Anda di halaman 1dari 12

Thaharah

(Wudhu, Mandi dan Tayamum)


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Materi Pembelajaran Fiqih SMA/MA
Dosen Pengampu : Dra. Hj. Uswatun Hasanah M.Pd.I

Di Susun Oleh :

Elfira Sari (2011010253)


Ichan Pratama (2011010255)
Rima Azzahra (2011010205)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN INTAN LAMPUNG

Tahun 2022 M/1443 H

Kelas F
DAFTAR ISI

Judul.....................................................................................................
Daftar Isi..............................................................................................
Kompetensi Inti...................................................................................
Kompetensi Dasar...............................................................................
A. Wudhu......................................................................................................4
B. Mandi........................................................................................................6
C. Tayamum..................................................................................................8
D. Hikmah Mempelajari Wudhu, Mandi dan Tayamum.......................11

Daftar Pustaka.....................................................................................
KOMPETENSI INTI

1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.


2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong
royong), santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis. membaca,
menghitung, menggambar, dan mengaraang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah
dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

KOMPETENSI DASAR

1. Menerima pentingnya berwudu, mandi dan tayamum sebagai salah satu syarat ibadah.
2. Menjalankan perilaku bersih sebagai implementasi dari penerapan tentang tatacara
bersuci.
3. Menerapkan tata cara berwudu, mandi dan tayamum..
4. Mempraktikkan tata cara wudu, mandi dan tayamum.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Setelah membaca materi tentang wudu, mandi dan tayamum, peserta didik mampu
menjelaskan pengertian wudu, mandi dan tayamum dengan tepat.
2. Setelah berdiskusi dan membaca materi tentang wudu, mandi dan tayamum, peserta
didik mampu mengemukakan pelaksanaan wudu, mandi dan tayamum sebagai
perintah dalam syariat Islam dengan tepat.
3. Setelah membaca materi tentang wudu, mandi dan tayamum, peserta didik mampu
menganalisis perbedaan wudu, mandi dan tayamum dengan tepat.

3
4. Setelah berdiskusi dan membaca materi tentang wudu, mandi dan tayamum, peserta
didik mampu mengemukakan tentang wudu, mandi dan tayamum sesuai dengan
syariat Islam.
5. Setelah berdiskusi dan membaca materi tentang tata cara wudu, mandi dan tayamum
peserta didik mampu mempraktikkan tata cara wudu, mandi dan tayamum dengan
tepat.
6. Setelah melakukan pengamatan tentang cara wudu, mandi dan tayamum, peserta didik
mampu. melaksanakan wudu, mandi dan tayamum sesuai syariat Islam dengan tepat.
7. Setelah memahami materi tentang penerapan dan hikmah wudu, mandi dan tayamum,
peserta didik mampu berperilaku hidup bersih dalam keseharian dengan tepat.

BAHASAN

A. Wudhu
a. Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu

Wudu adalah salah satu cara menyucikan anggota tubuh dengan air. Seorang muslim
diwajibkan bersuci setiap akan melaksanakan salat. Berwudu bisa pula menggunakan
debu yang disebut dengan tayammum.1

Karena posisinya yng penting karena bisa menentukan sah dan tidaknya salt, mka
hukum wudhu adalah wajib dilakukan sebelum salat, kecuali ada syarat-syarat syar'i
yang mendasarinya dan bisa diganti dengan melakukan tayamum.

Perintah berwudhu tertuang dalam Surat Al-Maidah ayat 6 yang berbunyi:

‫ ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى‬G‫وس‬ ِ ‫ُوا بِ ُر ُء‬ ۟ ‫ح‬G‫ ِديَ ُك ْم لَى ْٱلم َرافِق َوٱ ْم َس‬G‫وهَ ُك ْم َوَأ ْي‬Gُ‫وا ُوج‬
ِ َ ‫ِإ‬ َّ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ٱل‬
۟ ُ‫ل‬G‫صلَ ٰو ِة فَٱ ْغ ِس‬

‫ٓا َء فَلَ ْم‬G‫تُ ُم ٱلنِّ َس‬G‫ ٌد ِّمن ُكم ِّمنَ ْٱلغَٓاِئ ِط َأوْ ٰلَ َم ْس‬G‫ض ٰ ٓى َأوْ َعلَ ٰى َسفَ ٍر َأوْ َجٓا َء َأ َح‬ َ ْ‫ُوا ۚ َوِإن ُكنتُم َّمر‬ ۟ ‫ْٱل َك ْعبَ ْي ِن ۚ و ن ُكنتُ ْم ُجنُبًا فَٱطَّهَّر‬
‫َِإ‬
ٰ ۟ ۟ ۟ ‫تَ ِجد‬
‫ ُد‬G‫ج َولَ ِكن ي ُِري‬ ٍ ‫ َر‬G‫ َل َعلَ ْي ُكم ِّم ْن َح‬G‫ ُد ٱهَّلل ُ لِيَجْ َع‬G‫ا ي ُِري‬GG‫هُ ۚ َم‬G‫ ِدي ُكم ِّم ْن‬G‫طيِّبًا فَٱ ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوَأ ْي‬َ ‫ص ِعيدًا‬ َ ‫ُوا َمٓا ًء فَتَيَ َّم ُموا‬
َ‫ُ َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون‬G‫لِيُطَهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمتَ ۥه‬

1
Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh, Ibnu Hajar Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari Cet. I. Jakarta Selatan: Pustaka
Azam. 2001

4
" Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka
basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.

b. Rukun Wudhu
1. Niat
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan dari telapak sampai siku
4. Membasuh sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaku beserta kedua mata kaki
6. Tertib

c. Sunah-sunah Wudhu
1. Membaca basmalah
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3. Berkumur
4. Istinsyak (menghirup air ke dalam hidung)
5. Istinsar (membuang air dari hidung)
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke
sela-sela jari
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian belah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib, seperti wajah
12. Membasuh dua atau tiga kali
13. Menghadap kiblat
14. Langsung atau berurutan

d. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu


1. Kencing dan buang air besar
2. Madzi dan wadi

5
3. Keluar angin dari anus
4. Tidur berat
5. Bersentuhan laki-laki dan wanita
6. Menyentuh kemaluan

e. Syarat-syarat Wudhu
1. Dikerjakan dengan air mutlak
2. Mengalirkan air ke atas anggota yang dibasuh
3. Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air
4. Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan yang
dibasuh
5. Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats2

B. Mandi
a. Arti Mandi Wajib
Mandi wajib yang dimaksudkan di sini adalah mengalirkan air ke seluruh anggota
badan dengan niat mandi janabah atau menghilangkan hadas besar. Allah Swt
berfirman

‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّهَّر ُْو ۗا‬


“Dan jika kamu junub, maka mandilah.” (QS. Al-Maidah: 6)

b. Sebab-Sebab Wajib Mandi


Ada enam sebab wajib mandi, yaitu tiga terjadi pada laki-laki dan wanita, dan tiga
khusus terjadi pada wanita, dengan rincian sebagai berikut.

1. Bersetubuh
Bersetubuh (jima’), baik keluar mani ataupun tidak adalah wajib mandi.
Rasulullah saw bersabda: “Apabila dua yang dikhitan bertemu, maka sungguh
telah diwajibkan mandi, hal itu telah aku lakukan bersama Rasulullah saw
kami berdua mandi. (HR. Ibnu Majah)
2
Al-Jamal Ibrahim Muhammad. Fiqih Muslimah. Jakarta: Pustaka Amani. 1999.

6
2. Keluar mani
Keluar mani, baik keluarnya sebab bermimpi ataupun sebab lainnya, dengan
sengaja ataupun tidak adalah wajib mandi Rasulullah Saw. Bersabda:
“Sesungguhya air itu (mandi degan air) dari sebab air (keluar air mani)” (HR.
Muslim)
3. Wafat
Orang Islam yang meninggal dunia, wajib dimandikan kecuali orang yang
mati syahid. Dalam sebuah riwayat diceritakan dari Ibnu Abbas r.a.
Bahwasanya ada seorang lelaki bersama Nabi Saw. Terlempar dari untanya
lalu ia mati sedang ia berihram. Nabi saw, bersabda: “Mandikanlah dia dengan
air daun bidara.” (HR Bukhari)
4. Haid
Apabila seorang wanita telah berhenti dari haid, maka la wajib mandi. Allah
Swt berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 222 yang artinya:
Dan janganlah kan mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka
telah suci makin campurileh mere the di tempat yang diperintahkan Altai
kadam (QS Al-Baqarah: 222)
5. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari rahim wanita sesudah melahirkan
(lamanya 40-60 hari). Apabila seorang wanita telah berhenti dari nifas, maka
ia wajib mandi, karena nifas itu sama dengan haid dalam hal wajib mandi dan
kebanyakan hukum hukumnya.
6. Melahirkan
Apabila seorang wanita telah melahirkan seorang anak, maka ja wajib mandi
karena anak yang keluar pada hakikamya adalah mani yang bergumpal

c. Tata Cara Wajib Mandi


Mengikuti cara mandi wajib seperti yang dicontohkan Nabi Saw, maka tata cara
mandi wajib adalah seperti berikut

1. Niat

7
ِ ‫لح َد ِثاَْأل ْك َب ِر َفرْ ضًال‬
‫ِله َت َعا َلى‬ َ ْ‫َن َو ْي ُت ْال ُغسْ َلل َِر ْف ِعا‬
Artinya: “Aku berniat mandi untuk menghilangkan hadas besar fardu karena
Allah Ta’ala”.

2. Membasuh kedua tangan


3. Mencuci dubur dan kemaluan
4. Berwudu
5. Membasahi sela-sela rambut dengan jari tangan sampai kulit kepala Menjadi
basah
6. Menyiram kepala sebanyak tiga kali.
7. Membersihkan seluruh anggota badan.
8. Mencuci kaki3

C. Tayamum
a. Pengertian Tayamum

Tayamum ialah mengusapkan tanah ke muka dan kedua tangan sampai siku dengan
beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudu atau mandi, sebagai rukhsah
(keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa halangan
(uzur), yaitu:

1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya, menurut keterangan dokter atau dukun yang telah berpengalaman
tentang penyakit serupa itu.
2. Karena dalam perjalanan.
3. Karena tidak ada air.

Firman Allah Swt.

‫ضى اَوْ ع َٰلى َسفَ ٍر اَوْ َج ۤا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغ َۤا ِٕى ِط اَوْ ٰل َم ْستُ ُم النِّ َس ۤا َء فَلَ ْم تَ ِج ُدوْ ا َم ۤا ًء‬ ٓ ٰ ْ‫َواِ ْن ُك ْنتُ ْم َّمر‬
ُ‫ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َسحُوْ ا بِ ُوجُوْ ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنه‬
َ ‫ۗ فَتَيَ َّم ُموْ ا‬
3
Ainur rahmanrahman, S.Sos. Fiqih Tharah. Multi Kreasi Satu Delapan. Desember 2010

8
“Dan apabila kamu sakit, atau dalam perjalanan, atau kembali dari tempat buang air
(kakus), atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan kedua tanganmu dengan tanah
itu.” (AL-MAIDAH: 6)

b. Syarat tayamum
1. Sudah masuk waktu salat. Tayamum disyariatkan untuk orang yang terpaksa.
Sebelum masuk waktu salat ia belum terpaksa, sebab salat belum wajib atasnya
ketika itu.
2. Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sudah masuk.
Alasannya adalah ayat tersebut di atas. Kita disuruh bertayamum bila tidak ada air
sesudah dicari dan kita yakin tidak ada; kecuali orang sakit yang tidak
diperbolehkan memakai air, atau ia yakin tidak ada air di sekitar tempat itu, maka
mencari air tidak menjadi syarat baginya.
3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam Syafii, tidak sah
tayamum selain dengan tanah. Menurut pendapat imam yang lain, boleh (sah)
tayamum dengan tanah, pasir, atau batu.
4. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum itu hendaklah ia
bersih dari najis, menurut pendapat sebagian ulama, tetapi menurut pendapat yang
lain tidak.

c. Fardu (rukun) tayamum.


1. Niat. Orang yang akan melakukan tayamum hendaklah berniat ka rena hendak
mengerjakan salat dan sebagainya, bukan semata mata untuk menghilangkan
hadas saja, sebab sifat tayamum tidak dapat menghilangkan hadas, hanya
diperbolehkan untuk melaku kan salat karena darurat. Keterangan bahwa niat
tayamum hukum nya wajib ialah hadis yang mewajibkan niat wudu yang lalu.
2. Mengusap muka dengan tanah.
3. Mengusap kedua tangan sampai ke siku dengan tanah. Keterangan nya ialah ayat
di atas.

9
4. Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari tangan. Alasannya
sebagaimana keterangan menertibkan rukun wudu yang telah lalu. Sebagian ulama
ada yang berpendapat bahwa tidak wajib menertibkan rukun tayamum.

d. Beberapa masalah yang bersangkutan dengan tayamum


1. Orang yang tayamum karena tidak ada air, tidak wajib mengulangi salatnya
apabila mendapat air. Alasannya ialah ayat tayamum di atas. Tetapi orang yang
tayamum karena junub, apabila mendapat air maka ia wajib mandi bila ia hendak
mengerjakan salat berikut nya, sebab tayamum itu tidak menghilangkan hadas,
melainkan hanya boleh untuk keadaan darurat.
2. Satu kali tayamum boleh dipakai untuk beberapa kali salat, baik salat fardu
ataupun salat sunat. Kekuatannya sama dengan wudu. karena tayamum itu adalah
pengganti wudu bagi orang yang tidak dapat memakai air. Jadi, hukumnya sama
dengan wudu. Demikian pendapat sebagian ulama. Yang lain berpendapat bahwa
satu kali Tayamum hanya sah untuk satu kali salat fardu dan beberapa salat sunat,
tetapi golongan ini tidak dapat memberikan dalil yang kuat atas pendapat mereka.
3. Boleh tayamum apabila luka atau karena hari sangat dingin, sebab luka itu
termasuk dalam pengertian sakit. Demikian juga bila memakai air ketika hari
sangat dingin, dikhawatirkan akan menjadi sakit.

e. Sunat tayamum
1. Membaca bismillah. Dalilnya adalah hadis sunat wudu, sebab Tayamum
merupakan pengganti wudu.
2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang d atas tangan itu
menjadi tipis.
3. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum, sebagaimana sesudah
selesai berwudu.

f. Hal-hal yang membatalkan tayamum


1. Tiap-tiap hal yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum.

10
2. Ada air. Mendapatkan air sebelum salat, batallah tayamum bagi Orang yang
tayamum karena ketiadaan air, bukan karena sakit.4

D. Hikmah Mempelajari Wudhu, Mandi dan Tayamum


Ada banyak hikmah thaharoh atau bersuci dalam keseharian, sebagai berikut.
1. Menyempurnakan imun, karena Rasulullah menegaskan bahwa kebersihan sebagai
dari iman.
2. Mendorong diri untuk semakit dekat dan taat kepada Allah Swt.
3. Menambah kekusyukan dalam menjalankkan ibadah
4. Terhindar dari beberapa macam penyakit karena kurangnya kebersihan
5. Menumbuhkan kita menjalani hidup dengan lebih nyaman

4
RASJID, Sulaiman ,haji Fiqh Islam ( hukum fiqh lengkap) / H. Sulaiman Rasjid ; Penyunting , Li Sufiyana
M.Bakri ,Farika, Bandung ; Sinar Baru Algensindo 2019.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ainur rahmanrahman, S.Sos. Fiqih Tharah. Multi Kreasi Satu Delapan. Desember 2010

Al-Jamal Ibrahim Muhammad. Fiqih Muslimah. Jakarta: Pustaka Amani. 1999.

Al-Asqalani, Al Imam Al Hafizh, Ibnu Hajar Fathul Baari Syarah Shahih Al-Bukhari Cet. I.
Jakarta Selatan: Pustaka Azam. 2001

RASJID, Sulaiman ,haji Fiqh Islam ( hukum fiqh lengkap) / H. Sulaiman Rasjid ;
Penyunting , Li Sufiyana M.Bakri ,Farika, Bandung ; Sinar Baru Algensindo 2019.

Anda mungkin juga menyukai