Di Susun Oleh :
Kelas F
DAFTAR ISI
Judul.....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................
Kompetensi Inti...................................................................................
Kompetensi Dasar...............................................................................
A. Wudhu......................................................................................................4
B. Mandi........................................................................................................6
C. Tayamum..................................................................................................8
D. Hikmah Mempelajari Wudhu, Mandi dan Tayamum.......................11
Daftar Pustaka.....................................................................................
KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI DASAR
1. Menerima pentingnya berwudu, mandi dan tayamum sebagai salah satu syarat ibadah.
2. Menjalankan perilaku bersih sebagai implementasi dari penerapan tentang tatacara
bersuci.
3. Menerapkan tata cara berwudu, mandi dan tayamum..
4. Mempraktikkan tata cara wudu, mandi dan tayamum.
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Setelah membaca materi tentang wudu, mandi dan tayamum, peserta didik mampu
menjelaskan pengertian wudu, mandi dan tayamum dengan tepat.
2. Setelah berdiskusi dan membaca materi tentang wudu, mandi dan tayamum, peserta
didik mampu mengemukakan pelaksanaan wudu, mandi dan tayamum sebagai
perintah dalam syariat Islam dengan tepat.
3. Setelah membaca materi tentang wudu, mandi dan tayamum, peserta didik mampu
menganalisis perbedaan wudu, mandi dan tayamum dengan tepat.
3
4. Setelah berdiskusi dan membaca materi tentang wudu, mandi dan tayamum, peserta
didik mampu mengemukakan tentang wudu, mandi dan tayamum sesuai dengan
syariat Islam.
5. Setelah berdiskusi dan membaca materi tentang tata cara wudu, mandi dan tayamum
peserta didik mampu mempraktikkan tata cara wudu, mandi dan tayamum dengan
tepat.
6. Setelah melakukan pengamatan tentang cara wudu, mandi dan tayamum, peserta didik
mampu. melaksanakan wudu, mandi dan tayamum sesuai syariat Islam dengan tepat.
7. Setelah memahami materi tentang penerapan dan hikmah wudu, mandi dan tayamum,
peserta didik mampu berperilaku hidup bersih dalam keseharian dengan tepat.
BAHASAN
A. Wudhu
a. Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu
Wudu adalah salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim
diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan salat. Berwudu bisa pula menggunakan
debu yang disebut dengan tayammum.1
Karena posisinya yng penting karena bisa menentukan sah dan tidaknya salt, mka
hukum wudhu adalah wajib dilakukan sebelum salat, kecuali ada syarat-syarat syar'i
yang mendasarinya dan bisa diganti dengan melakukan tayamum.
ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَىGوس ِ ُوا بِ ُر ُء ۟ حG ِديَ ُك ْم لَى ْٱلم َرافِق َوٱ ْم َسGوهَ ُك ْم َوَأ ْيGُوا ُوج
ِ َ ِإ َّ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ٱل
۟ ُلGصلَ ٰو ِة فَٱ ْغ ِس
ٓا َء فَلَ ْمGتُ ُم ٱلنِّ َسG ٌد ِّمن ُكم ِّمنَ ْٱلغَٓاِئ ِط َأوْ ٰلَ َم ْسGض ٰ ٓى َأوْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر َأوْ َجٓا َء َأ َح َ ُْوا ۚ َوِإن ُكنتُم َّمر ۟ ْٱل َك ْعبَ ْي ِن ۚ و ن ُكنتُ ْم ُجنُبًا فَٱطَّهَّر
َِإ
ٰ ۟ ۟ ۟ تَ ِجد
ُدGج َولَ ِكن ي ُِري ٍ َرG َل َعلَ ْي ُكم ِّم ْن َحG ُد ٱهَّلل ُ لِيَجْ َعGا ي ُِريGGهُ ۚ َمG ِدي ُكم ِّم ْنGطيِّبًا فَٱ ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوَأ ْيَ ص ِعيدًا َ ُوا َمٓا ًء فَتَيَ َّم ُموا
َُ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُونGلِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَ ۥه
1
Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh, Ibnu Hajar Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari Cet. I. Jakarta Selatan: Pustaka
Azam. 2001
4
" Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.
b. Rukun Wudhu
1. Niat
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan dari telapak sampai siku
4. Membasuh sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaku beserta kedua mata kaki
6. Tertib
c. Sunah-sunah Wudhu
1. Membaca basmalah
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3. Berkumur
4. Istinsyak (menghirup air ke dalam hidung)
5. Istinsar (membuang air dari hidung)
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke
sela-sela jari
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian belah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib, seperti wajah
12. Membasuh dua atau tiga kali
13. Menghadap kiblat
14. Langsung atau berurutan
5
3. Keluar angin dari anus
4. Tidur berat
5. Bersentuhan laki-laki dan wanita
6. Menyentuh kemaluan
e. Syarat-syarat Wudhu
1. Dikerjakan dengan air mutlak
2. Mengalirkan air ke atas anggota yang dibasuh
3. Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air
4. Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan yang
dibasuh
5. Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats2
B. Mandi
a. Arti Mandi Wajib
Mandi wajib yang dimaksudkan di sini adalah mengalirkan air ke seluruh anggota
badan dengan niat mandi janabah atau menghilangkan hadas besar. Allah Swt
berfirman
1. Bersetubuh
Bersetubuh (jima’), baik keluar mani ataupun tidak adalah wajib mandi.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila dua yang dikhitan bertemu, maka sungguh
telah diwajibkan mandi, hal itu telah aku lakukan bersama Rasulullah saw
kami berdua mandi. (HR. Ibnu Majah)
2
Al-Jamal Ibrahim Muhammad. Fiqih Muslimah. Jakarta: Pustaka Amani. 1999.
6
2. Keluar mani
Keluar mani, baik keluarnya sebab bermimpi ataupun sebab lainnya, dengan
sengaja ataupun tidak adalah wajib mandi Rasulullah Saw. Bersabda:
“Sesungguhya air itu (mandi degan air) dari sebab air (keluar air mani)” (HR.
Muslim)
3. Wafat
Orang Islam yang meninggal dunia, wajib dimandikan kecuali orang yang
mati syahid. Dalam sebuah riwayat diceritakan dari Ibnu Abbas r.a.
Bahwasanya ada seorang lelaki bersama Nabi Saw. Terlempar dari untanya
lalu ia mati sedang ia berihram. Nabi saw, bersabda: “Mandikanlah dia dengan
air daun bidara.” (HR Bukhari)
4. Haid
Apabila seorang wanita telah berhenti dari haid, maka la wajib mandi. Allah
Swt berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 222 yang artinya:
Dan janganlah kan mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka
telah suci makin campurileh mere the di tempat yang diperintahkan Altai
kadam (QS Al-Baqarah: 222)
5. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita sesudah melahirkan
(lamanya 40-60 hari). Apabila seorang wanita telah berhenti dari nifas, maka
ia wajib mandi, karena nifas itu sama dengan haid dalam hal wajib mandi dan
kebanyakan hukum hukumnya.
6. Melahirkan
Apabila seorang wanita telah melahirkan seorang anak, maka ja wajib mandi
karena anak yang keluar pada hakikamya adalah mani yang bergumpal
1. Niat
7
ِ لح َد ِثاَْأل ْك َب ِر َفرْ ضًال
ِله َت َعا َلى َ َْن َو ْي ُت ْال ُغسْ َلل َِر ْف ِعا
Artinya: “Aku berniat mandi untuk menghilangkan hadas besar fardu karena
Allah Ta’ala”.
C. Tayamum
a. Pengertian Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan
beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudu atau mandi, sebagai rukhsah
(keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan
(uzur), yaitu:
1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya, menurut keterangan dokter atau dukun yang telah berpengalaman
tentang penyakit serupa itu.
2. Karena dalam perjalanan.
3. Karena tidak ada air.
ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َم ۤا ًء ٓ ٰ َْواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر
ُص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنه
َ ۗ فَتَيَ َّم ُموْ ا
3
Ainur rahmanrahman, S.Sos. Fiqih Tharah. Multi Kreasi Satu Delapan. Desember 2010
8
“Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air
(kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan kedua tanganmu dengan tanah
itu.” (AL-MAIDAH: 6)
b. Syarat tayamum
1. Sudah masuk waktu salat. Tayamum disyariatkan untuk orang yang terpaksa.
Sebelum masuk waktu salat ia belum terpaksa, sebab salat belum wajib atasnya
ketika itu.
2. Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sudah masuk.
Alasannya adalah ayat tersebut di atas. Kita disuruh bertayamum bila tidak ada air
sesudah dicari dan kita yakin tidak ada; kecuali orang sakit yang tidak
diperbolehkan memakai air, atau ia yakin tidak ada air di sekitar tempat itu, maka
mencari air tidak menjadi syarat baginya.
3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam Syafii, tidak sah
tayamum selain dengan tanah. Menurut pendapat imam yang lain, boleh (sah)
tayamum dengan tanah, pasir, atau batu.
4. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum itu hendaklah ia
bersih dari najis, menurut pendapat sebagian ulama, tetapi menurut pendapat yang
lain tidak.
9
4. Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari tangan. Alasannya
sebagaimana keterangan menertibkan rukun wudu yang telah lalu. Sebagian ulama
ada yang berpendapat bahwa tidak wajib menertibkan rukun tayamum.
e. Sunat tayamum
1. Membaca bismillah. Dalilnya adalah hadis sunat wudu, sebab Tayamum
merupakan pengganti wudu.
2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang d atas tangan itu
menjadi tipis.
3. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum, sebagaimana sesudah
selesai berwudu.
10
2. Ada air. Mendapatkan air sebelum salat, batallah tayamum bagi Orang yang
tayamum karena ketiadaan air, bukan karena sakit.4
4
RASJID, Sulaiman ,haji Fiqh Islam ( hukum fiqh lengkap) / H. Sulaiman Rasjid ; Penyunting , Li Sufiyana
M.Bakri ,Farika, Bandung ; Sinar Baru Algensindo 2019.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ainur rahmanrahman, S.Sos. Fiqih Tharah. Multi Kreasi Satu Delapan. Desember 2010
Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh, Ibnu Hajar Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari Cet. I.
Jakarta Selatan: Pustaka Azam. 2001
RASJID, Sulaiman ,haji Fiqh Islam ( hukum fiqh lengkap) / H. Sulaiman Rasjid ;
Penyunting , Li Sufiyana M.Bakri ,Farika, Bandung ; Sinar Baru Algensindo 2019.