Anda di halaman 1dari 12

ALQURAN TENTANG SAINS DAN TEKNOLOGI

Ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan manusia mencari ilmu atau menjadi ilmuwan
begitu banyak. Al-Qur’an menggunakan berbagai istilah yang berkaitan dengan hal ini. Misalnya,
mengajak melihat, memperhatikan, dan mengamati kejadian-kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5;
Luqman: 20; alGhasyiyah: 17-20; Yunus: 101; al-Anbiya’: 30), membaca (al- ‘Alaq: 1-5) supaya
mengetahui suatu kejadian (al-An’am: 97; Yunus: 5), supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15),
menjadi yang berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus: 101; al-Ra’d:
4; al-Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah: 5, 13), menjadi ulu al-albab (Ali ‘Imran: 7; 190-191;
al-Zumar: 18), dan mengambil pelajaran (Yunus: 3).
Sedangkan pandangan al-Qur’an tentang sains dan teknologi, dapat diketahui dari wahyu
pertama yang diterima Nabi Muhammad saw.: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
Menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang
Maha Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis baca). Dia
Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-5) Kata iqra’, menurut
Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka
makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan
membaca baik yang tertulis maupun tidak. Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra’ itu
mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh manusia. (Shihab, 1996:433)

HADIST SAINS DAN TEKNOLOGI


3. Siklus Hujan

Nabi Bersabda :
َ ‫َما ِم ْن َع ٍام ِبأَقَ َّل َم‬
‫ط ًرا ِم ْن َع ٍام‬
Terjemahan
“Tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada tahun yang lain”
Penjelasan
Al – Baihaqi meriwayatkan hadis ini dalam As-Sunan Al-kubra dari Ibnu Mas’ud Ra, dari
Rasulullah dengan teks hadis “tidak ada tahun yang lebih sedikit curah hujannya daripada tahun
yang lain”.
Kendati nash hadis berhenti (mauquf) pada Ibnu Mas’ud, sehingga mendorong beberapa
pengkaji hadis untuk melemahkan statusnya (dhaif) karena tidak dapat memahami petunjuk
ilmiahnya, namun hadis ini tetap mempresentasikan sebuah gebrakan ilmiah yang mendahului
khazanah sains modern sejak tahun 1400 tahun silam. Di samping itu, hadis ini merupakan salah
satu representasi kemukjizatan sains dalam hadits-hadits Nabi SAW. Sehingga meski berstatus
dho’if, hadis itu pun tetap kuat dan diperhitungkan.

PENGERTIAN THAHARAH
Thaharah secara bahasa berarti bersih dan membebaskan diri dari kotoran dan najis.
Sedangkan pengertian thaharah secara istilah (syara’) adalah menghilangkan hukum hadats
untuk menunaikan shalat atau (ibadah) yang selainnya yang disyaratkan di dalamnya untuk
bersuci dengan air atau pengganti air, yaitu tayammum.
Jadi, pengertian thaharah atau bersuci adalah mengangkat kotoran dan najis yang dapat
mencegah sahnya shalat, baik najis atau kotoran yang menempel di badan, maupun yang ada
pada pakaian, atau tempat ibadah seorang muslim.
RUKUN THAHARAH
Syarat -Syarat Sah
1. Menggunakan air suci untuk berwudhu.
2. Air yang digunakan adalah air halal dan bukan air curian.
3. Membersihkan benda-benda yang dapat menghalangi air menyentuh kulit, seperti cat
Rukun Wudhu
1. Niat dalam hati.
2. Membasuh wajah (termasuk berkumur-kumur dan istinsyaq).
3. Mencuci kedua tangan sampai siku.
4. Mengusap kepala (termasuk kedua telinga).
5. Mencuci kedua kaki sampai mata kaki.
6. Berurutan / tertib.
HAL YANG MEMBATALKAN WUDHU
Hal Yang Membatalkan Wudhu dan Penjelasannya
1. Buang Air Kecil (Kencing)
Buang air kecil atau kencing termasuk hadas kecil yang bisa membatalkan wudhu, jadi untuk
mensucikannya harus dengan wudhu. Menurut Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW pernah
bersabda :
َ ‫ضَأ‬ َ ‫َإِذَاَأَحْ د‬،‫صالَةَََأ َ َح ِد ُك ْم‬
َّ ‫َ َحتَّىَيَت َ َو‬،‫َث‬ َ ََُ‫لَََيَ ْقبَ ُلََللا‬

Artinya : “Allah tidak menerima shalat salah seorang dari kalian jika ia berhadas sampai ia
berwudhu.” (HR. Al-Bukhari no. 135)
2. Buang Angin Besar (BAB)
Buang air besar termasuk yang membatalkan wudhu, Allah SWT berfirman dalam ayat wudhu
ketika menyebutkan perkara yang mengharuskan wudhu (bila seseorang hendak mengerjakan
shalat):
َِ ِ‫ََمنَََا ْلغآئ‬
‫ط‬ ِ ‫أ َ ْوََجآ َءََأَحَد‬
ِ ‫ََم ْن ُك ْم‬
“Atau salah seorang dari kalian kembali dari buang air besar…” (Al-Maidah: 6)
Maksud ayat diatas, bila seorang sesudah BAB dan hendak melakukan sholat, maka wajib
hukumnya untuk wudhu kembali meski sebelum BAB dia punya wudhu.
3. Buang Angin (kentut)
Buang angin dapat membatalkan wudhu, jadi jika anda pada waktu sholat merasa buang angin,
maka sebaiknya batalkan sholat dan segera ambil wudhu lagi dan mengulangi sholatnya.
4. Keluarnya Madzi
Jika madzi keluar dari kubul, maka wudhunya batal dan segeralah untuk mengulangi wudhu
5. Keluarnya Wadi
Wadi munculnya sama dengan madzi atau kencing yang keluar dari kubul. Jadi jika seorang
keluar wadi, maka wudhunya batal
Keberadaan wadi sama halnya dengan madzi atau kencing sehingga keluarnya membatalkan
wudhu seseorang.
6. Keluarnya Mani
Keluarnya mani pada seseorang membatalkan wudhu dan mewajibkan dia untuk mandi junub.
Karena keluarnya mani merupakan hadas besar, jadi untuk mensucikannya dengan mandi besar.
7. Keluarnya Darah Haid dan Nifas
Keluarnya darah haid dan nifas bagi seorang wanita yang memiliki wudhu mampu membatalkan
wudhunya. Dan jika masih keluar darah haid dan nifas ini, maka haram baginya untuk sholat,
puasa atau bersenggama dengan suaminya.
8. Jima’ (Bersenggama)
Jima' dapat membatalkan wudhu, sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda :
ْ ُ‫َبََا ْلغ‬
‫س َُل‬ َ ‫َ َفقَ ْد‬،‫َث ُ َّمََ َج َه َد َها‬،‫شعَبِهَاَاأل َ ْربَ ِع‬
َ ‫ََوج‬ ُ َََ‫سََبَيْن‬ َ َ‫إِذَاَ َجل‬
“Apabila seorang suami telah duduk di antara empat cabang istrinya kemudian dia bersungguh-
sungguh padanya (menggauli istrinya), maka sungguh telah wajib baginya untuk mandi
(janabah).” (HR. Al-Bukhari no. 291 dan Muslim no. 348)
Dalam riwayat Muslim ada tambahan :
َْ ِ‫لَ ْمََيُ ْن ِز َْل َوإ‬
‫ن‬
“Sekalipun ia tidak keluar mani.”
Berdasarkan hadis di atas, maka jima' (bersenggama) sekalipum tidak sampai keluar mani
membuat seorang harus mandi junub, sehingga perkara jima' ini membatalkan wudhu.
9. Hilang Akal (Hilang kesadaran)
Hilang akal disebabkan gila, pingsan, mabuk atau tidur nyenyak
10. Sentuhan Kulit Bukan Muhrim
Tersentuh kulit antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya yang tidak memakai
tutup. (Muhrim adalah keluarga yang tidak boleh dinikah)
11. Tersentuh Kemaluan
Tersentuh kemaluan (kubul atau dubur) dengan telapak tangan atau jari-jari yang tidak memakai
tutup (meskipun kemaluannya sendiri)

CARA MANDI JUNUB


1. Niat dan Doa Mandi Junub

Terdapat beberapa bacaan niat mandi junub sesuai dengan tujuan melakukannya, di antaranya:

a. Niat dan Doa Secara Umum

Niat dan doa ini dapat dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang dapat menghilangkan hadas
besar.

Berikut niat dan doa secara umum:

ِ َ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِل َر ْفعِ ْال َحد‬


‫ث اْالَ ْكبَ ِر فَ ْرضًا ِهللِ تَ َعالَى‬

Nawaitul ghusla liraf 'il hadatsil akbari fardhal lillaahi ta'aala

Artinya: Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar fardu kerena Allah ta'ala.

b. Niat dan Doa Setelah Haid

Haid atau menstruasi ini terjadi pada seorang wanita yang telah dewasa. Pada wanita dewasa, hal
ini normal terjadi setiap bulannya hingga menopause. Selama haid, wanita dilarang
melaksanakan sholat dan puasa. Melakukan mandi junub dapat dilakukan ketika masa haid telah
berakhir agar kembali dapat beribadah.

Berikut niat dan doa setelah haid:

ِ ‫ث ْال َحي‬
‫ْض ِهللِ تَعَالَى‬ ِ َ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِل َر ْفعِ َحد‬

Nawaitul ghusla liraf'i hadatsil haidil lillahi Ta'aala.

Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah Ta'ala.

c. Niat dan Doa Setelah Nifas

Nifas adalah keluarnya darah dari rahim wanita karena melahirkan atau setelah melahirkan.
Darah nifas akan keluar kurang lebih selama 40 hari. Selama masa nifas, seorang wanita dilarang
untuk sholat dan puasa.

Berikut niat dan doa setelah nifas:

‫اس ِهللِ تَ َعالَى‬ ِ َ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ِل َر ْفعِ َحد‬


ِ َ‫ث النِِّف‬

Nawaitul ghusla liraf'i hadatsin nifaasi lillahi Ta'aala.

Artinya: Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari nifas karena Allah Ta'ala.

2. Mencuci Kedua Tangan


Cuci tangan sampai 3 kali, hal ini bertujuan agar tangan bersih dari najis.

3. Membersihkan Bagian Tubuh yang Dianggap kotor

Bagian tubuh yang dianggap kotor adalah bagian di sekitar kemaluan.

4. Mencuci Kembali Tangan

Setelah membersihkan bagian yang kotor. Hal ini dapat dilakukan dengan membersihkan tangan
dengan menggunakan sabun.

5. Berwudhu

Lakukan tata cara wudhu seperti biasa dilakukan sebelum melakukan sholat.

6. Membasahi Kepala

Basahi atau siram kepala dengan air sebanyak 3 kali hingga ke pangkal rambut.

7. Memisah-misah Rambut

Memisah-misah rambut dengan cara menyela-nyela rambut menggunakan jari-jari tangan.


Memisah-misah rambut wajib untuk dilakukan laki-laki dan sunah (mandub) bagi wanita. Hal ini
dikarenakan terdapat dalam riwayat Ummu Salamah yang bertanya kepada Nabi Muhammad
SAW, "Aku bertanya, wahai Rasulullah! Sesungguhnya aku ini perempuan yang sangat kuat
jalinan rambut kepalanya, apakah aku boleh mengurainya ketika mandi junub? Maka Rasulullah
menjawab, Jangan, sebetulnya cukup bagimu mengguyurkan air pada kepalamu 3 kali guyuran."

8. Membasahi Seluruh Tubuh

Mengguyur air ke seluruh badan dimulai dari sisi kanan dan dilanjutkan dengan sisi kiri.

Demikian tata cara untuk mandi junub yang dapat dilakukan. Melakukannya dengan benar, maka
akan membersihkan diri dari hadas besar. Ibadah yang dilakukan juga dapat diterima oleh Allah
SWT.
Rukun Shalat
Rukun salat itu ada 17 macam, yaitu:
1. Niat mengerjakan salat di dalam hati, sambil menentukan sebabnya, (misalnya: Istisqa,
Tahiyatul masjid, dan sebagainya), dan menentukan waktunya, (misalnya: lohor, asar, dan
berniat fardhu dalam salat fardhu. (Lengkapnya, misal: Saya niat salat fardhu asar empat rakaat
…).
2. Takbiratul ihram. Membaca dengan suara yang terdengar oleh dirinya sendiri sebagaimana
rukun qauli lainnyaryaitu Allahu Akbar yang menjadi rukun salat yang kedua.
3. Berdiri dalam salat fardhu bagi orang yang mampu berdiri. (Bagi salat sunat dan yang tidak
mampu berdiri boleh sambil duduk).
4. Membaca surat Fatihaah berikut bismillah, semua tasydidnya, terus-menerus, tertib,
memperhatikan makhraj huruf-hurufnya dan tidak salah baca yang dapat mengubah makna,
(misalnya: an’amta dibaca an ‘amtu atau an’amti dan selagainya). Salah baca yang tidak
mengubah makna hukumnya haram; tetapi tidak membatalkan (Alhamdu dibaca Alhamda,
Lillaahi dibaca Lillaahu dan sebagainya).
5. Rukuk, yaitu membungkuk dan kedua telapak tangan diletakkan pada kedua lututnya. Dan
disunatkan punggungnya lurus, rata.
6. Tuma’ninah ketika rukuk, yakni diam sebentar seukuran membaca: Subhaanal-laah.
7. I’tidal, yaitu berdiri tegak (sebagaimana sebelumnya).
8. Tumaninah ketika I’tidal.
9. Sujud dua kali, yaitu dengan meletakkan dahinya di atas tempat salat serta dibuka, diberatkan
seberat kepala sambil bersungkur, meletakkan sedikit lututnya, kedua telapak tangannya dan
semua ujung jari kakinya.
10. Tumaninah ketika sujud.
11. Duduk di antara dua kali sujud.
12. Tumaninah ketika duduk.
13. Duduk untuk membaca tasyahud akhir dan yang sesudahnya.
14. Membaca tasyahud akhir, yang berarti semua penghormatan, keberkahan, rahmat, dan
kebaikan bagi Allah. Keselamatan, rahmat Allah dan keberkahan-Nya bagimu wahai Nabi.
Keselamatan bagi kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
15. Membaca salawat atas Nabi Muhammad saw. minimal dengan mengucapkan, ‘Ya Allah!
Rahmatilah Nabi Muhammad’.
16. Membaca salam, minimal dengan mengucapkan, “As s allaamu’alaikum.’
17. Tertib, berurutan seperti tersebut di atas. Kalau seseorang sengaja meninggalkan ketertiban,
misalnya bersujud sebelum rukuk, maka batal salatnya. Kalau
terlupa bersujud sebelum rukuk lalu ingat, maka wajib mengulangrnya, kecuali kalau ia ingat
ketika mengerjakan pekerjaan yang sama misalnya rukuk lagi pada rakaat selanjutnya, atau
sesudah rukuk yang sama, maka sempurnakanlah rakaatnya dengan rukuk itu dan sia-sialah
pekerjaan yang terlupakan itu. (Singkatnya, rakaatnya harus ditambah sesuai dengan
ketentuan).
.
Hal-Hal Yang Membatalkan Shalat
1. Salat itu bisa batal dengan ucapan lain selain bacaan salat, walaupun dengan dua huruf
(misalnya: betul, saya, dan sebagainya) atau satu huruf yang memberi arti, (misalnya: ya!),
kecuali karena lupa dan ucapannya sedikit, tidak lebih dari enam patah kata.
Dengan pekerjaan yang banyak serta terus-menerus, misalnya: tiga gerakan (tiga kali menggaruk
atau tiga kali melangkah).
Dengan sekali gerakan yang berlebih-lebihan (meloncat atau menggerakkan seluruh badan tanpa
sebab (udzur) syara’.
Contoh tiga gerakan yang sering dikerjakan orang, misalnya menggerakkan kepala dan kedua
tangan, mengusap telinga, lalu dahi sambil menggerakkan kepala. Kecuali menyapu telinga terus
ke hidung misalnya, kemudian sesudah agak lama terselang baru bergerak lagi, maka tidak batal
salatnya. Berarti hanya dua kali gerakan yang terus-menerus.
2. Dengan menambah rukun fi’ly (pekerjaan dengan sengaja, misalnya: rukuk dua kali atau salat
asar lima rakaat bukan karena lupa dan sebagainya).
Dengan sekali gerakan karena bermain-main.
Dengan makan atau minum, kecuali karena lupa dan yang ditelannya sedikit.
Keterangan:
1. Kalau lupa menelan sebiji nasi atau biji jambu, maka tidak batal.
2. Kalau sengaja menelan sisa-sisa kopi atau gula, maka perbuatan itu membatalkan salat.
Salat itu batal dengan berniat membatalkan salat (sekali pun pada prakteknya tidak).
Menangguhkan membatalkan salat karena sesuatu, (misalnya: berniat kalau teman datang,
salatnya akan dibatalkan).
Keraguan membatalkan salat, (misalnya: hati merasa bimbang karena ada orang yang
memanggil, lalu timbul kebimbangan membatalkan salatnya atau tidak), dengan semua sebab itu,
maka tetap batat.
Singkatnya, selama kita salat wajib bertekad tidak akan mernbatalkan salat, sehingga andaikan
seseorang salat di atas batu di tengah sungai lalu tiba-tiba banjir, maka daripada membatalkan
salat, orang itu diperbolehkan salat sambil lari serta membelakangi kiblat dan sebagainya, lalu ia
merieruskan salat dengan sempurna di tempat yang aman. (Seperti salat syiddatul-khauf)
3. Terlewat satu rukun dengan disertai keraguan terhadap niat takbiratul-ihram (apakah sudah
atau belum dilakukan), atau masa keragu-raguannya itu lama (misalnya: ketika akan rukuk
merasa ragu mengenai niat salat, dan selama rukuk masih juga, ragu, maka batal salatnya bila
sampai’pada i’tidal).

PUASA WAJIB
1. Bacaan niat puasa
‫سنَ ِة ِهللِ تَعَالَى‬
َّ ‫ضانَ ه ِذ ِه ال‬
َ ‫ش ْه ِر َر َم‬ ِ ‫ع ْن اَدَاءِ فَ ْر‬
َ ‫ض‬ َ ‫غ ٍد‬ َ ُ‫ن ََويْت‬
َ ‫ص ْو َم‬
Nawaitu shauma ghadin 'an ada'i fardhi syahri ramadhaana haadzihis sanati lillahi ta'aala.
Terjemahannya, "Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan tahun
ini, karena Allah Ta'ala."
2. Doa buka puasa
َ ‫ع َلى ِر ْزقِكَ أ َ ْف‬
َّ ‫ط ْرتُ بِ َرحْ َمتِكَ يَا ا َ ْر َح َم‬
َ‫الرحِ مِ يْن‬ ُ َ‫اَللّ ُه َّم َلك‬
َ ‫ص ْمتُ َوبِكَ آ َم ْنتُ َو‬
Allahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthartu birahmatika yaa arhamar raahimiin
Terjemahannya, "Ya Allah keranaMu aku berpuasa, denganMu aku beriman, kepadaMu aku berserah
dan dengan rezekiMu aku berbuka (puasa), dengan rahmat MU, wahai Allah Tuhan Maha Pengasih."

YANG MEMBATALKAN PUASA

1. Makan,
2. Minum,
3. Berhubungan suami-istri (alwatha') saat waktu puasa,
4. Menyuntikkan nutrisi ke dalam tubuh untuk menghilangkan rasa lapar dan/atau
dahaga,
5. Keluarnya darah haid/menstruasi bagi perempuan,
6. Melakukan masturbasi yang menyebabkan keluarnya "cairan",
7. Memasukkan air ke dalam kerongkongan untuk menyegarkan diri dari rasa haus
(bukan berkumur-kumur saat wudhu atau bersikat gigi),
8. Tetap makan, minum, atau berhubungan suami-istri dengan asumsi subjektif bahwa
fajar belum terbit, padahal ada yang meyakinkannya kalau fajar sudah terbit; pun dia
sendiri mampu membuktikannya dengan berusaha menyaksikan fajar sudah terbit,
9. Muntah yang disengaja,
10. Menyengajakan tidur setelah bangun sekali dan belum mandi junub sehingga dia
(orang yang junub itu) bangun lagi setelah fajar terbit,
11. Memasukkan ke dalam mulut sesuatu yang bisa memberikan kepuasan tersendiri,
seperti bubukm tepung yang tebal, dan/atau asap rokok.

NAZAR
Dalam perbendaharaan kata Islam dan Kristen adalah janji seseorang kepada Allah untuk
melakukan sesuatu hal, jika apa yang ia harapkan terpenuhi atau terkabulkan

CARA MEMBATALKAN
Menurut QS. Al-Maidah ayat 89, jika kita tidak sanggup melaksanakan nazar yang sudah terucap,
maka kita harus melakukan kaffarat sumpah untuk menebus atau membatalkan nazar tersebut. Ada
pun kaffarat sumpah yang bisa kita lakukan ialah :

1. Memberi makan sepuluh orang miskin dengan makanan yang biasa kita berikan kepada keluarga
kita

2. Memberi pakaian kepada mereka (orang miskin)

3. Memerdekakan seorang budak

Kita bisa memilih salah satu di antara kaffarat dosa di atas, jika merasa tidak sanggup, maka kita
bisa melakukan kaffarat dosa yang keempat, yaitu berpuasa selama tiga hari.
Maka ada baiknya kita bernazar hal-hal yang ringan dan tidak memberatkan kita di kemudian hari.
Bahkan sebagian ulama mengibaratkan nazar sebagai utang yang harus dilunasi. Sehingga
daripada menumpuk utang, baiknya kita beribadah sebanyak mungkin untuk menabung pahala.

QHADA DAN KAFARAT


Qadha adalah mengganti hutang puasa dengan puasa di kemudian hari. Fidyah, mengganti hutang
puasa dengan memberi makan untuk orang miskin. Kafarat: Menebus pelanggaran membatalkan puasa
dengan sejumlah ketentuan yang ditetapkan syariat.

Beda fidyah dengan kafarat adalah; Fidyah menebus puasa yang ditinggalkan karena uzur syar’i,
maksudnya memang boleh berbuka. Sedangkan kafarat adalah menebus puasa yang batal karena
pelanggaran. Nanti kita bahas lebih lanjut.

Qadha puasa berlaku bagi mereka yang meninggalkan puasa dan dikemudian hari masih memiliki
kekuatan fisik untuk berpuasa. Misal, karena sakit atau safar, haid, nifas.. Atau alasan lain selain sakit
dan safar sehingga seseorang tidak dapat berpuasa.

Waktu qadha bersifat luas hingga sebelum Ramadan berikutnya. Namun semakin cepat diqadha, lebih
baik. Bahkan sebagian ulama berpendapat qadha puasa dahulu sebelum puasa sunah Syawal. Sebagian
lainnya menganggap tidak mengapa sebaliknya.

Jika Ramadan berikutnya dia belum juga mengqadha hutang puasanya tanpa alasan jelas, yang paling
utama dia mohn ampun atas kelalaiannya. Berikutnya dia harus tetap mengqadha puasa Ramadan
sebelumnya. Sebagian ulama mengharuskannya membayar kafarat atas kelalaiannya. Kafaratnya adalah
memberi makanan pokok satu mud kepada fakir miskin, jumlahnya 1 kg kurang sedikit, untuk setiap hari
yang ditinggalkan. Kalau mau dimasak dahulu, lalu diundang makan fakir miskin sejumlah puasa yang
ditinggalkan itu juga baik. Tapi jika sebabnya bukan kelalaian, karena kondisi dia tidak sempat qadha
selama setahun itu, maka tidak dianggap lalai, cukup dia mengqadha.

PUASA SUNNAH

Macam-Macam Puasa Sunnah

Beikut macam-macam puasa sunnah yang bisa Anda amalkan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan Anda.

1. Puasa Syawal

Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dilakukan selama enam hari pada bulan Syawal,
pasca hari raya Idul Fitri. Puasa sunnah ini dilakukan di tanggal yang tidak ditentukan,
boleh urut maupun acak, asal masih dalam bulan Syawal.

2. Puasa Dzulhijjah dan Puasa Arafah


Puasa bulan Dzulhijjah adalah puasa sunnah yang dilakukan di sepuluh hari menjelang hari
raya Idul Adha. Lebih lengkapnya, simak penjelasannya di atas.

3. Puasa Muharram

Puasa Muharram adalah puasa sunnah yang dilakukan di bulan Muharram, atau tahun
barunya umat Islam. Puasa Muharram biasanya dilakukan di tanggal 10 yang dikenal
dengan puasa sunnah Asyura.

4. Puasa Sya'ban

Puasa Sya'ban adalah puasa sunnah yang dilakukan di Bulan Sya'ban.

5. Puasa Ayyamul Bidh

Puasa Sunnah Ayyamul Bidh adalah puasa tiga hari pada setiap bulan Qamariyyah yakni
tanggal 13, 14, 15 Hijriyyah. Puasa sunnah ini dikenal sebagai puasa hari putih.

6. Puasa Nabi Dawud

Puasa sunnah Nabi Dawud adalah puasa yang dilakukan selang-seling, yakni sehari puasa
dan sehari berikutnya tidak. Begitu seterusnya.

7. Puasa Senin Kamis

Puasa sunnah senin dan kamis adalah puasa sunnah yang cukup populer dilakukan umat
Muslim. Sederhana, ini adalah puasa sunnah yang dilakukan di hari Senin dan Kamis.

ZAKAT
Pengertian zakat adalah mengambil sebagian harta dengan ketentuan tertentu untuk diberikan
kepada kelompok tertentu. Menurut kewajiban melakukannya, zakat adalah amal ibadah yang wajib
dijalankan oleh setiap muslim yang dikenai kewajiban membayar zakat dan diberikan kepada 8
golongan masyarakat. Sedangkan amal sedekah dan infak tidak wajibkan, hanya saja disunnahkan
untuk dilakukan umat Islam.
Golongan yang berhak menerima zakat ada delapan yaitu:

1. Fuqara’ (faqir) adalah orang yang tidak memiliki harta benda untuk bias
mencukupi kebutuhan hidupnya
2. Masakin (miskin) adalah orang yang memiliki harta benda atau pekerjaan namun
tidak bias mencukupi
3. Amilin (amil) adalah orang-orang yang bekerja mengurus zakat dan tidak diupah
selain dari zakat.
4. Mu’allaf, orang yang baru masuk Islam. Atau bias juga orang Islam yang masih
lemah dalam menjalankan syariat Islam.
5. Riqab (budakMukatab) adalah budak yang di janjikan merdeka oleh tuannya
setelah melunasi sejumlah tebusan yang sudah disepakati bersama dan juga
dibayar secara
6. Gharimin, orang memiliki tanggungan
7. Sabilillah, adalah orang yang berperang di jalan Allah dan tidak mendapatkan
8. Ibnu Sabil, adalah orang yang memulai bepergian dari daerah tempat zakat
(baladuzzakat) atau melewati daerah tempat zakat.

Yang Wajib Mengeluarkan Zakat


Zakat adalah fardu‘ain bagi setiap muslim. Bagi laki-laki dan perempuan. Bahkan anak-
anak dan orang gila sekalipun memiliki kewajiban yang sama bila hartanya sudah
memenuhi syarat yang telah ditetapkan.

Macam-macam Zakat

1. Zakat nafs (jiwa), disebut juga zakat fitrah. Harta yang wajib dikeluarkan pada
bulan Dan sebelum pelaksanaan sholat Idul fitri.
2. Zakat maal (harta). Harta yang sudah memenuhi syarat tertentu dan waktu
tertentu pula, wajib mengeluarkan zakat maal.

Jenis-jenis Harta Yang Wajib Zakat

1. Emas dan perak (baik sebagai mata uang ataupun bukan)


2. Binatang ternak, yaitu; unta, sapi dan kambing
3. Barang dagangan dan keuntungannya
4. Hasil pertanian dan buah-buahan

Syarat dan Sebab Harta Wajib Zakat

1. Memenuhi Nishab adalah jumlah/ ukuran minimal harta yang menyebabkan


harta tersebut wajib mengeluarkan zakat.
2. Telah mencapai haul, yaitu jika harta tersebut telah berlalu satu tahun hijriyyah,
kecuali untuk harta berupa hasil pertanian dimana waktu wajib zakatnya adalah
saat Haul jadi syarat bagi harta yang sudah mencapai nishab untuk dikeluarkan
zakatnya.

INFAK DAN SEDEKAH


Menurut ahli fiqih, pengertian infak adalah semua jenis pembelanjaan seorang muslim untuk
kepentingan diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Sedangkan sedekah adalah bentuk infak
yang lebih khusus lagi, yaitu pembelanjaan yang dilakukan di jalan Allah. Bersedekah tidak harus
berupa uang. Kita juga dapat melakukannya dengan cara berbagi pikiran yang berguna dan
membantu dengan tenaga.
Perbedaan zakat, infak dan sedekah yang kedua adalah waktu pembayarannya. Kita dapat berinfak
dan bersedekah kapan saja ketika memiliki kemampuan membayarnya. Sedangkan waktu
pembayaran zakat hanya boleh dilakukan pada masa-masa tertentu saja. Zakat fitrah wajib
dibayarkan selama bulan Ramadhan, lalu zakat maal dibayarkan ketika telah mencapai nisabnya
dan dimiliki penuh selama setahun.
Zakat, infak dan sedekah merupakan amal ibadah yang memiliki peran penting dalam kesejahteraan
umat, menjalin persaudaraan dan mewujudkan toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan
beramal, khususnya amal zakat, kita juga dapat membersihkan harta kita sehingga kekayaan yang
kita miliki menjadi harta yang barokah. Mari berzakat, infak dan sedekah sesuai anjuran agama!
(Yons/Zakat.or.id)

SAYRIAH
1. Pengertian Syariah
Secara etimologis syariah berarti “jalan yang harus diikuti.” Sengan demikian syariah itu adalah
nama bagi hukum-hukum yang bersifat amaliah. Karena memang syariah itu adalah hukum amaliah
yang berbeda menurut perbedaan Rasul yang membawanya dan setiap yang dating kemudian
mengoreksi yang dating lebih dahulu. Sedangkan dasar agama yaitu tauhid/aqidah tidak berbeda antara
Rasul yang satu dengan yang lain.
FIQIH
Fiqh secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam dan membutuhkan pengerahan potensi
akal.[3] Sedangkan secara terminologi fiqh merupakan bagian dari syari’ah Islamiyah, yaitu
pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah
dewasa dan berakal sehat (mukallaf) dan diambil dari dalil yang terinci. Sedangkan menurut Prof. Dr.
H. Amir Syarifuddin mengatakan fiqh adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’I yang bersifat amaliah
yang digali dan ditemukan dengan dalil-dalil yang tafsili.
HUKUM ISLAM
Hukum Islam merupakan rangkaian kata “hukum” dan “islam”. Secara terpisah hukum dapat
diartikan sebagai seperangkat perturan tentang tingkah laku manusia yang diakui sekelompok
masyarakat, disusun orang-orang yang diberi wewenang oleh masyarakat itu, berlaku dan mengikat
seluruh anggotanya. Bila kata “hukum” di gabungkan dengan kata “islam”, maka hukum islam
adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan sunah rasul tentang tingkah laku
manusia mukallaf yang diakui dan diyakini mengikat untuk semua yang beragama islam.[7]
Bila artian sederhana tentang hukum islam itu dihubungkan dengan pengertian fiqh, maka dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud hukum islam itu adalah yang bernama fiqh dalam literatur islam yang
berbahasa arab.

Anda mungkin juga menyukai