Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ISTINJA’

Dosen Pembimbing : Dr. Mulyadi,M.HI

Disusun oleh:

Era Fazira

Helmelia Faradila

Syaqila Soraya

Program Studi PGMI

Sekolah Tinggi Agama Islam Al- Hikmah Tanjungbalai

T.p 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Istinja’” Tidak juga kami
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah turut memberikan konstribusi dalam
penyusunan makalah ini. Tentunya ,tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan
dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalahh ini. Oleh karena itu ,kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.Semoga makalah yang kami susun memberikan manfaat untuk pembaca. Aamiin

Akhirul kalam, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar
harapan kami agar pembaca berkenan memberikan masukkan berupa kritik dan saran.
Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Tanjunbalai, 14 Januari 2023

Tertanda

Pemakalah
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................... 2

Dafrar Isi ................................................................................................................... 3

Bab I Pendahuluan .................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ............................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ............................................................................................. 5

Bab II Pembahasan .................................................................................................... 6

A. Pengertian istinja’ ..........................................................................................


B. Cara beristinja ................................................................................................
C. Tempat-tempat yang dilarang untuk beristinj

Bab III Penutup .......................................................................................................... 12

A. Kesimpulan .................................................................................................... 12
B. Saran .............................................................................................................. 12

Daftar Isi ................................................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama yang komprehensif yaitu menjelaskan semua halatau aspek
dalam segala kehidupan manusia, mulai dari hal yang berkaitandengan hubungan antara
manusia dengan Allah (Hablum min Alloh) dan jugayang berkaitan dengan hubungan antara
manusia dengan sesamanya (Hablummin an Nas).

Allah telah menjelaskan syari’at Islam dengan sempurna. Tidaklah ada sesuatupun
dari perkara yang kecil maupun yang besar, dari perkara-perkarayang bersentuhan dengan
kehidupan dan kemaslahatan umat manusia. Salah satu hal yang mendapat perhatian tinggi
dari islam adalah masalah istinja’.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam telah mengabarkan dalam suatu riwayat yang
shahih, bahwa ada seorang yang di adzab dalam kuburnya dengansebab tidak membersihkan
dirinya dari kencing yang menimpa dirinya, dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
telah mengabarkan pula bahwa kebanyakan siksa kubur adalah dari sebab kencing. Hal ini
memberikan gambaran kepada kita, bahwa perkara yang berkaitan dengan adab istinja’ dan
buang air, sangatlah penting untuk diketahui dan kemudian kita praktekan dalam kehidupan
kita.

Dalam makalah singkat ini penulis akan memaparkan beberapa hal yangharus
dimengerti untuk melakukan istinja, mulai dari bagaimana cara beristinjahingga doa dan
hikmah beristinja.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari istinja’?
b. Bagaimanakah cara beristinja’?
c. Dimanakah tempat-tempat yang dilarang untuk beristinja’?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui pengertian dari istinja’
b. Untuk mengetahui bagaimana cara beristinja’
c. Untuk mengetahui tempat-tempat yang dilarang untuk beristinja’
d. Untuk mengetahui do’a istinja’ dan hikmahnya
e. Untuk mengetahui adab tata cara beristinja’
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Istinja
Istinja’ menurut bahasa artinya terlepas atau selamat, dari bahasaArab 44. Sedangkan
istinja menurut istilah syariat Islam ialah bersuci sesudah buang air besar atau buang air
kecil. Dalam kitab fiqih istinja’ berarti menghilangkan atau meringankan najis dari qubul
dan dubur.
Mayoritas ulama sepakat bahwa istinja’ hukumnya wajib.Beristinja ini hukumnya
adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air besar maupun buang air kecil, baik dengan
air ataupun dengan bendaselain air. Benda selain air yang dapat digunakan untuk beristinja
ialah benda yang keras dan kesat seperti batu, kertas atau daun-daun yang sudah kering.
Akan tetapi yang paling utama dalam istinja’ adalah diawali dengan batu kemudian
diteruskan dan disempurnakan dengan memakaiair bersih, batu disini berfungsi sebagai
pengangkat kotoran dan airsebagai pembersih atau penghilang bekas kotoran tersebut,
sehingga bersihnya menjadi lebih maksimal.
Namun apabila menginginkan memilih salah satu maka air lebihutama digunakan
karena air bisa mengangkat najis dan bekasnya sekaligustidak seperti batu yang masih
meniggalkan bekas, dengan catatan batutersebut kering dan digunakan sebelum najisnya
kering. Hal ini hanya berlaku untuk najis yang tidak sampai meluber dari tempat keluarnya

B. Cara beristinja’
Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut:
1. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau airkecil
dengan air sampai bersih. Ukuran bersih ini ditentukan olehkeyakinan
masing-masing.
2. Membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau airkecil
dengan batu, kemudian dibasuh dan dibersihkan dengan air.
3. Membasuh dan membersihkan tempat keluar kotoran air besar atau airkecil
dengan batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih.Membersihkan
tempat keluar kotoran air besar atau air kecil inisekurang-kurangnya dengan
tiga buah batu atau sebuah batu yangmemiliki tiga permukaan sampai bersih.
Rasulullah saw. bersabdasebagai berikut:
“Sesungguhnya Nabi saw. melalui dua buah kuburan, kemudian beliau
bersabda: Sesungguhnya kedua orang yang berada dalamkubur itu sedang
disiksa. Adapun salah seorang dari keduanya sedangdisiksa karena
mengadu-ngadu orang, sedangkan yang satunya sedang disiksa karena tidak
menyucikan kencingnya.” (HR. al -Bukharidan Muslim)

C. Tempat-tempat yang dilarang untuk Istinja’


Ada beberapa tempat yang dilarang untuk melakukan istinja’, di antaranya yaitu:
1. Di tempat berteduh dan di jalan umum
Diharamkan buang air besar dan kecil di tempat ini karena akanmengganggu
orang yang memanfaatkan tempat tersebut untuk berjalan ataupun berteduh.
Alloh Ta’ala berfirman:

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min danmu’minat tanpa


kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.” (QS. al Ahzab:58)

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Takutlah kalian dari


dua perkara yang menyebabkan laknat!” Para sahabatbertanya:”Wahai
Rasulullah, apa dua perkara yang menyebabkanlaknat tersebut?” Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalammenjawab: “Orang yang buang hajat di jalan
manusia dan tempatberteduh mereka.” (HR. Muslim)

2. Di bawah pohon yang dimanfaatkan manusia


Hal ini karena akan mengganggu terhadap orang yang akanmemanfaatkan
pohon tersebut, baik dalam hal memetik buah yangdapat di manfaatkan
maupun mengambil kayu atau dahannya. Danseorang muslim tidaklah boleh
mengganggu sesamanya, sebagaimanakeumuman ayat 58 dari surat al-Ahzab
di atas, dan juga seorangmuslim dilarang memudharatkan orang lain dan
membalaskemudharatan dengan kemudharatan yang semisalnya.

3. Di sumber air
Hal ini karena akan mengotori sumber air tersebut dan bahkan bisa jadi
akan menajiskannya, hal tersebut memungkinkan apabila najisyang keluar
dari orang yang buang hajat tersebut sampai kepadaderajat mengubah rasa,
warna, atau bau dari air yang ada di sumber airtersebut.
Di samping itu, buang air di tempat ini juga akan menggangguorang yang
akan memanfaatkan sumber air tersebut. Seorang muslim tidaklah boleh
mengganggu sesamanya, sebagaimana keumuman ayat58 dari surat al-Ahzab
di atas, dan juga seorang muslim dilarangmemudharatkan orang lain dan
membalas kemudharatan dengankemudharatan yang semisalnya.
Selain itu, kencing di sumber air merupakan salah satu hal yangdapat
menyebabkan laknat, sebagaimana disebutkan dalam haditshasan yang
diriwayatkan oleh Abu Dawud; Rasulullah Shallallahu‘alaihi wassalam
bersabda: “Takutlah kalian dari tiga perkara yangmenyebabkan laknat!!
Yaitu: buang air besar di sumber air, jalanraya, dan tempat berteduh.”
4. Di lubang
Seseorang ketika buang iar kecil di tanah lapang, dilarangmelakukan kencing
di lubang tempat serangga atau binatang melatalainnya. Larangan disini
bersifat makruh, bukan haram, karena itulahia menjadi diperbolehkan jikalau
berhajat kepadanya dan tidak adatempat yang lain kecuali lubang tersebut.
Dasar dari larangan ini adalah:
a. Hadits Qotadah dari Abdullah bin Sirjis, bahwasanya NabiShallallahu
‘alaihi wassalam melarang kencing di lubang. Dikatakan kepada
Qotadah: “Ada apa dengan lubang?” Beliaumenjawab: “Dikatakan,
bahwa lubang adalah tempat tinggal bagi jin.” (HR. Ahmad dan Abu
Dawud)
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah: “Hadits ini
didho’ifkan oleh sebagian ulama dan dishohihkan oleh sebagian yang lain.
Dan paling rendahnya, haditsini berderajat hasan, karena para ulama
menerimanya dan berhujjah dengannya.”(Syarh Mumthi 1/119)
b. Ditakutkan terdapat serangga dan hewan melata lainnya yang
bertempat tinggal di tempat tersebut, sehingga kencing kita
akanmerusak tempat tinggalnya atau ia akan keluar dan menyakiti
kita.sedangkan kita sedang kencing atau barangkali ia keluar
secaratiba-tiba lalu kita menghindarinya dan akhirnya kita tidak
selamatdari percikan kencing kita atau yang lebih besar dari pada hal
itu.

D. Do’a istinja’
Ketika seseorang hendak masuk ke WC atau tempat yang dipersiapkanuntuk buang
air besar atau buang air kecil, disunnahkan untuk membaca do’a masuk tempat buang
air. Berbeda jika seseorang buang air di tanah lapang atau tempat terbuka, maka ia
membaca do’anya ketika pada langkah terakhir sebelum dia buangair atau ketika dia
hendak duduk untuk buang air
Do’anya adalah

“Dengan menyebut nama Allah saya berlindung dari setan laki-laki dan setan
perempuan.”
Lafazh“bismillah” terambil dari hadits yang diriwayatkan oleh ImamTirmidzi dalam
Sunan-nya dengan derajat shohih. Adapun lafazh:

terambil dari hadits riwayat Bukhari-Muslim.


Barangsiapa membaca “bismillah” maka ia terlindungi dari pandangan jin,
sebagaimana yang disebutkan hadits shohih riwayat Tirmidzi (lihat at-Tirmidzi:602)

E. Hikmah do’a istinja’


Hikmah disyari’atkannya membaca kalimat perlindungan :

Ulama mengatakan: “Tempat buang air adalah tempat yang jelek dantempat yang
jelek adalah tempat syaitan, karena itulah sangat tepat bilamana masuk tempat
tersebut disyari’atkan untuk meminta perlindungan terhadap Alloh Ta’ala dari
kejelekan syaitan laki-laki dan perempuan, agar tidak terkena gangguan
kejelekannya.”
Ketika seseorang keluar dari tempat buang air, disyari’atkan untukmengucapkan
do’a:“Ya Allah, aku memohon ampunan- Mu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi,
dll)
hikmah disyari’atkannya mengucapkan istighfar ketika keluar dari tempat buang air
adalah : Ulama mengatakan, di antara hikmah yang palingnampak ialah ketika
seseorang diringankan dari kotoran dan gangguan fisik, ia teringat gangguan dosa,
lantas ia memohon agar Alloh Ta’ala meringankan dirinya dari gangguan dan dosa
yang dilakukannnya.

F. Adab Tata Cara Beristinja’


Ada beberapa hal yang menjadi adab tata cara bagaimana beristinja’ yang benar dan
sesuai syariat, yatu sebagai berikut :1
1. Istinja’ dengan menggunakan air
Air adalah seutama-utama alat bersuci, karena ia lebih dapatmensucikan
tempat keluarnya kotoran yang keluar dari dubur danqubul, dibandingkan
dengan selainnya. Berkaitan dengan orang-orang yang bersuci dengan
menggunakan air, Alloh Ta’ala menurunkan firman-Nya:
“Janganlah kamu sholat dalam masjid itu selama-lamanya.Sesungguhnya
masjid yang didirikan atas dasar taqwa (Masjid Quba),sejak hari pertama
adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Didalam masjid itu ada orang-
orang yang ingin membersihkan diri.Sesungguhnya Alloh menyukai orang-
orang yang bersih.” (QS. atTaubah:108)
Berkata Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu: “Mereka istinja’ dengan
menggunakan air, maka turunlah ayat ini di tengah-tengah mereka.”(Hadits
shohih riwayat Abu Dawud)

2. Istinja’ dengan menggunakan batu


Istinja’ dengan menggunakan batu, kayu, kain dan segala be ndayang
menempati kedudukannya yang dapat membersihkan najis yangkeluar dari
dibur dan qubul diperbolehkan menurut kebanyakan ulama.Salman al-Farisi
radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu‘alaihi wassalam melarang

1
Mustaqim, Fauzul. 2015.Istinja,diakses darihttp://www.fauzulmustaqim.com/2015/11/pengertian-tata-
cara-dan-tujuan-istinja.html pada tanggal 19 Februari 2018 pukul 20.41
kami dari istinja’ dengan menggunakan kotoran binatang dan tulang.” (HR.
Muslim)
Pengkhususan larangan pada benda-benda tersebut menunjukkan
bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam membolehkanistinja’
dengan menggunakan batu dan benda-benda lain yang dapatmembersihkan
najis yang keluar dari dubur dan qubul.
Seseorang dikatakan suci apabila telah hilang najis dan basahnyatempat
disebabkan najis, dan batu terakhir atau yang selainnya keluardalam keadaan
suci, tidak ada bekas najis bersamanya. Beristinja’ dengan menggunakan batu
dan selainnya tidaklah mencukupi kecuali dengan menggunakan tiga batu.
Salman al Farizi radhiallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wassalammmelarang kami dari istinja’ dengan menggunakan tangan kanan
atau kurang dari tiga batu.” (HR.Muslim)

3. Istinja’ dengan tulang dan benda dimuliakan


Seseorang tidaklah diperbolehkan istinja’ dengan menggunakan tulang,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadits Salman radhiallahu ‘anhu di
atas. Mengapa dilarang istinja’ dengan tulang? Ulama mengatakan illah
(sebab) dilarang nya istinja’ dengan menggunakan tulan ialah:
a. Apabila tulang untuk istinja’ berasal dari tulang yang najis, tidaklahia
akan membersihkan tempat keluarnya najis tersebut, justrusemakin
menambah najisnya tempat tersebut.
b. Apabila bersal dari tulang yang suci lagi halal, maka ia
merupakanmakanan bagi binatang jin, dan harus kita muliakan dan
kitahormati. Dalam hadits riwayat Muslim dari jalur Ibnu
Mas’udradhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
bersabda: “Janganlah kalian istinja’ dengan menggunakan kotoran
binatang dan tulang, sebab ia merupakan bekal saudara kalian dari
kalangan jin.”
Berdasarkan illah (sebab) yang disebutkan di atas, maka
dikiaskankepadanya makanan manusia dan binatang, karena bekal
manusia dankendaraannya harus lebih dihormati. Dan sedemikian juga
segala benda yang dituliskan di dalamnya ilmu agama Islam, karena ia
lebihmulia dari sekedar bekal fisik manusia, terlebih lagi bila
didalamnyatertulis al-Qur’an, sunnah dan nama-nama Allah.

4. Istinja’ dengan tangan kanan


Tidaklah diperbolehkan istinja’ dengan menggunakan tangan kanan,
karena tangan kanan dipergunakan untuk sesuatu yang mulia, berdasarkan
kepada kaidah-kaidah umum syari’at Islamiyyah dalam menggunakan tangan
dan kaki.
Dalam masalah istinja’ ini, ada larang secara khusus dariRasulullah
Shallallahu ‘alaihi wassalam yang disampaikan olehsahabat Salman al Farisi
radhiallahu ‘anhu, yakni: “RasulullahShallallahu ‘alaihi wassalam melarang
kami dari istinja’ denganmenggunakan tangan kanan atau kurang dari tiga
batu.” (HR. Muslim)

5. Disunnahkan buang hajat di tempat yang jauh dari manusia


Hal ini dimaksudkan agar auratnya tidak dilihat oleh orang lain(ketika buang
hajat). Ini merupakan suatu adab dan sopan santun yangmulia, di dalamnya
terdapat penjagaan kehormatan seseorang,sebagaimana telah dimaklumi.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalamsebagai suri tauladan utama kita, telah
mencontohkan hal ini,sebagaimana yang telah dikabarkan oleh sahabat Jabir
bin Abdullah radhiallahu ‘anhuma:” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam
pergi sehingga tidak terlihat oleh kami, lalu menunaikan hajatnya.” (HR.
Bukhari, Muslim)
Namun apabila seseorang buang hajat di tempat tertutup, sehinggatidak ada
seorang pun yang bisa melihatnya, maka hal itu telahmencukupinya, karena
telah didapatkan maksud dari menjauhkan diridari manusia, yaitu agar
auratnya tidak dilihat oleh orang lain (ketika buang hajat).2

6. Memilih tempat empuk untuk buang air kecil


Bilamana seseorang melakukan buang air kecil di tanah lapangatau padang
pasir, maka hendaknya ia memilih tempat yang empuk,agar air kencingnya
tidak terpercik kembali ke anggota tubuhnyasehingga ternajisi oleh kencing
tersebut

2
Abu Muawiyah. 2008. Adab-Adab Istinja (Buang Air) diakses darihttp://alatsariyyah.com/adab-adab-istinja
buang-air.html pada tanggal 20 Februari 2018 pukul 22.04
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Istinja ialah bersuci sesudah buang air besar atau buang air kecil. Dalam kitab fiqih
istinja’ berarti menghilangkan atau meringankan najis dariqubul dan dubur.
2. Beristinja ini hukumnya adalah wajib bagi orang yang baru saja buang air besar
maupun buang air kecil, baik dengan air ataupun dengan bendaselain air, seperti batu,
kertas atau daun-daun yang sudah kering.
3. Cara beristinja dapat dilakukan dengan salah satu tiga cara sebagai berikut,yaitu
membasuh atau membersihkan tempat keluar kotoran air besar atauair kecil dengan
air, batu atau benda-benda kesat lainnya sampai bersih,
4. Tempat-tempat yang dilarang untuk melakukan istinja’ yaitu, Di tempat berteduh dan
di jalan umum, Di bawah pohon yang dimanfaatkan manusia,di lubang dan juga di
sumber air.

B. SARAN
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini meskipun penulisan ini jauh
dari sempurna minimal para pembaca dapat mengimplementasikan tulisan ini. Selain
itu, makalah ini masih banyak memiliki kesalahan dari segi penulisan, sumber materi,
dan lainnya, karena penulis juga merupakan manusia yang adalah tempat salah dan
dosa: dalam hadits “alinsanu minal khotto’ wan nisyan”, dan juga butuh saran serta
kritik agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Harun, Nasrun. 2000. Fiqh Muamalat . Jakarta: Gaya Media Pratama.Madarik Yahya.
2009.Tata Cara Bersuci(online)

http://madarikyahya.wordpress.com/2009/10/20/tata-cara-bersuci

Diakses Selasa, 20 Februari 2018Muawiyah, Abu. 2008.Adab-Adab Istinja (Buang


Air)(online)

http://alatsariyyah.com/adab-adab-istinja-buang-air.html

Diakses Selasa, 20 Februari 2018Mustaqim, Fauzul. 2015. Istinja(online)


http://www.fauzulmustaqim.com/2015/11/pengertian-tata-cara-dan-tujuan-istinja.

html diakses Senin, 19 Februari 2018Sabiq, Sayyid.

Anda mungkin juga menyukai