Anda di halaman 1dari 11

TUGAS INDIVIDU DOSEN PENGAMPUH

FIQIH

MANDI

OLEH:

NAMA : POOJA NOVA RIANI

NIM : 11810721677

KELAS : KIMIA I A

KELOMPOK: 3

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2018
MANDI
Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan air yang suci dan
menyucikan. Dimana di dalam bahasa Arab disebut dengan istihmam. Shalat baru
menjadi sah apabila kita suci dari hadast besar maupun kecil. Cara menghilangkan
hadast besar yaitu dengan mandi wajib.

Firman Allah di dalam Al-Qur’an:

  .....


  
   
   
 ....  
“....Janganlah kamu sekalian kerjakan shalat di kala kamu sedang mabuk hingga
kamu mengetahui apa yang kamu katakan, dan jangan pula kamu kerjakan shalat
ketika kamu sedang “junub” kecuali lewat tempat sholat saja, sebelum kamu
mandi lebih dahulu....”.(an-Nisa:43)

1) CIRI-CIRI MANDI
Lafal al-ghusl atau al-ghaslu dalam islam menunjukkan arti perbuatan
mandi itu sendiri, ataupun air yang digunakan untuk mandi. Dari segi bahasa,
ia berarti mengalirkan air ke atas sesuatu secara mutlak. Kalimah al-ghislu juga
digunakan untuk menyebutkan bahan yang digunakan untuk membersihkan
sesuatu seperti sabun, shampo, dan sebagainya.
Menurut istilah syara’, arti mandi (al-ghaslu ) adalah meratakan air ke
seluruh tubuh dengan cara tertentu.1 Menurut ulama Syafi’i mengalirkan air ke
seluruh tubh dengan niat.2 Menurut ulama Maliki menyampaikan air dengan
menggosok-gosokkannya ke seluruh badan dengan niat supaya boleh
melaksanakan shalat.3

1
Kasysyaful Qina’, Jilid 1, hlm. 158.
2
Mughnil muhtaj, Jilid 1, hlm. 68.
3
Hasyiah ash-Shawi ‘ala asy-Syarh ash-Shaghir, Jilid I, hlm. 160.
Dalil Pensyariatannya

Firman Allah SWT,

   ...


 ....  

“... jika kamu junub maka mandilah...” (al-Maa’idah:6)

Ayat ini memerintahkan agar kita menyucikan seluruh tubuh, kecuali


bagian yang air tidak dapat sampai kepadanya seperti bagian dalam mata. Ini
akan berbahaya dan menyakitkan bila bagian dalam mata terkena air.

Hikmah dan tujuan mandi ialah untuk kebersihan, mengembaikan


kesegaran dan keaktifan badan. Dengan mandi telah memenuhi perintah syara’.
Nabi muhammad saw. bersabda,

ْ ‫الط ُه ْو ُر ش‬
ِ ‫َط ُر اْ ِإل ْي َم‬
‫ان‬ ُّ
“Bersuci adalah sebagian dari keimanan.”

Maksud bersuci disini ialah wudhu dan mandi.

Rukunnya

Meratakan air ke seluruh tubuh sesuai dengan kemampuan dan tidak


sampai menimbulkan kesukaran.

Sebabnya

Apabila seseorang mau melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan


karena dia sedang dalam keadaan junub ataupun karena ingin melakukan
perkara yang wajib.4

Hukumnya

Dengan mandi tersebut maka semua hal akan menjadi halal, disamping
juga akan mendapatkan pahala karena dilakukan karena tujuan ibadah kepada
Allah SWT. Ketika mandi seseorang boleh membuka seluruh tubuhnya jika dia

4
Muraqi al-Falah, hlm. 15.
memang mandi sendirian di dalam tempat yang tertutup, atau dia hanya
bersama orang yang diperbolehkan memandang auratnya. Namun menutup
aurat ketika mandi adalah lebih afhdal. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Muhammd saw. kepada Bahz bin Hakim,

ُ ‫ إِذَا َكانَ ْالقَ ْو ُم بَ ْع‬،ِ‫س ْو َل هللا‬


‫ض ُه ْم فِ ْي‬ ْ ‫ع ْو َرتَكَ إِالَّ ِم ْن زَ ْو ِجكَ أ َ ْو َما َملَ َك‬
ُ ‫ يَا َر‬:َ‫ فَ ِق ْيل‬، َ‫ت يَ ِم ْينُك‬ ْ َ‫اِحْ ف‬
َ ‫ظ‬

‫ إِذَا َكانَ أ َ َحدُنَا‬،ِ‫س ْو َل هللا‬


ُ ‫ يَا َر‬:َ‫ فَ ِق ْيل‬، ‫طعْتَ أ َ ْن الَ يَ َريَنَّ َها أ َ َحدٌ فَالَ يَ َريَنَّ َها‬
َ َ ‫ إِ ِن ا ْست‬:َ‫ض؟ قَال‬
ٍ ‫بَ ْع‬

‫ اَهللُ أ َ َح ُّق أ َ ْن يُ ْستَحْ يَا ِم ْنهُ ِمنَ النَّاس‬:َ‫خَا ِليًا؟ قَال‬

“Hendaklah engkau jaga auratmu, kecuali kepada istri dan hamba sahaya
milikmu.” Kemudian dia bertanya, “bagaimana jika seseorang dari kami
sedang sendirian?” Rasulullah saw. menjawab “Allah lebih patut disegani
daripada manusia.”5

2) PERKARA-PERKARA YANG MENYEBABKAN MANDI WAJIB


a. Keluar Mani
Apabila air mani keluar dari kemaluan lelaki ataupun wanita, disertai
rasa nikmat – menurut kebiasaan- dan keluarnya memuncrat , meskipun
keluarnya waktu tidur ataupun sewaktu terjaga. Air mani itu keluar
disebabkan memandang atau berikir (hal yang menimbulakn syahwat),
sebab bersetubuh, atau melakukan hubungan dengan seorang yang hidup,
yang telah mati, ataupun binatang. Mani adalah air kental yang keluar
memuncrat ketaika syahwat menegang.

b. Bertemu alat kelamin,6 meskipun tidak keluar mani


Maksudnya adalah berjunub, yaitu dengan memasukkan kepala
zakar atau kemaluan lelaki atau kadarnya – bagi yang zakarnya terpotong –
ke dalam kemaluan wanita yang dapat disetubuhi baik qubul atau dubur,
lelaki atau perempuan, secara suka rela ataupun dipaksa, dalam keadaan
tidur ataupun terjaga.

5
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan imam-imam hadits penyusun kitab Sunan yang empat, al-
Hakim, al-Baihaqi dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya dari kakeknya.
6
Maksud tempat khitan ialah tempat yang dipotong pada zakar dan farji. Bertemunya dua khitan
adalah bersetubuh.
c. Haid
Haid adalah darah yang keluar dari rahim wanita yang sudah baligh
ketika dalam keadaan sehat, bukan semasa melahirkan bayi atau semasa
sakit, dan darah tersebut keluar dalam masa tertentu dan setiap bulan.

d. Nifas
Nifas ialah darah yang keluar sesudah bersalin. Lama masa
keluarnya darah itu sedikit-dikitnya satu kali dalam satu hari dan sebanyak-
banyaknya 60 hari disebut juga darah istihadhah. Berhentinya darah haid
dan nifas merupakan syarat wajib serta syarat sahnya mandi.
e. Muslim yang mati selain mati syahid

f. Orang kafr yang masuk Islam

3) PERKARA FARDHU DALAM MANDI

Cara mandi rasulullah saw.

Cara mandi yang sempurna dapat diketahui dari memerhatikan panduan


As-Sunnah. Diantaranya adalah diriwayatkan oleh Aisyah r.a.,

‫ّللَاِ صلى هللا‬ َّ َ ‫سو ُل‬ ُ ‫ َكانَ َر‬:‫ت‬ ْ َ‫ّللَاُ َع ْن َها قَال‬َّ َ ‫ي‬َ ‫ض‬ ِ ‫شةَ َر‬ َ ِ‫َو َع ْن َعائ‬
‫س َل ِمنَ ْال َجنَابَ ِة يَ ْبدَأ ُ فَيَ ْغ ِس ُل يَدَ ْي ِه ث ُ َّم يُ ْف ِرغُ ِبيَ ِم ْينِ ِه َعلَى‬ َ َ ‫عليه وسلم ِإذَا اِ ْغت‬
‫صو ِل‬ ُ ُ ‫صا ِب َعهُ فِي أ‬َ َ ‫ِش َما ِل ِه فَيَ ْغ ِس ُل فَ ْر َجهُ ث ُ َّم يَت َ َوضَّأ ُ ث ُ َّم يَأ ْ ُخذُ ا َ ْل َما َء فَيُ ْد ِخ ُل أ‬
‫س ِد ِه ث ُ َّم‬ َ ‫اض َعلَى‬
َ ‫سائِ ِر َج‬ َ َ‫ت ث ُ َّم أَف‬ ٍ ‫ث َحفَنَا‬ َ ‫ش ْع ِر ث ُ َّم َحفَنَ َعلَى َرأْ ِس ِه ث َ َال‬ َّ ‫ال‬
‫س َل ِر ْجلَ ْي ِه‬
َ ‫َغ‬
“Apabila Rasulullah saw. mandi junub, maka beliau memulainya dengan
membasyh kedua tangannya kemuadian menuangkan air ke tangan kirinya.
Lalu beliau membasuh kemaluannya dan diikuti dengan berwudhu.7 kemuadian
beliau memasukkan jari-jarinya ke bagian pangkal rambutnya. Setelah itu
beliau menuangkan air ke atas kepalanya sebanyak tiga tuangan8. Setelah itu,

7
Ulama sepakat mengenai sunnah berwudhu sebelum mandi karena mengikuti amalan
Rasulullah saw., disamping ia dapat mendorong untuk mandi dan lebih sopan (al Mughni, Jilid I,
hlm.219).
8
Penuangan disini dilakukan dengan menggunakan air yang diambil dengan telapak tangan.
beliau meratakan air ke seluruh tubuhnya dan akhirnya beliau membasuh
kedua belah kakinya.9

Para ulama mewajibkan seseorang melakukan perkara perkara berikut ini


ketika dia mandi wajib.10

a) Meratakan air ke seluruh tubuh


a. Membongkar sanggul
b. Membasuh kulit kepala
c. Membasah rambut yang terurai
b) Berkumur dan memasukkan air ke hidung
c) Berniat ketika memulai mambasuh bagian tubuh
d) Menggosok, muawaalaat, dan tertib

Fardhu/ Rukun Mandi


1) Niat

ِ َ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِل َر ْفعِ ْال َحد‬


‫ث اْالَ ْكبَ ِر فَ ْرضًا ِهللِ تَعَالَى‬

“Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadats besar fardhu


karena Allah Taala.”

2) Mambasuh badan
3) Menghilangkan najis yang ada pada tubuh
4) Meratakan air ke seluruh rambut dan kulit

4) PERKARA PERKARA SUNNAH DALAM MANDI


1) Membaca basmallah
2) Memulakan dengan membasuh kedua tangan, kemaluan, dan
membuang najis jika memang ada pada tubuh, di samping juga niat

9
Hadits muttafaq ‘alaih (Sulubus Salam, Jilid I, hlm 89). Hadits yang sama diriwayatkan juga dari
Aisyah dan Maimunah.

10
Fathul Qadir, Jilid I, hlm. 38 dan halaman seterusnya; ad-Durrul Mukhtar, Jilid I, hlm. 140-
143; Muraqa al-Falah, hlm 17; al-Lubab, Jilid I, hlm. 20; asy- Syarhul Kabir, Jilid I ], hlm. 133-
135; Bidayatul Mujtahid, Jilid I,hlm. 42 dan halaman berikutnya; al- Qawanin al-Fiqhiyyah,
hlm.26; Mughmil Muhtaj,Jilid I, hlm.72 dan seterusnya; al-Mughni, Jilid I, hlm. 218-229; al-
Muhadzdzab, Jilid I, hlm. 31 dan seterusnya; Kasysyaful Qina’, Jilid I, hlm. 172-177.
ketika membasuh dua kemaluan qubul dan dubur) seperti yang
dijelaskan oleh ulama Syafi’i.
3) Berwudhu seperti wudhu untuk shalat.
4) Setiap lipatan pada tubuhnya, yaitu dengan cara mengambil air dengan
tangan kemudian mengusapkannya ke bagian tubuh yang berlipat
seperti ke kedua telinga, lipatan perut, dan dalam pusar.
5) Menuangkan air ke atas kepala dan menggosok-gosokkannya, serta
hendaklah dia menuangkan air ke seluruh bagian tubuh sebanyak tiga
ikali dengan memulai pada bagian tubuh sebelah kanan dan diikuti
dengan bagian sebelah kiri.

5) PERKARA-PERKARA YANG DIMAKRUHKAN DALAM MANDI


Ulama Hanafi berpendapat11, segala yang makruh ketika berwudhu
dianggap makruh ketika mandi. Yaitu enam perkara: menggunakan air dengan
boros, terlalu sedikit menggunakan air, memukul air ke arah muka, bercakap-
cakap, meminta tolong orang lain tanpa ada udzur dan makruh juga berdoa.
Ulama Maliki berpendapat12, ada lima perkara: menggunakan air terlalu
banyak, melakukannya secara sungsang, mengulangi membasuh tubuh setelah
air diratakan ke seluruh tubuh, mandi di tempat terbuka, dan mengucapkan
perkataan selain dzikir.
Ulama Syafi’i13 berpendapat makruh berlebih-lebihan dalam
menggunakan air ketika mandi, mandi dan wudhu di air yang tidak mengalir,
melakukan lebih dari tiga kali, tidak berkumur, dan memasukkan air ke hidung.
Ulama Hambali berpendapat14 adalah makruh menggunakan air yang
terlalu banyak, walaupun dia mandi di tepi sungai yang mengalir.

6) PERKARA YANG HARAM BAGI ORANG YANG BERJUNUB DAN


YANG SEMACAMNYA
 Shalat, begitu juga dengan sujud tilawah diharamkan bagi orang yang
sedang junub dan yang semacamnya secara ijma.
 Thawaf mengelilingi Ka’bah, meskipun thawaf sunnah. Karena thawaf sama
seperti shalat, dinyatakan dalam hadits Rasulullah saw,

11
Ibid., hlm.18.
12
Al-Qawanin al-Fiqhiyyah, hlm. 26.
13
Al-Hadhramiyyah, hlm. 21 dan halaman berikutnya.
14
Kasysyaful Qina’, Jilid I, hlm. 179 dan halaman berikutnya; al-Mughni, Jilid I,hlm. 229.
“Sesungguhnya thawaf di Baitullah itu adalah sholat. Oleh karena itu,
apabila kamu thawaf, hendaklah kamu sedikit bercakap.”15
 Menyentuh mushaf Al- Qur’an, karena firman Allah SWT,
  
 
“Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan.”(al-
Waaqi’ah: 79)
Sabda Nabi Muhammad saw.,
“tidak boleh menyentuh Al- Qur’an melainkan orang yang telah bersuci.”16
 Membaca Al- Qur’an dengan lidahnya dengan syarat ia melakukannya
dengan maksud membaca Al- Qur’an. Kalau dilakukan dengan maksud
untuk berdoa, memuji Allah, dan memuliakan sesuatu, ataupun tujuan
mengajar, ber- isti’adzah dan berdzikir, maka hukumnya tidak haram.
 Beri’tikaf di dalam masjid.

7) MANDI-MANDI SUNNAH
1) Mandi untuk menunaikan sholat Jum’at
2) Mandi untuk shalat dua Hari Raya
3) Mandi untuk orang kafir ketika baru masuk Islam
4) Mandi untuk mengerjakan shalat sunnah gerhana bulan dan gerhana
matahari
5) Mandi untuk shalat istisqa’ (minta hujan)
6) Mandi untuk ihram haji dan umrah
7) Mandi untuk memasuki Makkah
8) Mandi untuk wuquf di padang Arafah
9) Mandi untuk bermalam di Muzdalifah
10) Mandi untuk melempar tiga jumrah
11) Mandi untuk thawaf dan sa’i

15
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, an-Nasa,i, at-Tirmidzi, al-Hakim, dan ad-Daruquthni dari Ibnu
Abbas. Ia adalah hadits shahih (Nailul Authar, Jilid I, hlm. 207).
16
Diriwayatkan oleh an-Nasa’i, Abu Dawud dalam kumpulan hadits mursal dari Amr bin Hazm.
Dalam sanadnya, ia adalah perawi yang matruk. Ath-Thabrani dan al-Baihaqi juga
meriwayatkannya dari Ibnu Umar. Namun, dalam sanadnya terdapat juga orang yang
diperselisihkan (mukhtalaf fih). Hadits ini juga diriwayatkan oleh al-Hakim dan dia mengakuinya
sebagai hadits yang shahih sanatnya dari Hakim bin Hizam. Ath-Thabarani meriwayatkannnya
dari Utsman bi Abil Ash. Ali bin Abdul Aziz juga meriwayatkannya dari ats-Tsauban tetapi
sanadnya sangat lemah (Nashbur Rayah, Jilid I, hlm. 196-199).
12) Mandi untuk masuk kota Madinah
13) Mandi karena memandikan mayat, baik mayat Muslim atau kafir
14) Mandi wanita yang mengalami istihadhah
15) Mandi karena pulih dan sadar dari gila, pingsan, atau mabuk
16) Mandi juga sunnah dilakukan setelah berbekam, pada malam Nishfu
Sya’ban dan juga pada malam Lailatul Qadar sekiranya dia dapat
menemuinya

8) DUA MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN MANDI


a. Hukum yang Berkaitan dengan Masjid
Al-Imam an –Nawawi yang meniggal pada tahun 676 H menyebut 33
hukum yang berkaitan dengan masjid, diantaranya:17
1) Orang yang junub, haid, atau nifas, haram memasuki masjid
2) Jika seseorang bermimpi (ihtilam) di dalam masjid, maka dia wajib
keluar kecuali jika dia tidak mampu melakukannya disebabkan masjid
terkunci atau sebagainya, ataupun jika dia bimbang akan keselamatan
jiwa atau hartanya.
3) Orang yang berhadats kecil boleh duduk di dalam masjid, baik untuk
tujuan keagamaan seperti beriktikaf, mendengar bacaan Al-Qur’an atau
belajar ilmu yang lain, ataupun tanpa tujuan apa pun, dan hukumnya
tidak makruh.
4) Berwudhu di dalam masjid adalah boleh, apabila air wudhu itu tidak
menyebabkan sakit.

b. Hukum Tempat Mandi Panas Umum


1. Tempat mandi yang terbaik
Tempatnya tinggi, airnya nyaman, tidak terlalu panas, ruangannya
sederhana, dan bangunannya tahan lama.

2. Membangun tempat mandi dan yang semacamnya


Hukum membangun, menjual, dan membeli tempat mandi adalah
makruh menurut Imam Ahmad.

17
Al-Majmu’, Jilid II, hlm. 187-196; Jilid VI, hlm. 33; Lihat I’lam al-Masajid bi Ahkam al-Masajid,
oleh az-Zarkasyi, khususnya pada halaman 301-407 dimana dia telah menyebutkan sebanyak 137
hukum yang berkaitan dengan masjid; al-Qawanin al-Fiqhiyyah, hlm.49: al- Mughni, Jilid 11, hlm.
243: ad- Durrul Mukhtar, Jilid I, hlm. 614-619; Kasysyaful Qina’, Jilid II, hlm.424-436.
3. Memasuki tempat mandi
Kaum lelaki boleh memasuki ruang mandi panas dan mereka wajib
menghindari memandang hal-hal haram dilihat, serta wajib menjaga aurat
mereka supaya tidak terbuka di hadapan orang yang tidak boleh
memandangnya.

4. Mandi bertelanjang
Barang siapa yang mandi telanjang diantara manusia maka itu tidak
boleh. Sebab kita diwajibkan untuk menutup aurat di tengah manusia.
Namun jika dia mandi sendirian dan tidak terlihat orang lain maka yang
demikian boleh saja dilakukan.
Jika saat mandi dia ditutupi oleh kain maka yang demikian juga
tidak apa-apa. Namun kita dianjurkan untuk menutup auret walaupun
tidak ada orang. ini berdasarkan pada sabda Rasulullah yang berbunyi:
Allaj jauh lebih berhak seseorang malu pada-Nya daripada manusia.18

5. Berwudhu dengan air tempat mandi


Boleh menggunakan air tempat mandi untuk berwudhu, karena ia
adalah bersih dan suci.

6. Berdzikir dalam bilik mandi


Tidaklah mengapa bagi orang yang menutup aurat untuk berdzikir
dan menyebut nama Allah dalam bilik mandi.

7. Adab-adab mandi
Orang yang mandi hendaklah menggunakan air, kecuali menurut
kadar keperluannya. Dan janganlah berlama-lama dalam tempat mandi
kecuali sekadar keperluan saja.
Ketika memasuki hendaklah membaca bismillah diikuti dengan
bacaan ketika memasuki kamar mandi.
Ketika masuk hendaklah mendahulukan kaki kiri dan ketika keluar
hendaklah mendahulukan kaki kanan.
Jika bisa, hendaklah jangan banyak bercakap dan hendaklah
mencari dan memilih waktu ketika kosong dan sunyi (tidak ada orang).

18
HR. Abu Dawud dalam Bab “Tempat Mandi” (4017) dari hadits Bahaz bin Hakim dari ayahnya
dari kakeknya. Sebagaimana ini juga diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Bab “Adab”. Dia dan Ibnu
Majah dalam Bab “Nikah” nyatakan bahwa hadits ini adalah hasan. Hadits ini juga diriwayatkan
oleh Ahmad dalam Musnadnya: (5/3-4).
Jangan banyak menoleh, karena ia menjadi kesempatan bagi setan.
Ketika keluar hendaklah beristighfar kepada Allah SWT dan
mengerjakan shalat dua rakaat, karena ada ulama yng mengatakan, “Hari
mandi di kolam mandi ini adalah hari dosa.”
Orang yang berpuasa dimakruhkan mandi panas, karena mandi
tersebutdapat melemahkan tubuh dan merupakan sikap yang berlebih-
lebihan yang tidak sesuai dengan puasa. Bisa juga airnya masuk ke dalam
perut dan membatalkan puasa.
Ketika keluar tempat mandi, hendaklah seseorang itu membasuh
kainnya dengan air dingin. Meminum air dingin ketika keluar tidaklah
mengapa, karena ia baik bagi kesehatan.

Menunda Mandi Karena Menyepelekan Padahal Tidak Ada Udzhur

Tidak seyogyanya bagi seorang muslim untuk selalu berada dalam


keadaan junub dan menunda mandi mandi tanpa adanya udzur. Namun
penundaan itu dilakukan karena malas atau menyepelekan lalu kemudian hal
tersebut dijadikan sebuah kebiasaan. Dengan demikian maka hal ini akan
menunda shalat dari waktu yang telah ditentukan.

9) HIKMAH DISYARIATKANNYA MANDI


1. Diperoleh pahala, karena mandi dalam artian syara’ adalah ibadah.
2. Diperoleh kebersihan.
3. Bertambah semangat karena mandi tubuh akan menjadi segar dan
memperoleh semangat baru.

Anda mungkin juga menyukai