PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap dimensi kehidupan manusia, hidup bersih sudah merupakan
kebutuhan hidup. Apalagi bagi umat islam yang memang ada syari’at yang mewajibkan
umatnya untuk hidup bersih. Lebih dari itu, kaum muslimin diperintahkan untuk
mensucikan raganya dari hadats besar dan kecil pada saat- saat tertentu, terutama ketika
mereka hendak menghadap Rabbnya dalam shalat. Yang dalam istilah fiqihnya disebut
“Thaharah (bersuci)”.
Ketika kita tidak bisa bersuci dari hadats dengan berwudhu atau mandi karena
sebab/keadaan darurat, maka kita masih dapat untuk menghilangkan hadats dengan cara
tayamum. Tayamum ini adalah bentuk kecintaan Allah kepada umat Islam dengan
memberikan keringanan (rukhsah) dalam beribadah menurut kemampuan masing-
masing.
Semua rukhsah itu tidak bisa dilakukan jika kita tidak mengetahui syarat, rukun
dan tata caranya. Untuk itu Penyusun susun makalah ini yang memuat didalamnya
tentang hal-hal yang berkaitan dengan thaharah dalam keadaan darurat, dalam hal ini
tayamum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tayammum ?
2. Apa sebab-sebab sehingga diperbolehkannya tayamum?
3. Apa syarat-syarat tayamum ?
4. Apa saja rukun / fardu tayamum?
5. Apa sunat-sunat dalam tayamum ?
6. Apa hal-hal yang membatalkan tayamum ?
7. Apa saja masalah yang bersangkutan dengan tayamum ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari tayamum.
2. Untuk mengetahui apa saja sebab-sebab sehingga diperbolehkanya tayammum.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat tayamum.
4. Untuk mengetahui rukun-rukun / fardu-fardu tayamum.
5. Untuk mengetahui sunat-sunat tayamum.
6. Untuk mengetahui hal-hal yang membatalkan tayamum.
7. Untuk mengetahui beberapa masalah yang sering kita jumpai yang bersangkutan
dengan tayamum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tayamum
س ُك ْ!مِ س ُح ْوا بِ ُر ُء ْوَ ق َوا ْمِ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َه ُك ْم َواَ ْي ِديَ ُك ْم اِلَى ا ْل َم َراف ِ ص ٰلو ِة فَا ْغ َّ ٰيٓا َ ُّي َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٓوا اِ َذا قُ ْمتُ ْم اِلَى ال
ۤ ۤ
سفَ ٍر اَ ْو َجا َء اَ َح ٌد ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ا ْل َغا ِٕى ِط ٰ
َ ضى اَ ْو عَلى ۗ
ٓ ٰ َواَ ْر ُجلَ ُك ْم اِلَى ا ْل َك ْعبَ ْي ۗ ِن َواِنْ ُك ْنتُ ْم ُجنُبًا فَاطَّ َّه ُر ْوا َواِنْ ُك ْنتُ ْم َّم ْر
هّٰللا
س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِه ُك ْم َواَ ْي ِد ْي ُك ْم ِّم ْنهُ ۗ َما يُ ِر ْي ُد ُ لِيَ ْج َع َل َ ص ِع ْيدًا طَيِّبًا فَا ْم َ س ۤا َء فَلَ ْم تَ ِجد ُْوا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُم ْوا ْ اَ ْو ٰل َم
َ ِّستُ ُم الن
َش ُك ُر ْونْ َج َّو ٰل ِكنْ ُّي ِر ْي ُد لِيُطَ ِّه َر ُك ْم َولِيُتِ َّم نِ ْع َمت َٗه َعلَ ْي ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم ت
ٍ َعلَ ْي ُك ْم ِّمنْ َح َر
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat,
maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah.
Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan
(debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu
dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.
Dari Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 6 tersebut telah jelas bahwa
tayamum merupakan pengganti wudhu atau mandi ketika seseorang dalam keadaan
udzur, baik seperti sedang sakit, sedang dalam perjalanan jauh ataupun tidak adanya air
ketika hendak berwudhu atau mandi.
Dalam hal ini tayamum berkedudukan hanya sebagai pengganti wudhu, oleh
karenanya tayamum tidak bisa dikiaskan dengan wudhu, sebab tayamum itu adalah
bersuci dalam keadaan darurat. Jika dimungkinkan masih bisa melaksanakan wudhu
maka tidak diperbolehkan untuk bertayamum.
3. Ada perbedaan pendapat tentang sebab tayamum yang ke-3 ini, Imam Hanafi
berpendapat hanya ada dua yg disebutkan diatas yg merupakan sebab
diperbolehkannya tayamum, menurut Imam Syafi’i sebab ke-3 adalah adanya air
sedikit tetapi untuk minum hewan yang dimulyakan oleh syara’, menurut Imam
Malik adanya air sedikit tetapi untuk minum hewan sekalipun anjing, dan menurut
Imam Hambali sebab yang ke-3 adalah mancari air setelah waktunya shalat tetapi
tidak menemukan air.
C. Syarat-syarat tayamum
Tayamum dibenarkan apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dengan tanah yang suci dan berdebu.
Menurut pendapat Imam Syafi’i, tidak sah tayamum selain dengan tanah.
Menurut pendapat imam yang lain, boleh (sah) tayamum dengan tanah, pasir atau
batu.
Yang dimaksud dengan tanah (debu) yang suci disini adalah tanah murni
(khalis) yang tidak bercampur dengan barang selainnya (seperti tepung dan
sebangsanya), dan bukan pula tanah yang musta’mal (yang sudah terpakai untuk
thaharah).
2. Sudah masuk waktu shalat.
Tayamum disyariatkan untuk orang yang terpaksa. Sebelum masuk waktu shalat
ia belum terpaksa, sebab shalat belum wajib atasnya ketika itu.
3. Menghilangkan najis.
Menurut sebagian ulama, sebelum melakukan tayamum hendaklah ia
membersihkan diri terlebih dahulu dari najis, tetapi menurut pendapat yang lain
ada juga yang mengatakan tidak usah.
D. Rukun- rukun tayamum
1. Niat
Imam Hanafi mewajibkan niat didalam tayamum karena
‘ainutturob (dzatiyah debu) tidak dapat mensucikan, sehingga butuh penguat yaitu
niat. Bedahalnya dengan air, Karena menurut Imam Hanafi, bersuci dengan air
tidak perlu niat. Imam Hanafi memperbolehkan tayamum dengan niat
menghilangkan hadats, karena tayamum merupakan pengganti wudhu atau mandi,
maka menurut Imam Hanafi satu kali tayamum boleh untuk melakukan beberapa
kali shalat fardu.
Sedangkan Imam Maliki, Imam Syafi’i dan Imam Hambali sependapat bahwa
satu kali tayamum hanya dapat digunakan untuk satu kali shalat fardu dan tidak
boleh di niati rof’ul hadats (menghilagkan hadats) tetapi istibahatish
shalat (diperbolehkan melakukan sholat).
2. Mengusap wajah dengan dengan debu
3. Mengusap kedua tangan.
Menurut Imam Syafi’i dan Imam Hanafi mengusap kedua tangan sampaisiku-
siku, sedangkan menurut Imam Maliki dan Imam Hambali cukup dengan
mengusap tangan hingga pergelangan tangan saja.
Menurut Imam Hanafi dan Imam Hambali hanya ada 3 rukun-rukun tayamum
yang disebutkan diatas. Menurut Imam Maliki rukun tayamum yang ke-4 adalah
Mualah (terus menerus tanpa ada pemisah lama) antara mengusap anggota satu
dengan yang lain, dan antara tayamum dengan shalat merupakan rukun
tayamum. Sedangkan menurut Imam Syafi’I rukun tayamum yang ke-4 adalah
tartib (mendahulukan anggota yang seharusnya diawal dan mengakhirkan
anggota yang seharusnya terakhir).
E. Sunat-suunat tayamum
1. Membaca basmallah. Dalilnya adalah hadits sunat wudhu, karena tayamum
merupakan pengganti wudhu.
2. Mengepikan debu dari telapak tangan supaya debu yang berada di telapak
tangan menjadi tipis.
3. Mendahulukan menyapu tangan kanan dari yang kiri dan memulakan bagian atas
dari bagian bawah ketika menyapu muka.
4. Merenggangkan jari-jari ketika menepukannya pertama kali ke tanah.
5. Menyela-nyela jari setelah menyapu kedua tangan
6. Dilakukan dengan tertib
7. Membaca dua kalimat syahadat sesudah tayamum, sebagaiman sesudah selesai
berwudhu
F. Hal yang membatalkan tayamum
1. Semua hal yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum.
2. Adanya air.
Apabila seseorang bertayamum karena tidak ada air dan bukan karena sakit atau
luka, lalu ia mendapatkan air sebelum ia melaksanakan shalat maka tayamumnya
itu batal. Oleh karena itu ada beberapa ketentuan bagi orang yang bertayamum
tetapi kemudian menemukan air, adalah sebagai berikut :
a. Jika menemukan air setelah shalat selesai, maka tidak wajib baginya untuk
mengulangi shalatnya, meskipun waktu shalat itu masih ada. Sebagaimana
diteranggkan dalam hadits berikut yang artinya :
“Dua orang laki-laki melakukan suatu perjalanan dan datanglah waktu shalat,
sedangkan mereka tidak mendapakan air. Maka keduanya bertayamum dengan
tanah yang suci, lalu melaksanakan shalat. Kemudian diantara mereka
menemukan air, maka seorang dari mereka berwudhu dan mengulangi
shalatnya, sedangkan yang satunya tidak mengulangi shalatnya, kemudian
mereka menghadap Nabi SAW dan menceritakan peristiwa itu. Maka
Rasulullah SAW bersabda kepada orang yang tidak mengulanginya, “ Engkau
telah sesuai sunnah dan memperoleh pahala dari shalatmu.” Kepada orang yang
berwudhu lagi mengulangi shalatnya, “Bagimu pahala dua kali.”[4]
b. Jika orang yang bertayamum bukan karena sakit,lalu menemukan air sebelum ia
melaksanakan shalat, maka tayamumnya itu batal dan ia harus berwuudhu.
c. Apabila orang yang bertayamum karena junub, lalu ia menemukan air setelah
shalat, maka ia tidak wajib mengulangi wudhu melainkan harus mandi.
Sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi SAW berikut yang artinya :
“Rasulullah SAW melakukan shalat bersama oorang-orang. Ketika beliau
berpaling dari shalatnya, ada seorang laki-laki yang memisahkan diri dan tidak
ikut shalat. Maka Rasulullah bertanya kepadanya, “Kenapa kamu tidak ikut
shalat bersama orang-orang?” Dia menjawab : “ Saya sedng junub dan tidak
saya dapati air.” Maka beliau bersabda : “Pakailah tanah, itu cukup bagimu.”
Selanjutknya diceritakan oleh Imran setelah mereka memperoleh air, maka
Rasulullah SAW memberikan setimba air kepadanya seraya bersabda :
”Pergilah dan kucurkanlah ke tubuhmu (mandilah)”[5].
3. Murtad.
G. Beberapa masalah yang bersangkutan dengan tayamum
1. Tayamumnya orang yang memakai perban
Menurut Syaikh Abu Syujak :”Orang yang mempunyai jabiirah, yakni perban
pada anggota wudhunya, cukup mengusap perbannya itu dan dan bertayamum
kemudian shalat. Dan tidak wajib mengulangi, juga waktu meletakan perban itu dia
dalam keadaan suci.
Orang yang mengalami patah tulang atau sekedar bergeser tulangnya kadang-
kadang memerlukan perban (jabiirah) dan kadang-kadang tidak memerlukan. Jika
memang pemakaian perban itu diperlukan, karena khawatir mempenggaruhi
kesehatan badannya atau anggota badannya maka orang tersebut boleh memakai
perban.
Kemudian lihat situasi dan kondisi. Jika pada waktu bersuci dia boleh
melepaskan perban itu tanpa menimbulkan bahaya, maka ia wajib melepaskan perban
itu. Jika tidak, harus mengusap perban itu dengan tanah/debu, jika perban itu
terletak pada anggota tayamum.
Jika perban itu tidak boleh dilepaskan, karena jika dilepaskan akan bahaya
seperti dikhawatirkan hilangnya nyawa, atau hilangnya anggota tubuh atau manfaat
dari anggota tubuh itu, atau khawatir timbul cacat yang buruk pada anggota yang
kelihatan, maka orang itu tidak diharuskan melepaskan perban itu. Tetapi ada
beberapa hal yang wajib ia kerjakan antara lain :
a. Wajib membasuh anggota yang sehat menurut madzhab yang kuat.
b. Wajib membasuh apa saja yang dapat dibasuh, termasuk kulit-kulit yang
beradadi bawah pinggiran perban, dengan meletakan kain yang telah dibasahi
atau dengan memeras kain itu untuk membasuh tempat-tempat yang dapat
dibasuh.
c. Wajib mengusap perban itu dengan air. Usapan itu untuk anggota yang sehat
dan tertutup oleh perban. Dan wajib mengusap seluruh perban itu menurut Qaul
dan Shahih.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun beberapa hal yang kami dapat simpulkan dari penyusunan makalah ini
adalah sbb :
1. Tayamum menurut bahasa (etimologi) yaitu “menyengaja”, sedangkan
menurut istilah (terminologi) yaitu “Menyampaikan debu yang suci ke wajah dan kedua
tangan sampai sikut dengan syarat dan rukun tertentu”.
2. Tayamum merupakan pengganti dari thaharah, ketika seseorang tidak dapat mandi
atau wudhu karena sedang dalam keadaan udzur, baik seperti sedang sakit, sedang
dalam perjalanan jauh ataupun tidak adanya air ketika hendak berwudhu atau mandi,
atau adanya air sedikit tetapi air itu dipakai untuk minum hewan sekalipun anjing.
3. Tayamum diperbolehkan apabila terpenuhi syarat-syarat seperti harus menggunakan
tanah yang suci dan berdebu, sudah masuk waktu shalat danmenghilangkan najis
4. Rukun tayamum adahal : niat, mengusap wajah dengan dengan debu, mengusap
kedua tangan, dan tertib.
5. Hal yang membatalkan tayamum adalah : semua hal yang menbatalkan wudhu, adanya
air (bagi orang yang bertayamum karena tidak adanya air) dan murtad.
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah…..................................................................................1
C. Tujuan Masalah..........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Tayamum.................................................................................2
B. Sebab –sebab diperbolehkannya Tayamum..............................................2
C. Syarat –syarat Tayamum............................................................................3
D. Rukun –rukun Tayamum............................................................................4
E. Sunat – sunat Tayamum.............................................................................4
F. Hal Yang Membatalkan Tayamum............................................................5
G. Beberapa Masalah yang Bersangukutan Dengan Tayamum......................6
BAB III
A. Kesimpulan................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................9
RESUME
TAYAMMUM
DISUSUN OLEH
Kelas : 1 ( Satu )
Nazila Kurniawati