“WUDHU”
Disusun oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah “Fiqih Ibadah“ dengan
judul “WUDHU“.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen
pengampu kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
COVER ...............................................................................................................................
KATA PENGANTAR.........................................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3
Rumusan Masalah......................................................................................................3
Tujuan........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................4
BAB II PENUTUP..............................................................................................................11
Kesimpulan..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................12
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah lepas dari pergaulan antar sesama
dan hubungan dengan sang pencipta. Sebagai makhluk yang berakal, sudah selayaknya ketika
menghadap Tuhannya harus mematuhi rambu-rambu yang digariskan oleh syara’. Bahkan,
ketika bermunajat dengan Sang Khaliq pun, harus diperhatikan aturan mainnya, diantaranya
adalah dengan melakukan thaharah sebagai mediator dalam beribadah kepaad Alloh.
Setiap kegiatan ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah) terlebih
dahulu mulai dari wuhdu. Wudhu adalah sebuah syariat kesucian yang Alloh ‘azza Wa Jalla
tetapkan kepada kaum muslimin. Sebagai pendahuluan bagi shalat dan ibadah lainnya. Di
dalamnya terkandung sebuah hikmah yang mengisyaratkan kepada kita bahwa hendaknya
seorang muslim memulai ibadah dan kehidupannya dengan kesucian lahir batin. Sebab kata
ini sendiri berasal dari kata yang mengandung makna “kebersihan dan keindahan”.
Wudhu disyariatkan bukan hanya ketika kita hendak beribadah, bahkan juga
disyariatkan pada seluruh kondisi. Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan agar selalu
dalam kondisi bersuci (wudhu) sebagaimana yang dahulu yang dilazimi oleh Nabi
Muhammad SAW dan para sahabatnya yang mulia. Mereka senantiasa berwudhu, baik dalam
keadaan senang ataupun susah dan kurang menyenangkan (seperti saat muslim hujan dan
dingin).
Wudhu menurut bahasa artinya bersih, indah dan bagus. Menurut syara’, wudhu ialah
membasuh, mengalirkan dan membersihkan dengan menggunakan air pada setiap bagian dari
anggota-anggota wudhu untuk menghilangkan hadast kecil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan dasar hukum Wudhu ?
2. Apa saja Syarat Dan Rukun Wudhu ?
3. Apa saja Sunnah-sunnah Wudhu ?
4. Hal Apa Saja Yang Membatalkan Wudhu ?
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya: mak awudhu adalah menggunakan air yang suci lagi menyucikan pada
anggota-anggota badan yang empat (wajah, tangan, kepala dan kaki) berdasarkan tata
cara yang khusus menurut syariat”.
Jadi definisi wudhu bila ditinjau dari sisi syariat adalah suatu bentuk peribadatan kepada
Alloh Ta’ala dengan mencuci anggota tubuh tertentu dengan tata cara yang khusus.1
1
Erwin Setiawan, Undang Syaripudin, and Yana Aditia Gerhana, ‘Implementasi Teknologi Augmented Reality
Pada Buku Panduan Wudhu Berbasis Mobile Android’, Jurnal Online Informatika, 1.1 (2016), h 28
<https://doi.org/10.15575/join.v1i1.8>.
4
3. Ijma’
Telah terjalin kesepakatan kaum muslim atas disyari’atkannya wudhu semenjak
zaman Rosululloh hingga sekarang ini, sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa ia
adalah ketentuan yang berasal dari agama.2
2. Rukun Wudhu
Dalam kitab Fathul Mu’in disebutjkan ada 6 hal yang menjadi rukun wudhu:
a) Niat fardhunya wudhu ketika pertama kali membasuh wajah
b) Membasuh waja
c) Membasuh kedua tangan dari telapak dan lengan sampai siku
d) Membasuh sebagian kepala
e) Membasuh kedua kaki beserta jkedua mata kaki
f) Tertib3
Dan terdapat perbedaan pendapat ketika menyebutkan rukun wudhu. Ada yang
menyebutkan 4 saja, sebagaimana yang tercantum dalam ayat Qur’an, namun ada juga
yang menambahinya dengan berdasarkan dalil dari sunnah.
2
Muhammad Afif and Uswatun Khasanah, ‘Urgensi Wudhu Dan Relevansinya Bagi Kesehatan (Kajian Ma’anil
Hadis) Dalam Perspektif Imam Musbikin’, Riwayah : Jurnal Studi Hadis, 3.2 (2019), h 215
<https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i2.3746>.
3
Eni Hidayati and Fakih Anwar Zarkasyi, ‘Pengaruh Wudhu Terhadap Peningkatan Konsentrasi Belajar Remaja’,
Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama, 10.2 (2021), 108
<https://doi.org/10.31596/jcu.v10i2.756>.
5
4 (empat) rukun menurut Al-Hanafiyah mengatakan bahwa rukun wudhu itu hanya
ada 4 sebagamana yang disebutkan dalam Nash Qur’an.
7 (tujuh) rukun menurut Al-Hanabilah mengatakan bahwa harus niat, tertib dan
muwalat, yaitu berkesinambungan. Maka tidak boleh terjadi jeda antara satu anggota
dengan anggota yang lain yang sampai membuatnya kering dari basahnya air bekas
wudhu.4
C. Sunnah-sunnah Wudhu
1. Membaca basmalah sebelum mengambil air untuk membasuh muka sambil niat berwudhu
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan, dicuci dengan air yang suci 3x (tiga
kali)
3. Berkumur
4. Beristisyaq (menghirup air ke dalam hidung) Dan sunnah mengeraskan berkumur dan
beristinsyaq bagi yang tidak puasa, dan makruh bagi yang puasa. Berkumur dan istinsyaq
dilakukan 3x.
5. Istinsaar (membuang air dari hidung) dengan meletakkan jari telunjuk dan ibu jari tagan
kiri di atas hidung. Jika dalam hidung terdapat kotoran yang keras, hendaklah dikeluarkan
dengan jari kelingking tangan kiri.
6. Mengusap kedua telinga bagian luar atau dalam hingga gendang telinga Dalam mengusap
telinga harus menggunakan air yang babru, bukan air yang habis digunakan mengusap
kepala.
4
Nina Dwi Lestari and Muhammad Rofiqul Minan, ‘Efektivitas Terapi Wudhu Menjelang Tidur Terhadap
Kualitas Tidur Remaja’, Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 18.2 (2018), 49–54
<https://doi.org/10.18196/mm.180215>.
6
7. Merenggangkan jari-jari kedua tangan dan kaki jika menghalangi masuknya air ke sela-
sela jari
Caranya pada tangan ialah meletakkan bagian dalam pada salah satu telapak tangan
di atas telapan tangan yang lain sambil memasukkan jari tanganpada tangan lain. Dan
caranya pada kaki adalah meletakkan jari-jari tangan kiri diantara jari kaki, dimulai dari
jari kelingking kaki kanan dan berakhir pada kelingking kiri pada bagian bawah kaki.
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian bawah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota yaitu membasuh wajah mulai bagian atas sampai bawah
dan membasuh kedua tangan mulai jari-jari sampai siku, mengusap kedua kepala mulai
dari tempat yang biasa ditumbuhi rambut sampai bagian atas kepala, dan membasuh kedua
kaki dari ujung jari-jari sampai kedua mata kaki
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib seperti wajah, tangan, kaki
12. Membasuh dua atau tiga kali dalam segala hal, kecuali bila sudah merata, bila merata pada
basuhan kedua, maka basuhan kedua itu dianggap kali pertama. Bila merata pada basuhan
kali ketiga, maka semua basuhan dianggap kali pertama, dan hendakllah diteruskan
dengan basuhan kali kedua dan ketiga.
13. Menghadap kiblat
14. Langsung yaitu beruntun antara anggota-anggota wudhu tidak terdapat jarak yang lama,
sehingga anggota yang telah dibasuh mengering kembali.
15. Membasuh tangan hingga pergelangan pada saat akan mulai wudhu. Ini biasa dilakukan
Rosulullah SAW, sunnah ini sangat sesuai dengan fitrah dan akal. Sebab biasanya pada
tangan itu ada debu atau yang serupa dengan debu. Maka sudah harusnya, kamu dimulai
dengan membersihkannya sehingga kemudian bisa digunakan untuk mencuci muka dan
anggota tubuh lainnya.5
Dan yang sangat ditekankan untuk melakukan itu adalah saat bangun dari tidur.
Sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim.
5
Heru Syahputra, ‘Ritual Wudhu : Upaya Menjaga Kesehatan Tubuh Dengan Perawatan Spiritual’, Al-Hikmah:
Jurnal Theosofi Dan Peradaban Islam, h 39 (2021) <https://doi.org/10.51900/al-hikmah.v2i2.8801>.
7
16. Menyela-nyela jenggot yang lebat
17. Memulai dari bagian kanan. Hendaknya ia mulai mencuci tangan kanan sebelum yang kiri,
mencuci kaki kanan sebelm yang kiri.
18. Irit dalam menggunakan air dan jangan sampai melakukan pemborosan, namun jangan
sampai terlalu kikir6
6
Rival ‘Wudhu, Tayamum Dan Mandi Wajib Serta Pekerjaan Yang Dilarang Karena Berhadas’, 0704193126,
2020.
8
merasakan sesuatu pada saat shalat yakni dia merasakan ada angin keluar dari anusnya,
maka Rosululloh SAW bersabda:
ِ صوْ تًا َأوْ يَ ِجد
َر ْيحًا َ ف َحتَّى يَ ْس َم َع َ الَيَ ْنفَتِلْ َأوْ الَ يَ ْن
ْ ص ِر
“Janganlah dia berhenti (berpaling) hingga dia mendengar bunyi atau dia mencium
bau”.
Artinya, dia masih tetap berada dalam keadaan suci dan dalam wudhunya, karena itu
adalah keyakinan, dan keyakinan tidak hilang disebabkan keraguan, lain halnya jiak dia
mendengar suara kentutnya atau mencium baunya.
4. Tidur Berat
Hal yang disepakati membalatkan wudhu adalah tidur berat dan panjang.
Sebagaimana tidurnya seseorang yang tidur di malam hari, kemudian dia bangun pagi.
Sedangkan yang berupa kantuk, maka dia tidak membatalkan wudhu, sebab itu adalah
tidur ringan.
5. Bersentuhan laki-laki dan perempuan yang boleh nikah yang sudah baligh dan berakal,
dan tidak ada penghalang keduanya.
6. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan tanpa ada penghalang7
7
Desi Revita and Sri Hartati, ‘Pelaksanaan Pembelajaran Ibadah Wudhu Di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu
Dar El-Iman 2 Kota Padang’, Jurnal Ilmiah Pesona PAUD, 7.1 (2020), h 26-27
<https://doi.org/10.24036/108650>.
9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
10
8. Menggerakkan cincin agar air sampai pada bagian belah jari
9. Mendahulukan anggota kanan ketika membasuh kedua tangan dan kaki
10. Memulai dengan ujung anggota
11. Melebihkan basuhan pada anggota yang wajib, seperti wajah
12. Membasuh dua atau tiga kali
13. Menghadap kiblat
14. Langsung atau berurutan
Hal-hal yang Membatalkan Wudhu
1. Kencing dan buang air besar
2. Madzi dan wadi
3. Keluar angin dari anus
4. Tidur berat
5. Bersentuhan laki-laki dan wanita
6. Menyentuh kemaluan
Syarat-syarat Wudhu
1. Dikerjakan dengan air mutlak
2. Mengalirkan air ke atas anggota yang dibasuh
3. Tidak ada sesuatu pada anggota yang dapat mengubah air
4. Pada anggota wudhu, tidak ada sesuatu yang menghalangi antara air dan yang
dibasuh
5. Dilakukan sesudah masuk waktu shalat bagi orang yang selalu berhadats
11
DAFTAR PUSTAKA
Afif, Muhammad, and Uswatun Khasanah, (2019), ‘Urgensi Wudhu Dan Relevansinya Bagi
Kesehatan (Kajian Ma’anil Hadis) Dalam Perspektif Imam Musbikin’, Riwayah : Jurnal
Studi Hadis, 3.2 <https://doi.org/10.21043/riwayah.v3i2.3746>
Rival, 2020, , ‘Wudhu, Tayamum Dan Mandi Wajib Serta Pekerjaan Yang Dilarang Karena
Berhadas’,
Dwi Lestari, Nina, and Muhammad Rofiqul Minan, (2018) ‘Efektivitas Terapi Wudhu
Menjelang Tidur Terhadap Kualitas Tidur Remaja’, Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran
Dan Kesehatan, 18.2, <https://doi.org/10.18196/mm.180215>
Hidayati, Eni, and Fakih Anwar Zarkasyi, (2021), ‘Pengaruh Wudhu Terhadap Peningkatan
Konsentrasi Belajar Remaja’, Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan Masyarakat
Cendekia Utama, 10.2 <https://doi.org/10.31596/jcu.v10i2.756>
Revita, Desi, and Sri Hartati, (2020), ‘Pelaksanaan Pembelajaran Ibadah Wudhu Di Taman
Kanak-Kanak Islam Terpadu Dar El-Iman 2 Kota Padang’, Jurnal Ilmiah Pesona
PAUD, 7.1 <https://doi.org/10.24036/108650>
Setiawan, Erwin, Undang Syaripudin, and Yana Aditia Gerhana, (2016) ‘Implementasi
Teknologi Augmented Reality Pada Buku Panduan Wudhu Berbasis Mobile Android’,
Jurnal Online Informatika, 1.1, <https://doi.org/10.15575/join.v1i1.8>
Syahputra, Heru, ‘Ritual Wudhu : (2021) , Upaya Menjaga Kesehatan Tubuh Dengan
Perawatan Spiritual’, Al-Hikmah: Jurnal Theosofi Dan Peradaban Islam, 2.2
<https://doi.org/10.51900/al-hikmah.v2i2.8801>
12