Anda di halaman 1dari 11

Doa Ketika Melihat Air

ِ ِ ‫اَ ْل َحمْ ُد‬


‫هلل الَّذِي َج َع َل ْال َما َء َطه ُْورً ا‬

Al-hamdu lillahilladzi ja'alal-ma'a tahuran


Artinya :
"Segala puji hanyalah bagi Allah yang telah menjadikan Air suci lagi
mensucikan"

2. Doa Ketika Membasuh Telapak Tangan

َ ِ‫اَل ٰلّ ُه َّم احْ َف ْظ َيدَ يَّ ِمنْ مَعَاص‬


‫ك ُكلِّ َها‬
Allohummahfadz Yadayya Min Ma'asyika Kulliha
Artinya :
"Ya Allah peliharalah kedua tanganku dari semua perbuatan maksiat pada-
Mu"

3. Doa Saat Berkumur

َ ‫ش ْك ِر‬
َ ‫ك َوحُسْ ِن عِ َبادَ ت‬
‫ِك‬ َ ‫اَل ٰلّ ُه َّم َأعِ ِّني َع َلى ذ ِْك ِر‬
ُ ‫ك َو‬
Allohumma a'inni 'Ala Dzikrika wa Syukrika wahusni 'Ibadatika
Artinya:
"Ya Allah bantulah aku untuk selalu berdzikir kepadamu dan selalu
memperbaiki ibadah kepadamu"

 
4. Doa Ketika Menghirup Air Ke Hidung

َ ‫الجـ َّن ِة َواَ ْن‬


ٍ‫ت َع ِّني َراض‬ َ ‫اَل ٰلّ ُه َّم َأ ِرحْ نِي َر‬
َ ‫اِئح َة‬
Allohumma Arihni Roihatal Jannati wa anta annii rodliin
Artinya:
"Ya Allah berikan aku penciuman wewangian syurga dan keadaan Engkau
terhadap diriku yang selalu meridhoi"
Niat Berwudhu

‫ث ْاالَصْ َغ ِر َفرْ ضًا هّٰلِل ِ َت َعا َلى‬


ِ َ‫ْت ْالوُ ض ُْو َء ل َِر ْف ِع ْال َحد‬
ُ ‫َن َوي‬
Nawaitul whudu-a lirof'il hadatsii ashghori fardhon lillaahi ta'aalaa
Artinya :
"Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu (wajib)
karena Allah ta'ala"
5. Doa Ketika Membasuh Muka
(Setelah membaca niat wudhu dalam hati)

ٌ‫اَل ٰلّ ُه َّم َبيِّضْ َوجْ ِهى َي ْو َم َت ْب َيضُّ وُ ج ُْوهٌ َو َتسْ َو ُّد وُ ج ُْوه‬

Allohumma bayyid wajhiy yauma tabyadu wujuuh wa taswaddu


wujuuh
Artinya:
"Ya Allah putihkan wajahku pada hari menjadi putih berseri wajah-wajah
kaum muslimin dan menjadi hitam legam wajah-wajah orang kafir"

 
6. Doa Ketika Membasuh Tangan Kanan

‫اَل ٰلّ ُه َّم اَعْ طِ نِى كِتا َ ِبى ِب َي ِم ْينِى َو َحاسِ ْبنِى ح َِسابا ً يَسِ يْرً ا‬
Allohumma A'thini kitabi biyamini wa hasibni hisaban yasiro
Artinya:
"Ya Allah berikanlah kepadaku kitab amalku dari dari tangan kananku dan
hisablah aku dengan penghisaban yang ringan"

 
7. Doa Ketika Membasuh Tangan Kiri

َ ‫اَل ٰلّ ُه َّم الَ ُتعْ طِ نِى كِتا َ ِبى ِبشِ َمالِى َوالَ ِمنْ َو َرا ِء‬
ْ‫ظه ِْرى‬
Allohumma Laa Ta'thini Kitabi bisyimali walaa min waro'i dzohri
Artinya:
"Ya Allah jangan Engkau berikan kepadaku kitab amal dari tangan kiriku
atau pada belakang punggungku"
 
 
8. Doa Ketika Mengusap Rambut Kepala

َ ‫اَل ٰلّ ُه َّم َحرِّ ْم َشعْ ِريْ َو َب‬


ِ‫ش ِريْ َع َلى ال َّنار‬
Allohumma harrim sya'ri wabasyari 'Alannari
Artinya:
"Ya Allah haramkan rambutku dan kulitku atas api neraka"

 
9. Doa Ketika Membasuh Kedua Telinga

َ ‫اَل ٰلّ ُه َّم اجْ َع ْلنِي م َِن الَّ ِذي َْن َيسْ َت ِمع ُْو َن ْال َق ْو‬
ُ‫ل َف َي َّت ِبع ُْو َن َأحْ َس َنه‬
Allohummaj'Alni minalladzina yastami'unal Qoula fayattabi'una
ahsanahu
Artinya:
"Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mendengarkan
nasehat dan mengikuti sesuatu yang terbaik"
 
10. Doa ketika Membasuh Kaki Kanan

 
َ‫الصالِحِين‬
َ ‫ِك‬َ ‫ِّت فِ ْي ِه اَ ْقدَا َم عِ َباد‬ ْ ‫اَل ٰلّ ُه َّم َثب‬
ُ ‫ِّت قدَ َميَّ َع َلى الص َِّراطِ َي ْو َم ُت َثب‬
Allohumma Tsabbit Qodamayya 'Alaas Syirothi yauma tutsabbitu fiihi
Aqdama 'ibaadikas shoolihiin
Artinya:
"Ya Allah, mantapkan kedua kakiku di atas titian (shirothol mustaqim) pada
hari dimana banyak kaki-kaki yang tergelincir"

 
11. Doa Ketika Membasuh Kaki Kiri
ْ ‫ار َي ْو َم َت ِز ُّل فِ ْي ِه اَ ْقدَا ُم ْال ُم َنافِقِي َْن َو ْال ُم‬ ٰ
َ‫ش ِركِين‬ ِ ‫اَللّ ُه َّم اَل َت ِز ُّل قدَ َميَّ َع َلى الص َِّراطِ فِي ال َّن‬
Allohumma laa tazillu Qodamayya 'Alaa Syirothi fin naar yauma tazillu
fiihi Aqdamul munaafiqiina wal musyrikiina
Artinya:
"Ya Allah jangan kau gelincirkan langkah (pendirianku) pada jalan neraka
pada hari digelincirkannya langkah (pendirian) orang-orang munafik dan
orang-orang musyrik"

 
12. Doa Setelah Berwudhu

‫ اَل ٰلّ ُه َّم اجْ َع ْل ِنىْ م َِن ال َّتوَّ ِابي َْن‬.ُ‫اع ْبـ ُدهُ َو َر ُسـ ْولُه‬
َ ‫ْك َلـ ُه َواَ ْشـ َه ُد اَنَّ م َُحم ًَّد‬
َ ‫اَ ْش َه ُد اَنْ الَّ ِا َل َه ِاالَّهللاُ َوحْ دَ هُ الَ َشـ ِري‬
‫َواجْ َع ْل ِنىْ م َِن ْال ُم َت َطه ِِّري َْن‬

Asyhadu allaa ilaaha illalloohu wahdahuu laa syariika lahu wa


asyhadu anna muhammadan ‘abduhuuwa rosuuluhuu,
alloohummaj’alnii minat tawwaabiina waj’alnii minal mutathohhiriina
Artinya:
"Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada
sekutu bagi-Nya, dan aku mengaku bahwa Nabi Muhammad itu adalah
hamba dan Utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku dari golongan orang-
orang yang bertaubat dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang
bersuci"

SYARAT SYAH WUDHU

Syarat Syarat wudhu dan Penjelasannya :

1. Islam
Maka tidak syah wudhunya orang kafir atau orang murtad.

2. Tamiyiz
Yang dimaksud dengan tamiyiz adalah seseorang yang memahami dari
pada percakapan atau bisa makan sendiri, minum sendiri dan
membersihkan buang hajat sendiri atau bisa membedakan antara kanan
dan kiri atau juga bisa membedakan antara kurma dan bara api.
3. Bersih dari haid dan nifas
Haid adalah darah yang keluar pada waktu tertentu bagi setiap wanita yang
sudah dewasa. sedangkan nifas adalah darah yang keluar setelah
melahirkan.
4. Tidak adanya sesuatupun yang mencegah sampainya air ke kulit
anggota wudhu
Yaitu bersihnya kulit anggota wudhu dari semisal cat atau kotoran kotoran
lain yang menempel di kulit sehingga air tidak bisa masuk.
5. Tidak ada sesuatupun di anggota wudhu yang bisa merubah air
Yaitu bersihnya anggota tubuh yang bisa merubah air dan mencabut nama
air tersebut. contohnya seperti tinta dan jakfaron yang banyak.
6. Mengetahui kefardhuan/kewajiban dari pada wudhu
Seorang yang wudhu harus mengetahui bahwasannya hukum dari pada
wudhu adalah fardhu. jia dia meyakini bahwa wudhu hukumnya adalah
sunnah maka tidak syah wudhunya.
7. Tidak meyakini kefardhuan/kewajiban dari pada rukun rukun wudhu
adalah sunnah
Seseorang yang wudhu tidak boleh meyakini rukun rukun wudhu memiliki
hukum sunnah semisal dia meyakini bahwasannya membasuh kedua
tangan sampai siku siku adalah sunnah.
8. Memakai air yang suci dan mensucikan
Yaitu air yang digunakan adalah air yang bersih dari najis dan juga bukan
air musta'mal. air musta'mal adalah air yang digunakan pertama kali dalam
bersuci (basuhan wajib).
9. Masuknya waktu
Seseorang yang terus menerus mengeluarkan najis (anyang anyangan-
beser) maka wudhunya harus masuk waktu sholat. diluar waktu sholat
tidak syah.
10. Muwalah
Yaitu tanpa adanya jeda waktu antara setiap basuhan wudhu dan sholat
bagi yang selalu hadas. jadi setelah melaksanakan wudhu diharuskan
langsung melaksanakan sholat.
NB : syarat nomer 9 dan 10 berlaku bagi yang selalu mengeluarkan hadast
secara terus menerus ( anyang-anyangan).

FARDHU WUDHU
 Syekh Salim bin Sumair Al-Hadhrami dalam kitabnya Safinatun Najâ mengungkapkan:

‫ األول النية الثاني غسل الوجه الثالث غسل اليدين مع المرفقين الرابــع مســح شـيئ من‬:‫فروض الوضوء ستة‬
‫الرأس الخامس غسل الرجلين مع الكعبين السادس الترتيب‬
Fardhu wudhu ada enam:
1. Niat,
Berikut ini adalah bacaa niat ketika hendak melakukan wudhu ;
Niat Berwudhu
 
‫تعالَى‬ ِ ‫ْت ْالوُ ض ُْو َء ل َِر ْف ِع ْال َح َد‬
َ ِ ‫ث ْاالَصْ َغ ِر َفرْ ضً ا هَلِلا‬ ُ ‫َن َوي‬
Nawaitul whudu-a lirof'il hadatsil ashghori fardhol lillaahi ta'aalaa

Artinya :
"Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu (wajib)
karena Allah ta'ala"
 
2. Membasuh muka,
3. Membasuh kedua tangan beserta kedua siku,
4. Mengusap sebagian kepala,
5. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki, dan
6. Tertib,
 
Keenam rukun tersebut dijelaskan oleh Syekh Nawawi Banten sebagai
berikut.

1. Niat wudhu dilakukan secara berbarengan pada saat pertama kali


membasuh bagian muka, baik yang pertama kali dibasuh itu bagian atas,
tengah maupun bawah.
Bila orang yang berwudhu tidak memiliki suatu penyakit maka ia bisa
berniat dengan salah satu dari tiga niat berikut:
   a. Berniat menghilangkan hadats, bersuci dari hadats, atau bersuci untuk
melakukan shalat.
   b. Berniat untuk diperbolehkannya melakukan shalat atau ibadah lain
yang tidak bisa dilakukan kecuali dalam keadaan suci.
   c. Berniat melakukan fardhu wudhu, melakukan wudhu atau wudhu saja,
meskipun yang berwudhu seorang anak kecil atau orang yang
memperbarui wudhunya.

Orang yang dalam keadaan darurat seperti memiliki penyakit ayang-


ayangen atau beser baginya tidak cukup berwudhu dengan niat
menghilangkan hadats atau bersuci dari hadats. Baginya wudhu yang ia
lakukan berfungsi untuk membolehkan dilakukannya shalat, bukan
berfungsi untuk menghilangkan hadats.

Sedangkan orang yang memperbarui wudhunya tidak diperkenankan


berwudhu dengan niat menghilangkan hadats, diperbolehkan melakukan
shalat, atau bersuci dari hadats.
2. Membasuh muka
Sebagai batasan muka, panjangnya adalah antara tempat tumbuhnya
rambut sampai dengan di bawah ujung kedua rahangnya. Sedangkan
lebarnya adalah antara kedua telinganya. Termasuk muka adalah berbagai
rambut yang tumbuh di dalamnya seperti alis, bulu mata, kumis, jenggot,
dan godek. Rambut-rambut tersebut wajib dibasuh bagian luar dan
dalamnya beserta kulit yang berada di bawahnya meskipun rambut
tersebut tebal, karena termasuk bagian dari wajah. tetapi tidak wajib
membasuh bagian dalam rambut yang tebal bila rambut tersebut keluar
dari wilayah muka.

3. Membasuh kedua tangan beserta kedua sikunya.


Dianggap sebagai siku bila wujudnya ada meskipun di tempat yang tidak
biasanya seperti bila tempat kedua siku tersebut bersambung dengan
pundak.

4. Mengusap sebagian kecil kepala


Mengusap sebagian kecil kepala ini bisa hanya dengan sekadar mengusap
sebagian rambut saja, dengan catatan rambut yang diusap tidak melebihi
batas anggota badan yang disebut kepala. Seumpama seorang
perempuan yang rambut belakangnya panjang sampai sepunggung tidak
bisa hanya mengusap ujung rambut tersebut karena sudah berada di luar
batas wilayah kepala. Dianggap cukup bila dalam mengusap kepala ini
dengan cara membasuhnya, meneteskan air, atau meletakkan tangan
yang basah di atas kepala tanpa menjalankannya.

5. Membasuh kedua kaki beserta kedua mata kaki


Dalam hal ini yang dibasuh adalah bagian telapak kaki beserta kedua mata
kakinya. Tidak harus membasuh sampai ke betis atau lutut. Diwajibkan
pula membasuh apa-apa yang ada pada anggota badan ini seperti rambut
dan lainnya. Orang yang dipotong telapak kakinya maka wajib membasuh
bagian yang tersisa. Sedangkan bila bagian yang dipotong di atas mata
kaki maka tidak ada kewajiban membasuh baginya namun disunahkan
membasuh anggota badan yang tersisa.

6. Tertib
Yang dimaksud dengan tertib di sini adalah melakukan kegiatan wudhu
tersebut secara berurutan sebagaimana disebut di atas, yakni dimulai
dengan membasuh muka, membasuh kedua tangan beserta kedua siku,
mengusap sebagian kecil kepala, dan diakhiri dengan membasuh kedua
kaki beserta kedua mata kaki.
SUNNAH SUNNAH WUDHU
Syekh Abu Syuja’ Al-Asfahani menyebutkan ada sepuluh perkara-perkara
yang sunah dilakukan dalam berwudhu. Dalam kitabnya Matn Ghayah At-
Taqrib beliau mengatakan:
‫ التسـمية وغسـل الكفين قبـل إدخالهمـا اإلنـاء والمضمضـة واالستنشـاق ومسـح‬:‫وسننه عشرة أشياء‬
‫األذنين ظاهرهما وباطنهما بماء جديد وتخليل اللحية الكثة وتخليل أصابع اليدين والرجلين وتقــديم‬
‫اليمنى على اليسرى والطهارة ثالثا ثالثا والمواالة‬
Artinya: “Ada sepuluh sunah dalam berwudhu, yaitu membaca basmalah,
membasuk kedua telapak tangan sebelum memasukannya ke dalam
tempat air, berkumur, menghirup air ke dalam hidung, mengusap bagian
luar dan dalam telinga dengan air yang baru, menyela-nyela rambut
jenggot yang tebal, menyela-nyela jari-jari tangan dan kaki, mendahulukan
anggota badan yang kanan dari yang kiri, tiga kali basuhan, dan berturut-
turut.”
Kesepuluh hal tersebut dijelaskan secara singkat oleh Sykeh Ibnu Qasim
Al-Ghazi sebagai berikut:
1. Membaca basmalah dilakukan pada awal pertama kali akan melakukan
wudhu dengan kalimat “bismillah” untuk ringkasnya atau
“bismillahirrahmanirrahim” untuk sempurnanya. Bila di awal berwudhu
belum membaca basmalah maka bisa disusulkan di pertengahan wudhu.
Namun bila sampai selesai berwudhu belum juga membacanya maka tak
perlu dilakukan.
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai dengan pergelangan
tangan dilakukan sebelum berkumur. Bila air yang digunakan untuk
berwudhu berada pada bejana dan vulomenya kurang dari dua qullah
maka sebelum kedua telapak tangan dimasukkan ke bejana tersebut
dibasuh tiga kali terlebih dahulu bila diragukan kesucian kedua telapak
tangan tersebut. Adalah makruh memasukkan keduanya ke dalam bejana
sebelum membasuhnya terlebih dahulu. Namun bila yakin bahwa kedua
telapak tangannya dalam keadaan suci maka tidak mengapa
memasukkannya tanpa membasuhnya terlebih dahulu.
3. Berkumur dilakukan setelah membasuh kedua telapak tangan.
Kesunahan berkumur ini bisa didapatkan dengan cara memasukkan air ke
dalam mulut, baik air tersebut digerakkan di dalamnya dan kemudian
dimuntahkan ataupun tidak. Yang lebih sempurna adalah
memuntahkannya.
4. Menghirup air kedalam hidung dilakukan setelah
berkumur. Kesunahannya bisa didapatkan dengan cara memasukkan air
ke dalam hidungdengan cara menghisapnya hingga sampai di pangkal
hidung dan kemudian menyemprotkannya ataupun tidak. Yang lebih
sempurna adalah menyemprotkannya.
Orang yang berkumur dan menghirup air ke dalam hidung saat berwudhu
dituntut untuk melakukannya secara kuat. Lebih utama lagi bila kedua
kesunahan itu dilakukan dengan tiga kali cidukan di mana masing-masing
cidukan digunakan untuk berkumur kemudian dihirup ke dalam hidung. Ini
lebih utama dari pada memisah keduanya dengan cidukan sendiri-sendiri.
5. Membasuh seluruh kepala, tidak hanya sekedar mengusapnya saja.
Sebagaimana diketahui bahwa mengusap sebagian kepala adalah
merupakan rukun wudhu yang hukumnya wajib. Sedangkan membasuh
keseluruhan kepala adalah sunah hukumnya.
Sebagai catatan, sunah membasuh kepala ini tidak disebutkan dalam salah
satu dari sepuluh sunah wudhu yang disebutkan oleh Syekh Abu Syuja’
dalam kitab Taqribnya. Namun demikian Syekh Ibnu Qasim
menyebutkannya dalam menjelaskan tulisan Abu Syuja’ sehingga pada
akhirnya sunah wudhu yang disebutkan di sini ada sebelas, bukan sepuluh
sebagaimana tersebut di atas.
6. Mengusap seluruh bagian luar dan dalam kedua telinga dengan
menggunakan air yang baru, bukan dengan menggunakan basahnya air
yang digunakan untuk membasuh kepala. Dalam melakukan ini sunahnya
dengan cara memasukkan kedua jari telunjuk tangan ke dalam lubang
telinga dan melakukannya pada lekukan-lekukan telinga, sedangkan ibu
jari dijalankan pada bagian luar telinga. Setelah itu kedua telapak tangan
yang dalam keadaan basah dilekatkan pada kedua telinga.
7. Menyela-nyela rambut jenggot yang tebal adalah sunah
hukumnya. Sedangkan menyela-nyela jenggot yang tipis adalah wajib. Ini
dilakukan dengan cara memasukkan jari-jari ke bagian bawah janggut.
8. Menyela-nyela jari-jari tangan dan kaki hukumnya sunah meskipun air
wudhu bisa sampai tanpa menyela-nyela. Namun bila dengan tidak
menyela-nyela air tidak bisa sampai ke sela-sela jari maka wajib hukumnya
untuk menyela-nyela.
9. Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri untuk kedua
tangan dan kedua kaki. Adapun untuk dua anggota badan yang bisa
dengan mudah dibasuh dengan sekali basuhan seperti kedua pipi maka
cukup dibasuh dengan sekali basuhan secara bersamaan tanpa harus
mendahulukan yang kanan dari yang kiri.
10. Menigakalikan basuhan. Yakni setiap anggota badan yang dibasuh
pada saat berwudhu dibasuh atau diusap sebanyak masing-masing tiga
kali.
11. Berturut-turut. Artinya tidak ada jeda yang lama di antara basuhan dua
anggota badan. Setiap anggota badan dibasuh segera setelah anggota
sebelumnya selesai dibasuh dan belum mengering. Berturut- turut ini
dihukumi sunah bagi orang yang tidak dalam kondisi darurat. Adapun bagi
orang yang dalam kondisi darurat, seperti berpenyakit beser, selalu buang
air, atau terkena istihadlah, maka hukum berturut-turut dalam berwudhu
menjadi wajib
PERKARA - PERKARA YANG DAPAT MEMBATALKAN
WUDHU
Dalam kitab matan al-Ghoyatu wat Taqrib karangan Abi Suja diterangkan
bahwa perkara yang dapat membatalkan wudhu ada enam:
1. Sesuatu yang keluar dari kedua jalan (kemaluan depan maupun
belakang), 
2.Tidur tidak dalam keadaan duduk, 
3. Hilangnya akal sebab mabuk atau sakit, 
4. Bersentuhan (kulit) pria dan wanita yang bukan mahram tanpa
penghalang, 
5. Menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan, 
6. Menyentuh lubang dubur manusia.
Dalam keterangannya atas enam hal tersebut Ibnu Qasim al-Ghazi
dalam Fathul Qaribul Mujib menerangkan dengan rinci enam hal tersebut. 
Pertama keluarnya sesuatu yang dari kedua jalan kemaluan depan (qubul)
maupun belakang (dubur), baik itu sesuatu yang suci seperti cacing dan
mani ataupun yang tidak suci seperti darah dan kentut. Hal ini berdasar
pada surat al-maidah ayat 6
ِ‫َأ ْو َجا َء َأ َح ٌد مِّن ُكم م َِّن ْال َغاِئط‬  
Dan sebuah hadits yang diceritakan oleh Abu Hurairoh dan diriwayatkan
oleh Imam Bukhori dan Muslim;
‫ اليقبـل هللا صـالة أحـدكم‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬:‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه قال‬
‫ فساء أو ضراط‬:‫إذا أحدث حتى يتوضأ فقال رجل من أهل حضر موت ماالحدث ياأباهريرة؟ قال‬
Artinya: Abu Hurairoh bercerita bahwa Rasulullah saw bersabda “Allah
tidak menerima sholat kamu sekalian apabila (kamu) dalam keadaan
hadats hingga kamu berwudhu” kemudian seorang Hadramaut bertanya
kepada Abu Hurairoh “apakah hadats itu?” Abu Hurairoh menjawab “kentut
(yang tidak bersuara)dan Kentut yang bersuara”    
Kedua tidur dan ketiga hilangnya akal . Tidur dapat membatalkan wudhu
kecuali tidur dalam posisi duduk yang menetap (pantat yang rapat) seperti
duduknya orang bersila. Sebagai dalilnya dapat diperhatikan sebuah hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan diceritakan oleh sahabat Ali:
‫ فمن نام فاليتوضأ‬,‫وكاء السه العينان‬ : ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
Artinya: Rasulullah saw berkata “pengendali dubur (tempat keluarnya
kotoran dari jalan belakang)adalah kedua mata, oleh karena itu barang
siapa tidur hendaklah ia berwudh”.
Hadits ini menunjukkan bahwa tidur pada dasarnya membatalkan wudhu,
karena seseorang ketika tidur tidak dapat menjaga duburnya, bahkan ia
tidak tahu apakah dia telah kentut atau malah kencing. Diqiyaskan dengan
tidak adanya kendali ketika tidur adalah hilangnya akal atau kesadaran  .
ini juga dapat membatalkan wudhu, karena ketika seseorang tidak sadar,
berarti ia tidak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Baik kesadaran itu
hilang karena mabuk, pingsan maupun gila.
Keempat; Bersentuhan (kulit) pria dan wanita yang bukan mahram tanpa
penghalang (untuk keterangan lebih lengkap lihat rubrik syariah yang telah
berlalu dengan tema (menyentuh istri membatalkan wudhu)
Kelima:  menyentuh kemaluan manusia dengan telapak tangan. Hal ini
didasarkan atas dalil sebagai berikut :
‫ اَنّ ال َّن ِبيَّ صـلى هللا‬: ‫ضـ َي هللا َع ْنهـا‬ ِ ‫صـ ْف َوانْ َر‬
َ ‫ت‬ َ ‫لخمْ َسـ ُة َو‬
ِ ‫ َعنْ ِب ْسـ َر ْة ِب ْن‬، ْ‫صـحَّ َح ُه ال ِّترْ مِـ ِذى‬ َ ‫َر َوى ْا‬
‫ُصلِّ َي َح َّتى َي َت َوضَّا َء‬
َ ‫ َمنْ َمسَّ َذ َك َرهُ َفاَل ي‬: ‫ عليه وسلم َقا َل‬.
Artinya : Dalam sebuah hadits yang dishahehkan oleh imam tirmidzi dari
bisrah binti shafwan r.a. bahwa nabi s.a.w. bersabda : barang siapa yang
memegang dzakarnya janganlah melakukan shalat hingga ia berwudhu.
An-nisa’I meriwayatkan bahwa :
َّ ِّ‫َو َي َت َوضَّا َء ِمنْ َمس‬
‫الذ َك ِر‬
Artinya : dan hendaklah berwudhu oleh karena memegang dzakar
kemaluan.
Hadits tersebut di atas mengandung makna bahwa : menyentuh kemaluan
adalah membatalkan wudhu. Baik itu kemaluannya sendiri, maupun
kemaluan orang lain.
Juga dalam hadits riwayat dari ibnu majah bahwasanya :
‫ َمنْ َمسَّ َفرْ َج ُه َف ْل َي َت َوضَّا ُء‬: ‫َعنْ ا ُ ِّم َح ِب ْي َب َة َرضِ َي هللاُ َع ْن َها‬
Artinya : dari ummi habibah r.a. : barangsiapa yang memegang farj-nya
maka hendaklah berwudhu.
Sedangkan hadits ini memberikan penjelasan atas batalnya wudhu sebab
menyetuh kemaluan baik kemaluan laki-laki maupun perempuan.
Enam; menyentuh lubang dubur.

Anda mungkin juga menyukai