FIQIH
MANDI
OLEH:
NIM : 11810721677
KELAS : KIMIA I A
KELOMPOK: 3
1) CIRI-CIRI MANDI
Lafal al-ghusl atau al-ghaslu dalam islam menunjukkan arti perbuatan
mandi itu sendiri, ataupun air yang digunakan untuk mandi. Dari segi bahasa,
ia berarti mengalirkan air ke atas sesuatu secara mutlak. Kalimah al-ghislu juga
digunakan untuk menyebutkan bahan yang digunakan untuk membersihkan
sesuatu seperti sabun, shampo, dan sebagainya.
Menurut istilah syara’, arti mandi (al-ghaslu ) adalah meratakan air ke
seluruh tubuh dengan cara tertentu.1 Menurut ulama Syafi’i mengalirkan air ke
seluruh tubh dengan niat.2 Menurut ulama Maliki menyampaikan air dengan
menggosok-gosokkannya ke seluruh badan dengan niat supaya boleh
melaksanakan shalat.3
1
Kasysyaful Qina’, Jilid 1, hlm. 158.
2
Mughnil muhtaj, Jilid 1, hlm. 68.
3
Hasyiah ash-Shawi ‘ala asy-Syarh ash-Shaghir, Jilid I, hlm. 160.
Dalil Pensyariatannya
ْ الط ُه ْو ُر ش
ِ َط ُر اْ ِإل ْي َم
ان ُّ
“Bersuci adalah sebagian dari keimanan.”
Rukunnya
Sebabnya
Hukumnya
Dengan mandi tersebut maka semua hal akan menjadi halal, disamping
juga akan mendapatkan pahala karena dilakukan karena tujuan ibadah kepada
Allah SWT. Ketika mandi seseorang boleh membuka seluruh tubuhnya jika dia
4
Muraqi al-Falah, hlm. 15.
memang mandi sendirian di dalam tempat yang tertutup, atau dia hanya
bersama orang yang diperbolehkan memandang auratnya. Namun menutup
aurat ketika mandi adalah lebih afhdal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Muhammd saw. kepada Bahz bin Hakim,
“Hendaklah engkau jaga auratmu, kecuali kepada istri dan hamba sahaya
milikmu.” Kemudian dia bertanya, “bagaimana jika seseorang dari kami
sedang sendirian?” Rasulullah saw. menjawab “Allah lebih patut disegani
daripada manusia.”5
5
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan imam-imam hadits penyusun kitab Sunan yang empat, al-
Hakim, al-Baihaqi dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya dari kakeknya.
6
Maksud tempat khitan ialah tempat yang dipotong pada zakar dan farji. Bertemunya dua khitan
adalah bersetubuh.
c. Haid
Haid adalah darah yang keluar dari rahim wanita yang sudah baligh
ketika dalam keadaan sehat, bukan semasa melahirkan bayi atau semasa
sakit, dan darah tersebut keluar dalam masa tertentu dan setiap bulan.
d. Nifas
Nifas ialah darah yang keluar sesudah bersalin. Lama masa
keluarnya darah itu sedikit-dikitnya satu kali dalam satu hari dan sebanyak-
banyaknya 60 hari disebut juga darah istihadhah. Berhentinya darah haid
dan nifas merupakan syarat wajib serta syarat sahnya mandi.
e. Muslim yang mati selain mati syahid
ّللَاِ صلى هللا َّ َ سو ُل ُ َكانَ َر:ت ْ َّللَاُ َع ْن َها قَالَّ َ يَ ض ِ شةَ َر َ َِو َع ْن َعائ
س َل ِمنَ ْال َجنَابَ ِة يَ ْبدَأ ُ فَيَ ْغ ِس ُل يَدَ ْي ِه ث ُ َّم يُ ْف ِرغُ ِبيَ ِم ْينِ ِه َعلَى َ َ عليه وسلم ِإذَا اِ ْغت
صو ِل ُ ُ صا ِب َعهُ فِي أَ َ ِش َما ِل ِه فَيَ ْغ ِس ُل فَ ْر َجهُ ث ُ َّم يَت َ َوضَّأ ُ ث ُ َّم يَأ ْ ُخذُ ا َ ْل َما َء فَيُ ْد ِخ ُل أ
س ِد ِه ث ُ َّم َ اض َعلَى
َ سائِ ِر َج َ َت ث ُ َّم أَف ٍ ث َحفَنَا َ ش ْع ِر ث ُ َّم َحفَنَ َعلَى َرأْ ِس ِه ث َ َال َّ ال
س َل ِر ْجلَ ْي ِه
َ َغ
“Apabila Rasulullah saw. mandi junub, maka beliau memulainya dengan
membasyh kedua tangannya kemuadian menuangkan air ke tangan kirinya.
Lalu beliau membasuh kemaluannya dan diikuti dengan berwudhu.7 kemuadian
beliau memasukkan jari-jarinya ke bagian pangkal rambutnya. Setelah itu
beliau menuangkan air ke atas kepalanya sebanyak tiga tuangan8. Setelah itu,
7
Ulama sepakat mengenai sunnah berwudhu sebelum mandi karena mengikuti amalan
Rasulullah saw., disamping ia dapat mendorong untuk mandi dan lebih sopan (al Mughni, Jilid I,
hlm.219).
8
Penuangan disini dilakukan dengan menggunakan air yang diambil dengan telapak tangan.
beliau meratakan air ke seluruh tubuhnya dan akhirnya beliau membasuh
kedua belah kakinya.9
2) Mambasuh badan
3) Menghilangkan najis yang ada pada tubuh
4) Meratakan air ke seluruh rambut dan kulit
9
Hadits muttafaq ‘alaih (Sulubus Salam, Jilid I, hlm 89). Hadits yang sama diriwayatkan juga dari
Aisyah dan Maimunah.
10
Fathul Qadir, Jilid I, hlm. 38 dan halaman seterusnya; ad-Durrul Mukhtar, Jilid I, hlm. 140-
143; Muraqa al-Falah, hlm 17; al-Lubab, Jilid I, hlm. 20; asy- Syarhul Kabir, Jilid I ], hlm. 133-
135; Bidayatul Mujtahid, Jilid I,hlm. 42 dan halaman berikutnya; al- Qawanin al-Fiqhiyyah,
hlm.26; Mughmil Muhtaj,Jilid I, hlm.72 dan seterusnya; al-Mughni, Jilid I, hlm. 218-229; al-
Muhadzdzab, Jilid I, hlm. 31 dan seterusnya; Kasysyaful Qina’, Jilid I, hlm. 172-177.
ketika membasuh dua kemaluan qubul dan dubur) seperti yang
dijelaskan oleh ulama Syafi’i.
3) Berwudhu seperti wudhu untuk shalat.
4) Setiap lipatan pada tubuhnya, yaitu dengan cara mengambil air dengan
tangan kemudian mengusapkannya ke bagian tubuh yang berlipat
seperti ke kedua telinga, lipatan perut, dan dalam pusar.
5) Menuangkan air ke atas kepala dan menggosok-gosokkannya, serta
hendaklah dia menuangkan air ke seluruh bagian tubuh sebanyak tiga
ikali dengan memulai pada bagian tubuh sebelah kanan dan diikuti
dengan bagian sebelah kiri.
11
Ibid., hlm.18.
12
Al-Qawanin al-Fiqhiyyah, hlm. 26.
13
Al-Hadhramiyyah, hlm. 21 dan halaman berikutnya.
14
Kasysyaful Qina’, Jilid I, hlm. 179 dan halaman berikutnya; al-Mughni, Jilid I,hlm. 229.
“Sesungguhnya thawaf di Baitullah itu adalah sholat. Oleh karena itu,
apabila kamu thawaf, hendaklah kamu sedikit bercakap.”15
Menyentuh mushaf Al- Qur’an, karena firman Allah SWT,
“Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.”(al-
Waaqi’ah: 79)
Sabda Nabi Muhammad saw.,
“tidak boleh menyentuh Al- Qur’an melainkan orang yang telah bersuci.”16
Membaca Al- Qur’an dengan lidahnya dengan syarat ia melakukannya
dengan maksud membaca Al- Qur’an. Kalau dilakukan dengan maksud
untuk berdoa, memuji Allah, dan memuliakan sesuatu, ataupun tujuan
mengajar, ber- isti’adzah dan berdzikir, maka hukumnya tidak haram.
Beri’tikaf di dalam masjid.
7) MANDI-MANDI SUNNAH
1) Mandi untuk menunaikan sholat Jum’at
2) Mandi untuk shalat dua Hari Raya
3) Mandi untuk orang kafir ketika baru masuk Islam
4) Mandi untuk mengerjakan shalat sunnah gerhana bulan dan gerhana
matahari
5) Mandi untuk shalat istisqa’ (minta hujan)
6) Mandi untuk ihram haji dan umrah
7) Mandi untuk memasuki Makkah
8) Mandi untuk wuquf di padang Arafah
9) Mandi untuk bermalam di Muzdalifah
10) Mandi untuk melempar tiga jumrah
11) Mandi untuk thawaf dan sa’i
15
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, an-Nasa,i, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan ad-Daruquthni dari Ibnu
Abbas. Ia adalah hadits shahih (Nailul Authar, Jilid I, hlm. 207).
16
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i, Abu Dawud dalam kumpulan hadits mursal dari Amr bin Hazm.
Dalam sanadnya, ia adalah perawi yang matruk. Ath-Thabrani dan al-Baihaqi juga
meriwayatkannya dari Ibnu Umar. Namun, dalam sanadnya terdapat juga orang yang
diperselisihkan (mukhtalaf fih). Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Hakim dan dia mengakuinya
sebagai hadits yang shahih sanatnya dari Hakim bin Hizam. Ath-Thabarani meriwayatkannnya
dari Utsman bi Abil Ash. Ali bin Abdul Aziz juga meriwayatkannya dari ats-Tsauban tetapi
sanadnya sangat lemah (Nashbur Rayah, Jilid I, hlm. 196-199).
12) Mandi untuk masuk kota Madinah
13) Mandi karena memandikan mayat, baik mayat Muslim atau kafir
14) Mandi wanita yang mengalami istihadhah
15) Mandi karena pulih dan sadar dari gila, pingsan, atau mabuk
16) Mandi juga sunnah dilakukan setelah berbekam, pada malam Nishfu
Sya’ban dan juga pada malam Lailatul Qadar sekiranya dia dapat
menemuinya
17
Al-Majmu’, Jilid II, hlm. 187-196; Jilid VI, hlm. 33; Lihat I’lam al-Masajid bi Ahkam al-Masajid,
oleh az-Zarkasyi, khususnya pada halaman 301-407 dimana dia telah menyebutkan sebanyak 137
hukum yang berkaitan dengan masjid; al-Qawanin al-Fiqhiyyah, hlm.49: al- Mughni, Jilid 11, hlm.
243: ad- Durrul Mukhtar, Jilid I, hlm. 614-619; Kasysyaful Qina’, Jilid II, hlm.424-436.
3. Memasuki tempat mandi
Kaum lelaki boleh memasuki ruang mandi panas dan mereka wajib
menghindari memandang hal-hal haram dilihat, serta wajib menjaga aurat
mereka supaya tidak terbuka di hadapan orang yang tidak boleh
memandangnya.
4. Mandi bertelanjang
Barang siapa yang mandi telanjang diantara manusia maka itu tidak
boleh. Sebab kita diwajibkan untuk menutup aurat di tengah manusia.
Namun jika dia mandi sendirian dan tidak terlihat orang lain maka yang
demikian boleh saja dilakukan.
Jika saat mandi dia ditutupi oleh kain maka yang demikian juga
tidak apa-apa. Namun kita dianjurkan untuk menutup auret walaupun
tidak ada orang. ini berdasarkan pada sabda Rasulullah yang berbunyi:
Allaj jauh lebih berhak seseorang malu pada-Nya daripada manusia.18
7. Adab-adab mandi
Orang yang mandi hendaklah menggunakan air, kecuali menurut
kadar keperluannya. Dan janganlah berlama-lama dalam tempat mandi
kecuali sekadar keperluan saja.
Ketika memasuki hendaklah membaca bismillah diikuti dengan
bacaan ketika memasuki kamar mandi.
Ketika masuk hendaklah mendahulukan kaki kiri dan ketika keluar
hendaklah mendahulukan kaki kanan.
Jika bisa, hendaklah jangan banyak bercakap dan hendaklah
mencari dan memilih waktu ketika kosong dan sunyi (tidak ada orang).
18
HR. Abu Dawud dalam Bab “Tempat Mandi” (4017) dari hadits Bahaz bin Hakim dari ayahnya
dari kakeknya. Sebagaimana ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Bab “Adab”. Dia dan Ibnu
Majah dalam Bab “Nikah” nyatakan bahwa hadits ini adalah hasan. Hadits ini juga diriwayatkan
oleh Ahmad dalam Musnadnya: (5/3-4).
Jangan banyak menoleh, karena ia menjadi kesempatan bagi setan.
Ketika keluar hendaklah beristighfar kepada Allah SWT dan
mengerjakan shalat dua rakaat, karena ada ulama yng mengatakan, “Hari
mandi di kolam mandi ini adalah hari dosa.”
Orang yang berpuasa dimakruhkan mandi panas, karena mandi
tersebutdapat melemahkan tubuh dan merupakan sikap yang berlebih-
lebihan yang tidak sesuai dengan puasa. Bisa juga airnya masuk ke dalam
perut dan membatalkan puasa.
Ketika keluar tempat mandi, hendaklah seseorang itu membasuh
kainnya dengan air dingin. Meminum air dingin ketika keluar tidaklah
mengapa, karena ia baik bagi kesehatan.