Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

FIQIH DAN PRAKTEK IBADAH

“Wudhu, Tayamum dan Mandi”

Dosen Pengampu : Dra. Robi’ah, M.Pd.I

Oleh :

Siti Mutiah

Mariati

Normaliza

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

BENGKALIS

2024M / 1445H
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2


A. Pengertian Wudhu dan Tayamum ............................................................ 2
B. Syarat Sah Wudhu dan Tayamum ............................................................ 3
C. Fardhu (Rukun) Wudhu dan Tayamum.................................................... 4
D. Sunnah Wudhu dan Tayamum ................................................................. 5
E. Hal Yang Membatalkan Wudhu dan Tayamum ....................................... 7
F. Mandi ....................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP............................................................................................... 15


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Wudhu, Tayamum, dan Mandi”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah Fiqih dan praktek Ibadah.
Atas bimbingan bapak dosen dan saran dari teman-teman maka di susunlah
makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.
Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memeroleh bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
terkait. Dalam menyusun makalah ini kami berusaha dengan segenap kemampuan
untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya. Sebagai pemula tentunya masih
banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan kami berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Bengkalis, 29 Februari 2024

Penulis

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’,
wudhu ialah membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air
pada setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur).
Sebenarnya istilah mandi wajib ini agak kurang familiar didalam kitab-kitab
fiqih, para ulama lebih sering menyebutnya dengan istilah ghusl janabah (atau
mandi janabah. Secara bahasa, Ibnu Faris dalam kamus Maqayis Al- Lughah
menjelaskan bahwa janabah itu sendiri berarti jauh, lawan dari kata dekat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian Wudhu dan Tayamum
2. Apa saja syarat Wudhu dan Tayamum?
3. Bagaimana Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum?
4. Apa saja yang dapat membatalkan wudhu?
5. Apakah pengertian dari Mandi Wajib

1.3 Tujuan Masalah


Adapun tujuan dari pembuatan makalah berdasarkan uraian rumusan masalah
diatas, yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian Wudhu dan Tayamum
2. Untuk mengetahui syarat Wudhu dan Tayamum?
3. Untuk mengetahui Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum?
4. Untuk mengetahui hal yang dapat membatalkan wudhu?
5. Untuk mengetahui pengertian dari Mandi Wajib
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Wudhu dan Tayamum


1. Pengertian Wudhu

Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’, wudhu
ialah membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air pada
setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.
Menurut Sayyid Sabiq, definisi wudhu adalah kegiatan bersuci dengan
menggunakan air. Anggota badan yang disucikan di dalam wudhu adalah wajah,
kedua tangan, kepala dan kedua kaki. Sedangkan menurut abu sangkan, wudhu
adalah ibadah zikir yang merupakan sarana pembersihan jiwa, yang dimulai dari sisi
paling luar (fisik) sampai ke dalam rohaninya.
Perintah wajib wudhu bersamaan dengan perintah wajib shalat lima waktu,

yaitu satu tahun setengah sebelum tahun hijriah. Firman Allah Swt dalam QS. Al-
Maidah: 6 :
‫س ُحواْ بِ ُر ُءو ِس ُك ۡم َوأَ ۡر ُجلَ ُك ۡم إِلَى‬ ِ ِ‫ٱغ ِسلُواْ ُو ُجو َه ُك ۡم َوأ َ ۡي ِديَ ُك ۡم إِلَى ۡٱل َم َراف‬
َ ‫ق َو ۡٱم‬ َّ ‫ٰيََٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ إِذَا قُمۡ ت ُ ۡم إِلَى ٱل‬
ۡ َ‫صلَ ٰوةِ ف‬
‫ۡٱلكَعۡ بَ ۡي ِۚ ِن‬
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah: 6)

2. Pengertian Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur), yaitu:

1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya.
2. Karena dalam perjalanan.
3. Karena tidak ada air
2
Firman Allah Swt dalam QS. Al-Maidah:6

ِۚ َّ ‫وإن ُكنت ُ ۡم ُجنُبٗ ا فَٱ‬


َ ِ‫د ِمن ُكم ِمنَ ۡٱلغَآَٰئِطِ أَ ۡو ٰلَ َمسۡ ت ُ ُم ٱلن‬ٞ ‫سف ٍَر أ َ ۡو َجا َٰٓ َء أ َ َح‬
ْ‫سا َٰٓ َء فَلَ ۡم ت َِجدُوا‬ َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫ض ٰ َٰٓى أ َ ۡو‬
َ ‫ط َّه ُرواْ َوإِن ُكنتُم َّم ۡر‬ َِ
ُ‫س ُحواْ بِ ُو ُجو ِه ُك ۡم َوأَ ۡيدِي ُكم ِم ۡن ِۚه‬ َ ْ‫َما َٰٓ ٗء فَتَيَ َّم ُموا‬
َ ‫صعِي ٗدا‬
َ ۡ‫طيِبٗ ا فَٱم‬
“dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu
tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”

B. Syarat Sah Wudhu dan Tayamum


1. Syarat Wudhu
Terdapat beberapa syarat sah wudhu, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Islam
2) Mumayiz, karena wudhu itu merupakan ibadah yang wajib diniati,
sedangkan orang yang tidak beragama islam dan orang yang belum
mumayiz tidak diberi hak untuk berniat.
3) Tidak berhadas besar.
4) Dengan air yang suci dan menyucikan.
5) Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti
getah dan sebagainya yang melekat di atas kulit anggota wudhu.

2. Syarat Tayamum
1) Sudah masuk waktu shalat. Tayamum disyariatkan untuk orang
yang terpaksa. Sebelum masuk waktu shalat ia belum terpaksa, sebab
salat belum wajib atasnya ketika itu.
2) Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu
sudah masuk. alasannya adalah kita disuruh bertayamum bila tidak
ada air sesudah dicari dan kita yakin tidak ada kecuali orang sakit
yang tidak diperbolehkan memakai air, atau ia yakin tidak ada air di
sekitar tempat itu, maka mencari air tidak menjadi syarat baginya.
3) Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam
Syafii tidak sah tayamum selain dengan tanah.

3
4) Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum itu
hendaklah ia bersih dari najis, menurut pendapat sebagian ulama;
tetapi menurut pendapat yang lain tidak.

C. Fardhu (Rukun) Wudhu dan Tayamum


1) Fardhu Wudhu
• Niat. Hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan hadas atau
menyengaja berwudhu.

Yang dimaksud dengan niat menurut syara’ yaitu kehendak


sengaja melakukan pekerjaan atau amal karena tunduk kepada
hokum allah Swt. Firmal Allah Swt:

• Membasuh muka. Berdasarkan ayat (Al-Maidah: 6). Batas muka


yang wajib dibasuh ialah dari tempat tumbuh rambut kepala sebelah
atas sampai kedua tulang dagu sebelah bawah; lintangnya, dari teling
ke telinga; seluruh bagian muka yang tersebut tadi wajib dilebihkan
sedikit agar kita yakin terbasuh semuanya. Menurut kaidah ahli fiqh,
“sesuatu yang hanya dengan dia dapat disempurnakan yang wajib,
maka hukumnya juga wajib”.
• Membasuh dua tangan sampai ke siku. Maksudnya, siku juga wajib
dibasuh. Keterangannya adalah di QS. Al-Maidah: 6.
• Menyapu sebagian kepala. Walaupun hanya sebagian kecil,
sebaiknya tidak kurang dari selebar ubun-ubun, baik yang disapu itu
kulit kepala ataupun rambut.

4
• Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki. Maksudnya,
dua mata kaki juga wajib dibasuh.
• Menertibkan rukun-rukun diatas. Selain dari niat dan membasuh
muka, keduanya wajib dilakukan bersama-sama dan didahuluka dari
yang lain.
2) Fardhu Tayamum
• Niat. orang yang akan melakukan tayamum hendaklah berniat
karena hendak mengerjakan salat dan sebagainya, bukan semata-
mata untuk menghilangkan hadas saja sebab sifat tayamum tidak
dapat menghilangkan hadas hanya diperbolehkan untuk melakukan
salat karena darurat.
• Mengusap muka dengan tanah.
• Mengusap kedua tangan sampai siku dengan tanah.
• Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari
tangan.

D. Sunnah Wudhu dan Tayamum


1. Sunnah Wudhu
• Membaca “bismillah” pada permulaan wudhu.
• Membasuh kedua telapak tangan sampai pada pergelangan, sebelum
berkumur-kumur.
• Berkumur-kumur
• Memasukkan air ke hidung.
• Menyapu seluruh kepala
• Menyapu kedua telinga luar dan dalan
• Menyilang-nyilangi jari kedua tangan dengan cara berpanca dan
menyilang- nyilangi jari kaki dengan kelingking tangan kiri, dimulai
dari kelingking kaki kanan, disudahi pada kelingking kaki kiri. Sunah
menyilangi jari, kalau air dapat sampai di antara jari dengan tidak
disilangi. Tetapi apabila air tidak sampai diantaranya kecuali dengan
disilangi, maka menyilangi jari ketika itu menjadi wajib, bukanlah
sunnah.

5
• Mendahulukan anggota kanan daripada kiri. Rasulullah Saw. Suka
memulai dengan anggota yang kanan daripada anggota yang kiri
dalam beberapa pekerjaan beliau. Nawawi berkata, “Tiap pekerjaan
yang mulia dimulai dari kanan. Sebaliknya pekerjaan yang hina,
seperti masuk kamar mandi hendaklah dimulai dari kiri.
• Membasuh setiap anggota tiga kali, berarti membasuh muka tiga
kali, tangan tiga kali, dan seterusnya.
• Berturut-turur antara anggota. Maksudnya dengan berturut-turut
disini ialah “sebelum kering anggota pertama, anggota kedua
sudah dibasuh”, dan sebelum anggota kedua, anggota ketiga sudah
dibasuh pula, dan seterusnya.
• Jangan meminta pertolongan kepada orang lain kecuali jika terpaksa
karena berhalangan, misalnya sakit.
• Tidak diseka, kecuali apabila ada hajat, umpamanya sangat dingin
• Menggosok anggota wudhu agar lebih bersih.
• Menjaga supaya percikan air itu jangan kembali ke badan.
• Jangan bercakap-cakap sewaktu berwudhu, kecuali apabila ada
hajat.
• Bersiwak (bersugi atau menggosok gigi) dengan benda yang kesat,
selain bagi orang yang berpuasa sesuadah tergelincir matahari.
• Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika wudhu.
• Berdoa sesudah selesai wudhu.
• Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai wudhu.

2. Sunnah Tayamum
• Membaca bismillah. Dalilnya adalah hadits sunnah wudhu,
tayamum merupakan pengganti wudhu.
• Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang diatas
tangan itu menjadi tipis.
• Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum
sebagaimana sesudah selesai berwudhu.

6
E. Hal Yang Membatalkan Wudhu dan Tayamum
1. Hal Yang Membatalkan Wudhu
• Keluar sesuatu dari dubur maupun qubul, baik berupa zat ataupun
angina, yang biasa ataupun tidak biasa, seperti darah; baik yang keluar
itu najis ataupun suci, seperti ulat.
• Hilang akal. Hilang akal karena mabuk atau gila. Demikian pula
karena tidur dengan tempat keluar angina yang tidak tertutup.
Sedangkan tidur dengan pintu keluar angina yang tertutup, seperti orang
tidur dengan duduk yang tetap, tidaklah batal wudhunya.
Adapun tidur dengan duduk yang tetap keadaan badannya, tidak
membatalkan wudhu karena tiada timbul sangkaan bahwa ada sesuatu
yang keluar darinya.
• Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan. Dengan
bersentuhan itu batal wudhu yang menyentuh dan yang disentuh,
dengan syarat bahwa keduanya sudah sampai umur atau dewasa, dan
diantara keduanya bukan “mahram”, baik mahram turunan, pertalian
persusuan, ataupun mahram perkawinan.
• Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan,
baik kemaluan sendiri ataupun kemaluan orang lain, baik kemaluan
orang dewasa ataupun kemaluan anak-anak. Menyentuh ini hanya
membatalkan wudhu yang menyentuh saja.
2. Hal Yang Membatalkan Tayamum
• Tiap hal yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum
• Ada air. Mendapatkan air sebelum salat, batallah tayammum bagi
orang yang tayamum, karena ketiadaan air bukan karena sakit.

F. Mandi
1. Mandi Wajib
Sebenarnya istilah mandi wajib ini agak kurang familiar didalam
kitab-kitab fiqih, para ulama lebih sering menyebutnya dengan istilah ghusl
janabah (atau mandi janabah. Secara bahasa, Ibnu Faris dalam kamus
Maqayis Al- Lughah menjelaskan bahwa janabah itu sendiri berarti jauh,
lawan dari kata dekat. Disebut jauh karena seseorang yang sedang berstatus
7
janabah dia sedang dalam posisi jauh (tidak bisa melakukan) sebagian ritual
ibadah, semisal shalat, membaca AlQuran serta berdiam diri di masjid, dst.
istilah janabah digunakan untuk menunjukkan kondisi seseorang yang
sedang berhadats besar karena telah melakukan hubungan suami istri,
ataupun sebab-sebab lainnya, janabah dan hadats besar itu adalah dua kata
yang mempunyai maksud yang sama. Jika ada seseorang yang berkata:
“Saya sedang dalam kondisi janabah” , itu berarti dia sedang dalam keadaan
berhadats besar.
Mereka yang sedang dalam kondisi janabah ini hukumnya wajib
mandi terlebih dahulu agar bisa menjadi suci kembali sehingga bisa
melaksanakan ibadah lainnya, semisal shalat, membaca AlQuran, berdiam
diri di masjid, dst. Karena hukum wajib inilah akhirnya orang-orang kita
lebih sering menyebutnya dengan istilah mandi wajib sebagai lawan dari
mandi yang tidak wajib, penggunaan istilah mandi wajib ini juga
mempunyai nilai posistif, setidaknya untuk lebih menguatkan bahwa
memang dalam kondisi janabah (berhadats besar) seseorang wajib mandi
agar bisa suci kembali.
a. Sebab Mandi Wajib
Diantara hal yang bisa membuat seseorang berada dalam kondisi hadats
besar adalah sebagai berikut:
1) Keluar mani
Mani itu adalah benda cair yang keluar dari kemaluan dengan
aroma yang khas, agak amis, sedikit kental dan mudah mengering
seperti telur bila telah mengering. Perkara mani bukan hanya bersumber
dari laki-laki, dari perempuan juga ada, dan bagi perempuan juga
memiliki kewajiban yang sama jika mani keluar dari mereka. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Dari Ummi Salamah radhiyallahu
anha bahwa Ummu Sulaim istri Abu Thalhah bertanya: "Ya Rasulullah
sungguh Allah tidak malu bila terkait dengan kebenaran, apakah wanita
wajib mandi bila bermimpi? Rasulullah SAW menjawab: "Ya, bila dia
mendapati air mani". (HR. Bukhari dan Muslim)
2) Bertemunya dua kemaluan

8
Ini adalah bahasa lain dari hubungan intim sepasang suami istri
(bukan hanya sebatas menempel), baik disertai keluarnya mani atau
tidak, yang jelas sebatas bertemunya dua kemaluan, maka kondisi itu
sudah membuat seseorang wajib mandi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda: “Bila dua kemaluan bertemu atau bila kemaluan
menyentuh kemaluan lainnya maka hal itu mewajibkan mandi janabah”.
3) Keluarnya Haidh
Haidh adalah darah yang kelur dari seorang perempuan, ini
pertanda bahwa mereka sudah sampai umur, umumnya keluarnya diusia
remaja, tapi tidak sedikit walaupun masih umur setingkat kelas empat
Sekolah Dasar sebagaian dari mereka sudah mendapati darah haidh.
Darah ini agak berbeda dari jenis darah pada umumnya. Kewajiban
mandi ini sebagaimana firman Allah swt :

Suci yang dimaksud adalah setelah mereka berhenti dari haidhnya dan
mandi, demikian At-Thabari menjelaskan dalam kitab tafsirnya. Itu
artinya halalnya hubungan suami istri setelah para istri mandi, berarti
mandi itu hukumnya wajib. Rasulullah saw bersabda “Apa bila haidh tiba
tingalkan shalat apabila telah selesai (dari haidh) maka mandilah dan
shalatlah” (HR Bukhari dan Muslim).
4) Keluarnya Nifas
Nifas adalah darah yang keluar mengiringi keluarnya bayi juga
darah yang keluar setelahnya. Keluarnya darah nifas ini mewajibkan
mandi walaupun ternyata bayi yang dilahirkan dalam keadaan meninggal
dunia. Yang jelas setelah darah ini berhenti, maka bersegeralah untuk

9
mandi, agar bisa menjalankan aktivitas ibadah yang selama ini tertinggal.
Kewajiban mandi ini didasarkan kepada ijma’ (konsensus) para ulama,
seperti yang tegaskan oleh Ibnul Mundzir.
5) Melahirkan
Sebagian ulama menilai bahwa melahirkan juga bagian dari hal
yang mewajibkan seseorang mandi, walaupun melahirkannya tidak
disertai nifas.
6) Meninggal dunia
Ini adalah kondisi terakhir yang membuat seseorang wajib
mandi, karena sudah meninggal dunia dan tidak mampu untuk mandi
sendiri, maka kewajiban memandikan berada dipundak mereka yang
masih hidup, tentunya dengan adab- adabnya. Rasulullah saw berkata
saat salah satu putri beliau meninggal dunia: “Mandikanlah ia tiga kali
atau lima kali atau lebih dari sana” (HR. Bukhari dan Muslim)
7) Masuk Islamya Kafir
Perkara Islamnya kafir ini memang menjadi perdebatan diantara para
ulama, apakah mereka wajib mandi atau tidak. Para ulama dari madzhab
Maliki dan Hanbali berpendapat bahwa orang kafir yang masuk Islam
wajib mandi , setidaknya didasari oleh sabda Rasulullah saw berikut ini:
“Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Tsumamah bin Atsal ra
dahulunya baru masuk Islam, lalu Rasulullah saw berkata: “Bawalah ia
ke salah satu dinding bani fulan, dan perintahkanlah ia untuk mandi”
(HR. Ahmad). Selain itu besar kemungkinan bahwa mereka yang kafir
itu pernah mengalami status janabah baik karena mimpi, atau hubungan
suami istri, dst, sehingga atas dasar inilah mereka wajib mandi, kalaupun
sebab janabah itu sendiri tidak ada, tetap saja masuk Islamnya itu menjadi
sebab mandi. Dan dalam kedua madzhab ini kewajiban mandi ini tidak
membedakan antara mereka yan kafir asli dan murtad.
b. Dalil-Dalil Mandi
1) Al-Qur’an
Qur-an Surah Al-Maidah Ayat 6
‫س ُحواْ ِب ُر ُءو ِس ُك ۡم‬ َ ۡ‫ق َوٱم‬ ِ ‫ٱغ ِسلُواْ ُو ُجو َه ُك ۡم َوأ َ ۡي ِد َي ُك ۡم ِإلَى ۡٱل َم َرا ِف‬ َّ ‫ٰ ََٰٓيأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ َٰٓواْ ِإذَا قُمۡ ت ُ ۡم ِإلَى ٱل‬
ۡ َ‫صلَ ٰو ِة ف‬
‫ ِمن ُكم‬ٞ‫سف ٍَر أَ ۡو َجا َٰٓ َء أَ َحد‬ ِۚ َّ ‫وأ َ ۡر ُجلَ ُك ۡم إلَى ۡٱلكَعۡ ب ۡي ِۚن وإن ُكنت ُ ۡم ُجنُبٗ ا فَٱ‬
َ ‫علَ ٰى‬ َ ‫ض ٰ َٰٓى أَ ۡو‬
َ ‫ط َّه ُرواْ َوإِن ُكنتُم َّم ۡر‬ َِ ِ َ ِ َ
10
‫س ُحواْ بِ ُو ُجو ِه ُك ۡم َوأَ ۡيدِي ُكم ِم ۡن ِۚهُ َما‬ َ ۡ‫طيِبٗ ا فَٱم‬َ ‫ص ِعيدٗ ا‬ َ ِ‫ِمنَ ۡٱلغَآَٰئِطِ أ َ ۡو ٰلَ َمسۡ ت ُ ُم ٱلن‬
َ ْ‫سا َٰٓ َء فَلَ ۡم ت َِجدُواْ َما َٰٓ ٗء فَتَيَ َّم ُموا‬
٦ َ‫علَ ۡي ُك ۡم لَ َعلَّ ُك ۡم ت َۡش ُك ُرون‬ َ ُ‫علَ ۡي ُكم ِم ۡن َح َر ٖج َو ٰلَ ِكن ي ُِريدُ ِلي‬
َ ُ‫ط ِه َر ُك ۡم َو ِليُتِ َّم نِعۡ َمت َ ۥه‬ َ ‫ٱَّللُ ِليَجۡ َع َل‬ َّ ُ‫ي ُِريد‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak


mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai
dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka
bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu
dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-
Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)

2) Dalil Hadits
Dalam hadits berikut ini, Aisyah ra memberikan keterangan kepada
kita semua tetang mandi janabahnya Rasulullah saw:

“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An


Nasa-i no.247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Penguatan makna dalam


hadits ini menunjukkan bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke
seluruh tubuh”

Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami saling memperbincangkan


tentang mandi janabah di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu
beliau bersabda,

“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada
kepalaku, kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR.

11
Ahmad 4/81 Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini
shahih sesuai syarat Bukhari Muslim)
Mandi janabah tetap sah walaupun dianggap kurang sempurna. Dan ada
juga yang sifatnya makruh, dimana hal itu baiknya jagan dilakukan saat
melakukan ritual mandi janabah.

Sederhananya, ada tiga hal saja yang penting untuk diketahui dan
tentunya wajib untuk dilakukan sehingga aktivitas mandi wajib dinilai sah
adalah:
a. Niat Mandi Wajib
Memang semua ulama sepakat bahwa niat itu letaknya di hati, sebagai tekad
dan azam utuk melaksanakan suatu ibadah , namun sebagian ulama lainnya
membolehkan bahkan menyarankan jika memang niat itu diawali atau
disertai dengan lafazh niat. Jika memang ada yang ingin melafazhkan niat

“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah
Ta’ala.”
b. Menghilangkan Najis Yang Melekat Di Badan (Jika Ada)
Khususnya najis-najis yang mungkin masih menempel ditubuh setelah
haidh dan nifas, atau setelah berhubungan suami istri, atau najis-najis
lainya yang mungkin ada.
c. Meratakan Air Keseluruh Tubuh
Meratakan yang dimaksud adalah memastian bahwa air mandi itu sampai
ke seluruh tubuh, tanpa harus memakai sabun atau sampo.
2. Mandi Sunnah
Selain mandi wajib tersebut, dalam kitab Fikih Manhaji jug membahas
mandi-mandi sunnah. Mandi sunnah merupakan mandi yang lebih afdhol
(baik) dikerjakan dan tidak berdosa jika tidak mengerjakannya. Mandi sunnah
tersebut ada beberapa, yaitu :
1) Mandi hari Jum’at disunatkan bagi orang yang bermaksud
akan mengerjakan shalat Jum’at, agar baunya yang busuk tidak
mengganggu orang di sekitar tempat duduknya. Kesunatan mandi Jumat

12
ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw : Dari Ibnu
Umar. Ia berkata “Rasulullah SAW telah bersabda “Apabila salah
seorang hendak pergi shalat Jum’at, hendaklah ia mandi (HR. Muslim).
2) Mandi Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Dari Faqih bin Sa’di.
Sesungguhnya Nabi SAW mandi pada hari Jum’at, hari Arafah, hari raya
Idul Fitri, dan pada hari raya Idul Adha (hari haji). (HR. Abdullah bin
Ahmad) 3. Mandi orang gila apabila ia sudah sembuh dari gilanya. Hal
ini dikarenakan ada kemungkinan orang tersebut pada masa gilanya
keluar mani (junub).
3) Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah Dari Zaid bin Tsabit,
sesungguhnya rasulullah SAW, membuka pakaian beliau ketika hendak
ihram, dan beliau mandi. (HR. Turmudzi)
4) Mandi sehabis memandikan mayat. Orang yang ikut memandikan
jenazah, setelah selesai maka orang tersebut disunnahkan untuk mandi.
Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa memandikan mayat, hendaklah
ia mandi; dan barang siapa membawa mayat, hendaklah ia berwudlu.
(HR. Turmudzi).
5) Mandi Gerhana. Pada waktu gerhana, baik gerhana matahari maupun
gerhana bulan seorang muslim disunnahkan untuk mandi. Disunnahkan
mandi untuk shalat gerhana matahari dan gerhana bulan, dalilnya adalah
qiyas kepada hari Jum’at. Salat Jum’at sama pengertiannya dengan salat
gerhana dari segi bahwa di dalamnya disyariatkan Jamaah dan
berkumpul.
6) Mandi Istisqa’. Mandi Istisqa’ mandi yang disunnahkan sebelum
mengerjakan salat istisqa’. Disunnahkan mandi sebelum keluar untuk
shalat istisqa’, dikiyaskan kepada mandi untuk shalat gerhana.
G. Tata Cara Mandi

1. Niat, dilakukan pada waktu memulai pekerjaan membersihkan bagan-


bagian badan yang pertama, dan tidak batal bila diniatkan lebih awal, dalam
jarak waktu yang tidak terlalu lama.
2. Mengalirkan air ke seluruh tubuh sampai merata. Apabila masih belum
dianggap merata, maka boleh disiram beberapa kali.

13
Selain rukun mandi tersebut, ada beberapa amaliah sunnah yang lebih afdhol
dikerjakan ketika mandi. Sunnah-sunnah tersebut yaitu membaca “Basmalah”
pada permulaan mandi, berwudlu sebelum mandi menggosok-gosok seluruh
badan dengan tangan mendahulukan yang kanan daripada yang kiri, tertib.
Kemudian ada juga hal-hal yang dipandang makruh dalam mandi yaitu :
1) Berlebih-lebihan dalam menggunakan air, karena berlebihan itu sesuatu
yang mubadzir, tidak sesuai dengan perbuatan Nabi SAW.
2) Mandi di air yang tergenang. Berdasarkan riwayat Imam Muslim dari Abu
Hurairah RA, bahwa Nabi SAW berkata: “Jangan mandi salah seorang di
antara kalian di air yang diam, sementara dia sedang berjunub.”

H. Hikmah Mandi

Berdasarkan Kitab Fikih Manhaji, ada beberapa hikmah atau manfaat


dengan disyariatkannya mandi bagi orang Islam. Adapun beberapa hikmah mandi
tersebut yaitu :
1. Memperoleh pahala : Mandi dalam pengertian syar’i merupakan ibadah
karena di dalamnya ada penerapan perintah syara’ dan pengamalan
hukumnya. Di dalam mandi ada pahala besar, karena itu, Rasulullah SAW
bersabda: “Kesucian setengah dari iman” (Diriwayatkan Muslim: 222),
yaitu separuh atau bagian darinya, kesucian itu mencakup wudlu dan mandi.
2. Mendapatkan kebersihan : Ketika seorang muslim mandi, ia membersihkan
kotoran yang mengenai tubuhnya, daki yang menempel, atau keringat yang
menyebabkan bau.
3. Membawa Kesegaran Badan : Mandi menyebabkan seseorang memperoleh
kehidupan dan kesegaran. Hilanglah keloyoan, kelemahan, dan kemalasan,
terlebih setelah adanya sebab-sebab yang mewajibkan, seperti bersetubuh.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas kecil dan
hadas besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu’, mandi dan tayammum. Wudhu’
adalah salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara mencuci sebahagian anggota
tubuh dengan air dengan sarat dan rukun sebagai syarat sah sholat yang dilaksanakan
sebelum melaksanakan sholat dan ibadah yang lainnya.
Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air yang
disertai dengan rukun mandi.
Sedangkan tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian anggota tubuh
(muka dan tangan) sebagai ganti wudhu’ yang dilakukan karena adanya uzur bagi
orang yang tidak dapat memakai air, yang mempunyai sarat dan rukun.

B. Saran
Kami menyarankan bagi pembaca agar dapat memahami pengertian wudhu,
tayamum,dan mandi. landasan hukum wudhu, tayamum dan mandi serta pembagian
wudhu, tayamum dan mandi. Bagi pembaca lain yang ingin mengetahui dan
memahami lebih dalam lagi mengenai materi ini, maka dapat menjadikan makalah
ini sebagai referensi. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

A.Zainuddin,s.Ag.Muhamad Jamhari,s.Ag.1999. Al-Islam (akidah dan ibadah).


Bandung : CV.pustaka setia
Lela dan Lukmawati. “Ketenangan” : Makna dawamul wudhu. (Palembang:
PSIKIS-Jurnal psikologi islam. 2015. Vol. 1. No. 2) 55-56
Liqa’at Al-Bab Al-Maftuh. Cetakan pertama, Tahun 1438 H. Syaikh Muhammad
bin Shalih Al-‘Utsaimin. Penerbit Muassasah Syaikh Muhammad bin Shalih
Al-‘Utsaimin;
Mahadhir, m saiyid. 2018. Sudah Mandi Wajib Haruskah Wudhu Lagi?. Jakarta :
Rumah Fiqih Publishing
Majmu’ah Al-Fatawa. Cetakan keempat, tahun 1432 H. Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Penerbit Dar Al-Wafa’
Rasjid, Sulaiman H. 2018. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Samidi. Konsep Al Ghuslu Dalam Kitab Fikh Manhaja. Jurnal Analisa. XVII (01),
101-103
Syarh Manhaj As–Salikin. Cetakan kedua, Tahun 1435 H. Dr. Sulaiman bin
‘Abdillah Al-Qushair. Penerbit Maktabah Dar Al-Minhaj, hlm. 65-67
Tim Al-Azhar. 2011. Fiqih. Driyorejo Gresik: Pustaka Kembar JMawsu’ah Al-
Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait;

16

Anda mungkin juga menyukai