Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

MEMAKNAI DAN MEMPRAKTEKKAN WUDHU DAN TAYAMMUM

DI SUSUN OLEH :
WAHYUNI TRI
SERLIN

DOSEN PENGAMPU :
MUHAMMAD M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


( STKIP ) TAMAN SISWA BIMA
TAHUN AJARAN 2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 1

1.3 Tujuan Masalah ....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... . 3

2.1 Pengertian Wudhu dan Tayamum ........................................................... 3

2.2 Syarat Sah Wudhu dan Tayamum ............................................................ 4

2.3 Fardhu (Rukun) Wudhu dan Tayamum .................................................... 5

2.4 Sunnah Wudhu dan Tayamum ................................................................. 6

2.5 Hal Yang Membatalkan Wudhu dan Tayamum ....................................... 8

2.6 Mandi Wajib ............................................................................................ 9

2.7 Hal-Hal Yang Terlarang Bagi Orang Yang Berhadas ................................ 17

BAB III PENUTUP.................................................................................................. 21


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MEMAKNAI DAN
MEMPRAKTEKKAN WUDHU DAN TAYAMMUM”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
kelompok dalam mata kuliah pendidikan agama islam.

Atas bimbingan bapak dosen dan saran dari teman-teman maka di susunlah makalah ini.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi
salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.

Makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses perkuliahan.

Dalam menyusun makalah ini, kami banyak memeroleh bantuan dari berbagai pihak, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait. Dalam menyusun makalah ini kami
berusaha dengan segenap kemampuan untuk membuat makalah yang sebaik-baiknya. Sebagai pemula
tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini, oleh karenanya kami
mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini bisa menjadi lebih baik.

Demikianlah kata pengantar makalah ini dan kami berharap semoga makalah ini dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamualaikum Wr.Wb
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’,
wudhu ialah membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air pada
setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.

Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur).

Sebenarnya istilah mandi wajib ini agak kurang familiar didalam kitab-kitab fiqih,
para ulama lebih sering menyebutnya dengan istilah ghusl janabah ( ‫( الجنابة غسل‬atau
mandi janabah. Secara bahasa, Ibnu Faris dalam kamus Maqayis AlLughah menjelaskan
bahwa janabah itu sendiri berarti jauh, lawan dari kata dekat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:

1. Apakah pengertian Wudhu dan Tayamum


2. Apa saja syarat Wudhu dan Tayamum?
3. Bagaimana Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum?
4. Apa saja yang dapat membatalkan wudhu?
5. Apakah pengertian dari Mandi Wajib
6. Apa saja pekerjaan yang dilarang karena hadas?

1
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah berdasarkan uraian rumusan

masalah diatas, yaitu:

1. Untuk mengetahui pengertian Wudhu dan Tayamum


2. Untuk mengetahui syarat Wudhu dan Tayamum?
3. Untuk mengetahui Rukun dan Sunnah Wudhu serta Tayamum?
4. Untuk mengetahui hal yang dapat membatalkan wudhu?
5. Untuk mengetahui pengertian dari Mandi Wajib
6. Untuk mengetahui pekerjaan yang dilarang karena hadas?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wudhu dan Tayamum


A. Pengertian Wudhu
Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’,
wudhu ialah membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air pada
setiap bagian dari anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.

Menurut Sayyid Sabiq, definisi wudhu adalah kegiatan bersuci dengan


menggunakan air. Anggota badan yang disucikan di dalam wudhu adalah wajah, kedua
tangan, kepala dan kedua kaki. Sedangkan menurut abu sangkan, wudhu adalah ibadah
zikir yang merupakan sarana pembersihan jiwa, yang dimulai dari sisi paling luar (fisik)
sampai ke dalam rohaninya.1

Perintah wajib wudhu bersamaan dengan perintah wajib shalat lima waktu, yaitu
satu tahun setengah sebelum tahun hijriah. Firman Allah Swt dalam QS. AlMaidah: 6 :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (QS. Al-Maidah: 6)2

B. Pengertian Tayamum
Tayamum ialah mengusapkan tanah kemuka dan kedua tangan sampai siku
dengan beberapa syarat. Tayamum adalah pengganti wudhu atau mandi, sebagai
rukhsah (keringanan) untuk orang yang tidak dapat memakai air karena beberapa
halangan (uzur), yaitu:

3
1. Uzur karena sakit. Kalau ia memakai air, bertambah sakitnya atau lambat
sembuhnya.

2. Karena dalam perjalanan.


3. Karena tidak ada air3
Firman Allah Swt dalam QS. Al-Maidah:6

“dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah
mukamu dan tanganmu dengan tanah itu”

2.2 Syarat Sah Wudhu dan Tayamum


A. Syarat Wudhu
Terdapat beberapa syarat sah wudhu, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Islam
2. Mumayiz, karena wudhu itu merupakan ibadah yang wajib diniati, sedangkan orang
yang tidak beragama islam dan orang yang belum mumayiz tidak diberi hak untuk
berniat.

3. Tidak berhadas besar.


4. Dengan air yang suci dan menyucikan.
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit, seperti getah dan sebagainya
yang melekat di atas kulit anggota wudhu. 4

3
4

4
B. Syarat Tayamum
1. Sudah masuk waktu shalat. Tayamum disyariatkan untuk orang yang terpaksa.
Sebelum masuk waktu shalat ia belum terpaksa, sebab salat belum wajib
atasnya ketika itu.

Sudah diusahakan mencari air, tetapi tidak dapat, sedangkan waktu sudah
masuk. alasannya adalah kita disuruh bertayamum bila tidak ada air sesudah
dicari dan kita yakin tidak ada kecuali orang sakit yang tidak diperbolehkan
memakai air, atau ia yakin tidak ada air di sekitar tempat itu, maka mencari air
tidak menjadi syarat baginya.

3. Dengan tanah yang suci dan berdebu. Menurut pendapat Imam Syafii tidak sah
tayamum selain dengan tanah menurut pendapat imam yang lain, boleh (sah)
tayamum dengan tanah, pasir, atau batu.

4. Menghilangkan najis. Berarti sebelum melakukan tayamum itu hendaklah ia


bersih dari najis, menurut pendapat sebagian ulama; tetapi menurut pendapat
yang lain tidak.5

2.3 Fardhu (Rukun) Wudhu dan Tayamum


A. Fardhu Wudhu
1. Niat. Hendaklah berniat (menyengaja) menghilangkan hadas atau menyengaja
berwudhu. Sabda Rasulullah Saw:

“Sesungguhnya segala amal itu hendaklah dengan niat” ( Riwayat Bukhari dan
Muslim).

Yang dimaksud dengan niat menurut syara’ yaitu kehendak sengaja melakukan
pekerjaan atau amal karena tunduk kepada hokum allah Swt.

Firmal Allah Swt:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan


memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (QS. Al-Bayyinah: 5)

5
Membasuh muka. Berdasarkan ayat diatas (Al-Maidah: 6). Batas muka yang
wajib dibasuh ialah dari tempat tumbuh rambut kepala sebelah atas sampai
kedua tulang dagu sebelah bawah; lintangnya, dari teling ke telinga; seluruh
bagian muka yang tersebut tadi wajib dilebihkan sedikit agar kita yakin terbasuh
semuanya. Menurut kaidah ahli fiqh, “sesuatu yang hanya dengan dia dapat
disempurnakan yang wajib, maka hukumnya juga wajib”.

3. Membasuh dua tangan sampai ke siku. Maksudnya, siku juga wajib dibasuh.
Keterangannya adalah di QS. Al-Maidah: 6.

4. Menyapu sebagian kepala. Walaupun hanya sebagian kecil, sebaiknya tidak


kurang dari selebar ubun-ubun, baik yang disapu itu kulit kepala ataupun
rambut.

5. Membasuh dua telapak kaki sampai kedua mata kaki. Maksudnya, dua mata kaki
juga wajib dibasuh

6. Menertibkan rukun-rukun diatas. Selain dari niat dan membasuh muka,


keduanya wajib dilakukan bersama-sama dan didahuluka dari yang lain. 6

B. Fardhu Tayamum
1. Niat. orang yang akan melakukan tayamum hendaklah berniat karena hendak
mengerjakan salat dan sebagainya, bukan semata-mata untuk menghilangkan
hadas saja sebab sifat tayamum tidak dapat menghilangkan hadas hanya
diperbolehkan untuk melakukan salat karena darurat.

2. Mengusap muka dengan tanah


3. Sikap kedua tangan sampai siku dengan tanah
4. Menertibkan rukun-rukun. Artinya mendahulukan muka dari tangan. 7

6
7

6
2.4 Sunnah Wudhu dan Tayamum
A. Sunnah Wudhu
1. Membaca “bismillah” pada permulaan wudhu.

Membasuh kedua telapak tangan sampai pada pergelangan, sebelum berkumur-


kumur.

3. Berkumur-kumur
4. Memasukkan air ke hidung.
5. Menyapu seluruh kepala
6. Menyapu kedua telinga luar dan dalan
7. Menyilang-nyilangi jari kedua tangan dengan cara berpanca dan
menyilangnyilangi jari kaki dengan kelingking tangan kiri, dimulai dari kelingking
kaki kanan, disudahi pada kelingking kaki kiri. Sunah menyilangi jari, kalau air
dapat sampai di antara jari dengan tidak disilangi. Tetapi apabila air tidak sampai
diantaranya kecuali dengan disilangi, maka menyilangi jari ketika itu menjadi
wajib, bukanlah sunnah.

8. Mendahulukan anggota kanan daripada kiri. Rasulullah Saw. Suka memulai


dengan anggota yang kanan daripada anggota yang kiri dalam beberapa
pekerjaan beliau. Nawawi berkata, “Tiap pekerjaan yang mulia dimulai dari
kanan. Sebaliknya pekerjaan yang hina, seperti masuk kamar mandi hendaklah
dimulai dari kiri.”

9. Membasuh setiap anggota tiga kali, berarti membasuh muka tiga kali, tangan
tiga kali, dan seterusnya.

10. Berturut-turur antara anggota. Maksudnya dengan berturut-turut disini ialah


“sebelum kering anggota pertama, anggota kedua sudah dibasuh”, dan sebelum
anggota kedua, anggota ketiga sudah dibasuh pula, dan seterusnya.

11. Jangan meminta pertolongan kepada orang lain kecuali jika terpaksa karena
berhalangan, misalnya sakit.

12. Tidak diseka, kecuali apabila ada hajat, umpamanya sangat dingin

7
13. Menggosok anggota wudhu agar lebih bersih.
14. Menjaga supaya percikan air itu jangan kembali ke badan.
15. Jangan bercakap-cakap sewaktu berwudhu, kecuali apabila ada hajat.
16. Bersiwak (bersugi atau menggosok gigi) dengan benda yang kesat, selain bagi
orang yang berpuasa sesuadah tergelincir matahari.

17. Membaca dua kalimat syahadat dan menghadap kiblat ketika wudhu.
18. Berdoa sesudah selesai wudhu.
19. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai wudu

8
B. Sunnah Tayamum
1. Membaca bismillah. Dalilnya adalah hadits sunnah wudhu, tayamum merupakan
pengganti wudhu.

2. Mengembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang diatas tangan itu
menjadi tipis.

3. Membaca dua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum sebagaimana sesudah


selesai berwudhu8

2.5 Hal Yang Membatalkan Wudhu dan Tayamum


A. Hal Yang Membatalakan Wudhu
1. Keluar sesuatu dari dubur maupun qubul, baik berupa zat ataupun angina, yang
biasa ataupun tidak biasa, seperti darah; baik yang keluar itu najis ataupun suci,
seperti ulat.

2. Hilang akal. Hilang akal karena mabuk atau gila. Demikian pula karena tidur
dengan tempat keluar angina yang tidak tertutup. Sedangkan tidur dengan pintu
keluar angina yang tertutup, seperti orang tidur dengan duduk yang tetap,
tidaklah batal wudhunya.

Adapun tidur dengan duduk yang tetap keadaan badannya, tidak membatalkan
wudhu karena tiada timbul sangkaan bahwa ada sesuatu yang keluar darinya.

3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan. Dengan bersentuhan itu


batal wudhu yang menyentuh dan yang disentuh, dengan syarat bahwa
keduanya sudah sampai umur atau dewasa, dan diantara keduanya bukan
“mahram”, baik mahram turunan, pertalian persusuan, ataupun mahram
perkawinan.

4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan, baik kemaluan
sendiri ataupun kemaluan orang lain, baik kemaluan orang dewasa ataupun

9
kemaluan anak-anak. Menyentuh ini hanya membatalkan wudhu yang
menyentuh saja.9

B. Hal Yang Membatalkan Tayamum


1. Tiap hal yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum
2. Ada air. Mendapatkan air sebelum salat, batallah tayammum bagi orang yang
tayamum, karena ketiadaan air bukan karena sakit. 10

2.6 Mandi Wajib


Sebenarnya istilah mandi wajib ini agak kurang familiar didalam kitab-kitab fiqih, para
ulama lebih sering menyebutnya dengan istilah ghusl janabah ( ‫( ةالجناب غسل‬atau mandi
janabah. Secara bahasa, Ibnu Faris dalam kamus Maqayis AlLughah menjelaskan bahwa
janabah itu sendiri berarti jauh, lawan dari kata dekat. Disebut jauh karena seseorang
yang sedang berstatus janabah dia sedang dalam posisi jauh (tidak bisa melakukan)
sebagian ritual ibadah, semisal shalat, membaca AlQuran serta berdiam diri di masjid,
dst. istilah janabah digunakan untuk menunjukkan kondisi seseorang yang sedang
berhadats besar karena telah melakukan hubungan suami istri, ataupun sebab-sebab
lainnya, janabah dan hadats besar itu adalah dua kata yang mempunyai maksud yang
sama. Jika ada seseorang yang berkata: “Saya sedang dalam kondisi janabah” , itu berarti
dia sedang dalam keadaan berhadats besar.

Mereka yang sedang dalam kondisi janabah ini hukumnya wajib mandi terlebih dahulu
agar bisa menjadi suci kembali sehingga bisa melaksanakan ibadah lainnya, semisal
shalat, membaca AlQuran, berdiam diri di masjid, dst. Karena hukum wajib inilah
akhirnya orang-orang kita lebih sering menyebutnya dengan istilah mandi wajib sebagai
lawan dari mandi yang tidak wajib, penggunaan istilah mandi wajib ini juga mempunyai
nilai posistif, setidaknya untuk lebih menguatkan bahwa memang dalam kondisi janabah
(berhadats besar) seseorang wajib mandi agar bisa suci kembali.

9
10

10
A. Sebab Mandi Wajib
Diantara hal yang bisa membuat seseorang berada dalam kondisi hadats besar adalah
sebagai berikut:

1. Keluar mani
Mani itu adalah benda cair yang keluar dari kemaluan dengan aroma yang khas, agak
amis, sedikit kental dan mudah mengering seperti telur bila telah mengering. Perkara
mani bukan hanya bersumber dari laki-laki, dari perempuan juga ada, dan bagi
perempuan juga memiliki kewajiban yang sama jika mani keluar dari mereka. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Dari Ummi Salamah radhiyallahu anha bahwa
Ummu Sulaim istri Abu Thalhah bertanya: "Ya Rasulullah sungguh Allah tidak malu bila
terkait dengan kebenaran, apakah wanita wajib mandi bila bermimpi? Rasulullah SAW
menjawab: "Ya, bila dia mendapati air mani". (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Bertemunya dua kemaluan


Ini adalah bahasa lain dari hubungan intim sepasang suami istri (bukan hanya sebatas
menempel), baik disertai keluarnya mani atau tidak, yang jelas sebatas bertemunya dua
kemaluan, maka kondisi itu sudah membuat seseorang wajib mandi. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bila dua kemaluan bertemu atau bila kemaluan
menyentuh kemaluan lainnya maka hal itu mewajibkan mandi janabah”

3. Keluarnya Haidh
Haidh adalah darah yang kelur dari seorang perempuan, ini pertanda bahwa mereka
sudah sampai umur, umumnya keluarnya diusia remaja, tapi tidak sedikit walaupun
masih umur setingkat kelas empat Sekolah Dasar sebagaian dari mereka sudah
mendapati darah haidh. Darah ini agak berbeda dari jenis darah pada umumnya.
Kewajiban mandi ini sebagaimana firman Allah swt :

“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu


adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu
dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai
dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang
yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.”

11
Suci yang dimaksud adalah setelah mereka berhenti dari haidhnya dan mandi, demikian
At-Thabari menjelaskan dalam kitab tafsirnya. Itu artinya halalnya hubungan suami istri
setelah para istri mandi, berarti mandi itu hukumnya wajib. Rasulullah saw bersabda
“Apa bila haidh tiba tingalkan shalat apabila telah selesai (dari haidh) maka mandilah dan
shalatlah” (HR Bukhari dan Muslim).

4. Keluarnya Nifas
Nifas adalah darah yang keluar mengiringi keluarnya bayi juga darah yang keluar
setelahnya. Keluarnya darah nifas ini mewajibkan mandi walaupun ternyata bayi yang
dilahirkan dalam keadaan meninggal dunia. Yang jelas setelah darah ini berhenti, maka
bersegeralah untuk mandi, agar bisa menjalankan aktivitas ibadah yang selama ini
tertinggal. Kewajiban mandi ini didasarkan kepada ijma’

(konsensus) para ulama, seperti yang tegaskan oleh Ibnul Mundzir.

5. Melahirkan
Sebagian ulama menilai bahwa melahirkan juga bagian dari hal yang mewajibkan
seseorang mandi, walaupun melahirkannya tidak disertai nifas.

6. Meninggal dunia
Ini adalah kondisi terakhir yang membuat seseorang wajib mandi, karena sudah
meninggal dunia dan tidak mampu untuk mandi sendiri, maka kewajiban memandikan
berada dipundak mereka yang masih hidup, tentunya dengan adabadabnya. Rasulullah
saw berkata saat salah satu putri beliau meninggal dunia: “Mandikanlah ia tiga kali atau
lima kali atau lebih dari sana” (HR. Bukhari dan

Muslim)

7. Masuk Islamya Kafir


Perkara Islamnya kafir ini memang menjadi perdebatan diantara para ulama,
apakah mereka wajib mandi atau tidak. Para ulama dari madzhab Maliki dan Hanbali
berpendapat bahwa orang kafir yang masuk Islam wajib mandi , setidaknya didasari oleh
sabda Rasulullah saw berikut ini: َ “Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra bahwa Tsumamah
bin Atsal ra dahulunya baru masuk Islam, lalu Rasulullah saw berkata: “Bawalah ia ke
salah satu dinding bani fulan, dan perintahkanlah ia untuk mandi” (HR. Ahmad). Selain
itu besar kemungkinan bahwa mereka yang kafir itu pernah mengalami status janabah

12
baik karena mimpi, atau hubungan suami istri, dst, sehingga atas dasar inilah mereka
wajib mandi, kalaupun sebab janabah itu sendiri tidak ada, tetap saja masuk Islamnya itu
menjadi sebab mandi. Dan dalam kedua madzhab ini kewajiban mandi ini tidak
membedakan antara mereka yan kafir asli dan murtad.

2.6 Dalil-Dalil Mandi


1. Al-Qur’an

Qur-an Surah Al-Maidah Ayat 6

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika
kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah: 6)

2. Dalil Hadits

Dalam hadits berikut ini, Aisyah ra memberikan keterangan kepada kita semua
tetang mandi janabahnya Rasulullah saw:

“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An Nasa-i no.

247. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, “Penguatan makna dalam hadits ini menunjukkan
bahwa ketika mandi beliau mengguyur air ke seluruh tubuh”

13
Dari Jubair bin Muth’im berkata, “Kami saling memperbincangkan tentang mandi

janabah di sisi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda,

“Saya mengambil dua telapak tangan, tiga kali lalu saya siramkan pada kepalaku,
kemudian saya tuangkan setelahnya pada semua tubuhku.” (HR. Ahmad 4/81.
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat

Bukhari Muslim)

Mandi janabah tetap sah walaupun dianggap kurang sempurna. Dan ada juga
yang sifatnya makruh, dimana hal itu baiknya jagan dilakukan saat melakukan ritual
mandi janabah.

1. Mandi Wajib
Sederhananya, ada tiga hal saja yang penting untuk diketahui dan tentunya wajib
untuk dilakukan sehingga aktivitas mandi wajib dinilai sah adalah:

a. Niat Mandi Wajib


Memang semua ulama sepakat bahwa niat itu letaknya di hati, sebagai tekad dan
azam utuk melaksanakan suatu ibadah , namun sebagian ulama lainnya
membolehkan bahkan menyarankan jika memang niat itu diawali atau disertai

dengan lafazh niat. Jika memang ada yang ingin melafazhkan niat,

“Aku niat mandi wajib untuk mensucikan hadas besar dari haid karena Allah

Ta’ala.”

b. Menghilangkan Najis Yang Melekat Di Badan (Jika Ada)


Khususnya najis-najis yang mungkin masih menempel ditubuh setelah haidh dan
nifas, atau setelah berhubungan suami istri, atau najis-najis lainya yang mungkin
ada.

c. Meratakan Air Keseluruh Tubuh


Meratakan yang dimaksud adalah memastian bahwa air mandi itu sampai ke
seluruh tubuh, tanpa harus memakai sabun atau sampo. 11

11

14
2. Mandi Sunnah
Selain mandi wajib tersebut, dalam kitab Fikih Manhaji jug membahas mandi-
mandi sunnah. Mandi sunnah merupakan mandi yang lebih afdhol (baik) dikerjakan dan
tidak berdosa jika tidak mengerjakannya. Mandi sunnah tersebut ada beberapa, yaitu :

1. Mandi hari Jum’at disunatkan bagi orang yang bermaksud akan mengerjakan
shalat Jum’at, agar baunya yang busuk tidak mengganggu orang di sekitar tempat
duduknya. Kesunatan mandi Jumat ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi
Muhammad Saw : Dari Ibnu Umar. Ia berkata “Rasulullah SAW telah bersabda
“Apabila salah seorang hendak pergi shalat Jum’at, hendaklah ia mandi (HR.
Muslim).

2. Mandi Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha Dari Faqih bin Sa’di. Sesungguhnya
Nabi SAW mandi pada hari Jum’at, hari Arafah, hari raya

Idul Fitri, dan pada hari raya Idul Adha (hari haji). (HR. Abdullah bin Ahmad) 3.
Mandi orang gila apabila ia sudah sembuh dari gilanya. Hal ini dikarenakan ada
kemungkinan orang tersebut pada masa gilanya keluar mani (junub).

3. Mandi tatkala hendak ihram haji atau umrah Dari Zaid bin Tsabit, sesungguhnya
rasulullah SAW, membuka pakaian beliau ketika hendak ihram, dan beliau mandi.
(HR. Turmudzi)

4. Mandi sehabis memandikan mayat. Orang yang ikut memandikan jenazah,


setelah selesai maka orang tersebut disunnahkan untuk mandi. Rasulullah SAW
bersabda : Barang siapa memandikan mayat, hendaklah ia mandi; dan barang
siapa membawa mayat, hendaklah ia berwudlu. (HR. Turmudzi).

5. Mandi Gerhana. Pada waktu gerhana, baik gerhana matahari maupun gerhana
bulan seorang muslim disunnahkan untuk mandi. Disunnahkan mandi untuk
shalat gerhana matahari dan gerhana bulan, dalilnya adalah qiyas kepada hari
Jum’at. Salat Jum’at sama pengertiannya dengan salat gerhana dari segi bahwa di
dalamnya disyariatkan Jamaah dan berkumpul.

15
6. Mandi Istisqa’. Mandi Istisqa’ mandi yang disunnahkan sebelum mengerjakan
salat istisqa’. Disunnahkan mandi sebelum keluar untuk shalat istisqa’, dikiyaskan
kepada mandi untuk shalat gerhana.

A. Tata Cara Mandi


1. Niat, dilakukan pada waktu memulai pekerjaan membersihkan baganbagian
badan yang pertama, dan tidak batal bila diniatkan lebih awal, dalam jarak waktu
yang tidak terlalu lama.

2. Mengalirkan air ke seluruh tubuh sampai merata. Apabila masih belum dianggap
merata, maka boleh disiram beberapa kali.

Selain rukun mandi tersebut, ada beberapa amaliah sunnah yang lebih afdhol
dikerjakan ketika mandi. Sunnah-sunnah tersebut yaitu membaca “Basmalah” pada
permulaan mandi, berwudlu sebelum mandi menggosok-gosok seluruh badan dengan
tangan mendahulukan yang kanan daripada yang kiri, tertib. Kemudian ada juga hal-hal
yang dipandang makruh dalam mandi yaitu : 1. Berlebih-lebihan dalam menggunakan air,
karena berlebihan itu sesuatu yang mubadzir, tidak sesuai dengan perbuatan Nabi SAW.
2. Mandi di air yang tergenang. Berdasarkan riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah RA,
bahwa Nabi SAW berkata: “Jangan mandi salah seorang di antara kalian di air yang diam,
sementara dia sedang berjunub.”

B. Hikmah Mandi
Berdasarkan Kitab Fikih Manhaji, ada beberapa hikmah atau manfaat dengan
disyariatkannya mandi bagi orang Islam. Adapun beberapa hikmah mandi tersebut yaitu :

1. Memperoleh pahala : Mandi dalam pengertian syar’i merupakan ibadah karena di


dalamnya ada penerapan perintah syara’ dan pengamalan hukumnya. Di dalam
mandi ada pahala besar, karena itu, Rasulullah SAW bersabda: “Kesucian
setengah dari iman” (Diriwayatkan Muslim: 222), yaitu separuh atau bagian
darinya, kesucian itu mencakup wudlu dan mandi.

16
2. Mendapatkan kebersihan : Ketika seorang muslim mandi, ia membersihkan
kotoran yang mengenai tubuhnya, daki yang menempel, atau keringat yang
menyebabkan bau.

3. Membawa Kesegaran Badan : Mandi menyebabkan seseorang memperoleh


kehidupan dan kesegaran. Hilanglah keloyoan, kelemahan, dan kemalasan,
terlebih setelah adanya sebab-sebab yang mewajibkan, seperti bersetubuh. 13

2.7 Hal-Hal Yang Terlarang Bagi Orang Yang Berhadas


1. Tidak Boleh Membaca Sedikit pun dari Mushaf Al-Qur’an

Para ulama empat madzhab sepakat bahwa haram bagi orang yang junub
membaca Al-Qur’an. Dalil pendukungnya adalah hadits berikut dari

‘Ali bin Abi Thalib,


“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamtidaklah melarang dari membaca AlQur’an
sedikit pun juga kecuali dalam keadaan junub.” (HR. Ibnu Hibban, 3:79; Abu
Ya’la dalam musnadnya, 1:400. Husain Salim Asad menyatakan bahwa sanad
hadits ini hasan)

Abul Hasan Al-Mawardi menyatakan bahwa haramnya membaca Al-


Qur’an bagi orang yang junub sudah masyhur di kalangan para sahabat

Nabi, sampai hal ini tidak samar lagi bagi mereka baik di kalangan laki-laki
maupun perempuan.” (Al-Hawi Al-Kabir, 1:148).

Ibnu Taimiyyah rahimahullahmengatakan, “Menurut jumhur (mayoritas)


ulama dari empat madzhab dan lainnya, orang junub dilarang membaca Al-
Qur’an sebagaimana ada hadits yang mendukung hal ini.”

(Majmu’ah Al-Fatawa, 17:12)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin dalam Liqa’ Al-Bab Al-Maftuh


menyatakan, “Wajib bagi yang junub untuk mandi sebelum membaca Al-Qur’an.
Karena membaca Al-Qur’an bagi orang yang junub

17
itu diharamkan menurut pendapat paling kuat. Tidak boleh membaca AlQur’an
sedikit pun dengan niatan untuk qira’ah (membaca) ketika dalam keadaan junub.”

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin juga ditanya mengenai hukum


membaca Al-Qur’an bagi orang junub. Jawaban beliau rahimahullah adalah tidak
boleh. Karena ada hadits yang melarang. Adapun kalau ia membaca Al-Qur’an
dengan maksud doa, seperti membaca “ALHAMDULILLAHI ROBBIL
‘AALAMIIN” atau ia berdoa “ROBBANAA LAA TUZIGH QULUUBANAA
BA’DA IDZ

HADAYTANAA WAHAB LANAA MILLADUNKA ROHMAH,

INNAKA ANTAL WAHHAAB”, maka tidaklah mengapa. Namun kalau


maksudnya tilawah dalam membaca ayat tadi, maka tidaklah boleh. (Liqa’at

Al-Bab Al-Maftuh, no. 108).


2. Diam Di Masjid Bagi Orang Junub

Allah Ta’alaberfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam
keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula
hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekadar berlalu
saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau
datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian
kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu d12engan tanah yang baik
(suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi
Maha Pengampun.” (QS. An-Nisaa’: 43)13

Kebanyakan (baca: jumhur) ulama melarang orang junub berdiam lama di


masjid. Yang berbeda dari pendapat ini adalah Ibnu Hazm dan Daud Az-Zahiri
masih menganggap boleh. Di antara dalil yang dijadikan dasar dari jumhur ulama
adalah surat An-Nisa’ ayat 43 di atas.

Dari ayat di atas disimpulkan bahwa masih dibolehkan kalau orang junub
cuma sekadar lewat, tanpa berdiam lama di masjid.

12
13

18
Dalam Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah(16:54) disebutkan, “Diharamkan bagi
yang junub untuk masuk dalam masjid dan berdiam di dalamnya. Ulama
Syafi’iyah, Hambali dan sebagian Malikiyyah menyatakan bahwa sekadar lewat
saja boleh sebagaimana dikecualikan dalam ayat,

“(Jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali
sekadar berlalu saja.”

Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan menjadi pendapat ulama


Malikiyah, masih boleh berlalu saja dalam masjid dengan syarat bertayamum
dahulu.”

Dalam penjelasan di halaman yang sama, orang junub tidak


dibolehkan untuk i’tikaf berdasarkan ayat di atas.

3. Hukum Wanita Haidh Masuk Masjid

Syaikh Khalid Al-Mushlih hafizahullahditanya, “Apakah boleh wanita haid


menghadiri majelis Al Qur’an (di masjid)?”

Jawab beliau, “Wanita haidh boleh saja masuk masjid jika ada hajat, inilah
pendapat yang lebih tepat. Karena terdapat dalam kitab shahih (yaitu Shahih

Muslim) bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamberkata kepada

‘Aisyah, “Berikan padaku sajadah kecil di masjid.” Lalu ‘Aisyah berkata,

“Saya sedang haid.” Lantas Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,


“Sesungguhnya haidmu itu bukan karena sebabmu.”
Hal ini menunjukkan bahwa boleh saja bagi wanita haid untuk memasuki
masjid jika: (1) ada hajat; dan (2) tidak sampai mengotori masjid. Demikian dua
syarat yang mesti dipenuhi bagi wanita haid yang ingin masuk masjid.

Berikut adalah hal-hal yang terlarang bagi orang yang berhadas secara

spesifik :

1. Orang yang berhadas kecil dilarang :


• Shalat

19
• Thawaf

• Menyentuh dan membaca mushaf Al-Qur’an(sebagian ulama ada yg


memperolehkan)

2. Orang yang berhadas besar karena bercampur suami istri atau keluarnya
mani dilarang :

• Shalat

• Thawaf

• Menyentuh dan membawa mushaf Al-Qur’an serta membacanya

• I'tikaf dimasjid

3. Orang yang berhadas besar karena haid, wiladah, dan nifas dilarang :
• Shalat

• Thawaf

• Puasa

• Menyentuh, membawa, dan membaca mushaf Al-Qur’an

• I'tikaf dimasjid

• Berhubungan suami istri

• 14
Bercerai.

BAB III
PENUTUP

14

20
3.1 Kesimpulan
Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari hadas kecil dan
hadas besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu’, mandi dan tayammum. Wudhu’ adalah
salah satu ibadah yang dilakukan dengan cara mencuci sebahagian anggota tubuh dengan
air dengan sarat dan rukun sebagai syarat sah sholat yang dilaksanakan sebelum
melaksanakan sholat dan ibadah yang lainnya.

Mandi (al-ghusl) adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air yang
disertai dengan rukun mandi.

Sedangkan tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian anggota tubuh


(muka dan tangan) sebagai ganti wudhu’ yang dilakukan karena adanya uzur bagi orang
yang tidak dapat memakai air, yang mempunyai sarat dan rukun

21

Anda mungkin juga menyukai