Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Penjelaskan Tentang Wudhu”


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Studi peribadatan islam

Dosen pengampu:
Drs. Abd. Aziz M. H

LEMBAR SAMPUL

Di susun oleh kelompok III:

Dai Putra (2191014032)


Moh. Gufron (2191014033)
Syahri (2191014031)
Amanulloh (2191014034)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI TEBUIRENG JOMBANG
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada kami untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya
lah kami dapat menyelesaikan makalah tentang wudlu ini dengan tepat waktu.

Makalah tentang wudlu’ ini disusun guna memenuhi tugas dari yang tehormat
bapak Drs. Abd. Aziz M. HI pada prodi HUKUM KELUARGA. Selain itu, kami juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang wudlu’.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak Drs. Abd. Aziz
M. HI selaku dosen pengampu mata kuliah peribadatan islam. Berkat diberikannya tugas
ini kepada kami, kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait rukun-rukun,
syarat-sah, dan seterusnya tentang wudlu’. Kami juga mengucapkan terima kasih pada
semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Jombang, 04 september 2021

Tim penyusun kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR SAMPUL .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................. 1
C. Tujuan pembahasan........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
A. Rukun, Syarat-sahnya dan Tata cara Wudhu ..................................................... 2
B. Sunnah-Sunnah Wudhu ..................................................................................... 4
C. Hal-hal yang membatalkan, di haramkan, dan di makruhkan dalam wudhu ....... 6
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 9
A. Kesimpilan ........................................................................................................ 9
B. Saran................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wudhu adalah salah satu syarat sahnya sholat .karena itu kita sebagai
muslim sudah sepantasnya mengetahui segalah hal yang berkaitan dengan wudhu
termasuk salah satunya yaitu tata cara wudhu , fardhu & sunnahnya wudhu serta
hal hal yang dapat membatalkan wudhu . Didalam wudhu terdapat juga 6 fardhu
dan ada 10 sunnah.

Di dalam wudhu juga terdapat filosofi di setiap gerakan wudhu tersebut .


Maka dari itu wudhu bukan hanya sekedar membasuh , tapi kita juga harus
mengetahui ada filosofi apa di balik wudhu

B. Rumusan masalah
1. Rukun, syarat-sahnya dan tata cara wudhu
2. Sunnah-sunnah wudhu
3. Hal-hal yang membatalkan, mengharamkan dan memakruhkan wudhu

C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui rukun, syarat-sahnya dan tata cara wudhu
2. Untuk mengetahui sunnah-sunnah wudhu
3. Untuk mengetahui Hal-hal yang membatalkan, mengharamkan dan
memakruhkan wudhu

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Rukun, Syarat-sahnya dan Tata cara Wudhu
Rukun-rukun wudhu itu ada 6 yaitu:
• Niat wudhu
Hakikat niat secara syara’ adalah menyengaja sesuatu besertaan
dengan melakukannya. Jika melakukannya lebih akhir dari pada
kesengajaannya, maka disebut ‘azm.Niat dilakukan saat membasuh awal
bagian dari wajah. Maksudnya bersamaan dengan basuhan bagian tersebut,
bukan sebelumnya dan bukan setelahnya.
Sehingga, saat membasuh anggota tersebut, maka orang yang wudlu’
melakukan niat menghilangkan hadats dari hadats-hadats yang berada pada
dirinya.Atau niat agar diperkenankan melakukan sesuatu yang membutuhkan
wudlu’. Atau niat fardlunya wudlu’ atau niat wudlu’ saja.
Atau niat bersuci dari hadats.
Jika tidak menyebutkan kata “dari hadats” (hanya niat bersuci saja),
maka wudlu’nya tidak syah.
Ketika dia sudah melakukan niat yang dianggap syah dari niat-niat di
atas, dan dia menyertakan niat membersihkan badan atau niat menyegarkan
badan, maka hukum wudlu’nya tetap syah.
• Membasuh Wajah
Batasan panjang wajah adalah anggota di antara tempat-tempat yang
umumnya tumbuh rambut kepala dan pangkalnya lahyaini (dua rahang).
Lahyaini adalah dua tulang tempat tumbuhnya gigi bawah. Ujungnya
bertemu di janggut dan pangkalnya berada di telinga.Dan batasan lebar wajah
adalah anggota di antara kedua telinga.
Ketika di wajah terdapat bulu yang tipis atau lebat, maka wajib
mengalirkan air pada bulu tersebut beserta kulit yang berada di baliknya / di
bawahnya.Namun untuk jenggotnya laki-laki yang lebat, dengan gambaran
orang yang diajak bicara tidak bisa melihat kulit yang berada di balik jenggot
tersebut dari sela-selanya, maka cukup dengan membasuh bagian luarnya
saja.Berbeda dengan jenggot yang tipis, yaitu jenggot yang mana kulit yang

2
berada di baliknya bisa terlihat oleh orang yang diajak bicara, maka wajib
mengalirkan air hingga ke bagian kulit di baliknya.
Dan berbeda lagi dengan jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka
wajib mengalirkan air ke bagian kulit yang berada di balik jenggot keduanya,
walaupun jenggotnya lebat.Di samping membasuh seluruh wajah, juga harus
membasuh sebagian dari kepala, leher dan anggota di bawah janggut.
• Membasuh Kedua Tangan
Membasuh kedua tangan hingga kedua siku., Jika seseorang tidak
memiliki kedua siku, maka yang dipertimbangkan adalah kira-kiranya.Dan
wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua tangan, yaitu bulu,
uci-uci, jari tambahan dan kuku.Dan wajib menghilangkan perkara yang
berada di bawah kuku, yaitu kotoran-kotoran yang bisa mencegah masuknya
air.
• Mengusap Kepala
Mengusap sebagian kepala, baik laki-laki atau perempuan.Atau
mengusap sebagian rambut yang masih berada di batas kepala.Tidak harus
menggunakan tangan untuk mengusap kepala, bahkan bisa dengan kain atau
yang lainnya.Seandainya dia membasuh kepala sebagai ganti dari
mengusapnya, maka diperkenankan.Dan seandainya dia meletakkan (di atas
kepala) tangannya yang telah di basahi dan tidak mengerakkannya, maka
diperkenankan.
• Membasuh Kedua Kaki
Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, jika orang yang
melaksanakan wudlu’ tersebut tidak mengenakan dua muza.Jika dia
mengenakan dua muza, maka wajib bagi dia untuk mengusap kedua muza
atau membasuh kedua kaki.
Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua kaki,
yaitu bulu, daging tambahan, dan jari tambahan sebagaimana keterangan
yang telah dijelaskan di dalam permasalahan kedua tangan.
• Tertib
Tertib di dalam pelaksanaan wudhu sesuai dengan cara yang telah
saya jelaskan di dalam urutan fardlu-fardlunya wudlu’.Sehingga, kalau lupa
tidak tertib, maka wudlu’ yang dilaksanakan tidak mencukupi.

3
Syarat– Syarat sahnya Wudhu ada sepuluh, yaitu:
• Islam.
• Tamyiz (cukup umur dan ber’akal).
• Suci dari haid dan nifas.
• Lepas dari segala hal dan sesuatu yang bisa menghalang sampai air ke kulit.
• Tidak ada sesuatu di salah satu anggota wudhu yang merubah keaslian air.
• Mengetahui bahwa hukum wudhu tersebut adalah wajib.
• Tidak boleh beritiqad (berkeyakinan) bahwa salah satu dari fardhu–fardhu
wudhu hukumnya sunnah (tidak wajib).
• Kesucian air wudhu tersebut.
• Masuk waktu sholat yang dikerjakan.
• Muwalat .

Dua syarat terakhir ini khusus untuk daim al-hadats (orang yang selalu
hadas karena beser kencing atau keluar darah istihadoh, kentut terus menerus,
ambeien, dll) .

B. Sunnah-Sunnah Wudhu
Beberapa perkara yang menjadi sunnah-sunnah nya wudhu, antara lain:

• Membaca Basmalah

Disunnahkan membaca basmalah di awal pelaksanaan wudhu.


Minimal bacaan basmalah adalah bismillah. Dan yang paling sempurna
adalah bismillahirrahmanirrahim.

• Membasuh Kedua Telapak Tangan

membasuh kedua telapak tangan hingga kedua pergelangan tangan


sebelum berkumur.

• Berkumur dan Memasukkan Air Ke Hidung

Kesunnahan berkumur sudah bisa hasil / didapat dengan


memasukkan air ke dalam mulut, baik di putar- putar di dalamnya kemudian

4
di muntahkan ataupun tidak. Jika ingin mendapatkan yang paling sempurna,
maka dengan cara memuntahkannya. Kesunnahan memasukkan air kedalam
hidung /istinsyaq sudah bisa didapat dengan memasukkan air ke dalam
hidung, baik ditarik dengan nafasnya hingga ke janur hidung lalu
menyemprotkannya ataupun tidak. Jika ingin mendapatkan yang paling
sempurna, maka dia harus mennyemprotkannya.

Mengumpulkan berkumur dan istinsyaq dengan tiga cidukan air,


yaitu berkumur dari setiap cidukan kemudian istinsyaq, adalah sesuatu yang
lebih utama daripada memisah di antara keduanya.

• Mengusap Seluruh Kepala

Disunnahkan mengusap seluruh bagian kepala, Dan seandainya tidak


ingin melepas sesuatu yang berada di kepalanya yaitu surban atau sesamanya,
maka dia disunnahkan menyempurnakan usapan air itu ke seluruh surbannya.

• Mengusap Kedua Telinga

Danmengusapseluruhbagiankeduatelinga,bagian luar dan dalamnya


dengan menggunakan air yang baru, maksudnya bukan basah-basah sisa
usapan kepala.

Dan yang sunnah di dalam cara mengusap keduanya adalah ia


memasukkan kedua jari telunjuk ke lubang telinganya, memutar-mutar
keduanya ke lipatan-lipatan telinga dan menjalankan kedua ibu jari di telinga
bagian belakang, kemudian menempelkan kedua telapak tangannya yang
dalam keadaan basah pada kedua telinganya guna memastikan meratanya
usapan air ke telinga.

• Menyelah-Nyelahi Jenggot, Jari Kedua Tangan dan Kaki

Sunnah menyelah-nyelahi bulu jenggotnya orang laki-laki yang tebal,


Cara menyelah-nyelahi adalah seorang laki-laki memasukkan jari-jari
tangannya dari arah bawah jenggot.

5
Dan sunnah menyelah-nyelahi jari-jari kedua tangan dan kaki, Cara
menyelah-nyelahi kedua tangan adalah dengan tasybik. Dan cara menyelah-
nyelahi kedua kaki adalah dengan menggunakan jari kelingking tangan kanan
di masukkan dari arah bawah kaki, di mulai dari selah- selah jari kelingking
kaki kanan dan di akhiri dengan jari kelingking kaki kiri.

• Mendahulukan Bagian Kanan

Dan sunnah mendahulukan bagian kanan dari kedua tangan dan kaki
sebelum bagian kiri dari keduanya. Sedangkan untuk dua anggota yang
mudah dibasuh secara bersamaan seperti kedua pipi, maka tidak disunnahkan
untuk mendahulukan bagian yang kanan dari keduanya, akan tetapi keduanya
di sucikan secara bersamaan.

• Mengulangi Tiga Kali dan Muwwallah (Terus Menerus)

Disunnahan mengulangi basuhan dan usapan anggota wudlu’


sebanyak tiga kali, dan secara terus-menerus (Muwwallah). Muwallah adalah
antara dua anggota wudlu’ tidak terjadi perpisahan yang lama, bahkan setiap
anggota langsung disucikan setelah mensucikan anggota sebelumnya, sekira
anggota yang dibasuh sebelumnya belum kering dengan keaadan angin,
cuaca dan zaman dalam keadaan normal.

• Berdoa Setelah Wudhu

Dalam Kitab Imta'ul Asmaa’ Fii Syarhi Matni Abi Syujaa’ karya Dr.
Syifaa' binti Dr. Hasan Hitou disebutkan bahwa termasuk sunnah wudhu
adalah berdoa setelah wudhu.

C. Hal-hal yang membatalkan, di haramkan, dan di makruhkan dalam wudhu


Yang membatalkan wudhu itu ada empat, yaitu:
• Apa bila keluar sesuatu dari salahsatu kemaluan seperti angin dan lainnya,
kecuali air mani.
• Hilang akal seperti tidur dan lain lain, kecuali tidur dalam keadaan duduk
rapat bagian punggung dan pantatnya dengan tempat duduknya, sehingga
yakin tidak keluar angin sewaktu tidur tersebut

6
• Bersentuhan antara kulit laki–laki dengan kulit perempuan yang bukan
mahram baginya dan tidak ada penghalang antara dua kulit tersebut seperti
kain dll.
• Menyentuh kemaluan orang lain atau dirinya sendiri atau menyentuh tempat
pelipis dubur (kerucut sekeliling) dengan telapak tangan atau telapak jarinya.

Larangan bagi orang yang berhadats kecil/ batal wudhu ada empat, yaitu:
• Shalat, fardhu maupun sunnah.
• Thowaaf (keliling kabah tujuh kali).
• Menyentuh kitab suci Alquran
• Membawa atau mengangkat Alquran

Beberapa hal yang dimakruhkan dalam wudhu. Di antaranya lima hal


berikut ini:
• berlebih-lebihan dalam menggunakan air. Hal tersebut dimakruhkan karena
bertentangan dengan sunah. Bahkan, Allah Swt berfirman dalam surat Al’raf
ayat 31, yang artinya:

“…Jangan berlebih-lebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang


berlebih-lebihan,”

• membasuh tangan kiri terlebih dahulu daripada tangan kanan. Hal ini
dimakruhkan karena bertentangan dengan perilaku yang dipraktikkan oleh
Nabi Muhammad Saw tentang kesunahan tayamum, yaitu mendahulukan
yang kanan.
• ketika berwudhu juga makruh mengusap anggota wudhu dengan handuk,
kecuali karena ada udzur. Misalnya, karena kedinginan sehingga ketika air
wudhu dibiarkan mengalir di anggota wudhu akan membuat menggigil dan
sakit.
• memukul wajah dengan air atau tidak mengusapnya dengan lembut. Hal ini
dimakruhkan karena dapat menghilangkan kemuliaan wajah.
• sengaja menambah jumlah basuhan lebih dari tiga kali. Begitu juga
sebaliknya, jika sengaja mengurangi jumlah basuhan pada anggota wadhu
maka dimakruhkan. Rasulullah bersabda:

7
“Beginilah cara berwudhu, barangsiapa yang menambah atau mengurangi
(jumlah tiga kali setiap basuhan) maka dia telah berbuat buruk dan zhalim,”
(HR Abu Dawud).

Selain lima hal itu, dalam kitab Fiqhul Manhaji ala Madzhabil Imamis
Syafi’I dijelaskan bahwa meminta tolong orang lain untuk membasuh anggota
wudhu tanpa uzur (berhalangan) juga dimakruhkan.Karena, hal ini merupakan
salah satu bentuk takabbur atau kesombongan.

Kemudian, bagi orang yang berpuasa juga dimakruhkan terlalu banyak


atau berlebihan dalam berkumur atau menyerap air ke dalam hidung saat
berwudhu.

Karena, hal itu dikhawatirkan air akan masuk ke dalam rongga


tenggorokan dan membatalkan puasanya. Sementara itu, bagi orang yang sedang
ihram dimakruhkan menyela-nyelati jenggot yang tebal karena dikhawatirkan
rontok.Kendati demikian, pendapat ini dibantah oleh ulama lainnya. Sebagian
ulama ada yang tetap menganjurkan menyela-nyelati jenggot saat sedang ihram,
tapi sebaiknya dilakukan dengan pelan-pelan.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpilan
Dari keterangan diatas kita bisa menyimpulkan bahwa wudhu itu sangat
penting dalam hal ber ibadah, maka dari itu kita sebagai umat islam yang
mempunyai kewajiban melakukan sholat sebanyak 5 waktu dalam sehari harus
memperhatikan dengan benar keabsahan wudhu kita, mulai dari memastikan
syarat-syarat nya sudah terpenuhi kemudian melaksanakan rukun-rukunnya
dengan benar, lalu melakukan kesunnahan- kesunnahanya, dan menjauhi hal-hal
yang dapat membatalkan wudhu

Dan satu lagi yang perlu diperhatikan yaitu tentang kemakruhan-


kemakruhan wudhu karena orang-orang sering mengabaikan kemakruhan-
kemakruhan tersebut.

B. Saran
Makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu dalam
penyusunan makalah ini, penulis mohon kritikan dan saran dari Bapak Dosen
dan para pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik.

9
DAFTAR PUSTAKA

Diambil dari kitab safinatunnajah karangan syaikh salim bin suamir alhadlrami.

Diambil dari kitab Fiqhul Manhaji ala Madzhabil Imamis Syafi’I karangan Prof. Dr.
Musthafa Al Bugha Prof. Dr. Musthafa Al Khan dan Prof. Ali Asysyurbajiy

Diambil dari kitab Fathul qorib karangan Syaikh Muhammad bin Qasim bin
Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili Abu Abdillah Syamsuddi

Diambil darihttps://kalam.sindonews.com/berita/1530643/70/sunnah-sunnah-wudhu-
dan-dalilnya

10
11

Anda mungkin juga menyukai