Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

WUDHU DAN SHALAT


Diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agama
Dosen pengampu : Dr.Dindin Saefudin,S.Pd.M.Pd

Disusun oleh: Alya Aqilah R.2102020022


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SEBELAS APRIL
2021/2022
Kata Pengantar

Alhamdulillah puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWTkarna telah
melimpahkan rahmat dan karunia nya saya dapat menyelesaikan tugas agama, yaitu makalah
wudhu dan shalat.
Tugas agama, yaitu makalah wudhu dan shalat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah agama.Saya mengucapkan banyak terimakasih keapa bapak yang telah memberi
tugas ini .
Tentu saja tugas ini masih banyak kekurangannya, jadi kritik dan saran dari banyak pihak akan
membuat saya menjadi yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sumedang,10,Desember,2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.............................................................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................2
C. Tujuan dan Manfaat Penulisam Makalah.....................................................................................3

. BAB II PEMBAHASAN…...
……………………………………………………………………………….3

A. Wudhu………………………………………………………………………………………..3
a. Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu……………………………………………….4
b. Rukun Wudhu………………………………………………………………………..5
c. Syarat-syarat Wudhu…………………………………………………………………6
d. Sunah-sunah Wudhu…………………………………………………………………7
e. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu………………………………………………….8
B. Sholat…………………………………………………………………………………………4
a. Pengertian Shalat ....................................................................................................... 3
b. Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat.......................................................................... 4
c. Syarat-syarat Shalat ................................................................................................. 7
d. Cara Mengerjakan Shalat ......................................................................................... 8
e. Rukun Shalat ........................................................................................................... 9
f. Hal-hal yang Membatalkan Shalat........................................................................... 10
g. Sunnah dalam Melaksanakan Shalat ......................................................................
11

BAB III PENUTUP


………………………………………………………………………………………...5

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………….…6

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………………7


BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Dalam kehidupan umat islam masyarakat meyakini dan mengetahui bahwa shalat
merupakan perintah yang harus di lakukan atau di anjurkan oleh ummat islam itu sendiri.
Didalam pelaksanaan shalat ada beberapa hal yang harus di lakukan seseorang yang hendak
melaksanakan shalat seperti mempunyai wudhu, suci tempatnya atau pakaiannya karena
kedua hal tersebut merupakan salah satu dari syarat shalat sehingga ketika seseorang
melakukan shalat dan keduanya ditinggalkan maka hal tersebut dapat membatalkan shalat
seseorang karena ketika salah syarat shahnya shalat di tinggalkan maka secara langsung
shalatnya itu tidak di terima oleh Allah, baik itu shalat yang wajib ataupun shalat sunnah,
yang keduanya itu pernah di lakukan/dipraktekkan oleh Nabi Muhammad SAW sehingga
sampai sekarang hal itu dilakukan secara berkesinambungan
Setiap orang yang akan melaksanakan sholat tentu akan berwudhu terlebih dahulu.
Banyak yang kita lihat orang berwudhu asal-asalan atau tidak sempurna. Kadang-kadang ada
bagian anggota wudhu yang tidak terkena air. Padahal kalau mereka tau betapa agungnya
syariat Islam tentang wudhu ini tentu akan berusaha menyempurnakan wudhunya.
Dari kegiatan yang dilakukan dengan berwudhu, jelas sekali prinsip Islam dalam menjaga
kebersihan anggota tubuh yang sering terbuka. Kebershan pangkal kesehatan. Ini dilakukan
minimal 5 kali sehari. Belum lagi kalau ditinjau dari segi rohaninya. Semua anggota tubuh
dari sering bermaksiat, sering berbuat dosa.
Tangan mungkin diperunakan untuk memukul orang, mengambil milik orang lain, mulut
mungkin mnenyakiti hati orang, atau memakan barang haram, hidung mungkin mencium hal-
hal yang tidak boleh dicium, mata yang ada dimuka memandang hal-hal yang tidk layak
dipandang, telinga mungkin sering mendengar kata-kata yang tidak panta untuk didengar.
Dan kaki mungkin sering dipergunakan untuk melangkah ke tempat yang dilarang Allah swt.
Dengan melakukan wudhu dengan sempurna, rohani dan jasmani menjadi bersih, jernih dan
segar.
Maka dapat disimpulkan bahwa wudhu sangat penting bagi setiap ummat islam. Karena
tanpa berwudhu tidaklah sah sholat seseorang. Dalam arti tidaklah sempurna ibadah yang kita
lakukan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian wudhu dan dasar hukumnya?

2. Apa saja rukun-rukun wudhu beserta syarat-syarat wudhu?

3.Apasaja yang membatalkan wudhu

4.Hal-hal apa saja yang membatalkan shalat?

5. Apa syarat-syarat shalat?

6. Apa saja dalil-dalil yang mewajibkan shalat?


C. Tujuan dan Manfaat Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini ialah untuk dapat memenuhi tugas mata kuliah
agama yang dibina oleh bapak Dr.Dindin Saefudin,S.Pd.M.Pd. sehingga dengan penulisan
makalah ini saya dapat mengetahui lebih luas tentang wudhu dan shalat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu
1. Pengertian Secara Bahasa
Al Imam Ibnu Atsir Al-Jazary rohimahumullah (seorang ahli bahasa) menjelaskan
bahwa jika dikatakan wadhu’ (‫)اَ ْل َوضُو ْء‬, maka yang dimaksud adalah air yang
digunakan berwudhu.Bila dikatakan wudhu (‫)الُوضُو ْء‬, maka yang diinginkan di situ
adalah perbuatannya.Jadi, wudhu adalah perbuatan sedang wadhu adalah air wudhu.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy rohimahulloh, kata wudhu terambil dari kata al-
wadho’ah / kesucian (‫)اَ ْل َوضُو ْء‬.Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat
membersihkan diri dengannya.Akhirnya, ia menjadi orang yang suci.”
2. Pengertian Secara Syari’at
Sedangkan menurut Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-Sadlan Hafishohulloh:
ِ ْ‫ص ٍة فِى ال َّشر‬
‫ع‬ ِ ‫ضا ِء ْاالَرْ بَ َع ِة َعلَى‬
َ ْ‫صفَ ٍة َم ْخصُو‬ َ ‫ اَ ْستَ ْع ِم ُل َما ٍء طَهُوْ ٍر فِى اَْأل ْع‬: ‫َم ْعنَى ْال ُوضُوْ ِء‬
Artinya: mak awudhu adalah menggunakan air yang suci lagi menyucikan pada
anggota-anggota badan yang empat (wajah, tangan, kepala dan kaki) berdasarkan tata
cara yang khusus menurut syariat”.
Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk peribadatan
kepada Alloh Ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan tata cara yang
khusus
a. Sabda Rosululloh
َ ‫صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ د‬
‫َث َحتَّى يَت ََوضَّا َء‬ َ َ‫الَيَ ْقبَ ُل هللا‬
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats, sehingga
ia berwudhu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
b. Ijma’
Telah terjalin kesepakatan kaum muslim atas disyari’atkannya wudhu semenjak zaman
Rosululloh hingga sekarang ini, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa ia adalah
ketentuan yang berasal dari agama.
B. Rukun Wudhu
Dalam kitab Fathul Mu’in disebutjkan ada 6 hal yang menjadi rukun wudhu:[3][5]
1. Niat fardhunya wudhu ketika pertama kali membasuh wajah
2. Membasuh waja
3. Membasuh kedua tangan dari telapak dan lengan sampai siku
4. Membasuh sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaki beserta jkedua mata kaki
6.Tertib
Dan terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang menyebutkan
4 saja, sebagaimana yang tercantum dalam ayat Qur’an, namun ada juga yang menambahinya
dengan berdasarkan dalil dari sunnah.
C. Syarat-syarat Wudhu
1 Dikerjakan dengan air mutlaq
2. Mengalirkan air di atas anggota yang dibasuh
3. Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air, yaitu perubahan yang
merusakkan nama air mutlak itu
4. Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan anggota yang
dibasuh
5. Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats
D. Sunah-sunah Wudhu
1. Membaca basmalah sebelum mengambil air untuk membasuh muka sambil niat berwudhu
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan, dicuci dengan air yang suci 3x (tiga
kali)
3. Berkumur
4. Beristisyaq (menghirup air ke dalam hidung) Dan sunnah mengeraskan berkumur dan
beristinsyaq bagi yang tidak puasa, dan makruh bagi yang puasa. Berkumur dan istinsyaq
dilakukan 3x.
5. Istinsaar (membuang air dari hidung) dengan meletakkan jari telunjuk dan ibu jari tagan
kiri di atas hidung. Jika dalam hidung terdapat kotoran yang keras, hendaklah dikeluarkan
dengan jari kelingking tangan kiri.
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga Dalam mengusap
telinga harus menggunakan air yang babru, bukan air yang habis digunakan mengusap
kepala.
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-
sela jariCaranya pada tangan ialah meletakkan bagian dalam pada salah satu telapak tangan di
atas telapan tangan yang lain sambil memasukkan jari tanganpada tangan lain. Dan caranya
pada kaki adalah meletakkan jari-jari tangan kiri diantara jari kaki, dimulai dari jari
kelingking kaki kanan dan berakhir pada kelingking kiri pada bagian bawah kaki.
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian bawah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota yaitu membasuh wajah mulai bagian atas sampai bawah
dan membasuh kedua tangan mulai jari-jari sampai siku, mengusap kedua kepala mulai dari
tempat yang biasa ditumbuhi rambut sampai bagian atas kepala, dan membasuh kedua kaki
dari ujung jari-jari sampai kedua mata kaki
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib seperti wajah, tangan, kaki
12. Membasuh dua atau tiga kali dalam segala hal, kecuali bila sudah merata, bila merata
pada basuhan kedua, maka basuhan kedua itu dianggap kali pertama. Bila merata pada
basuhan kali ketiga, maka semua basuhan dianggap kali pertama, dan hendakllah diteruskan
dengan basuhan kali kedua dan ketiga.
13. Menghadap kiblat
14. Langsung yaitu beruntun antara anggota-anggota wudhu tidak terdapat jarak yang lama,
sehingga anggota yang telah dibasuh mengering kembali.
15. Membasuh tangan hingga pergelangan pada saat akan mulai wudhu. Ini biasa dilakukan
Rosulullah SAW, sunnah ini sangat sesuai dengan fitrah dan akal. Sebab biasanya pada
tangan itu ada debu atau yang serupa dengan debu.Maka sudah harusnya, kamu dimulai
dengan membersihkannya sehingga kemudian bisa digunakan untuk mencuci muka dan
anggota tubuh lainnya.
Dan yang sangat ditekankan untuk melakukan itu adalah saat bangun dari tidur.Sesuai hadits
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.
ْ ‫ث فَِإنَّهُ الَيَ ْد ِرى َأ ْينَ بَات‬
ُ‫َت يَ ُده‬ ً َ‫ِإ َذ ا ْستَ ْيقَظَ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْن نَوْ ِم ِه فَالَ يُ ْد ِخلْ يَ َدهُ فِى ْااِإل نَا ِء َحتَّى يَ ْغ ِسلَهَا ثَال‬.

“Jika seorang diantara kalian bangun dari tidur, maka janganlah ia memasukkan tangannya ke
dalam wadah air hingga dia mencucinya sebanyak 3x. Sebab dia tidak tahu di tempat mana
tangannya berada sebelumnya.”
16. Menyela-nyela jenggot yang lebat
17. Memulai dari bagian kanan. Hendaknya ia mulai mencuci tangan kanan sebelum yang
kiri, mencuci kaki kanan sebelm yang kiri.
18. Irit dalam menggunakan air dan jangan sampai melakukan pemborosan, namun jangan
sampai terlalu kikir
E.Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
1. Kencing dan Buang Air Besar
Hal yang membatalkan wudhu dan disepakati bersama adalah keluarnya kencing dan tinja
dari seseorang.Tentang batalnya wudhu karena kencing dan tinja adalah sesuatu yang sudah
sangat diketahui dan disepakati dan sudah jelas tidak memerlukan dalil untuk
menjelaskannya.
2. Madzi dan Wadi
Termasuk yang membatalkan yang keluar dari kemaluan depan seorang laki-laki adalah
madzi dan wadi.
Madzi adalah sesuatu yang keluar dari penis seseorang lelaki setelah dia bercumbu, melihat
atau berpikir mengenai seks. Dia adalah air yang kental yang keluar dengan cara mengalir
dan tidak memancar laksana mani.
Sedangkan wadi adalah air berwarna putih yang keluar setelah buang air kecil.
Keduanya membatalkan wudhu laksana kencing, dan tidak ada kewajiban apa-apa lagi bagi
seseorang yang keluar madzi dan wadi kecuali istinja’ dan wudhu.
3.Keluarnya Angin dari Anus
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dari Abu Hurairah, bahwa Rosululloh
SAW bersabda:
َ ‫صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ د‬
‫َث َحتَّى يَت ََوضَّا َء‬ َ َ‫الَيَ ْقبَ ُل هللا‬
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats, sehingga
ia berwudhu”.
Abu Hurairah menafsirkan kata “hadats”, di sini ada orang bertanya kepadanya: “apa yang
dimaksud dengan hadats”? Dia berkata: kentut yang tidak ada suaranya dan kentut yang ada
suaranya.
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid dari Ashim Al-Anshari,
bahwa dia mengadukan sesuatu kepada Rosululloh tentang seseorang yang ragu merasakan
sesuatu pada saat shalat yakni dia merasakan ada angin keluar dari anusnya, maka Rosululloh
SAW bersabda:

ِ ‫صوْ تًا َأوْ يَ ِجد‬


‫َر ْيحًا‬ َ ‫ف َحتَّى يَ ْس َم َع‬ َ ‫الَيَ ْنفَتِلْ َأوْ الَ يَ ْن‬
ْ ‫ص ِر‬

“Janganlah dia berhenti (berpaling) hingga dia mendengar bunyi atau dia mencium bau”.
Artinya, dia masih tetap berada dalam keadaan suci dan dalam wudhunya, karena itu adalah
keyakinan, dan keyakinan tidak hilang disebabkan keraguan, lain halnya jiak dia mendengar
suara kentutnya atau mencium baunya.
4. Tidur Berat
Hal yang disepakati membalatkan wudhu adalah tidur berat dan panjang.Sebagaimana
tidurnya seseorang yang tidur di malam hari, kemudian dia bangun pagi.
Sedangkan yang berupa kantuk, maka dia tidak membatalkan wudhu, sebab itu adalah tidur
ringan.

َ ِ‫م َعلَى َع ْه ِد ِن يَ ْنتَ ِظرُوْ نَ ْال ِع َشا َء َحتَّى تَحْ ف‬.‫ ( َكانَ َأصْ َحابُ َرسُوْ ُل هللاِ ص‬:‫ض َي هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬
‫ق َرُؤ ُسهُ ْم ثُ َّم‬ ِ ‫ع َْن َأن‬
ِ ِ‫َس ا ْب ِن َمال‬
ِ ‫ك َر‬
ْ
‫َّحهُ ال َّدا َر قُطنِى َواَصْ لُهُ فِو ُم ْسلِ ٍم‬ َ ‫صح‬ ‫َأ‬
َ ‫صلُّوْ نَ َوالَ يَتَ َوضَُّؤ نَ ( ْخ َر َجهُ أبُوْ دَا ُو َد َو‬
َ ُ‫ي‬

5. Bersentuhan laki-laki dan perempuan yang boleh nikah yang sudah baligh dan berakal, dan
tidak ada penghalang keduanya.
6.Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa ada penghalan
A. Pengertian Shalat
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology (istilah), para ahli Fiqih
mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah Shalat berarti ‘Beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir
dan di akhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat-
syarat yang telah ditentukan’(Sidi Gazalba: 88).
Secara hakiki Shalat ialah ‘Berhadapan hati, jiwa dan raga kepada Allah,secara yang
mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau mendhairkan hajat dan keperluan kita kepada
Allah yang kita sembah dengan perkataan dan perbuatan’ (Hasbi Asy-syidiqi: 59)
Dalam pengertian lain Shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya merupakan amalan yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam,
serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Basyahri Assayuthi:
30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Shalat adalah Suatu ibadah kepada
Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan
salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ berupa penyerahan diri secara
lahir batin kepada Allah dalam rangkah ibadah dan memohon ridho-Nya.
Menurut A. Hasan (1991) Baqha (1984), Muhammad bin Qasim As-Syafi’i (1982) dan
Rasyid (1976) shalat menurut bahasa Arab berarti berdo’a. ditambahakan oleh Ash-Shiddiqy
(1983) bahwa perkataan shalat dalam bahasa Arab berarti do’a memohon kebajikan dan
pujian. Sedangkan secara hakekat mengandung pengertian “berhadap (jiwa) kepada Allah
dan mendatangkan takut kepadanya, serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan,
kebesaran-Nya dan kesempurnaan kekuasaannya.
Solat yang berarti do’a terlihat dari firman Allah dalam Surah At-Taubah ayat 103:
Artinya: “dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka”
Secara dimensi Fiqh shalat adalah beberapa ucapan atau rangkaian ucapan dan perbuatan
(gerakan) yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam yang dengannya kita
beribadah kepada Allah, dan menurut syarat-syarat yang telah di tentukan oleh Agama.
B. Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat
Solat merupakan salah satu kewajiban yang menduduki kedua setelah syahadat dalam rukun
islam. Sehingga di dalam Al-Qur’an dan hadits banyak sekali dijelaskan mengenai kewajiban
untuk mengerjakan solat. Diantara dalil Al-Qur’an yang menjelaskan mengenai kewaiban
salat adalah:
 Firman Allah dalam surah Al-Bayyinah ayat 5:
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang
lurus.”
 Firman-Nya yang lain dalam surah An-Nisa ayat 103:
Artinya:“Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman,
Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa).Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang
ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”

 Sedangkan hadits-hadits yang menjelakan tentang kewajiban solat antara lain adalah:

ٍ ‫ بُنِ َي ْا ِال ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم‬:‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬:‫ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر قَا َل‬
‫ َو‬،ِ‫ َشهَا َد ِة اَ ْن الَ اِلهَ اِالَّ هللاُ َو اَ َّن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا‬:‫س‬
1:333 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬. َ‫ضان‬ َ ‫صوْ ِم َر َم‬
َ ‫ت َو‬ ِ ‫ َو َح ّج ْالبَ ْي‬،‫ َو اِ ْيتَا ِء ال َّز َكا ِة‬،‫صالَ ِة‬
َّ ‫اِقَ ِام ال‬
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Islam itu terdiri atas lima
rukun. Mengakui bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan sesungguhnya Muhammat itu
adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, hajji ke Baitullah dan puasa
Ramadlan. [HR. Ahmad, Bukhari dan Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 333]
‫ فى نيل االوطار‬،‫ الجماعة اال البخارى و النسائى‬.‫صالَ ِة‬ ُ ْ‫ بَ ْينَ ال َّر ُج ِل َو بَ ْينَ ْال ُك ْف ِر تَر‬:‫ قَا َل َرسُوْ ُل هللاِ ص‬:‫ع َْن َجابِ ٍر قَا َل‬
َّ ‫ك ال‬
340 :1
Dari Jabir, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “(Yang membedakan) antara seseorang
dan kekufuran adalah meninggalkan shalat”. [HR. Jama’ah, kecuali Bukhari dan Nasai,
‫ْأ‬
dalam Nailul Authar juz 1, hal. 340] ،‫س‬ ِ ‫ع َْن طَ ْل َحةَ ْب ِن ُعبَ ْي ِد هللاِ اَ َّن اَ ْع َرابِيًّا َجا َء اِلَى َرسُوْ ِل هللاِ ص ثَاِئ َر ال َّر‬
َ َ‫ ق‬.‫ اِالَّ اَ ْن تَطَ َّو َع َش ْيًئا‬، ُ‫ات ْال َخ ْمس‬
‫ اَ ْخبِرْ نِى َما‬:‫ال‬ ُ ‫صلَ َو‬ َّ ‫ ال‬:‫ال‬ َ َ‫صالَ ِة ! ق‬َّ ‫ي ِمنَ ال‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ َ ‫ اَ ْخبِرْ نِى َما فَ َر‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫فَقَا َل‬
ْ َ َ
ُ‫ فاخبَ َره‬:‫ال‬ َ َ َّ
َ ‫ي ِمنَ الزكا ِة ! ق‬ َ
َّ ‫ض هللاُ َعل‬ َ ْ َ َ ‫ًئ‬ َ َ
َ ‫ اخبِرْ نِى َما ف َر‬:‫ قا َل‬.‫ضانَ اِال ان تَط َّو َع ش ْي ا‬ ْ َ َّ َ ‫ َش ْه ُر َر َم‬:‫صيَ ِام ! قَا َل‬
ّ ‫ي ِمنَ ال‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬
َ ‫فَ َر‬
َ َ‫ فَق‬.‫ي َش ْيًئا‬
‫ال َرسُوْ ُل‬ َّ َ‫ض هللاُ َعل‬ َ ‫ع َش ْيًئا َو الَ اَ ْنقُصُ ِم َّما فَ َر‬ َّ َّ ّ ْ
ُ ‫ الَ اَط َّو‬،َ‫ َو ال ِذى اَ ْك َر َمك‬:‫ فَقَا َل‬.‫َرسُوْ ُل هللاِ ص بِ َش َراِئ ِع ا ِال ْسالَ ِم ُكلهَا‬
335 :1 ‫ فى نيل االوطار‬،‫ احمد و البخارى و مسلم‬.َ‫ص َدق‬ َ ‫ق اَوْ َدخَ َل ْال َجنَّةَ اِ ْن‬ َ ‫ اَ ْفلَ َح اِ ْن‬.‫هللاِ ص‬
َ ‫ص َد‬
Dari Thalhah bin ‘Ubaidillah, bahwa seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah SAW
dalam keadaan rambutnya kusut, lalu ia bertanya, “Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku,
apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shalat ?”. Beliau bersabda, “Shalat-shalat yang lima,
kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, apa
yang Allah wajibkan kepadaku dari puasa ?”. Beliau SAW bersabda, “Puasalah bulan
Ramadlan, kecuali kamu mau melakukan yang sunnah”. Ia bertanya lagi, “Beritahukanlah
kepadaku, apa yang Allah wajibkan kepadaku dari zakat ?’. Thalhah berkata : Lalu
Rasulullah SAW memberitahukan kepadanya tentang syariat-syariat Islam seluruhnya. Lalu
orang Arab gunung itu berkata, “Demi Allah yang telah memuliakan engkau, saya tidak akan
menambah sesuatu dan tidak akan mengurangi sedikitpun dari apa-apa yang telah diwajibkan
oleh Allah kepada saya”.Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Pasti ia akan bahagia, jika
benar.Atau pasti ia akan masuk surga jika benar (ucapannya)”. [HR. Ahmad, Bukhari dan
Muslim, dalam Nailul Authar juz 1, hal. 335]
C. Syarat-Syarat Shalat
Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat wajib, dan yang ke
dua syarat sah.Syarat wajib adalah sayarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan
shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara
syara’ di samping adanya kriteria lain seperti rukun.
 Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:
1. Islam, shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun perempuan,
dan tidak diwajibkan bagi orang kafir atau nin muslim. Orang kafir tidak dituntut
untuk melaksanakan shalat, namun mereka tetap menerima hukuman di akhirat.
Walaupun demikian orang kafir apabila masuk Islam tidak diwajibkan membayar
shalat yang ditinggalkannya selama kafir, demikian menurut kesepakatannya para
ulama. Allah SWT berfirman: Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu[609]:
"Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka
tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu. (QS 8:38)

‫ رو ا ه احمد و ا لطبرا نى و ا لبيهقي‬.‫ ا ال سال م يجب ما قبله‬:‫عن عمر و بن عا ص ا ن ا لنبي صلو ا هلل عليه و سلم قا ل‬
Dari Amr bin Ash bahwa Nabi SAW bersabda: islam memutuskan apa yang sebelumnya
(sebelum masuk islam). HR Ahmad, Al-Thabrani dan Al-baihaqi).
2. Baligh, anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan sabda Nabi SAW,
yang artinya:
Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis dosa) dalam tiga
perkara: Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia
bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).

3. Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan
(ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan prinsip dalam
menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah
hadits yang diterima dari Ali r.a. yang artinya:
“dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”
Namun demikian menurut Syafi’iyah disunatkan meng-qadha-nya apabila sudah senbuh.
Akan tetapi golongan Hanabilah berpendapat, bagi orang yang tertutup akalnya karena sakit
atau sawan (ayan) wajib mneg-qadha shalat.Hal ini diqiyaskan kepada puasa, Karena puasa
tidak gugur disebabkan penyakit tersebut.
4. Suci dari hadats
5. Suci seluruh anggota badan pakaian dan tempat
6. Menutup aurat
7. Masuk waktu yang telah ditentukan
8. Menghadap kiblat
9. Mengetahui mana rukun wajib dan sunah.
Adapun syarat sah sholat adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui masuk waktu. Shalat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya
tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan yang berat bahwa waktu telah masuk,
sekalipun ternyata dia shalat dalam waktunya.Demikian juga dengan orang yang ragu,
shalatnya tidak sah. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”.(QS. An-Nisa:103).
2. Suci dari hadas kecil dan hadas besar. Penyucian hadas kecil dengan wudu’ dan penyucian
hadas besar dengan mandi. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya:
“Dari Umar r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat seseorang yang
tidak suci. (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari).
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat seorang
kamu apabila berhadas hingga dia bersuci. (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Suci badan, pakaian dan tempat dari na’jis hakiki. Untuk keabsahan shalat disyariatkan
suci badan, pakaian dan tempat dari na’is yang tidak dimaafkan, demikian menurut pendapat
jumhur ulama tetapi menurut pendapat yang masyhur dari golongan Malikiyah adalah sunnah
muakkad.
4. Menutup aurat. Seseorang yang shalat disyaratkan menutup aurat, baik sendiri
dalamkeadaan terang maupun sendiri dalam gelap. Allah SWt berfirman: “pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid”(QS. 4:31).
5.Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT berfirman:
“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.dan
dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. 2:150)
Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag melaksanakan sholat Al-khauf dan sholat
sunat diatas kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan Malikiyah
mengaitkan dengan situasi aman dari musuh, binatang buas dan ada kesanggupan.Oleh
karena itu tudak wajib mengahadao kiblat apabila ketakutan atau tidak sanggup (lemah)
setiap orang sakit.
Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan ka’bah wajib menghadap ke ka’bah sendir
secara tepat. Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya, karena jauh di luar kota
makkah, hanya wajib menghadapakan muka kea arah ka’bah, demikian pendapat junhur
ulama. Sedangkan Imam Syafi’I Berendapat mesti menghadapkan muka ke ka’bah itu sendiri
sebagaimana halnya orang yang berada di kota mekah. Caranya mesti di niatkan dalam hati
bahwa menghadap itu tepat pada ka’bah.
6. Niat. Golongan hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat sah shalat,
demikian juga pendapat yang lebih kuat dari kalangan Malikiyah.
Para ulama membagi syarat shalat menjadi dua macam, pertama syarat wajib, dan yang ke
dua syarat sah.Syarat wajib adalah sayarat yang menyebabkan seseorang wajib melaksanakan
shalat. Sedangkan syarat sah adalah syarat yang menjadikan shalat seseorang diterima secara
syara’ di samping adanya kriteria lain seperti rukun.

 Syarat wajib salat adalah sebagai berikut:


1. Islam, shalat diwajibkan terhadap orang muslim, baik laki-laki maupun perempuan, dan
tidak diwajibkan bagi orang kafir atau nin muslim. Orang kafir tidak dituntut untuk
melaksanakan shalat, namun mereka tetap menerima hukuman di akhirat.Walaupun demikian
orang kafir apabila masuk Islam tidak diwajibkan membayar shalat yang ditinggalkannya
selama kafir, demikian menurut kesepakatannya para ulama. Allah SWT berfirman:
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu[609]: "Jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang
sudah lalu. (QS 8:38)
‫ رو ا ه احمد و ا لطبرا نى و ا لبيهقي‬.‫ ا ال سال م يجب ما قبله‬:‫عن عمر و بن عا ص ا ن ا لنبي صلو ا هلل عليه و سلم قا ل‬
Dari Amr bin Ash bahwa Nabi SAW bersabda: islam memutuskan apa yang sebelumnya
(sebelum masuk islam). HR Ahmad, Al-Thabrani dan Al-baihaqi).
2. Baligh, anak-anak kecil tidak dikenakan kewajiban shalat berdasarkan sabda Nabi SAW,
yang artinya:
Dari Ali r.a. bahwa Nabi SAW berkata: Diangkatkan pena ( tidak ditulis dosa) dalam tiga
perkara: Orang gila yang akalnya tidak berperan sampai ia sembuh, orang tidur sampai ia
bangun dan dari anak-anak sampai dia baligh. (HR Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim).

3. Berakal. Orang gila, orang kurang akal (ma’tuh) dan sejenisnya seperti penyakit sawan
(ayan) yang sedang kambuh tidak diwajibkan shalat, karena akal merupakan prinsip dalam
menetapkan kewajiban (taklif), demikian menurut pendapat jumhur ulama alasannya adalah
hadits yang diterima dari Ali r.a. yang artinya:
“dan dari orang gila yang tidak berperan akalnya sampai dia sembuh”
Namun demikian menurut Syafi’iyah disunatkan meng-qadha-nya apabila sudah senbuh.
Akan tetapi golongan Hanabilah berpendapat, bagi orang yang tertutup akalnya karena sakit
atau sawan (ayan) wajib mneg-qadha shalat.Hal ini diqiyaskan kepada puasa, Karena puasa
tidak gugur disebabkan penyakit tersebut.
4. Suci dari hadats
5. Suci seluruh anggota badan pakaian dan tempat
6. Menutup aurat
7. Masuk waktu yang telah ditentukan
8. Menghadap kiblat
9. Mengetahui mana rukun wajib dan sunah.
Adapun syarat sah sholat adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui masuk waktu. Shalat tidak sah apabila seseorang yang melaksanakannya
tidak mengetahui secara pasti atau dengan persangkaan yang berat bahwa waktu telah masuk,
sekalipun ternyata dia shalat dalam waktunya.Demikian juga dengan orang yang ragu,
shalatnya tidak sah. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman”.(QS. An-Nisa:103).
2. Suci dari hadas kecil dan hadas besar. Penyucian hadas kecil dengan wudu’ dan penyucian
hadas besar dengan mandi. Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya:
“Dari Umar r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat seseorang yang
tidak suci. (HR. Al-Jama’ah kecuali Al-Bukhari).
“Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: Allah tidak menerima shalat seorang
kamu apabila berhadas hingga dia bersuci. (HR. Bukhari dan Muslim).
3. Suci badan, pakaian dan tempat dari na’jis hakiki. Untuk keabsahan shalat disyariatkan
suci badan, pakaian dan tempat dari na’is yang tidak dimaafkan, demikian menurut pendapat
jumhur ulama tetapi menurut pendapat yang masyhur dari golongan Malikiyah adalah sunnah
muakkad.
4. Menutup aurat. Seseorang yang shalat disyaratkan menutup aurat, baik sendiri
dalamkeadaan terang maupun sendiri dalam gelap. Allah SWt berfirman: “pakailah
pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid”(QS. 4:31).
5. Menghadap kiblat. Ulama sepakat bahwa syarat sah shalat. Allah SWT berfirman:
“Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.dan
dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS. 2:150)
Mengahadap kiblat dikecualikan bagi orang yag melaksanakan sholat Al-khauf dan sholat
sunat diatas kendaraan bagi orang musafir dalam perjalanan. Golongan Malikiyah
mengaitkan dengan situasi aman dari musuh, binatang buas dan ada kesanggupan.Oleh
karena itu tudak wajib mengahadao kiblat apabila ketakutan atau tidak sanggup (lemah)
setiap orang sakit.
Ulama sepakat bagi orang yang menyaksikan ka’bah wajib menghadap ke ka’bah sendir
secara tepat. Akan tetapi bagi orang yang tidak menyaksikannya, karena jauh di luar kota
makkah, hanya wajib menghadapakan muka kea arah ka’bah, demikian pendapat junhur
ulama. Sedangkan Imam Syafi’I Berendapat mesti menghadapkan muka ke ka’bah itu sendiri
sebagaimana halnya orang yang berada di kota mekah. Caranya mesti di niatkan dalam hati
bahwa menghadap itu tepat pada ka’bah.
6. Niat. Golongan hanafiyah dan Hanabilah memandang niat sebagai syarat sah shalat,
demikian juga pendapat yang lebih kuat dari kalangan Malikiyah.
D. Cara Mengerjakan Shalat
Menurut golongan Malikiyah cara-cara /rukun-rukun mengerjakan sholat adalah sebagai
berikut:
1. Niat
2. Takbirtul Ihram
3. Berdiri waktu takbiratul ihram
4. Membaca al-fatihah dalam shalat berjama’ah dan salat sendirian
5. Berdiri waktu membaca al-fatihah
6. Ruku’
7.Bangkit dari ruku’
8. Sujud
9. Duduk antara dua sujud
10. Mengucapkan salam
11.Duduk di waktu mengucapkan salam
12.Tumaninah pada seluruh rukun
13.I’tidal sesudah ruku’ dan sujud.

E. Rukun Shalat
1. Niat
2.Takbiratul ihram
3. Berdiri tegak, bagi yang kuasa ketika shalat fardhu. Boleh duduk,atau berbareng bagi yang
sedang sakit.
4. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at
5. Ruku’ dengan tumakninah
6. I’tidal dengan tumakninah
7. Sujud dua kali dengan tumakninah
8. Duduk antara dua sujud dengan tumakninah
9.Duduk tasyahud akkhir dengan tumakninah
10.Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir
12. Membaca salam yang pertama
13.Tertib; (Berurutan sesuai rukun-rukunnya)
F. Hal-hal yang Membatalkan Shalat
Shalat akan batal atau tidak sah apabila salah satu rukunnya tidak dilaksanakan atau
ditinggalkan dengan sengaja.
Adapun hal-hal yang dapat membatalkan shalat adalah sebagai berikut :
1. Berhadats
2.Terkena Najis yang tidak dimaafkan
3. Berkata-kata dengan sengaja di;luar bacaan shalat
4.Terbuka auratnya
5. Mengubah niat, missal ingin memutuskan shalat (niat berhenti shalat)
6. Makan atau /minum.walau sedikit
7. Bergerak tiga kali berturut-turut, diluar gerakan shalat
8. Membelakangi kiblat
9. Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti menambah ruku’sujud atau lainnya
dengan sengaja
10. Tertawa terbahak-bahak
11. Mendahului Imam dua rukun.
12. Murtad, keluar dari Islam.
G. Sunnah dalam Melakukan Shalat
Waktu mengerjakan shalat ada ,dua sunah, yaitu sunah Ab’adh dan sunah Hai’at.
a. Sunah Ab’adh
1. Membaca tasyahud awal
2. Membaca shalawat pada tasyahud awal
3. Membaca shalawat atas keluarga Nabi SAW pada tasyahud akhir
4. Membaca Qunut pada shalat Subuh dan shalat witir.
b. Sunah Hai’at
1. Mengangkat keduabelah tangan ketika takbiratul ikhram,ketika akan ruku’ dan ketika
berdiri dari ruku’.
2. Meletakan telapak tangan yang kanan diatas pergelangan tangan kiri ketika sedekap,
3. Membaca do’a Iftitah sehabis takbiratul ikhram.
4. Membaca Ta’awwudz ketika hendak membaca fatihah,
5. Membaca Amiin ketika sesudah membaca Fatihah,
6. Membaca surat Al-Qor’an pada dua raka’t permulaan sehabis membaca Fatihah,
7. Mengeraskan bacaan Fatihah dan surat pada raka’at pertama dan kedua, pada shalat
magrib, isya’ dan subuh selain makmum.
8. Membaca Takbir ketika gerakan naik turun,
9. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud.
10. Membaca “sami’allaahu liman hamidah” ketika bangkit dari ruku’ dan membaca
“Rabbanaa lakal Hamdu” ketika I’tidal,
11. Meletakan kedua telapak tangan diatas paha ketika duduk tasyahud awal dan tasyahud
akhir,dengan membentangkan yang kiri dan mengenggamkan yang kanan, kecuali jari
telunjuk.
12. Duduk Iftirasy dalam semua duduk shalat,
13. Duduk Tawarruk pada duduk tasyahud akhir
14. Membaca salam yang kedua.
15. Memalingkan muka ke kanan dan ;kekiri ketika membaca salam pertama dan kedua

Makruh Shalat
Orang yang sedang shalat dimakruhkan :
1. Menaruh telapak tangan di dalam lengan bajunya ketika Takbiratul ikhram, ruku’ dan
sujud.
2. Menutup mulutnya rapat rapat.
3. Terbuka kepalanya,
4. Bertolak pinggang,
5. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan.
6. Memejamkan mata,
7. Menengadah ke langit,
8. Menahan hadats
9. Berludah,
10. Mengerjakan shalat di atas kuburan,
11. Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusukan shalat

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berwudhu adalah tindakan yang harus di lakukan seorang muslim sebelum
melaksanakan shalat, karena wudhu sediri merupakan sarat sah sholat .pengertian
wudhu sendirimerupakan syara adalah membersihkan anggota wudhu untuk
menghilangkan hadas kecil.
Shalat iyalah ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang di
mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam.shalat merupakan suatu kewajiban
bagi umat islam ,akan tetapi akan seseorang hendak melaksanakan shalat,ada
beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan shalat tersebut
yakni,islam,baligh,berakal dan suci ketika empat syarat tersebut tidak terpenuhi
maka gugurlah shalat seseorang itu.

DAFTAR PUSTAKA
Firanda. 2010. Tata Cara Wudhu Sesuai Tuntunan Nabi. http:/
www.firanda.com. Diakses :05/01/2013
.Permathic. 2012. Tata Cara Shalat Wajib 5 Waktu.
http:/permathic.blogspot.com. Diakses: 05/01/2013
.Permathic. 2012. Tata Cara Wudhu. http:/permathic.blogspot.com.
Diakses : 05/01/2013
.Suhari. 2011. Shalat Cara dan Macamnya. http:/fajri.blogspot.com.
Diakses : 05/01/2013.
Syamsul. 2009. Ibadah Shalat. http:/hadirukiyah2.blogspot.com. Diakses
:0

Anda mungkin juga menyukai