Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“WUDHU”

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Fiqih Ibadah

Dosen Pengampu : Dr. Ilda Hayati, Lc, M.A

Disusun oleh :

Dian Permata / 22591043


Bima Saputra / 22591030
Cherly Wulandari / 22591034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “Fiqih Ibadah“ dengan
judul “WUDHU“.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen
pengampu kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Curup, 30 Desember 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

COVER ...............................................................................................................................

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

Latar Belakang Masalah.............................................................................................3

Rumusan Masalah......................................................................................................3

Tujuan........................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Wudhu ......................................................................4


1. Pengertian Secara Bahasa..............................................................................4
2. Pengertian Secara Syariat...............................................................................4
B. Syarat Dan Rukun Wudhu.........................................................................................5
1. Syarat-Syarat Wudhu.....................................................................................5
2. Rukun Wudhu................................................................................................5
C. Sunnah-sunnah Wudhu .............................................................................................6
D. Yang Membatalkan Wudhu.......................................................................................8

BAB II PENUTUP..............................................................................................................11

Kesimpulan..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari pergaulan antar sesama
dan hubungan dengan sang pencipta. Sebagai makhluk yang berakal, sudah selayaknya ketika
menghadap Tuhannya harus mematuhi rambu-rambu yang digariskan oleh syara’. Bahkan,
ketika bermunajat dengan Sang Khaliq pun, harus diperhatikan aturan mainnya, diantaranya
adalah dengan melakukan thaharah sebagai mediator dalam beribadah kepaad Alloh.
Setiap  kegiatan ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah) terlebih
dahulu mulai dari wuhdu. Wudhu adalah sebuah syariat kesucian yang Alloh ‘azza Wa Jalla
tetapkan kepada kaum muslimin. Sebagai pendahuluan bagi shalat dan ibadah lainnya. Di
dalamnya terkandung sebuah hikmah yang mengisyaratkan kepada kita bahwa hendaknya
seorang muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan kesucian lahir batin. Sebab kata
ini sendiri berasal dari kata yang mengandung makna “kebersihan dan keindahan”.
Wudhu disyariatkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga
disyariatkan pada seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan agar selalu
dalam kondisi bersuci (wudhu) sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang mulia. Mereka senantiasa berwudhu, baik dalam
keadaan senang ataupun susah dan kurang menyenangkan (seperti saat muslim hujan dan
dingin).
Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’, wudhu ialah
membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air pada setiap bagian dari
anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum Wudhu ?
2. Apa saja Syarat Dan Rukun Wudhu ?
3. Apa saja Sunnah-sunnah Wudhu ?
4. Hal Apa Saja Yang Membatalkan Wudhu ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa pengertian dan dasar hukum Wudhu


2. Untuk mengetahui Syarat Dan Rukun Wudhu
3. Untuk mengetahui Sunnah-sunnah Wudhu
4. Untuk mengetahui Hal Apa Saja Yang Membatalkan Wudhu

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu


1. Pengertian Secara Bahasa
Al Imam Ibnu Atsir Al-Jazary rohimahumullah (seorang ahli bahasa) menjelaskan
bahwa jika dikatakan wadhu’ ( ْ‫)اَ ْل َوضُوء‬, maka yang dimaksud adalah air yang digunakan
ُ ُ‫)ال‬, maka yang diinginkan di situ adalah
berwudhu. Bila dikatakan wudhu (‫و ْء‬KK‫وض‬
perbuatannya. Jadi, wudhu adalah perbuatan sedang wadhu adalah air wudhu.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy rohimahulloh, kata wudhu terambil dari kata al-
ُ ‫)اَ ْل َو‬. Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat
wadho’ah / kesucian (‫و ْء‬KK‫ض‬
membersihkan diri dengannya. Akhirnya, ia menjadi orang yang suci.”
2. Pengertian Secara Syari’at
Sedangkan menurut Syaikh Sholih Ibnu Ghonim As-Sadlan Hafishohulloh:

ِ ْ‫ص ٍة فِى ال َّشر‬


‫ع‬ ِ ‫ضا ِء ْاالَرْ بَ َع ِة َعلَى‬
َ ْ‫صفَ ٍة َم ْخصُو‬ َ ‫ اَ ْستَ ْع ِم ُل َما ٍء طَهُوْ ٍر فِى اَْأل ْع‬: ‫َم ْعنَى ْال ُوضُوْ ِء‬

Artinya: mak awudhu adalah menggunakan air yang suci lagi menyucikan pada
anggota-anggota badan yang empat (wajah, tangan, kepala dan kaki) berdasarkan tata
cara yang khusus menurut syariat”.

Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk peribadatan kepada
Alloh Ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan tata cara yang khusus.1

Disyari’atkan wudhu ditegaskan berdasarkan 3 macam alasan:

1. Firman Alloh dalam surat Al-Maidah ayat 6


Artinya:  “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.
2. Sabda Rosululloh
َ ‫صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ د‬
‫َث َحتَّى يَتَ َوضَّا َء‬ َ َ‫لاَيَ ْقبَ ُل هللا‬
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats,
sehingga ia berwudhu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

1
Erwin Setiawan, Undang Syaripudin, and Yana Aditia Gerhana, ‘Implementasi Teknologi Augmented Reality
Pada Buku Panduan Wudhu Berbasis Mobile Android’, Jurnal Online Informatika, 1.1 (2016), h 28
<https://doi.org/10.15575/join.v1i1.8>.

4
3. Ijma’
Telah terjalin kesepakatan kaum muslim atas disyari’atkannya wudhu semenjak
zaman Rosululloh hingga sekarang ini, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa ia
adalah ketentuan yang berasal dari agama.2

B. Syarat Dan Rukun Wudhu


1. Syarat-syarat Wudhu
a) Dikerjakan dengan air mutlaq
b) Mengalirkan air di atas anggota yang dibasuh
c) Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air, yaitu perubahan yang
merusakkan nama air mutlak itu
d) Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan anggota yang
dibasuh
e) Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats

2. Rukun Wudhu
Dalam kitab Fathul Mu’in disebutjkan ada 6 hal yang menjadi rukun wudhu:
a) Niat fardhunya wudhu ketika pertama kali membasuh wajah
b) Membasuh waja
c) Membasuh kedua tangan dari telapak dan lengan sampai siku
d) Membasuh sebagian kepala
e) Membasuh kedua kaki beserta jkedua mata kaki
f) Tertib3

Dan terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang
menyebutkan 4 saja, sebagaimana yang tercantum dalam ayat Qur’an, namun ada juga
yang menambahinya dengan berdasarkan dalil dari sunnah.

2
Muhammad Afif and Uswatun Khasanah, ‘Urgensi Wudhu Dan Relevansinya Bagi Kesehatan (Kajian Ma’anil
Hadis) Dalam Perspektif Imam Musbikin’, Riwayah : Jurnal Studi Hadis, 3.2 (2019), h 215
<https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i2.3746>.
3
Eni Hidayati and Fakih Anwar Zarkasyi, ‘Pengaruh Wudhu Terhadap Peningkatan Konsentrasi Belajar Remaja’,
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10.2 (2021), 108
<https://doi.org/10.31596/jcu.v10i2.756>.

5
4 (empat) rukun menurut Al-Hanafiyah mengatakan bahwa rukun wudhu itu hanya
ada 4 sebagamana yang disebutkan dalam Nash Qur’an.

7 (tujuh) rukun menurut Al-Malikiyah menambahkan dengan keharusan niat, ad-


dalk yaitu menggosok anggota wudhu, sebab menurut beliau sekedar mengguyur anggota
wudhu dengan air masih belum bermakna mencuci/membasuh, juga beliau menambahkan
kewajiban muwalat.

6 (enam) rukun menurut As-Syafi’iyah menambahnya dengan niat pembasuhan


dan usapan dengan urut, tidak boleh terbolak balik. Istilah yang beliau gunakan adalah
harus tertib.

7 (tujuh) rukun menurut Al-Hanabilah mengatakan bahwa harus niat, tertib dan
muwalat, yaitu berkesinambungan. Maka tidak boleh terjadi jeda antara satu anggota
dengan anggota yang lain yang sampai membuatnya kering dari basahnya air bekas
wudhu.4

C. Sunnah-sunnah Wudhu
1. Membaca basmalah sebelum mengambil air untuk membasuh muka sambil niat berwudhu
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan, dicuci dengan air yang suci 3x (tiga
kali)
3. Berkumur
4. Beristisyaq (menghirup air ke dalam hidung) Dan sunnah mengeraskan berkumur dan
beristinsyaq bagi yang tidak puasa, dan makruh bagi yang puasa. Berkumur dan istinsyaq
dilakukan 3x.
5. Istinsaar (membuang air dari hidung) dengan meletakkan jari telunjuk dan ibu jari tagan
kiri di atas hidung. Jika dalam hidung terdapat kotoran yang keras, hendaklah dikeluarkan
dengan jari kelingking tangan kiri.
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga Dalam mengusap
telinga harus menggunakan air yang babru, bukan air yang habis digunakan mengusap
kepala.

4
Nina Dwi Lestari and Muhammad Rofiqul Minan, ‘Efektivitas Terapi Wudhu Menjelang Tidur Terhadap
Kualitas Tidur Remaja’, Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 18.2 (2018), 49–54
<https://doi.org/10.18196/mm.180215>.

6
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-
sela jari
Caranya pada tangan ialah meletakkan bagian dalam pada salah satu telapak tangan
di atas telapan tangan yang lain sambil memasukkan jari tanganpada tangan lain. Dan
caranya pada kaki adalah meletakkan jari-jari tangan kiri diantara jari kaki, dimulai dari
jari kelingking kaki kanan dan berakhir pada kelingking kiri pada bagian bawah kaki.
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian bawah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota yaitu membasuh wajah mulai bagian atas sampai bawah
dan membasuh kedua tangan mulai jari-jari sampai siku, mengusap kedua kepala mulai
dari tempat yang biasa ditumbuhi rambut sampai bagian atas kepala, dan membasuh kedua
kaki dari ujung jari-jari sampai kedua mata kaki
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib seperti wajah, tangan, kaki
12. Membasuh dua atau tiga kali dalam segala hal, kecuali bila sudah merata, bila merata pada
basuhan kedua, maka basuhan kedua itu dianggap kali pertama. Bila merata pada basuhan
kali ketiga, maka semua basuhan dianggap kali pertama, dan hendakllah diteruskan
dengan basuhan kali kedua dan ketiga.
13. Menghadap kiblat
14. Langsung yaitu beruntun antara anggota-anggota wudhu tidak terdapat jarak yang lama,
sehingga anggota yang telah dibasuh mengering kembali.
15. Membasuh tangan hingga pergelangan pada saat akan mulai wudhu. Ini biasa dilakukan
Rosulullah SAW, sunnah ini sangat sesuai dengan fitrah dan akal. Sebab biasanya pada
tangan itu ada debu atau yang serupa dengan debu. Maka sudah harusnya, kamu dimulai
dengan membersihkannya sehingga kemudian bisa digunakan untuk mencuci muka dan
anggota tubuh lainnya.5
Dan yang sangat ditekankan untuk melakukan itu adalah saat bangun dari tidur.
Sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.

ْ ‫ث فَِإنَّهُ الَيَ ْد ِرى َأ ْينَ بَات‬


.ُ‫َت يَ ُده‬ ً َ‫ِإ َذ ا ْستَ ْيقَظَ َأ َح ُد ُك ْم ِم ْن نَوْ ِم ِه فَالَ يُ ْد ِخلْ يَ َدهُ فِى ْااِإل نَا ِء َحتَّى يَ ْغ ِسلَهَا ثَال‬
“Jika seorang diantara kalian bangun dari tidur, maka janganlah ia memasukkan
tangannya ke dalam wadah air hingga dia mencucinya sebanyak 3x. Sebab dia tidak tahu
di tempat mana tangannya berada sebelumnya.”

5
Heru Syahputra, ‘Ritual Wudhu : Upaya Menjaga Kesehatan Tubuh Dengan Perawatan Spiritual’, Al-Hikmah:
Jurnal Theosofi Dan Peradaban Islam, h 39 (2021) <https://doi.org/10.51900/al-hikmah.v2i2.8801>.

7
16. Menyela-nyela jenggot yang lebat
17. Memulai dari bagian kanan. Hendaknya ia mulai mencuci tangan kanan sebelum yang kiri,
mencuci kaki kanan sebelm yang kiri.
18. Irit dalam menggunakan air dan jangan sampai melakukan pemborosan, namun jangan
sampai terlalu kikir6

D. Hal-hal yang Membatalkan Wudhu


1. Kencing dan Buang Air Besar
Hal yang membatalkan wudhu dan disepakati bersama adalah keluarnya kencing dan
tinja dari seseorang. Tentang batalnya wudhu karena kencing dan tinja adalah sesuatu
yang sudah sangat diketahui dan disepakati dan sudah jelas tidak memerlukan dalil untuk
menjelaskannya.
2. Madzi dan Wadi
Termasuk yang membatalkan yang keluar dari kemaluan depan seorang laki-laki
adalah madzi dan wadi. Madzi adalah sesuatu yang keluar dari penis seseorang lelaki
setelah dia bercumbu, melihat atau berpikir mengenai seks. Dia adalah air yang kental
yang keluar dengan cara mengalir dan tidak memancar laksana mani.
Sedangkan wadi adalah air berwarna putih yang keluar setelah buang air
kecil.Keduanya membatalkan wudhu laksana kencing, dan tidak ada kewajiban apa-apa
lagi bagi seseorang yang keluar madzi dan wadi kecuali istinja’ dan wudhu.
3. Keluarnya Angin dari Anus
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim disebutkan dari Abu Hurairah, bahwa
Rosululloh SAW bersabda:
َ ‫صالَةَ اَ َح ُد ُك ْم ِإ َذا َأحْ د‬
‫َث َحتَّى يَتَ َوضَّا َء‬ َ َ‫الَيَ ْقبَ ُل هللا‬
Artinya: Alloh tidak menerima shalat salah seorang dia nataramu bila ia berhadats,
sehingga ia berwudhu”.
Abu Hurairah menafsirkan kata “hadats”, di sini ada orang bertanya kepadanya: “apa
yang dimaksud dengan hadats”? Dia berkata: kentut yang tidak ada suaranya dan kentut
yang ada suaranya.
Dalam riwayat Al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Zaid dari Ashim Al-
Anshari, bahwa dia mengadukan sesuatu kepada Rosululloh tentang seseorang yang ragu

6
Rival ‘Wudhu, Tayamum Dan Mandi Wajib Serta Pekerjaan Yang Dilarang Karena Berhadas’, 0704193126,
2020.

8
merasakan sesuatu pada saat shalat yakni dia merasakan ada angin keluar dari anusnya,
maka Rosululloh SAW bersabda:
ِ ‫صوْ تًا َأوْ يَ ِجد‬
‫َر ْيحًا‬ َ ‫ف َحتَّى يَ ْس َم َع‬ َ ‫الَيَ ْنفَتِلْ َأوْ الَ يَ ْن‬
ْ ‫ص ِر‬
“Janganlah dia berhenti (berpaling) hingga dia mendengar bunyi atau dia mencium
bau”.
Artinya, dia masih tetap berada dalam keadaan suci dan dalam wudhunya, karena itu
adalah keyakinan, dan keyakinan tidak hilang disebabkan keraguan, lain halnya jiak dia
mendengar suara kentutnya atau mencium baunya.
4. Tidur Berat
Hal yang disepakati membalatkan wudhu adalah tidur berat dan panjang.
Sebagaimana tidurnya seseorang yang tidur di malam hari, kemudian dia bangun pagi.
Sedangkan yang berupa kantuk, maka dia tidak membatalkan wudhu, sebab itu adalah
tidur ringan.

5. Bersentuhan laki-laki dan perempuan yang boleh nikah yang sudah baligh dan berakal,
dan tidak ada penghalang keduanya.
6. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa ada penghalang7

7
Desi Revita and Sri Hartati, ‘Pelaksanaan Pembelajaran Ibadah Wudhu Di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu
Dar El-Iman 2 Kota Padang’, Jurnal Ilmiah Pesona PAUD, 7.1 (2020), h 26-27
<https://doi.org/10.24036/108650>.

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pengertian dan Dasar Hukum Wudhu


1. Pengertian Secara Bahasa
Al Imam Ibnu Athir Al-Jazary rohimahulloh (Seorang ahli bahasa)
menjelaskan bahwa jika dikatakan wudhu maka yang dimaksud adalah air yang
digunakan berwudhu, bila dikatakan wudhu, maka yang diinginkan di sini adalah
perbuatannya. Jadi wudhu adalah perbuatan, sedangkan wadhu adalah air wudhu.
Al-Hafi’ah Ibnu Hajar Asy-Syafi’iy, kata wudhu diambil dari kata al-
wadho’ah/kesucian. Wudhu disebut demikian, karena orang yang sholat
membersihkan diri dengan wudhu, akhirnya ia menjadi orang yang suci.
2. Pengertian menurut Syrai’at
Menurut Syaikh Shohih Ibnu Ghorim As-Sadlan Harishulloh, bila ditinjau dari
sisi syari’at adalah suatu bentuk peribadatan kepada Allah SWT dengan mencucui
anggota tubuh tertentu dengan data cara khusus.
Rukun Wudhu
1. Nia
2. Membasuh wajah
3. Membasuh kedua tangan dari telapak sampai siku
4. Membasuh sebagian kepala
5. Membasuh kedua kaku beserta kedua mata kaki
6. Tertib
Sunah-sunah Wudhu
1. Membaca basmalah
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3. Berkumur
4. Istinsyak (menghirup air ke dalam hidung)
5. Istinsar (membuang air dari hidung)
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke
sela-sela jari

10
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian belah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib, seperti wajah
12. Membasuh dua atau tiga kali
13. Menghadap kiblat
14. Langsung atau berurutan
Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
1. Kencing dan buang air besar
2. Madzi dan wadi
3. Keluar angin dari anus
4. Tidur berat
5. Bersentuhan laki-laki dan wanita
6. Menyentuh kemaluan
Syarat-syarat Wudhu
1. Dikerjakan dengan air mutlak
2. Mengalirkan air ke atas anggota yang dibasuh
3. Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air
4. Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan yang
dibasuh
5. Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats

11
DAFTAR PUSTAKA

Afif, Muhammad, and Uswatun Khasanah, (2019), ‘Urgensi Wudhu Dan Relevansinya Bagi
Kesehatan (Kajian Ma’anil Hadis) Dalam Perspektif Imam Musbikin’, Riwayah : Jurnal
Studi Hadis, 3.2 <https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i2.3746>

Rival, 2020, , ‘Wudhu, Tayamum Dan Mandi Wajib Serta Pekerjaan Yang Dilarang Karena
Berhadas’,

Dwi Lestari, Nina, and Muhammad Rofiqul Minan, (2018) ‘Efektivitas Terapi Wudhu
Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Remaja’, Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan, 18.2, <https://doi.org/10.18196/mm.180215>

Hidayati, Eni, and Fakih Anwar Zarkasyi, (2021), ‘Pengaruh Wudhu Terhadap Peningkatan
Konsentrasi Belajar Remaja’, Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
Cendekia Utama, 10.2 <https://doi.org/10.31596/jcu.v10i2.756>

Revita, Desi, and Sri Hartati, (2020), ‘Pelaksanaan Pembelajaran Ibadah Wudhu Di Taman
Kanak-Kanak Islam Terpadu Dar El-Iman 2 Kota Padang’, Jurnal Ilmiah Pesona
PAUD, 7.1 <https://doi.org/10.24036/108650>

Setiawan, Erwin, Undang Syaripudin, and Yana Aditia Gerhana, (2016) ‘Implementasi
Teknologi Augmented Reality Pada Buku Panduan Wudhu Berbasis Mobile Android’,
Jurnal Online Informatika, 1.1, <https://doi.org/10.15575/join.v1i1.8>

Syahputra, Heru, ‘Ritual Wudhu : (2021) , Upaya Menjaga Kesehatan Tubuh Dengan
Perawatan Spiritual’, Al-Hikmah: Jurnal Theosofi Dan Peradaban Islam, 2.2
<https://doi.org/10.51900/al-hikmah.v2i2.8801>

12

Anda mungkin juga menyukai