Anda di halaman 1dari 11

TAYAMUM

A. Pengertian Tayamum
Pengertian Tayamum secara lughat (etimologi) yaitu “menyengaja”,
sedangkan secara sraya’ (terminologi) yaitu “Mendatanakan debu yang suci ke
wajah dan kedua tangan sampai sikut dengan syarat dan rukun tertentu”.
Tayamum diperbolehkan pada tahun ke-6 Hijriyah, sebagai keringanan
(rukshah) yang diberikan kepada umat Isalam. Tayamum merupakan pengganti
dari thaharah, ketika seseorang tidak dapat mandi atau wudhu. Salah satu ayat
yang sering dijadikan dasar untuk bertayamum adalah dalam firman Allah surat
Al-Maidah ayat 6, yang berbunyi :
‌ِ ‫ ُكمۡ َواَ ۡر ُجلَ ُكمۡ اِلَى ۡالـ َك ۡعبَ ۡي‬5 ‫ق َوامۡ َسح ُۡوا بِ ُر ُء ۡو ِس‬
‫ن ؕ َواِ ۡن‬ ۡ ۡ َ‫اِ َذا قُمۡ تُمۡ اِلَى الص َّٰلو ِة ف‬
ِ ِ‫اغ ِسلُ ۡوا ُوج ُۡوهَ ُكمۡ َواَ ۡي ِديَ ُكمۡ اِلَى ال َم َراف‬
‫ د ُۡوا‬5‫ٓا َء فَلَمۡ ت َِج‬5‫تُ ُم النِّ َس‬5‫ ِط اَ ۡو ٰل َم ۡس‬5ِ‫ ٌد ِّم ۡن ُكمۡ ِّمنَ ۡالغَٓا ِٕٕٮ‬5‫ ٓا َء اَ َح‬5‫ض ٰۤى اَ ۡو ع َٰلى َسفَ ٍر اَ ۡو َج‬
َ ‫ُك ۡنتُمۡ جُ نُبًا فَاطَّهَّر ُۡوا‌ ؕ َواِ ۡن ُك ۡنتُمۡ َّم ۡر‬
)٦ : ‫ص ِع ۡيدًا طَيِّبًا فَامۡ َسح ُۡوا بِ ُوج ُۡو ِه ُكمۡ َواَ ۡي ِد ۡي ُكمۡ ِّم ۡن ‌هُ (المئدة‬
َ ‫َمٓا ًء فَتَيَ َّم ُم ۡوا‬
Artinya :
“Jika kamu hendak melakukan shalat, basuhlah mukamu dan tanganmu sampai ke
siku. Dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai ke mata kaki. Dan kalau
kamu junub (wajib mandi) bersihkanlah dirimu (mandilah). Dan kalau kamu
sedang sakit atau sedang bepergian atau kembali dari tempat buang air (kakus),
atau bersetubuh dengan perempuan, lalu kamu tidak menemukan air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih), kemudian sapulah wajah dan
tangan kamu dengan tanah tersebut”. (QS. Al-maidah : 6)
Dan salah satu hadits Nabi yang berbunyi :
)‫ّللا َعلَ ْٻ ِه و َسلَّ ْم جعلت لنااٲلرض كلها مسجدا وتربتها طهورا (رواه مسلم‬ٙٓ‫صلَى ه‬
َ ‫قَال النَّبِ ّى‬
Artinya :
“Bumi dijadikan untuk-Ku sebagai mesjid dan debunya dapat mensucikan”.
(HR.Muslim)
Dari Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 6 tersebut telah jelas bahwa
tayamum merupakan pengganti wudhu atau mandi ketika seseorang dalam
keadaan udzur, baik seperti sedang sakit, sedang dalam perjalanan jauh ataupun
tidak adanya air ketika hendak berwudhu atau mandi.
Dalam hal ini tayamum berkedudukan hanya sebagai pengganti wudhu, oleh
karenanya tayamum tidak bisa dikiaskan dengan wudhu, sebab tayamum itu
adalah bersuci dalam keadaan darurat. Jika dimungkinkan masih bisa
melaksanakan wudhu maka tidak diperbolehkan untuk bertayamum.
B. Hal-Hal Yang Memperbolehkan Tayamum
1. Versi Imam Hanafi
a. Tidak ada air;
b. Adanya udzur, seperti sakit atau lainnya.
2. Versi Imam Maliki
a. Tidak ada air;
b. Adanya udzur, seperti sakit atau yang lainnya;
c. Ada air sedikit tapi untuk minum hewan, meskipun anjing.
3. Versi Imam Syafi’i
a. Tidak ada air;
b. Ada air sedikit untuk minum hewan yang dimulyakan syara’;
c. Tidak bisa menggunakan air karena sakit.
4. Versi Imam Hambali
a. Tidak ada air;
b. Ada udzur, sakit atau yang lainnya;
c. Mencari air setelah masuknya waktu shalat dan tidak menemukan.
C. Rukun-Rukun Tayamun
1. Rukun Tayamum Versi Imam Hanafi
 Niat ketika mengusap wajah;
 Mengusap wajah;
 Mengusap kedua tangan sampai siku-siku.
Imam Hanafi berpendapat bahwa semua jenis yang termasuk bagian bumi,
seperti : debu, pasir, batu atau lainnya dapat digunakan tayamum. Beliau juga
mewajibkan niat di dalam tayamum, karena ‘ainutturob (dzatiyah debu) tidak
dapat mensucikan, sehingga butuh penguat yaitu niat. Beda halnya dengan air,
karena menurut imam Hanafi, bersuci menggunakan air tidak perlu niat. Namun
sebagian ulama Hanafiyah, yaitu imam Zufar berasumsi bahwa tayamum tetap
harus niat, karena tayamum merupakan pengganti wudlu, padahal antara
pengganti dengan yang diganti tidak boleh berbeda, maka kalau wudlu tidak
harus niat, tayamum pun sama. Kedua pendapat tersebut sama-sama mewajibkan
mengusap wajah dan dua tangan, karena mereka bertendensi pada hadits yang
diriwayatkan imam Hakim dan Darukutni :
)‫إن النبى صلى هللا عليه وسلم قال التي ّمم ضربتان ضربة للوجه وضربة لليدين (رواه الحاكم والدارقطني‬
Artinya:
“Tayamum adalah dua pengambilan debu, pengambilan pertama untuk mengusap
muka dan pengambilan kedua untuk mengusap kedua tangan”. (HR. Hakim dan
Darukutni).
a. Tata cara niat tayamum versi imam hanafi
Lafadz niat tayamum adalah :
‫نويت التي ّمم لرفع الحدث األصغر هلل تعالى‬
Artinya:
“Saya niat tayamum untuk menghilangkan hadats kecil karena Allah SWT”
Imam Hanafi memperbolehkan tayamum dengan niat menghilangkan hadats,
karena tayamum merupakan pengganti wudhu atau mandi. Karena tayamum dapat
menghilangkan hadats sebagaimana wudhu, maka satu kali tayamum boleh untuk
melakukan shalat fardlu berulangkali dan untuk ibadah lainnya, dari hal-hal yang
disyaratkan harus suci.
Pendapat ini diperkuat oleh firman Allah surat Al Ma-idah ayat : 6 :
…)6 : ‫فلم تجدوا ماء فتي ّمموا صعيدا طيّبا فامسحوا بوجوهكم وأيديكم (المائدة‬
Artinya :
“Ketika kamu tidak menemukan air, maka tayamumlah dengan debu yang suci
dan usaplah wajah dan kedua tangan kamu”. (QS. Al Ma-idah : 6)
Juga diperkuat sabda Nabi yang diriwayatkan imam Muslim :
)‫إن النبي صلى هللا عليه وسلم قال جعلت لنا األرض كلّها مسجدا وتربتها طهورا اي مطهّرا (رواه مسلم‬
ّ
Artinya :
“Bumi dijadikan untuk saya sebagai masjid dan debunya bisa mensucikan” (HR.
Muslim)
2. Rukun Tayamum Versi Imam Maliki
 Niat ketika mengusap wajah;
 Mengusap muka;
 Mengusap telapak tangan sampai pergelangan tangan;
 Mualah (terus menerus).
a. Tata cara niat tayamum versi imam Maliki
Lafadz niat tayamum yaitu :
ّ ‫نويت التي ّمم إلستباحة ال‬
‫صالة المفروضة هلل تعالى‬
Artinya:
” Saya niat tayamum supaya diperbolehkan shalat fardlu, karena Allah SWT”.
Imam Maliki berasumsi bahwa tayamum tidak bisa menghilangkan hadats
sehingga tidak boleh diniati rof’ul hadats (menghilangkan hadats), dan tayamum
satu kali hanya dapat digunakan shalat fardlu satu kali.
Beliau menyatakan bahwa batas tangan yang wajib diusap dalam tayamum
hanya sampai pergelangan tangan. Tendensi pernyataan ini adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Bukori dan Muslim :
‫إن ع ّمار إبن ياسر قال لعمر إبن الخطاب رضي هللا عنهما أما تذكري ياأمير المؤمنين إذا أنا وأنت في سريّة‬
‫دي‬55‫ا ي‬55‫لّيت فأتين‬55‫رّغ الدآبّة فص‬5‫ا تتم‬55‫تراب كم‬55‫فأجنبنا فلم تجد الماء فإما أنت فلم تص ّل وإما أنا فتمرّغت في ال‬
)‫رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال إنّما كان يكفيك ضربة للوجه وضربة لليدين (رواه بخاري ومسلم‬
Artinya :
Suatu ketika sahabat Amar bin Yasirberkata terhadap Umar bin Khotob : “Ingatlah
wahai pemimpin umat mu’min, ketika kita berada di golongannya prajurit, kita
junub dan tidak menemukan air, lalu kamu tidak melaksanakan shalat, dan aku
berguling di debu sebagaimana bergulingnya hewan, kemudian aku shalat”, Lalu
keduanya datang kepada Nabi untuk menyampaikan permasalahnnya, Nabi
bersabda “Tayamum cukup dengan dua pengambilan debu, pengambilan pertama
untuk mengusap wajah dan pengambilan kedua untuk mengusap tangan sampai
pergelangan tangan”. (HR. Bukori- Muslim)
Menurut konsep imam Maliki, mualah (terus menerus tanpa ada pemisah
lama) antara mengusap anggota satu dengan yang lain, dan antara tayamum
dengan shalat, merupakan rukun tayamum. Referensi pernyataan ini adalah firman
Allah surat Al Ma-idah ayat : 6 :
…)6 : ‫فلم تجدوا ماء فتيمموا صعيدا طيبا فامسحوا بوجوهكم وأيديكم (المائدة‬
Beliau lebih memfokuskan pada lafadz ‫تيمموا‬55‫ ف‬yang berupa sighot amr
(kalimat perintah), dan konsekwensi dari sighot amr harus dilaksanakan segera
(mualah).
3. Rukun Tayamum Versi Imam Syafi’i
 Niat ketika mengambil debu;
 Mengusap wajah;
 Mengusap dua tangan sampai siku-siku;
 Tartib (mendahulukan anggota yang seharusnya diawal dan mengakhirkan
anggota yang seharusnya akhir).
a. Tata Cara Niat Tayamum versi Imam Syafi’i
Lafadz niat tayamum yaitu :
‫نويت التي ّمم إلستباحة الصالة المفروضة هلل تعالى‬
Artinya:
“Saya niat tayamum supaya diperbolehkan melakukan shalat, karena Allah SWT
“.
Imam Syafi’i tidak memperbolehkan tayamum diniati rof’ul hadats
(menghilangkan hadats), sebab tayamum tidak dapat menghilangkan hadats, dan
satu tayamum hanya dapat digunakan untuk satu shalat fardlu dan beberapa shalat
sunah. Pendapat ini senada dengan pendapat imam Malik.
Niat tayamum harus bersamaan dengan memulai menempelkan tangan pada
debu sampai mengusap muka, meskipun ketika mengangkat tangan tidak ada
niatnya, hal ini disebabkan karena dalam tayamum terdapat dua permulaan, yaitu :
 Permulaan nisbi, yaitu ketika mulai memegang debu,
 Permulaan hakikat, yaitu ketika mengusap wajah.
Sehingga niat tayamum tadi disyaratkan harus bersamaan dengan juz (bagian)
dari dua permulaan di atas.
4. Rukun Tayamum Versi Imam Hambali
 Niat ketika mengusap muka;
 Mengusap muka;
 Mengusap tangan sampai pergelangan tangan.
Imam Hambali sependapat dengan imam Syafi’i dan imam Maliki, yaitu satu
tayamum hanya dapat digunakan untuk satu shalat fardlu, dan tidak boleh diniati
rof’ul hadats (menghilangkan hadats). Namun sebagian ulama madzhab Hambali
menyatakan kalau tayamum boleh diniatirof’ul hadats (menghilangkan hadats),
karena tayamum merupakan pengganti wudlu dan memiliki konsekwensi hukum
yang sama dengan wudlu, yaitu dapat menghilangkan hadats dan satu tayamum
dapat digunakan untuk melakkan beberapa shalat fardlu. Kendati Imam Hambali
ada kesamaan pendapat dengan imam Syafi’i dan imam Maliki dalam hal ini,
tetapi Beliau hanya mengharuskan mengusap kedua tangan sampai pergelangan
tangan saja.
D. Syarat-syarat tayamum
Tayamum dibenarkan apabila terpenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dengan tanah yang suci dan berdebu.
Menurut pendapat Imam Syafi’i, tidak sah tayamum selain dengan tanah.
Menurut pendapat imam yang lain, boleh (sah) tayamum dengan tanah, pasir atau
batu. Dalil pendapat yang kedua ini adalah berdasarkan sabda Rasulullah SAW. :
َ ‫ت ِلى ااْل َرْ ضُ طَيِّبَةً َو‬
‫طهُوْ رًا َو َمس ِْجدًا‬ ْ َ‫ج ُِعل‬
Artinya :
“Telah dijadikan bagiku bumi yang baik, menyucikan, dan tempat sujud”
Perkataan “bumi” termasuk juga tanah, pasir dan batu.
Yang dimaksud dengan tanah (debu) yang suci disini adalah tanah murni
(khalis) yang tidak bercampur dengan barang selainnya (seperti tepung dan
sebangsanya), dan bukan pula tanah yang musta’mal (yang sudah terpakai untuk
thaharah).
2. Sudah masuk waktu shalat.
Tayamum disyariatkan untuk orang yang terpaksa. Sebelum masuk waktu
shalat ia belum terpaksa, sebab shalat belum wajib atasnya ketika itu.
3. Menghilangkan najis.
Menurut sebagian ulama, sebelum melakukan tayamum hendaklah ia
membersihkan diri terlebih dahulu dari najis, tetapi menurut pendapat yang lain
ada juga yang mengatakan tidak usah.
E. Sunat-Suunat Tayamum
1. Membaca basmallah. Dalilnya adalah hadits sunat wudhu, karena tayamum
merupakan pengganti wudhu.
2. Mengepikan debu dari telapak tangan supaya debu yang berada di telapak
tangan menjadi tipis.
3. Mendahulukan menyapu tangan kanan dari yang kiri dan memulakan bagian
atas dari bagian bawah ketika menyapu muka.
4. Merenggangkan jari-jari ketika menepukannya pertama kali ke tanah.
5. Menyela-nyela jari setelah menyapu kedua tangan
6. Dilakukan dengan tertib
7. Membaca dua kalimat syahadat sesudah tayamum, sebagaiman sesudah
selesai berwudhu
F. Hal-Hal Yang Membatalkan Tayamum
1. Semua hal yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum.
2. Adanya air.
Apabila seseorang bertayamum karena tidak ada air dan bukan karena sakit
atau luka, lalu ia mendapatkan air sebelum ia melaksanakan shalat maka
tayamumnya itu batal. Oleh karena itu ada beberapa ketentuan bagi orang
yang bertayamum tetapi kemudian menemukan air, adalah sebagai berikut :
a. Jika menemukan air setelah shalat selesai, maka tidak wajib baginya
untuk mengulangi shalatnya, meskipun waktu shalat itu masih ada.
Sebagaimana diteranggkan dalam hadits berikut yang artinya :
“Dua orang laki-laki melakukan suatu perjalanan dan datanglah waktu
shalat, sedangkan mereka tidak mendapakan air. Maka keduanya
bertayamum dengan tanah yang suci, lalu melaksanakan shalat.
Kemudian diantara mereka menemukan air, maka seorang dari mereka
berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan yang satunya tidak
mengulangi shalatnya, kemudian mereka menghadap Nabi SAW dan
menceritakan peristiwa itu. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada
orang yang tidak mengulanginya, “ Engkau telah sesuai sunnah dan
memperoleh pahala dari shalatmu.” Kepada orang yang berwudhu lagi
mengulangi shalatnya, “Bagimu pahala dua kali.”
b. Jika orang yang bertayamum bukan karena sakit,lalu menemukan air
sebelum ia melaksanakan shalat, maka tayamumnya itu batal dan ia harus
berwuudhu.
c. Apabila orang yang bertayamum karena junub, lalu ia menemukan air
setelah shalat, maka ia tidak wajib mengulangi wudhu melainkan harus
mandi. Sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi SAW berikut yang
artinya :
“Rasulullah SAW melakukan shalat bersama oorang-orang. Ketika beliau
berpaling dari shalatnya, ada seorang laki-laki yang memisahkan diri dan
tidak ikut shalat. Maka Rasulullah bertanya kepadanya, “Kenapa kamu
tidak ikut shalat bersama orang-orang?” Dia menjawab : “ Saya sedng
junub dan tidak saya dapati air.” Maka beliau bersabda : “Pakailah tanah,
itu cukup bagimu.” Selanjutknya diceritakan oleh Imran setelah mereka
memperoleh air, maka Rasulullah SAW memberikan setimba air
kepadanya seraya bersabda : ”Pergilah dan kucurkanlah ke tubuhmu
(mandilah)”
3. Murtad.
G. Beberapa Masalah Yang Bersangkutan Dengan Tayamum
1. Tayamumnya orang yang memakai perban
Menurut Syaikh Abu Syujak :”Orang yang mempunyai jabiirah, yakni perban
pada anggota wudhunya, cukup mengusap perbannya itu dan dan bertayamum
kemudian shalat. Dan tidak wajib mengulangi, juga waktu meletakan perban itu
dia dalam keadaan suci.
Orang yang mengalami patah tulang atau sekedar bergeser tulangnya kadang-
kadang memerlukan perban (jabiirah) dan kadang-kadang tidak memerlukan. Jika
memang pemakaian perban itu diperlukan, karena khawatir mempenggaruhi
kesehatan badannya atau anggota badannya maka orang tersebut boleh memakai
perban.
Kemudian lihat situasi dan kondisi. Jika pada waktu bersuci dia boleh melepaskan
perban itu tanpa menimbulkan bahaya, maka ia wajib melepaskan perban itu. Jika
tidak, harus mengusap perban itu dengan tanah/debu, jika perban itu terletak pada
anggota tayamum.
Jika perban itu tidak boleh dilepaskan, karena jika dilepaskan akan bahaya seperti
dikhawatirkan hilangnya nyawa, atau hilangnya anggota tubuh atau manfaat dari
anggota tubuh itu, atau khawatir timbul cacat yang buruk pada anggota yang
kelihatan, maka orang itu tidak diharuskan melepaskan perban itu. Tetapi ada
beberapa hal yang wajib ia kerjakan antara lain :
a. Wajib membasuh anggota yang sehat menurut madzhab yang kuat.
b. Wajib membasuh apa saja yang dapat dibasuh, termasuk kulit-kulit yang
beradadi bawah pinggiran perban, dengan meletakan kain yang telah dibasahi
atau dengan memeras kain itu untuk membasuh tempat-tempat yang dapat
dibasuh.
c. Wajib mengusap perban itu dengan air. Usapan itu untuk anggota yang sehat
dan tertutup oleh perban. Dan wajib mengusap seluruh perban itu menurut
Qaul dan Shahih.
d. Wajib tayamum selain mengusap perban. Inilah menurut Qaul dan Masyhur.
Kemudian seperti apa yang telah dikemukakan diatas, mengenai wajibnya
membasuh anggota yang sehatdan mengusap perban serta wajib tayamum, itu
dapat dianggap cukup setelah nmemenuhi dua syarat :
a. Anggota sehat yang tertutup oleh perban harus anggota yang tidak dapat
ditinggalkan untuk mengikat perban.
b. Meletakan perban harus dalam keadaan suci. Jika tidak, wajib mencopot dan
mengulangi memakainya dalam keadaan suci jika boleh. Jika tidak boleh,
perban itu dibiarakan dan wajib mengqadha shalat apabila sudah sembuh.
2. Bertayamum Dengan Dinding
Tanah yang baik yang dapat dipergunakan untuk tayamum adalah debu yang
suci, jika disekitar tempat tayamum itu tidak ditemukan debu, maka boleh
bertayamum dengan menggunakan dinding. Dengan catatan dinding itu berdebu
dan dindingnya tidak kotor sehingga tidah mencampuri kesucian debunya.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma bahwa dia berkata; Saya
datang bersama dengan ‘Abdullah bin Yasar bekas budak Maimunah isteri Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tatkala kami bertemu dengan Abu Jahim bin Al-
Harits bin Ash-Shamah Al-Anshari maka Abu Jahim mengatakan, “Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah datang dari arah sumur Jamal. Kemudian ada
seorang lelaki yang menemuinya dan mengucapkan salam kepada beliau. Maka
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menjawab salamnya hingga beliau
menyentuh dinding (dengan tangannya, pen) kemudian membasuh wajah dan
kedua telapak tangannya. Baru setelah itu beliau mau menjawab salamnya.”
(Muttafaq ‘alaih) Hadits ini menunjukkan bahwa bertayamum dengan mengusap
dinding diperbolehkan).
Kesimpulan
Adapun beberapa hal yang kami dapat simpulkan dari penyusunan makalah
ini adalah sbb :
1. Tayamum menurut bahasa (etimologi) yaitu “menyengaja”, sedangkan
menurut istilah (terminologi) yaitu “Menyampaikan debu yang suci ke wajah
dan kedua tangan sampai sikut dengan syarat dan rukun tertentu”.
2. Tayamum merupakan pengganti dari thaharah, ketika seseorang tidak dapat
mandi atau wudhu karena sedang dalam keadaan udzur, baik seperti sedang
sakit, sedang dalam perjalanan jauh ataupun tidak adanya air ketika hendak
berwudhu atau mandi, atau adanya air sedikit tetapi air itu dipakai untuk
minum hewan sekalipun anjing.
3. Tayamum diperbolehkan apabila terpenuhi syarat-syarat seperti harus
menggunakan tanah yang suci dan berdebu, sudah masuk waktu shalat
danmenghilangkan najis
4. Rukun tayamum adahal : niat, mengusap wajah dengan dengan debu,
mengusap kedua tangan, dan tertib.
5. Hal yang membatalkan tayamum adalah : semua hal yang menbatalkan
wudhu, adanya air (bagi orang yang bertayamum karena tidak adanya air) dan
murtad.
Daftar Pustaka
https://ummiie2tita.blogspot.com/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html
https://islamscientist.wordpress.com/2016/02/13/tayammum-lintas-mazhab/

Anda mungkin juga menyukai