KAJIAN PUSTAKA
6
7
2. Cermin Cekung
Cermin cekung (konkaf) adalah cermin yang bidang pantulnya melengkung ke
dalam. Lengkungannya hampir mirip dengan sendok bagian dalam. Cermin
cekung bersifat mengumpulkan cahaya yang jatuh padanya (konvergen).
Bayangan nyata akan terbentuk jika jarak benda cukup jauh dari cermin, maka
sifat bayangannya adalah terbalik, nyata, dan diperkecil. Jika letaknya dekat
dengan cermin yang terbentuk adalah bayangan semu yang ukurannya lebih besar
daripada ukuran bendanya, maka sifat bayangannya adalah tegak, semu (maya),
dan diperbesar. Cermin cekung biasa digunakan sebagai reflector (benda yang
memantulkan cahaya). Cermin cekung biasa digunakan pada lampu senter, lampu
sepeda, lampu mobil, lampu sepeda motor, alat kerja dokter.
3. Cermin Cembung
Cermin cembung (konveks) adalah cermin yang bidang pantulnya melengkung
ke luar. Cermin tersebut mempunyai sifat menyebarkan cahaya yang jatuh
padanya (divergen). Cermin cembung sering digunakan pada kaca spion mobil
atau sepeda motor untuk melihat kendaraan lain yang ada di belakang mobil tanpa
menoleh ke belakang. Cermin cembung menghasilkan bayangan maya, tegak, dan
diperkecil.
Orientasi Awal
Penerapan Gagasan
Gambar 2.1
Alur Tahapan CLIS
13
a. Orientasi (Orientation)
Tahap orientasi merupakan upaya guru untuk memusatkan perhatian
siswa, misalnya dengan menyebutkan dan mempertontonkan suatu fenomena atau
kejadian yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan
topik yang dipelajari.
Tabel 2.2
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran CLIS
Kegiatan Pembelajaran
No Tahap Keterangan
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Orientasi Melakukan tanya jawab yang Siswa menjawab Guru
mengkaitkan materi yang akan pertanyaan guru. memperlihatkan
dipelajari dengan kehidupan gambar
sehari-hari. Contoh terbentuknya
pertanyaannya: apakah bayangan pohon.
matahari sudah menyinari
rumahmu, bagaimanakah arah
rambatan cahaya yang masuk
melalui celah-celah jendela
rumahmu.
2 Pemunculan Melakukan tanya jawab Siswa menjawab Siswa ingin
Gagasan seputar cahaya dan sifat- pertanyaan guru. mengetahui
sifatnya. cahaya dan sifat-
sifatnya
3 Penyusunan - Memberikan tugas Diskusi kelompok Memberikan
Ulang kelompok melakukan percobaan bimbingan bagi
Gagasan - Menjelaskan cara cahaya dan sifat- siswa yang
melakukan percobaan sifatnya mengalami
cahaya dan sifat-sifatnya kesulitan.
4 Penerapan Membimbing dan mengamati - Diskusi kelompok Memeriksa
Gagasan kegiatan belajar siswa. - Menyampaikan kembali jawaban
hasil diskusi di siswa.
depan kelas
- Menjawab
pertanyaan
5 Pemantapan - Mengungkapkan salah satu - Mengemukakan Siswa dibimbing
Gagasan konsepsi awal siswa pendapat untuk
kemudian membandingkan - Melakukan tanya menyimpulkan
dengan hasil percobaan jawab seputar hasil
- Melakukan tanya jawab cahaya dan sifat- pembelajaran dari
untuk memperkuat sifatnya untuk awal
gagasan memperkuat pembelajaran
gagasan hingga hasil
percobaan
Berdasarkan uraian di atas, ciri-ciri adanya minat pada diri seseorang dapat
dilihat dari beberapa hal, antara lain :
a. Perasaan Senang
Menurut Ahmadi (1991 : 36), perasaan adalah pernyataan jiwa yang
sedikit banyak bersifat subyektif dalam merasakan senang atau tidak senang.
Penilaian seseorang terhadap suatu objek membentuk suatu perasaan yang timbul
17
b. Perhatian
Menurut Suryabrata (2002 : 14), bahwa perhatian adalah pemusatan tenaga
psikis tertuju kepada suatu obyek atau banyak sedikitnya kesadaran yang
menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Baharudin (2009 : 178), bahwa
perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu
yang ditujukan kepada suatu sekumpulan objek.
Berdasarkan uraian di atas, perhatian merupakan pemusatan yang
ditujukan kepada suatu objek.
c. Aktivitas
Menurut Ali (1996 : 26), aktivitas adalah keaktifan atau kegiatan.
Aktivitas yang dimaksud adalah keaktifan atau partisipasi langsung dalam suatu
kegiatan. Pendapat ini didukung oleh Suryabrata (2002 : 72), yang
mengemukakan aktivitas adalah banyak sedikitnya orang menyatakan diri,
menjelmakan perasaan dan pikirannya dalam tindakan yang spontan.
Berdasarkan uraian di atas, aktivitas merupakan perilaku yang aktif dalam
melakukan tindakan yang merupakan penjelmaan dari perasaan.
b. Minat Situasional
Minat situasional merupakan minat yang bersifat tidak permanen
dan relatif berubah-ubah tergantung rangsangan dari eksternal.
Rangsangan tersebut misalnya metode mengajar guru, penggunaan
sumber belajar, media yang menarik, suasana kelas dan dorongan dari
keluarga. Jika minat situasional dapat dipertahankan secara
berkelanjutan dalam jangka panjang, maka minat situasional dapat
berubah menjadi minat personal atau minat psikologis siswa
tergantung dengan rangsangan yang ada.
c. Minat Psokologikal
Minat psikologikal merupakan minat yang erat kaitannya dengan
adanya interaksi antara minat personal dan minat siatuasional yang
terus menerus dan berkesinambungan. Jika siswa memiliki
pengetahuan yang cukup tentang suatu mata pelajaran, dan dia
memiliki kesempatan untuk mendalaminya dalam aktivitas belajar
yang terstruktur di dalam maupun di luar kelas, serta mempunyai
penilaian yang tinggi tentang mata pelajaran tersebut maka dapat
dinyatakan bahwa siswa memiliki minat psikologikal.
19
Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka ia akan mudah
dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah kegiatan
belajar.
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai kekuatan yang mendorong
siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong
terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima
pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk terus tekun
karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu untuk memperoleh hasil yang baik
dalam belajar seorang siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga
akan mendorong ia untuk terus belajar.
Menurut Safari (2003), ada beberapa indikator minat belajar yaitu sebagai
berikut :
a. Perasaan Senang
b. Ketertarikan Siswa
c. Perhatian
d. Keterlibatan Siswa
b. Kuesioner/Angket
Kuesioner atau angket mengajukan beberapa pertanyaan secara
tertulis. Isi pertanyaan yang diajukan dalam angket pada prinsipnya
tidak berbeda dengan isi pertanyaan wawancara. Dibandingkan dengan
wawancara dan observasi, angket lebih efisien.
22
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sikap
dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah siswa menerima perlakuan yang
diberikan oleh guru sehingga dapat mengrekonstruksikan pengetahuan yang
didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas
pengukuran. Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur
yang disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi,
23
panduan wawancara, skala sikap dan angket. Teknik yang dapat digunakan dalam
asesmen pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa yaitu:
a. Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus
dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-tugas
yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
tertentu dari peserta tes dan dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut
adalah indikator pencapaian kompetensi (Poerwanti, dkk. 2008:4-3). Menurut
Ebster‟s Collegiate dalam Arikunto, 1995 (Poerwanti, dkk. 2008:4-4), tes adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
Tes menurut Sudjana (2011:35) sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa
dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk
perbuatan (tes tindakan). Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan
mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran,
namun demikian dalam batas tertentu tes dapat pula digunakan untuk mengukur
atau menilai hasil belajar bidang afektif dan psikomotoris.
Jadi kesimpulan dari pengertian tes adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur kemampuan peserta didik dan menggunakan langkah – langkah dan
kriteria - kriteria yang sudah ditentukan.
Berikut ini dikemukakan yang termasuk dalam teknik tes adalah (Poerwanti,
2008:4-9) :
1. Jenis Tes Berdasarkan Cara Mengerjakan
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang dilakukan secara tertulis baik dalam hal
soal maupun jawabannya.
b. Tes Lisan
Pada tes lisan, baik pertanyaan maupun jawaban (response)
semuanya dalam bentuk lisan. Karenanya, tes lisan relatif tidak
24
c. Tes Objektif
Tes objektif adalah adalah tes yang keseluruhan informasi yang
diperlukan untuk menjawab tes telah tersedia. Oleh karenanya sering
pula disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selected response test).
b. Non Tes
Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan
psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek
kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Poerwanti, 2008:3-19 – 3-31),
yaitu:
1. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar
dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan
instrumen yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan
kemajuan belajar peserta didik, maupun observasi informal yang dapat
dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.
2. Angket
Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang
berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap (Attitude
Questionnaires).
25
Dalam membuat alat ukur yang akan digunakan haruslah membuat kisi-kisi.
Kisi-kisi (test blue-print atau table of specification) adalah format atau matriks
pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau
pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan
tertentu. Penyusunan kisi-kisi ini digunakan untuk pedoman menyusun atau
menulis soal menjadi perangkat tes. Adapun kisi-kisi tersebut didalamnya
meliputi:
a. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD);
b. Indikator;
c. Proses berfikir (C1 (ingatan), C2 (pemahaman), C3 (penerapan), C4 (analisis),
C5 (evaluasi), C6 (kreasi));
d. Tingkat kesukaran soal (rendah, sedang, tinggi);
e. Bentuk instrumen;
26
Tabel 2.3
Perbedaan Variabel Penelitian
Variabel yang Diteliti
Keterampilan
Nama Peneliti Aktivitas Minat Hasil
Berpikir CLIS
Belajar Belajar Belajar
Ilmiah
Nurhayati Silaban √ √
Fatika Candra F. √ √ √
Inayatul Alifviani √ √ √
Peneliti √ √ √