Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PENGERTIAN, TATA CARA,DAN LANDASAN HUKUM FIKIH DAN


TAYAMUM
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah : Fikih
Dosen Pengampu : Asliat Hingi Guhir M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Siti Jainab
2. Dinda Saraswati Arifudin

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MADRASAH IBTIDAIYAH


JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) KUPANG
TAHUN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua berupa, ilmu dan amal.
Berkat rahmat dan karunia-nya pula, penulis dapat menyelesaikan Makalah yang
berjudul “Pengeetian, tata cara dan landasan hukum wudhu dan tayamum”
Terima kasih penulis ucapkan kepada ibu Asliat Hingi Guhir M.Pd yang telah
memberikan arahan terkait tugas makalah ini sesuai dengan format yang telah di
tentukan.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk
kedepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca

Kupang, 20 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………....i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...…ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………………………………………………...1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………..2

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………...3

A. Pengertian Wudhu……………………………………………………….……3

B. Tata Cara Wudhu………………………………………………………….….3

C. Landasan Hukum Wudhu……………………………………………………..3

D. Pengertian Tayamum………………………………………………………….4

E. Tata Cara Tayamum…………………………………………………………..4

F. Landasan Hukum Tayamum……………………………….………………….5

BAB III PENUTUP…………………………….……………………………………7

A. Kesimpulan………………………………..…………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………...8

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Allah berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak
mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (al-Maidah:6).
Saleh Al-Fauzan, FIQIH SEHARI-HARI, (Jakarta: Gema Insani, 2006), hlm. 22
Rasulullah bersabda,
“Tidak diterima shalat salah seorang dari kalian jika mengalami hadast sampai ia
berwudhu.”( Malik Kamal, FIKIH THAHARAH, (Jakarta Timur: Darus Sunnah, 2008),
hlm. 115)
Dari dalil di atas, diketahui bahwa sebelum orang hendak melaksanakan shalat maka
diwajibkannya untuk berwudhu terlebih dahulu. Wudhu ini berfungsi untuk
membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada sebagian anggota tubuh. Wudhu
juga untuk menghilangkan hadas kecil, seperti kentut, kencing, dan buang air besar.
Secara bahasa, kata wudhu berasal dari kata al-wadhaah yang artinya bersih dan
cerah. Jika kata ini dibaca al-wudhu artinya aktifitas wudhu itu sendiri. Sedangkan jika
dibaca al-wadhu artinya air yang dipakai untuk wudhu
Menurut istilah, wudhu adalah menggunakan air untuk membasuh anggota-
anggota tubuh tertentu (yaitu wajah, dua tangan, kepala dan kedua kaki) untuk
menghilangkan hal -hal yang menghalangi shalat dan ibadah lainnya.
Wudhu mempunyai beberapa syarat, fardhu, dan sunnah. Syarat dan fardhu itu
harus ditunaikan sedapat mungkin agar wudhu yang dikerjakan itu sah. Sedangkan,
sunnah wudhu berfungsi sebagai pelengkap wudhu, dan amal yang ditujukan untuk
menambah pahala, sehingga jika ditinggalkan tak menghalangi sahnya wudhu.
Allah telah mensyariatkan bersuci untuk shalat dari hadast kecil dan besar
dengan air yang diturunkan Allah bagi kita sebagai bahan untuk bersuci. Ini adalah satu
kewajiban yang mesti dilakukan selama mampu. Adakalanya, air yang seharusnya
digunakan untuk bersuci tidak ada, atau dalam hukum tidak ada, atau ada tapi tidak dapat
digunakan karena adanya uzur syar’i. Maka, di sini Allah menetapkan pengganti baginya,
yaitu tayamum dengan debu. Hal itu sebagai bentuk kemudahan bagi manusia, dan untuk
menghilangkan kesulitan

1
Tayamum menurut bahasa Arab adalah tujuan. Sedangkan, menurut istilah
syari’at, tayamum adalah menyapu wajah dan dua tangan dengan menggunakan debu
dengan cara tertentu.
Sebagian hal itu ditetapkan Al-Qur’an, juga ditetapkan oleh sunnah Rasulullah
dan ijma’ umat Islam. Ia adalah salah satu keutamaan bagi umat Muhammad SAW ini,
yang dikhususkan oleh Allah baginya. Allah tidak menjadikannya sebagai perangkat
untuk bersuci bagi umat yang lain. Hal itu sebagai keluasan bagi mereka, dan ungkapan
kasih saying Allah terhadap mereka.
Dalam Shahih Bukhori dan Muslim serta kitab sunnah lainnya diriwayatkan
bahwa Rasulullah bersabda yang artinya,
“Aku dianugerahi lima perkara yang tak pernah diberikan kepada para nabi
sebelumku. Aku dimenangkan dengan rasa takut di dalam hati musuhku dalam
perjalanan satu bulan, tanah dijadikan masjid dan materi penyuci bagiku, maka siapa
pun dari umatku yang mendapati waktu shalat, hendaklah ia shalat”
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Wudhu?
2. Bagaimana Tata Cara Wudhu?
3. Apa Saja Landasan Hukum Wudhu ?
4. Pengertian Tayamum ?
5. Bagaimna Tata Cara Tayamum?
6. Apa Saja Landasan Hukum Tayamum?

2
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wudhu.
Dalam istilah lugha wudhu berarti bersih atau indah, sedangkan menurut syara” adalah
bersuci dari hadas kecil menggunakan air dengan cara membasu bagian-bagian tertentu
menurut syariat islam. Berwuduh adalah kewajiban bagi orang-orangyang akan
melakukan ibadah sholat, tawaf. Sebab wudhu adalah sala satu dari syarat sahnya
sholat,dan tidak sah ibadah seseorang jika dilakukan tanpa berwudhu terlebih dahulu.
AllAH SWT telah menerangkan tentang wudhu dalan surah al- maidah; 6
“Hai orang-orang beriman apabila kamu hendak mengerjakan sholat,maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku,dan sapuhlah kepalamu dan basuh kakimu
sampai dengan kedua mata kami”
B. Tata Cara Wudhu
 Berniat wudhu ketika bersiap wudhu untuk shalat dan sejenisnya.
 Mengucapkan: bismillah.
 Membasuh kedua telapak tangan tiga kali.
 Berkumur (madhmadhah) tiga kali, dan memasukkan air ke lubang hidungnya
(istinsyaaq) tiga kali, dan selanjutnya menyemburkan air dari hidung dengan
tangan kiri.
 Membasuh wajah tiga kali. Wilayah wajah secara vertikal dari tempat
tumbuhnya rambut di kepala ke bawah muka tempat tmbuhnya jenggot dan
dagu. Sedangkan secara horizontal adalah dari telinga kanan ke telinga kiri.
 Membasuh kedua tangan bersama dua siku tiga kali.
 kemudian menyapu seluruh kepalanya dan kedua telinganya satu kali dengan air
yang baru, bukan basahan yang tersisa dari membasuh dua tangan.
 Kemudian ia membasuh kedua kakinya tiga kali bersama dua mata kakinya.
C. Landasan Hukum Wudhu.
 Q.S Al- Maidah : 6

‫صلو ِة اِلَى قُ ْمت ُ ْم اِذَا ا َمنُ ْٰٓوا الَّ ِذيْنَ ٰٓياَيُّ َها‬ َّ ‫فَا ْغ ِسلُ ْوا ال‬
ِ ِ‫س ُح ْوا ْال َم َراف‬
‫ق اِلَى َوا َ ْي ِديَ ُك ْم ُو ُج ْو َه ُك ْم‬ َ ‫ِب ُر ُء ْو ِس ُك ْم َوا ْم‬
‫اِذَا ا َمنُ ْٰٓوا الَّ ِذيْنَ ٰٓياَيُّ َها ْال َك ْعبَي ِْن اِلَى َواَ ْر ُجلَ ُك ْم‬
3
َّ ‫اِلَى َوا َ ْي ِد َي ُك ْم ُو ُج ْو َه ُك ْم فَا ْغ ِسلُ ْوا ال‬
‫صلو ِة اِلَى قُ ْمت ُ ْم‬
‫ق‬ ِ ِ‫س ُح ْوا ْال َم َراف‬ َ ‫اِلَى َوا َ ْر ُجلَ ُك ْم ِب ُر ُء ْو ِس ُك ْم َوا ْم‬
‫ْال َك ْع َبي ِْن‬
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat,
maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.
 Hadis Nabi Muhammad SAW
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda :

‫َللاُ يَ ْقبَ ُل ال‬ َ ‫ضأ َ َحتَّى أ َ ْحدَثَ إذَا أ َ َح ِد ُك ْم‬


َّ َ ‫صالة‬ َّ ‫يَت ََو‬

“Allah tidak akan menerima shalat salah seorang diantara kalian jika dia
berhadats sampai dia wudhu.” (HR. Bukhari : 6954 dan Muslim : 225).
 Ijma
Menurut ijma’ ulama berpendapat bahwa wudhu hukummnya wajib bagi muslim
yang sudah dewasa dan berakal, setelah masuk waktu sholat atau ketika akan
melaksananakan suatu perbuatan yang di syariatkan wudhu terlebih dahulu.
D. Pengertian Tayamum
Menurut bahasa, tayamum berarti menyengaja. Sedangkan menurut terminologi
syara’ berarti, menyengaja diri menyentuh debu yang suci untuk mengusap wajah dan
kedua tangan dengan sekali atau dua kali sentuhan, dengan dua kali sentuhan, dengan niat
agar memperoleh kebolehan melakukan sesuatu yang sebelumnya terhalang oleh adanya
hadats, bagi orang yang tidak menemukan air atau takut adanya bahaya apabila
menggunakannya.
E. Tata Cara Bertayamum
 Menepuk dua tapak tangan pada debu kali pertama untuk menyapu muka.
 Berniat: bertayamum.Masa niat: ketika pertama memindahkan debu dan sehingga
menyentuh sebagian muka.
 Menyapu muka.

4
 Menepuk tangan ke debu yang ke dua untuk menyapu tangan (sebelum menepuk
tangan ke debu untuk yang ke dua kali, hendaklah dibersihkan kedua telapak
tangan terlebis dahulu dari debu tanah yang telah digunakan).
 Menyapu tangan kana dari belakang tapak tangan dengan empat perut jari
tangankiri dari ujung jari (selain ibu jari) hingga naik ke siku, hingga ke ujung
ibu jari.
 Menyapu tangan kiri dari belakang tapak tangan dengan empat perut jari
tangankanan dari ujung jari (selain ibu jari) hingga naik ke siku, hingga ke ujung
ibu jari.
Catatan:

Untuk menyapu tangan , wajib ditanggalkan cincin , jam tangan dan gelang

sekiranya debu tidak sampai di bawahnya. Jika sampai debu, maka sunat sahaja
menanggalkannya.

Sunat menipiskan debu tanah pada tapak tangan sebelum disapukan ke anggota

tayammum.
F. Landasan Hukum Tayamum
 Q.S An- Nisa

‫ضى ُك ْنت ُ ْم َوا ِْن‬ٰٓ ‫سفَر عَلى ا َ ْو َّم ْر‬ َ ‫س ۤا َء ل َم ْست ُ ُم ا َ ْو ْالغ َۤاىِٕطِ ِ ِّم َن ِ ِّم ْن ُك ْم ا َ َحد َج ۤا َء ا َ ْو‬
َ ِّ‫فَتَيَ َّم ُم ْوا َم ۤاء ت َِجد ُْوا فَل َ ْم ال ِن‬
‫ص ِعيْدا‬
َ ‫ط ِيِّبا‬ َ ‫س ُح ْوا‬ ْ َ‫َللاَ ا َِّن َواَيْ ِد ْي ُك ْم ِب ُو ُج ْو ِه ُك ْم ف‬
َ ‫ام‬ ٰ َ‫عفُ ًّوا كَان‬
َ ‫غفُ ْورا‬ َ

Terjemahan
“:Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu mendekati salat ketika
kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu sadar apa yang kamu ucapkan, dan
jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub kecuali
sekedar melewati jalan saja, sebelum kamu mandi (mandi junub). Adapun jika
kamu sakit atau sedang dalam perjalanan atau sehabis buang air atau kamu telah
menyentuh perempuan, sedangkan kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan
tanganmu dengan (debu) itu. Sungguh, Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.”
 Hadis Nabi Muhammad SAW

5
“ RasulullAH SAW bersabda , “seluruh bumi dijadikan bagiku dan bagi umatku
sebagai masjid dan alat bersuci, maka dimana juga shalat ditemui salah seorang
diantaramu,disisinya terdapat alat untuk bersuci.( HR –Ahmad)
 Ijma
Ijma’ ulama membolehkan tayamum, tetapi khusus bagi orang sakit dan musafir
yang ketiadaan air.namum mereka berselisih dalam persoalan, ytaitu :
1. Orang sakit yang khawatir terhadap pengggunan air pada penyakitnya,
2. Keadaan normal yang tidak menemukan air
3. Musafir yang sangat menghemat atau memerlukan air bawaannya
4. Orang yang khawatir terhadap kesehatannyadengan menggunakan air
yang sangat dingin .
Jumhur ulama berpendapat bahwa keempat golongan tersebut boleh
bertayamum, Atha’ tidak membolehkan tayamum baik orang sakit maupun
sehat jika menemukan air. Sementara itu, majhaf syafii dan maliki
membolehkan tayamum bagi orang yang bukan berada dalam perjalanan dan
tidak sakit.

6
BAB 111
PENUTUP
A. Kesimpulan
Demikian telah dipaparkan dengan sekelumit tulisan tentang wudhu dan
tayamum,yang kedua-duanya merupakan kunci diterimanya ibadah sholat bagi kaum
muslim. Karena apabila seseorang melaksanakan ibadah seperti shalat tanap bersuci
terlebihdahulu, maka tidaklah sah ibadahnya tersebut. Wudhu dan tayamum merupakan
serangkaian ibadah yang berfungsi sebagai syarat sah diterimanya ibadah seperti shalat,
thawaf, dan lain-lain. Wudhu merupakan alat yang utama untuk menjadikan sahnya suatu
ibadah dengan tat cara yang telah ditentukan oleh nash, baik al-Quran maupun hadist.
Apabila dalam syarat melakukan wudhu terdapat hal yang sulit ditemukan seperti air
maka dianjurkan untuk melakukan tayamum sebagai ganti dari wudhu

7
.DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam, dan Abdul Wahab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah:
Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, Haji, (Jakarta: Amzah, 2010)
Abu Malik Kamal, FIKIH THAHARAH, (Jakarta Timur: Darus Sunnah, 2008)
Saleh Al-Fauzan, FIQIH SEHARI-HARI, (Jakarta: Gema Insani, 2006)

Anda mungkin juga menyukai