Oleh:
IRLAN
105831103118
4A ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
2020
1. TATA CARA WUDHU
Wudhu merupakan suatu hal yang tiada asing bagi setiap muslim, sejak
kecil ia telah mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Karena suatu hal yang
telah menjadi konsekwensi dari dua kalimat syahadat bahwa ibadah harus ikhlas
mengharapkan ridho Allah dan sesuai sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam. Demikian juga telah masyhur bagi kita bahwa wudhu merupakan syarat sah
sholat, yang mana jika syarat tidak terpenuhi maka tidak akan teranggap/terlaksana
apa yang kita inginkan dari syarat tersebut. Sebagaimana sabda Nabi yang mulia,
Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam,
ة اة ِال اِ ا ح ُْ َمت ُ َم اِذاَ ا ا اَُْضَ َ َيَِنا َاَُّ ايي َاي ِ ِْ َا ُمضَ َ َ ام اا
َ َ ْ اِ اح اَْ ا ََ ِدَاوُ َم ُْ ُمض اَوُ َم ِاُُضَْاي َا َ َْ ا َْ ُمُاوُ َم اْ ِْ ُا ُكْ ِووُ َم ا
َْ ا
َ َ او ََباَ َِن اِ اح
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. (QS Al Maidah [5] : 6).
Adapun tata cara wudhu secara ringkas berdasarkan hadits Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam dari Humroon budak sahabat Utsman bin Affan rodhiyallahu
‘anhu,
Dari hadits yang mulia ini dan beberapa hadits yang lain dapat kita
simpulkan tata cara wudhu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam secara ringkas
sebagai berikut:
1) Islam,
2) Berakal,
3) Tamyiz,
4) Berniat,
5) Air yang digunakan adalah air yang bersih dan bukan air yang diperoleh
dengan cara yang haram,
6) Telah beristinja’ & istijmar lebih dulu (jika sebelumnya memiliki keharusan
untuk istinja’ dan istijmar dari hadats),
7) Tidak adanya sesuatu hal yang mencegah air sampai ke kulit.
Kami tidak menyebutkan dalil tentang hal di atas karena kami menganggap hal
ini telah ma’ruf dikalangan kaum muslimin.
Wajib Wudhu
Membaca bismillah ketika hendak wudhu, sebagaimana sabda Nabi
kita shallallahu ‘alaihi was sallam,
“Tidak ada sholat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada wudhu bagi orang
yang tidak menyebut nama Allah Ta’ala (bismillah) ketika hendak berwudhu”.
Dalil khusus dalam masalah kumur-kumur adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam,
« َم ُ ااضوَتَوا ِاذا َ » ْا ام
َ م ِم
Menyela-nyelai jenggot, dalil tentang hal ini adalah hadits Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu,
“Merupakan kebiasaan (Nabi shallallahu ‘alaihi was sallampent. ) jika beliau akan
berwudhu, beliau mengambil segenggaman air kemudian beliau basuhkan (ke
wajahnyapent) sampai ketenggorokannya kemudian beliau menyela-nyelai
jenggotnya”. Kemudian beliau mengatakan, “Demikianlah cara berwudhu yang
diperintahkan Robbku kepadaku”.
Dan cara menyela-nyelai jenggot adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam di atas yaitu dengan menyela-nyelainya bersamaan dengan membasuh
wajah.
Membasuh kedua tangan sampai siku, dalilnya adalah firman Allah ‘azza wa jalla,
ِ ََِْ َ ام اا
َ َ َْ اِ اح اَْ ا ََ ِدَاوُ َم ُْ ُمض اَوُ َم ْاي َا ِاُُض
َة اة ِال اِ اح ُْ َمت ُ َم اِذا
“Kemudian beliau membasuh tangannya yang kanan sampai siku sebanyak tiga
kali, kemudian membasuh tangannya yang kiri sampai siku sebanyak tiga kali”.
Menyapu kepala dengan air, kedua telinga termasuk dalam bagian kepala. Dalilnya
adalah firman Allah ‘azza wa jalla,
Perintah dalam ayat ini menunjukkan hukum menyapu kepala adalah wajib
bahkan hal ini diklaim ijma’ oleh An Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah. Demikian
juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
« ا اس َّ ُ َم َِْادا ََ ِه اََْ ا، اَْاََْا اا ِْ ِي امي ْات ا َْ ابقا، اََْ ِو ِه ِْ ُملاد َِم ْاداَ ا، اه اثتَح
وهُ اْ ا ْافايدُ اِ اح ِْ ِي امي ذاَ ا، يََْ َّ ُ َم
ايا احاِ َُ ام ا ِ َ َ امو
» ِْ ََهُ ْاداَ ا َ َيِا
Adapun untuk cara mengusap kepala dan kedua telinga dengan air, untuk
perempuan sama seperti untuk laki-laki sebagaimana yang dikatakan oleh An
Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah demikian juga hal ini merupakan pendapat Imam
Syafi’i rohimahullah sendiri dan dinukil oleh Al Bukhori rohimahullah dalam kitab
shohihnya dari Sa’id bin Musayyib rohimahullah .
Membasuh kedua kaki hingga mata kaki. Dalil hal ini adalah firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Membasuh kedua mata kaki hukumnya wajib karena Allah sebutkan dengan
lafadz/bentuk perintah, dan hukum asal perintah dalam masalah ibadah adalah
wajib. Adapun cara membasuhnya adalah sebagaimana yang disabdakan
beliau alaihish sholatu was salam,
“Jika beliau shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu, beliau menggosok jari-jari
kedua kakinya dengan dengan jari kelingkingnya”.
e). Muwalah
Muwalah adalah berturut-turut dalam membasuh anggota-anggota wudhu
dalam artian membasuh anggota wudhu lainnya sebelum anggota wudhu (yang
sebelumnya telah dibasuh pent.) mengering dalam kondisi/waktu normal[40].
ة اة ِال ا ِاقا ُْ َمت ُ َم ِاذاَ ا ا اَُْضَ َ َيَِنا َاَُّ ايي َاي ِ ِْ ََ َ ام اا
َ َ َْ ِا اح اَْ ا ََ ِدَاوُ َم ُْ ُمضَاوُ َم ْاي َا ِاُُض
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku”. (QS Al Maidah [5] : 6).
Sisi pendalilannya sebagai berikut, jawab syarat (dari kalimat syarat yang ada
dalam ayat inipent.) merupakan suatu yang berurutan dan tidak boleh diakhirkan.
Adapun dalil dari Sunnah adalah Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu
dengan tidak memisahkan membasuh anggota wudhu (yang satu dengan yang
lainnyapent.) dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang diriwayatkan dari
sahabat Umar bin Khottob rodhiyallahu ‘anhu
ة َ ا َا
َ وت ا اْ ُم ِ ُِاح مُفُ َا اْ َض
َ و اص ْات اااتا ُ ااض َ ََ ِب ُّح ْات ا َْ ا-ْ و ُم ِ ُ َه هللا ُ ُح- َْ ِم « ْالايقا
ة اادُ ْادا ِْ ِه ا َ َص
» ُْوُض اكتا ْاتاثَ ا َِن. َُُح َّ ُ َم ْا اا ام اص
ا
Hal ini merupakan pendapat Imam Syafi’i dalam perkataannya yang lama,
serta pendapat Al Imam Ahmad dalam riwayat yang masyhur dar beliau.
Bersiwak, hal sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,
اْوُضاِ ِه ِْح َُدَذِ ُا ايي َ ا َا ْابَقا َادادُ ْا ََُا َما َِق م َاضِْ ِه ْ َِن َ ا اثدُكُ َم َ َوت ا ََلا ا، حْايُ ا َاََنا َاد َِْا َا َ ا اثداكُ َم ْاهِ َا
َْ اْاِذا َ َُادُد
“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka hendaklah ia mencuci
tangannya sebelum ia memasukkan tangannya ke air wudhu, karena ia tidak tahu di
mana tangannya bermalam”.
Jika ada yang bertanya apakah hal ini hanya berlaku pada tidur di malam
hari saja atau umum? Maka jawabannya adalah sebagaimana yang disampaikan
Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam di atas yaitu semua tidur yang menyebabkan
orang tidak tahu di mana tangannya berada ketika ia tidur. Dan inilah pendapat yang
dipilih oleh Al Imam Asy Syafi’i rohimahullah, demikian juga mayoritas ‘ulama.
Bersungguh-sungguh dalam beristinsyaq dan berkumur-kumur ketika tidak sedang
berpuasa. Dalilnya adalah sabda Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,
Dalil bahwa beliau membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali adalah
hadits yang diriwayatkan Humroon dari tentang wudhu Utsman bin
Affan rodhiyallahu ‘anhu ketika melihat cara wudhu Nabi shollallahu ‘alaihi was
sallam,
ا اس َادادُ َاََذاقا َّ ُ َم اََْ ا، اَْثِ داال َ اْ َاال َ اَْاََْا اا ِْ ِي امي ْات ا َْباقا
وهُ ْا ام ا
Beliau (Utsman bin Affan pent.)menyapu kepalanya tiga kali kemudian membasuh
kakinya tiga kali, kemudian beliau berkata, “Aku melihat Rosulullah shallallahu
‘alaihi was sallam berwudhu dengan wudhu seperti ini”.
Tertib, yang dimaksud tertib di sini adalah membasuh anggota wudhu sesuai
tempatnya (urutan yang ada dalam ayat wudhupent.). Hal ini kami cantumkan di
sini sebagai sebuah sunnah bukan wajib dalam wudhu dengan alasan hadits Al
Miqdam bin Ma’dikarib Al Kindiy rodhiyallahu ‘anhu,
َ َُ ِه اْوُض ُق َُُ اِح-ْ و ُم ِ ُ َه هللا ُ ُح- ا اق ْات ااضوَت ا ِْ اضوُض َك م َّ ُ َم َّاةاََّي اكفَ ََ ِه ْاما ا م ام ا َ َّاةاََّي ََياْا اَْ َوت ا ُ ا ام
ا اق ا اق َّ ُ َم َّاةاََّي اْ َم ايهُ اْ ا
ا ا ا ا
ِ ََ ِه ا ميَ ِِا َِ امي اَُْذُما ََ ِه ِْ ااََ ِو ِه اْ ا
ا اس َّ ُ َم َّاةاََّي َّاةاََّي ذ اَِْ ا اْْايِِ َِ ِي امي ا
ر َِي ِاَنا ِْنا اَْ َمَا ََُِح َِْنا َ ت َ َضَ ِْنا َمَ َا ََُِح َ َُ ُي َم
َ َ ُمت ا ا
“Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku
termsuk orang-orang yang selalu mensucikan diri”.
Sholat dua raka’at setelah wudhu. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu
‘alaihi was sallam,
وت ا اْ َن
َ َُُح َّ ُ َم اَياَ ُْوُضاِح ما َم اض ُ ااض
اْ َكَاتاَ َِن ا، َ بِ ِهذا َم ْ َِن ُالاد اَم اْي اهُ َ َُهُ ا
ما َف ا، اف ااا
ُ اهُ َِْ ِي امي َُ ام ِد
َح ا
Mandi junub biasa disebut dengan mandi besar. Mandi junub adalah mandi
untuk menghilangkan hadas besar agar ibadah yang dilakukan seorang muslim atau
muslimah bisa dianggap sah. Bagi mereka yang memiliki hadas besar atau dalam
kondisi junub diharamkan membaca Al-Qur'an, menyentuh/membawa mushaf Al-
Qur'an, sholat, berdiam diri di masjid, serta thawaf mengelilingi Ka'bah. Terdapat
beberapa sebab yang mewajibkan seorang muslim melakukan mandi junub karena
hadas besar. Sejumlah penyebab keharusan melaksanakan mandi junub adalah haid
atau nifas, keluarnya sperma, berhubungan suami-istri walaupun tak keluar sperma,
hingga bermimpi basah atau tidak sengaja mengeluarkan sperma.
Pertama, keluarnya mani dari alat kelamin laki-laki atau perempuan, baik
disebabkan oleh mimpi basah, mempermainkannya, ataupun gairah yang
ditimbulkan penglihatan dan pikiran. Kedua, jimak atau berhubungan seksual,
meski tidak mengeluarkan mani. Ketiga, karena melahirkan. Bagi pasangan suami-
istri, hubungan seksual pada bulan Ramadan memiliki ketentuan tersendiri. Pada
malam hari, hubungan suami-istri tetap bernilai sedekah seperti hari-hari lain.
Namun, pada siang hari, sejak selepas subuh hingga magrib, hubungan badan
termasuk dosa berat dan dapat membatalkan puasa.
Selain berhubungan suami istri, orang yang berhadas karena keluar sperma
terbagi menjadi dua. Pertama, ia mengeluarkan sperma dengan sengaja melalui
onani atau masturbasi saat siang hari pada bulan Ramadan. Hukum puasanya batal
dan berdosa. Kedua, ia sedang tidur dan bermimpi basah. Hukum puasanya masih
sah dan tetap bisa dilanjut hingga magrib karena orang yang tidur bebas dari
ketentuan hukum Islam.
Cara Mandi Junub Perempuan dan Laki-Laki Semua golongan orang yang
berhadas besar wajib melakukan mandi junub. Terdapat 2 rukun yang wajib
dilakukan saat melaksanakan mandi junub. Pertama adalah membaca niat saat air
pertama disiram ke tubuh. Kedua, mengguyur semua badan dengan air dan
menghilangkan najis pada tubuh. Pada bagian tubuh yang berambut atau berbulu,
harus dipastikan bahwa air mengalir hingga kulit. Menurut Imam Al-Ghazali dalam
kitab Bidâyatul Hidâyah, selain dua rukun di atas, ada aktivitas lain saat mandi
junub yang hukumnya sunnah muakkadah untuk dilakukan.
Apabila dalam kondisi berhadas besar pada malam hari, mereka yang akan
berpuasa Ramadhan juga dianjurkan untuk mandi besar sebelum makan sahur.
Apabila tidak sempat karena waktu mepet, mereka yang dalam kondisi junub
dianjurkan untuk membasuh kemaluan dan berwudhu terlebih dahulu sebelum
makan sahur. Kemudian, Mandi junub sebaiknya dilakukan setelah makan sahur,
agar dapat segera melakukan sholat subuh begitu fajar shodiq terbit.
Berikut tata cara melakukan mandi junub untuk laki-laki dan perempuan,
beserta amalan sunnah yang sebaiknya dilakukan sebagai adab dalam mandi besar.
Tata Cara Mandi Wajib Bagi Laki-Laki Dalam kitab Safinatun Najah, Syekh
Salim bin Sumair Al Hadlrami menjelaskan bahwasanya rukun mandi besar ini
dibagi menjadi dua: niat dan meratakan air ke seluruh tubuh. Adapun niat mandi
junub adalah sebagai berikut: ُح اِا َْ ِص َ َمُ َا اق م ااضََح
ِ ُاَاي اح ُِ ِه ْا َاوَي ََ ََِّايْا ِْ ِْنا ََ ا َكبا ِا ََ امداLafaz
latinnya: Nawaitul gusla lirof'il hadatsil akbari minal jinabati fardlon lillahi ta'ala.
Artinya: "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardu
karena Allah ta'ala." Kemudian, mandi junub dengan meratakan air ke seluruh
badan dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini: Ambil air di kamar
mandi, lalu basuh tangan 3 kali. Bersihkan najis atau kotoran yang menempel pada
tubuh. Berwudu. Guyur kepala hingga 3 kali pakai air, bersamaan dengan
mengucap niat. Siram seluruh anggota badan bagian kanan hingga 3 kali. Lalu siram
semua anggota badan bagian kiri sebanyak 3 kali. Gosok seluruh tubuh 3 kali, baik
bagian depan atau belakang Pastikan air membasuh seluruh bagian kulit Menyela
rambut, bulu tebal serta jenggot agar kulit terbasuh air. Jika menyentuh kemaluan
saat mandi, berwudu kembali di akhir mandi.
Cara Mandi Wajib untuk Perempuan Bagi perempuan, mandi junub biasa
dilakukan karena mereka memiliki siklus bulanan, yaitu haid atau menstruasi.
Tentu saja, setelah mereka menstruasi, mandi junub wajib dilakukan. Sebenarnya,
tata cara mandi junub bagi perempuan tidak jauh berbeda dengan tata cara mandi
besar bagi laki-laki. Bedanya adalah bagi perempuan diperbolehkan menggelung
rambutnya.
Tata cara mandi junub untuk perempuan adalah sebagai berikut: Ambil air di
kamar mandi, lalu basuh tangan 3 kali. Bersihkan najis atau kotoran yang menempel
pada tubuh. Berwudu. Guyur kepala 3 kali, bersama dengan mengucap niat (rambut
boleh digelung). Siramkan air ke seluruh badan, dimulai dari bagian kanan, lalu
kiri. Gosok seluruh tubuh sebanyak 3 kali, baik depan maupun belakang Pastikan
air membasuh semua bagian kulit Menyela rambut dan bulu tebal agar kulit
terbasuh air Jika menyentuh kemaluan saat mandi, berwudu kembali di akhir mandi
junub.
Selaras dengan tuntunan Rasulullah SAW, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh seseorang yang buang air, yakni:
1. Tidak buang air sembarangan, khususnya di tempat berteduh, tempat
berkumpul manusia, di bawah pohon yang sedang berbuah, di jalanan, di
lubang hewan, dan lainnya. Karena hal tersebut berpotensi merugikan
manusia dan makhluk lainnya, sedangkan Islam mengajarkan untuk tidak
merugikan siapa pun.
2. Haram hukumnya menghadap atau membelakangi arah kiblat apabila buang
air di tempat terbuka. Adapun bila dilakukan di tempat tertutup yang
disediakan khusus untuk buang air semisal toilet, maka hukumnya makruh.
3. Menggunakan tangan kiri saat bersuci (cebok).
Adapun praktik buang air dan bersuci sesudahnya sesuai tuntunan Rasulullah ialah:
ِ ْ َ َ ُر َب
ْ ْن ِْل َاُِضذ ُ امَِإ َ َُ ُي َم َ ُ ِه ِْا َِم ِ ِاَْ َ اربايا
“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari godaan iblis jantan dan betina.”
Hikmah doa ini adalah meminta perlindungan dari Allah agar kita terhindar
dari Iblis betina dan jantan yang sering membuat kita was-was dalam bersuci,
menggoda kita dengan khayalan yang tidak baik saat masuk toilet, dan agar Allah
menjaga alat kelamin kita dari perbuatan keji lagi hina, yakni zina.
Doa ini diucapkan saat kita hendak masuk tolet, namun posisi kita masih
berada di luar toilet, karena begitu kita sudah masuk toilet, maka kita tidak boleh
lagi mengucapkan ucapan-ucapan agung seperti nama Allah, nama Rasul, ayat Al-
Qur’an, dan doa-doa.
Di antara hikmah melakukan hal ini adalah agar kita terhindar dari penyakit
akibat masih adanya sisa kotoran dalam tubuh kita yang belum terbuang, dan agar
kita terhindar dari rasa was-was. Seringkali pasca buang air kita merasa was-was
seolah kotoran keluar lagi dari tubuh kita.
6. Melakukan istinja’ (cebok) menggunakan tangan kiri. Ada tiga macam cara
melakukan istinja, yakni:
Dengan menggunakan tiga buah batu atau bisa diganti dengan tiga lembar
tisu. Namun apabila masih belum bersih, maka ditambah lagi hingga ganjil, lima
atau tujuh dan seterusnya.
Ini dilakukan apabila tidak ada air, atau ada air yang tersedia, namun
disediakan untuk minum.
“Dengan mengharap ampunanmu, segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan
penyakit dari tubuhku, dan mensehatkan aku. Ya Allah, jadikanlah aku sebagian
dari orang yang bertaubat dan jadikanlah aku sebagian dari orang yang suci. Ya
Allah, bersihkan hatiku dari kemunafikan, dan jaga kelaminku dari perbuatan keji
(zina).”
Ketika berada di kamar mandi, barangkali ada kesalahan yang kita perbuat
semisal tidak sengaja menghayalkan hal yang tidak-tidak dan lain sebagainya, oleh
karenanya saat keluar kita meminta ampunan pada Allah, dilanjutkan dengan
bersyukur pada Allah yang telah menghilangkan penyakit dan kotoran dari diri kita,
sambil tidak lupa memohon agara Allah menjadikan kita sebagai orang yang baik
dan menjaga kita dari perbuatan tercela.
Sebelum melakukan salat, lebih dulu kita akan mengambil air wudhu
untuk mensucikan diri. Akan tetapi dalam berbagai kondisi, berwudhu bisa
digantikan dengan tayamum.
1) Siapkan tanah berdebu atau debu yang bersih. Apabila Anda sedang
dalam perjalanan, bisa dengan jendela yang bersih.
2) Ketika posisi Anda sedang sakit parang di kamar atau rumah sakit, pilih
dinding berdebu yang sekiranya bersih dari kotoran cicak.
3) Kemudian menghadap kiblat, ucapkan basmalah. Letakkan kedua
telapak tangan pada debu dengan posisi jari-jari tangan dirapatkan.
4) Lalu usapkan kedua telapak tangan pada seluruh wajah Anda, disertai
membaca niat dalam hati. Salah satu bacaan niat tayamum
: NAWAITUT TAYAMMUMA LISSTIBAAHATISH SHALAATI
FARDLOL LILLAAHI TAAALAA.
Artinya: Aku niat melakukan tayamum agar dapat mengerjakan shalat fardlu
karena Allah taala.
Artinya: Aku mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa,
tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku mengaku bahwa Nabi Muhammad itu
adalah hamba dan Utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku dari golongan orang-
orang yang bertaubat dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang
bersuci (sholeh).
Mengikuti dalil firman Allah dalam al-Quran, setidaknya ada dua sebab
pasti diperbolehkannya tayamum. Pertama, karena kondisi yang sakit berat dan
ketiadaan air. Kedua, ketika dalam keadaan bepergian, sepulang dari buang air,
junub.