Dasar Al-Qur’an :
َوإِن ُكنتُ ْم ُجنُبا ً فَاطَّهَّ ُر ْوا
Artinya : “Apabila kamu dalam keadaan junub, maka bersucilah.” (QS Al-
Maidah : 6)
1
Para ulama menetapkan paling tidak ada 6 hal yang mewajibkan
seseorang untuk mandi janabah.Tiga hal di antaranya dapat terjadi pada laki-
laki dan perempuan. Tiga lagi sisanya hanya terjadi pada perempuan.
1. Keluar Mani
Yakni keluarnya sperma dari alat kelamin, baik disengaja atau tidak disengaja.
Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW berikut ini :
a. Jika sperma keluar tanpa ada syahwat , tetapi karena sakit atau cuaca
dingin, maka kondisi ini tidak mewajibkan mandi besar.
b. Jika seseorang mimpi basah namun tidak menemukan bekas seperma
pada pakaian atau tubuhnya, maka ia tidak diwajibkan mandi besar.
2. Berhubungan Badan
Bertemunya dua kemaluan adalah kemaluan laki-laki dan kemaluan
wanita. Dan istilah ini disebutkan dengan maksud persetubuhan (jima').
Dan para ulama membuat batasan : dengan lenyapnya kemaluan
2
(masuknya) ke dalam faraj wanita, atau faraj apapun baik faraj hewan.
Termasuk juga bila dimasukkan ke dalam dubur, baik dubur wanita
ataupun dubur laki-laki, baik orang dewasa atau anak kecil. Baik dalam
keadaan hidup ataupun dalam keadaan mati. Semuanya mewajibkan
mandi, di luar larangan perilaku itu.
Hal yang sama berlaku juga untuk wanita, dimana bila farajnya
dimasuki oleh kemaluan laki-laki, baik dewasa atau anak kecil, baik
kemaluan manusia maupun kemaluan hewan, baik dalam keadaan hidup
atau dalam keadaan mati, termasuk juga bila yang dimasuki itu duburnya.
Semuanya mewajibkan mandi, di luar masalah larangan perilaku itu.
Semua yang disebutkan di atas termasuk hal-hal yang mewajibkan
mandi, meskipun tidak sampai keluar air mani.
3. Meninggal
Seseorang yang meninggal, maka wajib atas orang lain yang masih
hidup untuk memandikan jenazahnya. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW
tentang orang yang sedang ihram tertimpa kematian :
5. Nifas
3
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita
setelah melahirkan. Nifas itu mewajibkan mandi janabah, meski bayi
yang dilahirkannya itu dalam keadaan mati. Begitu berhenti dari
keluarnya darah sesudah persalinan atau melahirkan, maka wajib atas
wanita itu untuk mandi janabah.
Hukum nifas dalam banyak hal, lebih sering mengikuti hukum
haidh. Sehingga seorang yang nifas tidak boleh shalat, puasa, thawaf di
baitullah, masuk masjid, membaca Al-Quran, menyentuhnya, bersetubuh
dan lain sebagainya.
6. Melahirkan
Seorang wanita yang melahirkan anak, meski anak itu dalam
keadaan mati, maka wajib atasnya untuk melakukan mandi janabah.
Bahkan meski saat melahirkan itu tidak ada darah yang keluar. Artinya,
meski seorang wanita tidak mengalami nifas, namun tetap wajib atasnya
untuk mandi janabah, lantaran persalinan yang dialaminya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa 'illat atas wajib mandinya
wanita yang melahirkan adalah karena anak yang dilahirkan itu pada
hakikatnya adalah mani juga, meski sudah berubah wujud menjadi
manusia. Dengan dasar itu, maka bila yang lahir bukan bayi tapi janin
sekalipun, tetap diwajibkan mandi, lantaran janin itu pun asalnya dari
mani.
4
(kelamin laki-laki yang belum sunat), dan juga farajnya perempuan
yang kelihatan ketika jongkok.
Dari ’Aisyah radliyallahu anha dia berkata, ”Jika Rasulullah SAW mandi
karena janabah, maka beliau mencuci kedua tangan, kemudian wudhu’
sebagaimana wudhu beliau untuk sholat, kemudian beliau menyela-nyela
rambutnya dengan kedua tangan beliau, hingga ketika beliau menduga air
sudah sampai ke akar-akar rambut, beliau mengguyurnya dengan air tiga
kali, kemudian membasuh seluruh tubuhnya”. ’Aisyah berkata, ”Aku pernah
mandi bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dari satu bejana,
kami mencibuk dari bejana itu semuanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5
Dari kedua hadits di atas, kita bisa rinci sebagai berikut :
1. Mencuci Kedua Tangan
Pertama sekali yang harus dilakukan ketika mandi wajib adalah
mencuci kedua tangan. Mencuci kedua tangan ini bisa dengan tanah atau
sabun, lalu dibilas sebelum dimasukkan ke wajan tempat air.
2. Mencuci Dua Kemaluan
Caranya dengan menumpahkan air dari tangan kanan ke tangan kiri
dan dengan tangan kiri itulah kemaluan dan dubur dicuci dan
dibersihkan.
3. Membersihkan Najis
Selain dua kemaluan, juga disunnahkan terlebih dahulu untuk
membersihkan semua najis yang sekiranya masih melekat di badan.
4. Berwudhu
Setelah semua suci dan bersih dari najis, maka disunnahkan untuk
berwudhu sebagaimana wudhu' untuk shalat. Jumhur ulama mengatakan
bahwa disunnahkan untuk mengakhirkan mencuci kedua kaki.
Maksudnya, wudhu' itu tidak pakai cuci kaki, cuci kakinya nanti setelah
mandi janabah usai.
5. Sela-sela Jari
Di antara yang dianjurkan juga adalah memasukan jari-jari tangan
yang basah dengan air ke sela-sela rambut, sampai ia yakin bahwa kulit
kepalanya telah menjadi basah
6. Menyiram kepala
Sunnah juga untuk menyiram kepala dengan 3 kali siraman sebelum
membasahi semua anggota badan.
7. Membasahi Seluruh Badan
Ketika mandi dan membasahi semua bagian badan, ada keharusan
untuk meratakannya. Jangan sampai ada anggota badan yang tidak
terbasahi air. Misalnya, kalau ada orang yang memakai pewarna rambut
atau kuku yang sifatnya menghalangi tembusnya air, maka mandi itu
menjadi tidak sah. Tergantung jenis pewarnanya, kalau tembus air atau
menyatu menjadi bagian dari rambut atau kuku, tentu tidak mengapa.
Tetapi kalau tidak tembus dan menghalangi, maka mandinya tidak sah.
Sebelum mandi harus dihilangkan terlebih dahulu.
8. Mencuci kaki
Disunnahkan berwudhu di atas tanpa mencuci kaki, tetapi diakhirkan
mencuci kakinya. Dengan demikian, mandi wajib/janabah itu juga
mengandung wudhu yang sunnah. Walau pun tanpa berwudhu' sekalipun,
6
sebenarnya mandi wajib/janabah itu sudah mengangkat hadats besar dan
kecil sekaligus.
9. Tidak Berwudhu lagi setelah mandi