Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PELAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

Disusun Oleh :
1. Iqbal Nopianto NIM SA21026
2. Niluh Adetya Rusmaini NIM SA21027
3. Siti Fatimah NIM SA21032

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORNEO LESTARI


BANJARBARU
PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
karunia-Nya sehingga kami dapat menyeleseaikan makalah dengan judul “Pelapisan Sosial
dalam Masyarakat ‘ini. Sholawat serta salam semoga tercurah kehadirat Nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di hari akhir kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya
(ISBD). Kami menyadari bahwa di dalam penyusunan karya tulis ini masih terdapat banyak
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan kami. Untuk itulah, Kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat diharapkan, demi kesempurnaan
karya tulis ini. Terakhir kami berharap semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca semua.

DAFTAR ISI

BAB 1.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN......................................................................................................................2
Latar Belakang........................................................................................................................2
Rumusan Masalah..................................................................................................................3
Tujuan Penulisan....................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1. Pengertian pelapisan sosial..............................................................................................3
2.2. Terjadinya pelapisan social.............................................................................................4
2.3. Bentuk-bentuk pelapisan social.......................................................................................5
2.4. Unsur-unsur penting dalam sistem pelapisan sosial........................................................6
2.5. Pelapisan sosial dalam masyarakat.................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................9
PENUTUP..................................................................................................................................9
Kesimpulan.............................................................................................................................9
Saran.......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dari berbagai perbedaan kehidupan manusia, satu bentuk variasi kehidupan mereka yang
menonjol adalah fenomena stratifikasi (tingkatan-tingkatan) social. Perbedaan itu tidak
semata-mata ada, tetapi melalui proses suatu bentuk kehidupan (bias berupa gagasan,
nilai, norma, aktifitas social, maupun benda-benda) aka nada dalam masyarakat karena
mereka menganggap bentuk kehidupan itu benar, baik dan berguna untuk mereka.
Fenomena dari stratifikasi social ini akan selalu ada dalam kehidupan manusia,
sesederhana apapun kehidupan mereka, tetapi bentuknya mungkin berbeda satu sama lain,
semua tergantung bagaimana mereka menempatkannya.
Sejak manusia mengenal adanya suatu bentuk kehidupan bersama di dalam bentuk
organisasi sosial, lapisan-lapisan masyarakat mulai timbul. Pada masyarakat dengan
kehidupan yang masih sederhana, pelapisan itu dimulai atas dasar perbedaan gender dan
usia, perbedaan antara pemimpin atau yang dianggap sebagai pemimpin dengan yang
dipimpin, atau perbedaan berdasarkan kekayaan.

1.2. Rumusan Masalah


Dalam makalah ini dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian pelapisan sosial?
2. Bagaimana terjadinya pelapisan sosial?
3. Apa saja bentuk-bentuk pelapisan sosial?
4. Apa saja unsur-unsur penting dalam pelapisan sosial?
5. Apa saja dampak yang mungkin ditimbulkan oleh adanya pelapisan social dalam
masyarakat?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun penulisan menyusun karya tulis ini sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya
2. Untuk menambah wawasan tentang pelapisan sosial.
3. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya pelapisan sosial.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk stratifikasi sosial.
5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari adanya pelapisan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian pelapisan sosial


Pelapisan social atau stratifikasi social berasal dari istilah Social Stratifikasi yang berarti
system berlapis-lapis dalam masyarakat ; kata Stratification berasal dari stratum (jamak:
strata) yang berarti lapisan ; stratifikasi social adalah pembedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkis). Selama dalam masyarakat itu ada
sesuatu yang dihargai, dan setiap masyarakat pasti mempunya sesuatu yang dihargai, maka
barang sesuatu itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya system yang
berlapis-lapis dalam masyarakat itu. Barang susuatu yang dihargai itu mungkin berupa uang
atau benda-benda yang bernilai ekonomis, mungkin berupa tanah, kekuasaan, ilmu
pengetahuan atau mungkin keturunan dari orang terhormat. Stratifikasi social akan
menimbulkan kelas social, dimana setiap anggota masyarakat akan menempati kelas social
sesuai dengan kriteria yang mereka miliki.
Menurut pitirin A. SOROKIN (1957), system berlapis ini merupakan ciri yang tetap dan
umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur. Barang siapa yang memiliki sesuatu yang
berharga itu dalam jumlah yang sangat banyak, suatu keadaan tidak semua orang bisa
demikian bahkan hanya sedikit orang yang bias, dianggap oleh masyarakat berkedudukan
tinggi atau ditempatkan pada lapisan atas masyarakat ; dan mereka yang hanya sedikit sekali
atau sama sekali tidakmemiliki suatu yang berharga tersebut , dalam pandangan masyarakat
mempunyai kedudukan yang rendah . Atau ditempatkan pada lapisan bawah masyarakat.
Perbedaan kedudukan manusia dalam masyarakatnya secara langsung menunjuk pada
perbedaan pembagiaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban, tanggung jawab nilai-nilai social
dan perbedaan pengaruh diantara anggota-anggota masyarakat.
Stratifikasi social akan menimbulkan kelas social, dimana setiap anggota masyarakat akan
menempati kelas social sesuai dengan kriteria yang mereka miliki. Kelas social adalah
golongan yang terbentuk karena adanya perbedaan kedudukan tinggi dan rendah, dan karena
adanya rasa segolongan dalam kelas tersebut masing-masing, sehingga kelas yang satu dapat
dibedakan dari kelas yang lain.

2.2. Terjadinya pelapisan social


Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya, dasar timbulnya pelapisan social
yaitu karena adanya sesuatu yang dihargai dalam masyarakat, sesuatu yang bias dinilai,
sehingga menimbulkan adanya system penilaian atau penghargaan terhadap berbagai hal
dalam masyarakat tersebut; berkenan dengan potensi, kapasitas atau kemampuan manusia
yang tidak sama satu dengan yang lain, dengan sendirinya sesuatu yang dianggap bernilai
atau berharga itu juga menjadi keadaan yang langka, orang akan senantiasa meraih
penghargaan itu dengan sekuat tenaga baik melalui persaingan bahkan tidak jarang dengan
melalui konflik fisik.
Ada dua proses yang menyebabkan terjadinya pelapisan dalam masyarakat; pertama , terjadi
dengan sendirinya , dan yang ke-dua sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan Bersama.
Proses yang pertama, pelapisan social yang terjadi dengan sendirinya , pelapisan social ini
terjadi karena tingkat umur (age stratification), dalam system ini masing-masing anggota
menurut klasifikasi umur mempunyai hak dan kewajiban yang berbeda; untuk masyarakat-
masyarakat tertentu, ada keistimewaan dari seorang anak sulung dimana dengan nilai-nilai
social yang berlaku mereka mendapat prioritas dalam pewarisan atau kekuasaan . Azas
senioritas yang ada dalam system pelapisan ini dijumpai pula dalam bidang pekerjaan,
agaknya ada hubungan yang era tantara usia seorang karyawan dengan pangkat atau
kedudukan yang ditempatinya. Ini terjadi karena dalam organisasi tersebut pada asasnya
karyawan hanya dapat memperoleh kenaikkan pangkat setelah berselang suatu jangka waktu
tertentu – misalnya dua tahun, atau empat tahun; karena jabatan dalam organisasi hanya dapat
dipagku oleh karyawan yang telah mencapai suatu pangkat minimal tertentu; dan karena
dalam hal terdapat suatu lowongan jabatan baru, karyawan yang dipertimbangkan untuk
mengisinya ialah mereka yang dianggap paling senior.
Salah satu faktor ketidak sengajaan lainnya yaitu faktor kepandaian atau kecerdasan
(Intellegentsia). Orang-orang yang dianggap mempunyai kepandaian yang lebih dan orang-
orang yang berkepandaian kurang, dalam istilah sehari-hari orng-orang yang kurang pandai
ini dikatakan sebagai orang yang ‘susah mengingat-gampang lupa’. Kepandaian disini harus
dibedakan dengan keterampilan, karena ada orang pandai tetapi tidak terampil, dan ada juga
orang yang terampil tetapi tidak pandai.
Faktor lainnya yaitu kekerabatan, maksudnya adalah kedudukan orang perorangan terhadap
kedekatnya dengan sumber kekerabatan itu. Biasanya factor kekerabatan disini berhubungan
dengan kedudukan dalam keluarga atau menyangkut system pewarisan. Semakin jauh
hubungan kerabatnya maka semakin kecil kesempatan seorang untuk menempati kedudukan
tertentu dalam keluarga atau bahkan semakin kecil pula kesempatannya untuk memperoleh
seperangkat fasilitas yang diwariskan oleh keluarganya. Tidak seluruh anggota keluarga
dapat menjadi ketua adat pada salah satu keluarga Batak Toba misalnya. selama individu
tersebut tidak memiliki akses kuat dalam keluarga yang bersangkutan, atau misalnya yang
berlaku pada kelompok Dayak Iban di Kalimantan, atau banyak lagi kelompok-kelompok
yang tersebar dibelahan bumi Indonesia dengan orientasi kekerabatan yang masih kuat.
Contoh lainnya yaitu karena faktor gender, fenomena ini walaupun tidak mutlak menentukan
suatu pelapisan namun dalam beberapa hal juga menunjuk pada system itu. Sistem pewarisan
dalam pada beberapa masyarakat menunjuk kecendrungan bahwa laki-laki berhak mewarisi
lebih dari perempuan; atau dalam bidang pekerjaan, khususnya pada kehidupan masyarakat
yang belum begitu modern, dominasi laki-laki terasa lebih kental dibandingkan dengan
perempuan, partisipasi perempuan dalam dunia kerja realatif lebih banyak terdapat di strata
yang lebih rendah dan sering menerima upah atau gaji yang lebih rendah dari laki-laki.
Proses yang ke-dua, yaitu system pelapisan yang sengaja disusun untuk mengejar suatu
tujuan bersama, pada system pelapisan ini anggota masyarakat dibeda-bedakan berdasarkan
status yang diperoleh dan status yan diraihnya, sehingga menghasilkan berbagai jenis
stratifikasi. Salah satu diantaranya adalah stratifikasi berdasarkan Pendidikan (educational
stratification); bahwa hak dan kewajiban warga negara sering dibeda-bedakan atas dasar
tingkat pendidikan formal yang berhasil mereka raih.
Sistem stratifikasi yang lain yang bias kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari ialah
stratifikasi pekerjaan (occupational stratification). Dibidang pekerjaan modern kita mengenal
berbagai klasifikasi yang mencerminkan stratifikasi pekerjaan, seperti misalnya perbedaan
antara manager serta tenaga eksekutif dan tenaga administratif, buruh; antara tamtama,
bintara, perwira pertama, perwira menengah, perwira tinggi, kepala dinas, kepala bagian,
kepala seksi, kepala koordinator dan sebainya.
Ada juga system stratifikasi ekonomi (economic stratification) yang membedakan warga
masyarakat berdasarkan penguasaan dan kepemilikan materi. Dalam kenyataannya saat ini,
kita bias melihat adanya perbedaan dimasyarakat berdasarkan penghasilan dan kekayaan
yang dimilikinya yang kemudian digolongkan menjadi masyarakat kelas bawah, kelas
menengah, dan kelas atas.
Sistem stratifikasi social yang dengan sengaja disusun untuk mengejar tujuan Bersama ini
biasanya dilakukan terhadap pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam
organisasi-organisasi formil, seperti misalnnya pemerintahan, perusahaan, partai politik,
angkatan bersenjata, atau suatu perkumpulan. Kekuasaan dan wewenang itu merupakan suatu
unsur yang khusus dalam system pelapisan dalam masyarakat, unsur mana mempunyai sifat
yang lain daripada uang, tanah, dan sebagainya dapat terbagi secara bebas diantara anggota
suatu masyarakat tanpa merusak keutuhan masyarakat itu.

2.3. Bentuk-bentuk pelapisan social


Terdapat dua bentuk system pelapisan social yaitu stratifikasi social tertutup (closed
stratification) dan stratifikasi social terbuka (open social stratification). Secara teoritis,
keterbukaan suatu system stratifikasi diukur oleh mudah-tidaknya dan sering- tidaknya
seseorang yang mempunyai status tertentu memperoleh status dalam strata yang lebih tinggi,
setiap anggota masyarakat dapat menduduki status yang berbeda dengan status orang tuanya,
bisa lebih tinggi bisa lebih rendah; sedangkan stratifikasi social yang tertutup ditandakan
dengan keadaan manakala setiap anggota masyarakat tetap berada pada status yang sama
dengan orang tuanya.
Dalam sistem pelapisan yang terbuka setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan
untuk berusaha dengan kecakapannya sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak
beruntung, untuk jatuh ke lapisan dibawahnya. Pelapisan terbuka ini memberi dorongan
kepada setiap anggota masyarakat untuk mengembangkan kecakapannya, karena itu, maka
sistem tersebut lebih sesuai untuk dijadikan landasan pembangunan masyarakat daripada
sistem yang tertutup.
Dalam sistem pelapisan tertutup, kedudukan orang-perorangan ditentukan oleh kelahirannya;
misalnya seorang Charles di negeri Inggris adalah seorang pangeran dan calon raja Inggris ,
dan dia ada seperti itu karena orang tuanya adalah ratu Inggris.
Dalam kenyataannya agak sulit untuk menemukan bentuk masyarakat yang sistem pelapisnya
benar-benar tertutup ataupun benar-benar terbuka. Dalam satu penelitiannya, Yinger
memperkirakan bahwa dalam bentuk masyarakat yang paling terbuka, yaitu masyarakat
industri modem, hanya sepertiga anggota masyarakat yang statusnya lebih tinggi atau lebih
rendah dari orang tuanya, sedangkan dua pertiganya adalah sama ; hal ini sebenarnya bisa
mengindikasikan bahwa nilai-nilai yang ditanam orang tua tehadap diri anak-anak mereka
masih dijadikan sebagai suatu ukuran kehidupan, mereka masih mengidentifikasikan diri
terhadap segala gagasan sikap, dan tindakan orang tuanya, walaupun mungkin prosesnya
berlangsung tanpa secara disadari.

2.4. Unsur-unsur penting dalam sistem pelapisan sosial


Hal-hal yang mewujudkan unsur-unsur dalam teori sosiologi tentang sistem pelapisan sosial
dalam masyarakat. adalah kedudukan (status) dan peranan (role); kedudukan dan peranan ini
selain merupakan unsur-unsur baku dalam sistem pelapisan sosial, juga mempunyai arti yang
penting bagi sistem sosial masyarakat.
a. Kedudukan
Kedudukan (status), sering disamakan dengan ‘kedudukan sosial’ (social status);
kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok
sosial, sehubungan dengan orang-orang lainnya dalam kelompok tersebut atau tempat
suatu kelompok sehubungan dengan kelompok-kelompok lainnya di dalam kelompok
yang lebih besar lagi. Kedudukan sosial diartikan sebagai tempat seorang secara
umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti
lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.
Kedudukan sosial tidaklah semata-mata berarti kumpulan kedudukan-kedudukan
seseorang dalam kelompok-kelompok yang berbeda, akan tetapi kedudukan-
kedudukan sosial tersebut mempengaruhi kedudukan orang tadi dalam kelompok-
kelompok sosial yang berbeda. Untuk lebih mudah mendapatkan pergertian, kedua
istilah tersebut diatas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan
dengan istilah ‘kedudukan’ (status) saja.
Kedudukan secara abstrak berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu.
Hubungan antara individu dengan kedudukan, dapat diibaratkan sebagai hubungan
pengemudi mobil dengan tempat atau kedudukan si pengemudi dengan mesin mobil
tersebut; tempat mengemudi dengan mesin mobil tersebut; tempat mengemudi dengan
segala alat untuk menjalankan mobil adalah alat-alat tetap yang penting untuk
menjalankan serta mengendalikan mobil tersebut, pengemudi dapat berganti-ganti,
yang mungkin akan dapat menjalankannya dengan lebih baik, atau bahkan lebih
buruk.
Terdapat tiga macam kedudukan didalam masyarakat, diantaranya : Ascribe Status,
yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-
perbedaan rohaniah dan kemampuan ; kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran
; Achieved Status yaitu kedudukanyang dicapai seseorang dengan usaha yang
disengaja, kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat
terbuka bagi siapa saja yang mana tergantung dari kemampuannya masing-masing
dalam mengejar serta mencapai tujuan; dan Assigned Status yaitu kedudukan yang
diberikan alasan-alasan tertentu, dalam arti bahwa suatu kelompok, golongan, atau
masyarakat memberikan kedudukan yang lebih tinggi kepada seseorang yang
dianggap berjasa, yang telah memperjuangkan seseuatu untuk memenuhi kebutuhan
dan kepentingan masyarakat.
Kedudukan seperti apa yang dimiliki seseorang atau kedudukan apa yang melekat
padanya, dapat terlihat pada kehidupan sehari-harinya melalui ciri-ciri tertentu, yang
dalam ilmu sosiologi dinamakan status symbol; ciri-ciri tersebut seolah-olah sudah
menjadi bagian dari hidupnya. Ada beberapa ciri tertentu yang dianggap sebagai
status symbol, misalnya cara berpakaian, pergaulan, cara-cara mengisi waktu
senggang, memilih tempat tinggal, berkendaraan, rekreasi, serta kebiasaan-kebiasaan
lain yang membedakannya dengan orang-orang kebanyakan. Status symbol ini tidak
hanya melekat pada golongan atau lapisan tertentu saja, namun setiap lapisan
biasanya mempunyai ciri-ciri tersendiri.

b. Peranan (Role)
Peranan dan kedudukan pada hakikatnya saling melengkapi, kedua-duanya tidak
dapat dipisahkan, oleh karena yang satu tergantung pada yang lain begitu pula
sebaliknya. Hal yang membedakan keduanya yaitu pada prosesnya, peranan ada
setelah kedudukan, keadaan ini tidak bisa terbalik.
Setiap orang mempunyai bermacam-macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti peranan tersebut menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan
masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah bahwa hal itu mengatur
perikelakuan seseorang, dan juga bahwa peranan menyebabkan seseorang pada batas-
batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan yang lain, sehingga dengan
demikian, orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perikelakuan sendiri
dengan perikelakuan orang-orang sekelompoknya. Maka hubungan-hubungan sosial
yang ada dalam masyarakat merupakan hubungan dalam peranan-peranan individu-
individu dalam masyarakat, misalnya norma-norma kesopanan.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, perlu dikemukakan prihal fasilitas-fasilitas
bagi peranan individu (role facilities); biasanya masyarakat memberikan fasilitas-
fasilitas bagi individu agar dia dapat melaksanakan peranannya. Lembaga-lembaga
masyarakat merupakan bagian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-
peluang untuk melaksanakan peranan. Kadang-kadang struktur suatu golongan
kemasyarakatan, menyebabkan fasilitas-fasilitas tersebut bertambah; misalnya
perubahan organisasi suatu sekolah yang memerlukan penambahan guru, pegawai
administrasi, penjaga sekolah dan sebagainya. Akan tetapi sebaliknya, hal itu juga
dapat mengurangi peluang-peluang, seperti misalnya apabila terpaksa diadakan
resionalisasi sebagi akibat perubahan struktur dan organisasi.

2.5. Pelapisan sosial dalam masyarakat


Pada dasarnya manusia itu sama kedudukan dan derajatnya, tetapi pada realitasnya
lapisan-lapisan masyarakat adalah sesuatu yang benar-benar ada dan nyata. Adanya pelapisan
sosial dapat mengakibatkan atau mempengaruhi tindakan-tindakan warga masyarakat dalam
interaksi sosialnya. Pola tindakan individu-individu masyarakat sebagai konsekuensi dari
adanya perbedaan status dan peran sosial akan muncul dengan sendirinya. Pelapisan sosial
merupakan hal yang tidak dapat di abaikan. Masyarakat yang mempunyai sistem pelapisan
sosial tertutup seolah-olah menunjang ketidaksamaan sosial sehingga tidak kondusif terhadap
suatu mobilitas sosial, sedangkan masyarakat dengan sistem pelapisan yang lebih terbuka,
dilain pihak, menganut azas persamaan sosial dan membenarkan serta menganjurkan
mobilitas sosial; dalam masyarakat demikian setiap orang akan mengharapkan perlakuan dan
kesempatan yang sama tanpa memandang perbedaan yang di bawa sejak lahir seperti
perbedaan gender, usia, ras, etnik, dan agama.
Kamanto Sunarto mengisyaratkan bahwa berbagai masyarakat mungkin berbeda
pandangannya terhadap konsep kesamaan ini; pada satu sisi, ada masyarakat yang
berpandangan bahwa apa yang dapat di peroleh seseorang anggota masyarakat tergantung
pada kemampuannya. Masyarakat Amerika, merupakan masyarakat yang cenderung
menekankan pada pentingnya asas ini, setiap anggota masyarakat di anggap berhak atas
kesempatan yang sama (equality of opportunity) untuk meraih sukses melalui prestasi. Ini
berarti bahwa sukses yang diraih seseorang tergantung pada prestasinya; orang yang
berprestasi dapat meraih statustinggi serta segala imbalan yang menyertainya, sedangkan
orang yang tidak berprestasi akan tetap menduduki status rendah.
Pada sisi lain, ada masyarakat yang lebih menekankan pada asas yang menyatakan bahwa
pemerataan berarti pemerataan pendapatan, meskipun asas ini sangat menonjol pada
komunisme yang berpandangan bahwa seseorang diharapkan menyumbangkan tenaganya
pada masyarakat sesuai dengan kemampuannya tetapi akan memperoleh imbalan sesuai
dengan keperluannya, namun asas bahwa pemberian imbalan dalam masyarakat perlu
didasarkan pada pemenuhan keperluan pokok anggota masyarakat pun dianut oleh banyak
masyarakat yang tidak menganut komunisme.
Pelapisan sosial memberikan dampak positif jika dilakukan untuk mencapai tujuan bersama,
dengan adanya pelapisan sosial masyarakat dalam satu organisasi dituntut untuk dapat
menjalankan kewajiban dan mendapatkan hak mereka. Dengan sistem pelapisan sosial ini,
maka akan terjalin kerja sama yang bersifat mutualisme. Pelapisan sosial juga dpat
memberikan dampak negatif, terjadinya kesenjangan sosial antar kalangan dalam masyarakat
meruoakan bukti kongkrit bahwa pelapisan sosial memberikan dampak buruk. Idiologi
seperti ini lah yang membuat terjadinya banyak keributan dan permasalahan yang berasal dari
sikap kesenjangan sosial. Kalangan kelas atas yang memandang rendah kalangan bawah
semakin memperparah situasi, masyarakat bawah yang tidak menerima dirinya berada di
bawah merasa cemburu kepada orang lain yang berada di atas. Akibatnya, terjadilah
tindakan-tindakan kriminal. Sikap saling tidak menghargai orang lain seperti itu dapat
menimbulkan perpecahan dalam masyarakat.
Dari poin-poin di atas dapat kita simpulkan bahwa pelapisan sosial memang tidak dapat
terlepas dalam kehidupan bermasyarakat, tapi bukan berarti pelapisan sosial malah
merenggangkan dan menjadikan kesenjangan sosial di masyarakat. Saling menghargai dan
menghormati kewajiban dan hak orang lain adalah solusi untuk masalah pelapisan sosial ini.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pelapisan sosial merupakan perbedaan masyarakat kedalam tingkatan-tingkatan
tertentu. Pembedaan ini didasari karena setiap orang memiliki potensi yang
berbeda-beda sehingga tingkat penghargaan orang lain terhadap dirinya pun
akan berbeda. Disisi lain, stratifikasi sosial juga berfungsi sebagai alat untuk
seseorng mendapatkan status dan peran masing-masing yang satu sama lain aka
nada perbedaan. Hal tersebut akan memudahkan seseorang dalam melaksanakan
apa yang seharusnya di kerjakan. Sebab, tidak mungkin dalam suatu wilayah
tertentu semua orang melakukan pekerjaan yang sama, pasti ada pembagian tugas
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu, dan disitulah
aka nada yang namanya stratifikasi sosial. Adanya pelapisan sosial tidak boleh
sampai merenggangkan dan menjadikn sebuah kesenjangan sosial di masyarakat.
Saling menghargai dan menghormati kewajiban dan hak orang lain adalah solusi
untuk masalah pelapisan sosial ini.

3.2. Saran
1. Pelapisan sosial bukan halangan bagi kita untuk menjadi lebih baik. Maka sifat
optimis dan merasa cukup dalam hal ini diperlukan.
2. Pada dasarnya kita semua sama kedudukannya dan ketaqwaan kita. Jadi
tetaplah berusaha dan selalu bersyukur dalam hidup ini.

DAFTAR PUSTAKA

Berghe, van den, pierre. 1967. Dialectic and Fun ctionalism: Toward a Synthesis, dalam
N.J. Demerath III et. al.eds; System, Change, and Conflict, The Free Press, New
York, Collier-McMillan limited London.
Dwi, Narwoko J. dan Bagong Suryanto. 2011. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.
Jakarta: Kencana.
Haryanto, Dany dan G. Edwin Nugrohadi. 2011. Pengantar Sosiologi Dasar. Jakarta: PT.
Prestasi Pustakaraya.
http://bumaryati.blockspot.com/2011/08/stratifikasi-sosial.htm1
Lawang, Robert. 1985. Sistem Sosial di Indonesia. Jakarta: Penerbit PT Kurunika
Universitas Terbuka
Nasikom.1993. Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Sanderson.2000. Sosiologi Macro, Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial., Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada
Saripudin, Didin. 2005. Mobilitas dan Perubahan Sosial, Penerbit: Masagi Fondation,
Bandung
Soekanto, Soerdjono. 2007.Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Soemardjan, Selow-Soemardi. 1974. Setangkai Bunga Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
SOAL-SOAL PILGAN ILMU SOSIAL DASAR
PELAPISAN SOSIAL DALAM MASYARAKAT

1. Stratifkasi berasal dari kata stratum yang artinya …


a. berbeda-beda
b. berlapis-lapis
c. bermacam-macam
d. majemuk

2. Hal yang menjadi penyebab terjadinya pelapisan sosial di masyarakat adalah adanya
….
a. sesuatu hal yang dihargai oleh masyarakat
b. silang pendapat pada masyarakat modern
c. keinginan yang berbeda dalam masyarakat
d. kemajuan dalam masyarakat yang berbeda

3. Contoh stratifkasi yang terjadi dengan sendirinya adalah ….


a. kekuasaan
b. tingkat ekonomi
c. tingkat pendidikan
d. tingkat usia

4. Kedudukan seseorang dalam masyarakat dikatakan berciri sosial apabila kedudukan


tersebut ….
a. diterima individu sebagai sesuatu yang sudah digariskan
b. diakui dan memiliki pengaruh tertentu dalam dinamika sosial
c. diakui oleh segolongan kecil masyarakat
d. menempati lapisan sosial paling atas

5. Status yang didapat secara otomatis melalui kelahiran ...


a. Achieved Status
b. Ascribe Status
c. Assigned Status
d. Status Sosial

6. Stratifkasi sosial dikatakan bersifat terbuka apabila ….


a. sering terjadi perubahan status dan peranan
b. lapisan masyarakat bawah diberikan pendidikan
c. selalu terjadi perubahan kriteria penilaian
d. ada kesempatan untuk berpindah ke lapisan yang lainnya

7. Seseorang dapat saja masuk ke dalam kelas sosial tertentu yang di inginkan ataupun
keluar setelah mencapai kelas sosial yang lebih tinggi. Hal tersebut merupakan sifat
stratifikasi sosial ...
a. Sistem kasta
b. Kelas sosial
c. Terbuka
d. Tertutup

8. Salah satu faktor penyebab terjadinya stratifkasi adalah ….


a. kewajiban menjalankan tugas negara
b. penghargaan khusus terhadap para ahli
c. adanya sejumlah perolehan dari masyarakat
d. pemerataan pendapatan per kapita

9. Kekayaan sering juga disebut sebagai kriteria penentuan stratifkasi sosial


berdasarkan ukuran ….
a. ekonomi
b. kekuasaan
c. keturunan
d. kepandaian

10. Yang menyatakan perbedaan antara stratifkasi sosial dengan status sosial terdapat
pada pernyataan ….
a. stratifkasi sosial pengelompokan manusia berdasarkan jenis kelamin, sedangkan
status sosial selalu berkaitan dengan hak dan kewajiban
b. stratifkasi sosial pengelompokan manusia berdasarkan status sosial secara
bertingkat, sedangkan status sosial adalah posisi seseorang dalam masyarakat
c. stratifkasi sosial merupakan pelapisan sosial, status sosial merupakan
peranan seseorang dalam masyarakat
d. stratifkasi muncul dengan sendirinya dalam masyarakat, sedangkan status sosial
harus diupayakan oleh masyarakat

Anda mungkin juga menyukai