyarakat, perbedaan antar individu maupun kelompok merupakan


fenomena sosial umum yang bersifat horizontal maupun vertikal. Perbedaan horizontal,
dikenal pul sebagai diferensiasi sosial, adalah perbedaan individu-individu tanpa adanya
peringkat atau jenjang. Seluruh unsur bersifat setara tidak ada unsur yang lebih tinggi atau
pun rendah. Hal itu dapat berupa diferensiasi etnis, agama, jenis kelamin, ras. Sedangkan
perbedaan secara vertikal merupakan perbedaan individu-individu dalam lapisan-lapisan
sosial yang bersifat hierarkis. Terdapat peringkat atau jenjang yang membedakan posisi
sosial seseorang dengan orang lain dalam masyarakat. Perbedaan seperti ini, disebut pula
pelapisan sosial, dalam sosiologi dikenal sebagai stratifikasi sosial.Terminologi
stratifikasi sosial berasal dari kata stratum yang berarti lapisan; dan socius yang berarti
masyarakat. Stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai perbedaan posisi sosial individu-
individu dalam masyarakat secara hierarkis.
Fenomena dari stratifikasi sosial ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia,
sesederhana apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain,
semua tergantung bagaimana mereka menempatkannya. . Biasanya keadaan ini muncul
dikarenakan beberapa sebab, antara lain dikarenakan oleh kehidupan sosial masyarakat
tersebut, maupun kehidupan ekonomi masyarakat. Stratifikasi sosial ini muncul karena
adanya si “kaya” dan si “miskin”. Perbedaan kelas ini juga memunculkan hal-hal yang
semakin membedakan masyarakat dalam satu wilayah tersebut, dimana orang-orang yang
memiliki strata kelas yang tinggi menjadi penguasa dalam suatu wilayah yang dihuni
(Ajar, 2013).
Diferensiasi sosial yakni pembeda atau adanya pemisah antara masyarakat satu
dengan masyarakat lainnya secara horizontal (tidak bertingkat) (Sitorus, 2003).
Sedangkan diferensiasi budaya ialah pengelompokan bagi sebagian kelompok dan
dianggap penting bagi kelompok tertentu, sehingga dalam hubungannya akan ada yang
merasa kebudayaan ini sangat baik namun tentu diterima oleh kelompok tertentu.
Kebudayaan merupakan rutinitas sosial masyarakat dengan lingkungan sosial maupun
lingkungan alam tempat mereka tinggal, diferensiasi budaya biasanya bersifat horizontal
sehingga tak ada yang lebih unggul di dalamnya. Biasanya diferensiasi budaya terjadi
akibat interaksi sosial antar individu yang memiliki perbedaan baik secara fisik maupun
non fisik. Interaksi sosial merupakan suatu hal yang diperlukan manusia, dengan
berinteraksi manusia mendapatkan pengetahuan baru dan saling bertukar pikiran satu
sama lain (richard oliver ( dalam Zeithml., 2021).
Hal tersebut diatas berkaitan dengan mobilitas sosial yaitu gerak sosial atau
perpindahan sosial yang mencakup status dan peran seseorang untuk dapat beralih
menjadi gerak sosial vertikal atau horizontal (Sari, 2016:3). Mobilitas sosial dapat terjadi
pada individu ataupun pada antargenerasi dalam sebuah keluarga. Tipe-tipe gerak sosial
ada dua macam yaitu gerak sosial yang horizontal dan vertical (KE, 2016).

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari stratifikasi dan diferensiasi sosial budaya?
2. Bagaimanakah proses terjadinya sratifikasi dan diferensiasi sosial budaya?
3. Apa sajakah unsur-unsur stratifikasi dan diferensiasi sosial budaya?
4. Apa yang dimaksud dengan stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup?
5. Apa yang dimaksud dengan mobilitas sosial?

C. Tujuan
1. Memahami konsep dan teori stratifikasi dan diferensiasi sosial budaya
2. Memahami apa yang dimaksud dengan mobilitas sosial

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Stratifikasi Sosial Budaya


Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat
bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Sebagaimana Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk
atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis. Sedangkan menurut Bruce
J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang
sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki. Sementara Max Weber mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem
sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege
dan prestise.
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial adalah kekayaan (materi atau kebendaan), ukuran kekuasaan dan
wewenang, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Hal yang mewujudkan
unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan sosial masyarakat adalah kedudukan
(status) dan peranan (role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur baku dalam
lapisan sosial dan mempunyai arti penting dalam bagi sistem sosial. Yang diartikan
sebagai sistem sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timbal-balik antara
individu dalam masyarakat dan tingkah laku individu-individu tersebut.
1. Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial Budaya
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian,
kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama
manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti
akan meni mbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan,
kecakapan masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi
kedudukan atau lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau
bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan
yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau pemimpin pasti
menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak
mempunyai tugas apapun. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya
seseorang bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor,
penemu, dan sebagainya. Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam
pekerjaan tertentu dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang
tidak mempunyai ketrampilan apapun.

6
2. Proses Terjadinya Stratifikasi Sosial Budaya
Stratifikasi sosial terjadi melalui proses sebagai berikut :
Terjadinya secara otomatis, karena factor-faktor yang dibawa individu sejak
lahir. Misalnya, Kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian
keanggotaan seseorang dalam masyarakat. Terjadinya dengan sengaja untuk tujuan
bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi-organisasi formal, Seperti Pemerintah, Partai politik, Perusahaan,
Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses
pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama.
Faktor yang menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah
kepandaian, usia, sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.

3. Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial Budaya


Stratifikasi sosial terdiri dari dua unsur, yaitu kedudukan (status) dan peranan
(role). Kedudukan dan peranan merupakan dua unsur yang memiliki arti penting bagi
sistem sosial.
1. Kedudukan (Status)
Status sosial menurut Ralph Linton adalah sekumpulan hak dan kewajiban yang
dimiliki seseorang dalam masyarakatnya. Orang yang memiliki status sosial yang
tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan
orang yang status sosialnya rendah. Ada tiga macam status sosial dalam masyarakat:
a. Ascribed Status
Ascribed Status merupakan status yang diperoleh seseorang secara alamiah, artinya
posisi yang melekat dalam diri seseorang diperoleh tanpa melalui serangkaian usaha.
Latar belakang ras, gender,dan usia dapat dikategorikan sebagai Ascribed Status.
Contohnya, seseorang yang dilahirkan dari keluarga bangsawan secara otomatis akan
mendapatkan gelar bangsawan begitu ia dilahirkan.
b. Achieved Status
Achieved Status merupakan status sosial yang disandang melalui perjuangan. Pola-
pola ini biasanya banyak terjadi distruktur sosial yang telah mengalami perubahan
dari pola-pola tradisional kearah modern. Lebih-lebih dalam struktur masyarakat
kapitalis liberal dengan menekan pada kebebasan individu untuk mencapai tujuan
masing-masing yang sarat dengan persaingan, dalam struktur seperti itu, biasanya
struktur sosial lebih terbuka sehingga membuka peluang bagi siapa saja untuk meraih
status sosial ekonomi sesuai dengan tujuan masing-masing, beberapa contoh model ini
adalah:
1) Stratifikasi berdasarkan Jenjang Pendidika
Jenjang seseorang biasanya memperngaruhi setatus sosial seseorang di dalam struktur
sosialnya. Seseorang yang berpendidikan tinggi hingga bergelar Doktor tentunya akan
bersetatus lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang lulusan SD.

7
2) Stratifikasi di bidang Senioritas
Ini biasanya di kaitkan dengan profesi atau perkerjaan yang dimiliki seseorang.
Tingkat senioritas dalam berbagai lembaga perkerjaan biasanya di tentukan
berdasarkan tingkat tenggang waktu berkeja dan jenjang kepangkatan atau golongan
yang lazi sering disebut dengan jabatan.
3) Stratifikasi di bidang Perkerjaan
Berbagai jenis perkerjaan juga berpengaruh pada system pelapisan sosial. Anda tentu
sering memiliki penilaian bahwa orang yang berprofesi sebagai panrik becak, kuli
bangunan, buruh pabrik dan para pekerja kantoran yang berpakaian bersih,
berpenampilan rapi, berdasi dan mengendari mobil, selalu membawa Hp tentu
memiliki perbedaan status sosial dalam masyarakat.
4) Stratifikasi di bidang Ekonomi
Ini hampir ada diseluruh penjuru dunia. Yang paling mudah di identifikasi di dalam
struktur sosial adalah didasarkan pada besar kecilnya penghasilan dan kepemilikan
benda-benda materi yang sering disebut harta benda. Indikator antara kaya dan miskin
juga mudah sekali di identifikasi, yaitu melalui pemilikan sarana hidup. Orang kaya
perkotaan dapat dilihat dari tempat tinggalnya seperti di kawasan real estate elite
dengan rumah mewahnya yang dilengkapi dengan taman, kolam renang, memiliki
mobil mewah dan benda-benda berharga lainnya. Sedangkan kelompok masyarakat
miskin berada dikawasan marginal (pinggiran), hidup di pemukiman kumuh, tidak
sehat, kotor, dan sebagainya. Adapun orang kaya perdesaan biasanya diidentifikasi
dengan kepemilikan jumlah lahan pertanian, binatang ternak, kebun yang luas dan
sebagainya.
c. Assigned Status
Assigned Status adalah status sosial yang diperoleh seseorang atau kelompok orang
dari pemberian. Akan tetapi status sosial yang berasal dari pemberian ini sebenarnya
juga tak luput dari usaha-usaha seseorang atau sekelompok orang sehingga dengan
usaha-usaha tersebut ia memperoleh penghargaan.

4. Stratifikasi Terbuka dan Stratifikasi Tertutup


Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota
masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan
yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan
sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa mengubah penampilan serta
strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri
menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan
sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan penghasilan yang tinggi.
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat
tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta
di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak
keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat atau
bangsawan darah biru. Pada stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas social

8
cukup besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya mobilitas sosial
sangat kecil.
5. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok dalam
stratifikasi sosial.Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal dan mobilitas horizontal.
Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua, mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas
antar generasi. Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua sifat,
yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup.

B. Diferensiasi Sosial Budaya


Diferensiasi sosial adalah pengelompokkan masyarakat secara horizontal
berdasarkan ciri-ciri tertentu. Perbedaan-perbedaan itu tidak dapat diklasifikasikan secara
bertingkat/vertikal seperti halnya pada tingkatan dalam lapisan ekonomi, yaitu lapisan
tinngi, lapisan menengah, dan lapisan rendah. Pengelompokkan horizontal yang
didasarkan pada perbedaan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial (Setiadi,
M. Elly dan Kolip,Usman.2011).
Diferensiasi sosial secara umum merupakan perbedaan antara anggota masyarakat
secara horizontal, yakni adanya faktor pembeda yang menunjukan semua pihak berada
pada level atau tingkatan dan derajat yang sama. Misalnya saja dalam satu kelas, setiap
siswa memiliki sejumlah perbedaan. Mulai dari perbedaan jenis kelamin karena ada siswa
dan siswi, kemudian perbedaan agama yang dianut masing-masing siswa, perbedaan ras,
suku, dan lain sebagainya. 

1. Proses Terjadinya diferensiasi Sosial Budaya


Diferensiasi sosial dalam masyarakat ditimbulkan oleh adanya ciri-ciri
tertentu,yaitu ciri-ciri fisik, sosial, dan budaya.
a. Ciri fisik berkaitan erat dengan apa yang dinamakan ras, yaitu
penggolonganmanusia atas dasar persamaan ciri-ciri fisik yang tampak dari luar,
seperti warna dan bentuk rambut, warna dan bentuk mata, warna kulit, tinggi
badan, jenis kelamin dan sebagainya.
b. Ciri sosial berkaitan dengan fungsi para warga masyarakat dalam kehidupan
sosial.Dalam masyarakat setiap orang melakukan fungsi atau tugas untuk
kepentingandirinya sendiri dan masyarakatnya. Aneka macam fungsi dan tugas ini
berkaitandengan pekerjaan dan profesi para warga masyarakat, termasuk mata
pencaharian danokupasi.
c. Ciri budaya. Dalam ciri budaya, orang cenderung membedakan antara
masyarakatsatu dan masyarakat yang lain, bangsa yang satu dengan bangsa yang
lain, suku bangsa yang satu dan suku bangsa yang lain atas dasarperbedaan
kebudayaan.

9
2. Unsur-Unsur Diferensiasi Sosial Budaya
Unsur-unsur diferensiasi sosial budaya dalam masyarakat berdasarkan perbedaan
Ras, Agama, Jenis Kelamin, Profesi, Klan, dan Suku Bangsa. Diferensiasi itu tidak
terdapat tingkatan-tingkatan, namun yang membedakan satu individu dengan individu
yang lainnya adalah sesuatu yang biasanya telah ia bawa sejak lahir.
1. Diferensiasi ras (racial differentiaton)
Diferensiasi ras merupakan pengelompokkan yang bersifat jamaniah yang
berdasarkan pada ciri-ciri fisik seperti warna kulit, warna rambut, serta bentuk-
bentuk bagian wajah.
2. Diferensiasi Agama (religion differentiation)
Menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu system kepercayaan
beserta praktiknya, berkenaan dengan
yang sacral yang menyatukan pengikutnyadalam suatu komunitas moral.
Diferensiasi agama terwujud dalam kenyataan
social bahwa masyarakat terdiri dari orangorang yang menganut suatu agama terten
tu termasuk dalam komunitas atau golongan yang disebut dengan umat
3. Diferensiasi Jens Kelamin (sex differentiation)
Jenis kelamin adalah ciri fisik yang dibawa sejak lahir dan tidak ditentukan sendiri
oleh individu sesuai keinginannya
4. Diferensiasi Profesi (profession differentiation)
Diferensiasi profesi merupakan pengelompokan masyarakat yang didasarkan
pada jenis pekerjaan atau profesinya. Diferensiasi profesi bersifat khusus yang
melahirkandiferensiasi profesi. Hal ini berarti di antara profesi-profesi tersebut
tidak ada perbedaan tinggi rendah atau terhormat tidak terhormat. Perbedaan
profesi cenderungmemengaruhi perilaku sosialnya
5. Diferensiasi Klan (clan differentiation) 
Pengertian klan menurut Koentjaraningrat adalah suatu kelompok kekerabatanyang
terdiri dari semua keturunan dari seorang nenek moyang yang
diperhitungkanmelalui garis keturunan sejenis yaitu keturunan warga pria dan
wanita.Istilah klan disebut juga kerabat, keluarga besar, atau keluarga luas
(extended family). Klan merupakan kesatuan geanologis (kesatuan turunan), religio
magis(kesatuan kepercayaan), dan tradisi (kesatuan adat).

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah kami paparkan diatas, maka dapat kami
simpulkan bahwa Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat atau penduduk
berdasarkan kelas-kelas yang telah ditentukan secara bertingkat berdasarkan dimensi
kekuasaan, previllege dan prestise. Stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kelompok,
yaitu stratifikasi tertutup, terbuka maupun campuran. Stratifikasi tertutup yaitu
seseorang ketika sudah tergolong menjadi kelas tinggi, dia tidak akan menjadi kelas
bawah dan sebaliknya. Stratifikasi terbuka yaitu seseorang yang berada dikelas bawah
bisa naik ke kelas atas dengan usahanya yang bersungguh-sungguh. Sedangkan
stratifikasi campuran yaitu seseorang awalnya dihormati karena terdapat didalam
kelas atas, namun tiba-tiba berbalik arah karena harus menyesuaikan tempat ia
tinggal.
Serta kami juga dapat menyimpulkan tentang definisi diferensiasi social
adalah pembedaan individu atau kelompok dalam masyarakat yang tidak
menunjukkan adanya suatu tingkatan (hierarki). Serta unsur-unsur diferensiasi social
yaitu, Diferensiasi ras (racial differentiation), Diferensiasi etnis atau suku bangsa
(tribal differentiation), Diferensiasi agama (religion differentiation), Diferensiasi
gender/jenis kelamin (sex differentiation), Diferensiasi profesi (profession
differentiation), Diferensiasi klan (clan differentiation).

B. Saran
Masyarakat diharapkan tidak bersifat tertutup, namun lebih bersifat terbuka
dalam melakukan gerak sosial agar tercipta kehidupan sosial yang selaras tanpa
adanya diskriminasi. Dan perlu kita perhatikan bahwa stratifikasi sosial bukan
halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat optimis dan merasa cukup
dalam hal ini sangat diperlukan. Serta dalam hal ini kami enyadari bahwa masih jauh
dari kata sempurna, kedepanya penulis akan lebih fokus dan details dalam
menjelaskan tentang makalah ini dengan sumber-sumber yang lebih banyak. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk perbaikan ke depannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani,  Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara, (Jakarta :


IKAPI, 1994).
Robert M. Z. Lawang, Pengantar Sosiologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1994).
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Rajawali Pers, 2010).
Sanderson Stephen K.. Makro Sosiologi sebuah pendekatan terhadap realitas sosial.
(Jakarta: PT RajaGrafindo., 2003).

Karsidi Ravik. Sosiologi Pendidikan. (Surakarta, UNS press, 2007).

https://deepublishstore.com/blog/materi/diferensiasi-sosial/

Ajar, B. (no date) ‘Moeis.S “Struktur Sosial Stratifikasi SosiaL.’

12

Anda mungkin juga menyukai