Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ULUMUL HADITS

TENTANG
SANAD

DISUSUN
OLEH

KELOMPOK 4
ROMONA PUTRI SIMANJUNTAK
YUMNA HARFIN
SYAQILA SORAYA
KIKI AULIANI

SEMESTER : 1
PRODI : PGMI

DOSEN PEMBIMBING
KHAIRANI POHAN, M. Pd.I

STAI AL HIKMAH TANJUNGBALAI


TA : 2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Sanad” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membimbing kami dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama Islam.

Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup, dan daftar pustaka.


Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits pada
semester I.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak


yang berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan menggunakan makalah ini
semoga kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-
sumber pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan
mencapai tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon
maaf apabila ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Tanjungbalai, Nopember 2022

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sanad Hadits .................................................................... 2


B. Pengertian Isnad, Musnad dan Musnid .............................................. 3
C. Macam-Macam Sanad........................................................................ 4
D. Tingkatan-Tingkatan Sanad Hadits .................................................... 4
E. Pengertian Matan Hadits .................................................................... 5
F. Kedudukan Sanad dan Matan Hadits ................................................ 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 7
B. Saran ................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadits yang harus ada pada
setiap hadits, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan. Suatu berita dari Rasulullah saw. (matan) tanpa ditemukan rangkaian
atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat disebut dengan hadits. Sebaliknya
suatu susunan sanad, meskipun bersambung sampai Rasulullah SAW., jika tidak ada
berita yang dibawanya, juga tidak bisa disebut hadits.
Pembicaraan dua istilah di atas, sebagai dua unsur pokok hadits, matan dan
sanad diperlukan setelah Rasulullah SAW. Wafat. Hal ini berkaitan dengan perlunya
penelitian terhadapaotentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari
Rasullah SAW. Atau bukan. Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits
tersebut, yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari‟at Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sanad hadits ?
2. Apakah pengertian isnad, musnad, dan musnid ?
3. Apa saja macam-macam sanad hadits ?
4. Bagaimana tingkatan-tingkatan sanad hadits ?
5. Apakah pengertian matan hadits ?
6. Bagaimana kedudukan sanad dan matan hadits ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian sanad hadits
2. Menjelaskan pengertian isnad, musnad, dan musnid
3. Menjelaskan macam-macam sanad hadits
4. Menjelaskan tingkatan-tingkatan sanad hadits
5. Menjelaskan pengertian matan hadits
6. Menjelaskan kedudukan sanad dan matan hadits

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sanad Hadits


Secara etimologi, sanad berarti ‫ف عو ناألر ض‬ ‫ هاارت‬yaitu bagian bumi yang
menonjol, sesuatu yang berada di hadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit
ketika anda memandangnya1.Ada juga yang mengatakan bahwa sanad secara
etimologi berarti sandaran, tempat kita bersandar. Dan berarti yang dapat dipegang,
dipercaya, kaki bukit, atau gunung juga disebut sanad2.Bentuk jamaknya adalah
‫أ س ناد‬. Segala sesuatu yang anda sandarkan kepada yang lain disebut ‫ه س ند‬.
Dikatakan ‫يال ج بال‬ ‫أ س ندف‬, maknanya seseorang yang mendaki gunung.
Sedangkan secara terminologi, terdapat perbedaan rumusan pengertian,
antara lain :
1. Di dalam kitab Fathul Bary. Juz I halaman 66
‫ال طزي قتال وى ص لتإلى ال و تن‬
Jalan yang menyampaikan kepada matan hadits. Jalur ini adakalanya disebut
sanad, adakalanya karena periwayat bersandar kepadanya dalam menisbatkan
matan kepada sumbernya, dan adakalanya karena hafidz bertumpu kepada yang
menyebutkan sanad dalam mengetahui shahih atau dla‟if suatu hadits.

2. Menurut As Suyuthi dalam bukunya Tadribar Rawi, halaman 41


‫اإلخ بارع نطزي قال و تن‬

Sanad adalah berita tentang jalan matan.

3. Menurut Mahmud atTahhan


‫س ل س لتال زجاالل وى ص لتل لو تن‬
Sanad adalah silsilah orang-orang (yang meriwayatkan hadits) yang
menyampaikan kepada matan hadits.3

1
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,UlumulQur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 87.
2
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (cet.IV, Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), h. 168.
3
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, loc.cit.

2
4. Menurut Ajjajal Khatib dalam buku Ushulal Hadits
‫تنعنوصدرهاألولسلسلتالزواةالذيننعّلىاالن‬
ّ
Sanad adalah silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang
pertama. Jadi, secara terperinci berdasarkan beberapa rumusan pengertian di
atas, sanad adalah rantai penutur hadits yang terdiri atas seluruh penutur, mulai
dari orang yang menulis hadits dalam kitabnya (kitab hadits) hingga Rasulullah
SAW.

B. Pengertian Isnad,Musnad, dan Musnid


Secara etimologi, isnad berarti menyandarkan. Secara terminologi, isnad
adalah menerangkan sanad hadits (jalan menerima hadits).4Sedangkan Hasbi Ash
Shidiqi, mendefinisikan isnad dengan ‫قائ لهأون اق له‬ ‫رف عال حدي ثإلى‬, yang artinya
mengangkat hadits kepada yang mengatakannya, atau yang
menukilkannya.Menurut pendapat yang lain, ada yang mendefinisikan isnad adalah
usaha ahli hadits dalam menerangkan sebuah hadits yang diikutinya dengan
penjelasan mengenai orang yang dijadikan sandaran atau disebut yang meng-isnad-
kan hadits.
Musnid adalah orang yang menerangkan hadits dengan menyebutkan
sanadnya. Sedangkan musnad adalah hadits yang disebut dengan diterangkan
sanadnya sampai kepada Rasulullah SAW.5
Kitab hadits yang pengarangnya mengumpulkan segala hadits yang
diriwayatkan oleh seorang shahaby dalam satu bab dan yang diriwayatkan oleh
shahaby lain dalam bab yang tersendiri juga dinamai musnad. Misalnya, Musnad
Imam Ahmad.
Perkataan isnad tidak dimutsannakan dan tidak pula dijamakkan. Dalam
pada itu, apabila yang dimaksud isnad, sanad sendiri ditasniyahkan dikatakan
isnadaani dan dijamakkan dikatakan asaanid, yakni asnad.
Perkataan sanad dimutsannakan, tidak dijamakkan. Tidak dikatakan hadits
ini mempunyai asnad (beberapa sanad), melainkan dikatakan mempunyai asaanid.
Menurut Ath Thibi, seperti yang dikutip oleh alQasimi, kata isnad dengan as
sanad mempunyai arti yang hampir sama atau berdekatan. Sedangkan menurut

4
Ibid., h. 89
5
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadits (cet.I, Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 220.

3
IbnJama‟ah, ulama‟ muhadditsin memandang kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, yang keduanya dapat dipakai secara bergantian.

C. Macam-Macam Sanad
1. Sanad „Aliy
Sanad „aliy adalah sebuah sanad yang jumlah perawinya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Sanad „aliy ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
a. Sanad „aliy yang bersifat mutlak, yaitu sebuah sanad yang jumlah perawinya
hingga sampai kepada Rasulullah lebih sedikit jika dibandingkan dengan
sanad yang lain. Jika sanad tersebut shahih, maka sanad itu menempati
tingkatan tertinggi dari jenis sanad „aliy.
b. Sanad „aliy yang bersifat nisbi, yaitu sebuah sanad yang jumlah perawi di
dalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadits,
seperti Syu‟bah, Al A‟masy, Malik, Asy Syafi‟i, Bukhori, Muslim, dan
sebagainya, meskipun jumlah perawinya setelah mereka hingga sampai
kepada Rasulullah SAW. Lebih banyak.
2. Sanad Nazil
Sanad nazil adalah sebuah sanad yang jumlah perawinya lebih banyak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadits dengan sanad yang lebih banyak
akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah perawinya lebih sedikit.

D. Tingkatan-TingkatanSanad Hadits
Ahli hadits membagi tingkatan sanad menjadi tiga macam, yaitu:
a) Ashahhulasaanid (sanad-sanad yang lebih shahih). Contoh ashahhulasananid
dari sahabat tertentu, yaitu Umar bin Khaththabr.a., ialah yang diriwayatkan oelh
Ibnu Syihab Az Zuhri dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya (Abdullah
bin Umar), dari kakeknya (Umar bin Khaththab);
b) Ahsanul asaanid (sanad-sanad yang lebih hasan). Contoh, apabila hadits tersebut
bersanad antara lain: Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu‟awiyah)
dari kakeknya (Mu‟awiyah bin Haidah) dan Amru‟ bin Syu‟aib dari ayahnya

4
(Syu‟aib bin Muhammad) dari kakeknya (Muhammad bin Abdillah bin Amr bin
Ash);
c) Adh‟afulasaanid (sanad-sanad yang lebih lemah). Salah satunya adalah Abu
Bakar Ash Shidiq r.a., yang diriwayatkan oleh Shadaqah bin Musa dari Abi
Ya‟qubFarqad bin Ya‟qub dari Murrah Ath Thayyib dari Abu Bakar r.a.

E. Pengertian Matan Hadits


Secara etimologi, matan berarti ‫( هاارت ف عو ناألر ض‬tanah yang meninggi),
namun ada pula yang mengartikan segala sesuatu yang kerasbagian atasnya,
punggung jalan (muka jalan), tanah keras yang tinggi,kuat, sesuatu yang tampak
dan asli.6 Sedangkan secara terminologi, terdapat beberapa pendapat ulama‟ antara
lain:
a. Muhammad atTahhan
‫هاي ن تهى إل يهال س نده نال ك الم‬
Matan adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad.
b. AjjajalKhatibb
‫أل فاظال حدي ثال ت ي ت ت قىه بهاهعان يه‬
Matan adalah lafadzhadits yang di dalamnya mengandung makna-makna
tertentu.
c. Ath Thibbi
‫أل فاظال حدي ثال ت ي ت ت قىه بهاهعان ي‬
Matan adalah lafadzhadits yang dengan lafadz itu terbentuk makna.7
d. Ibnu Jama‟ah
‫(ال س ند)هاي ن تهى إل يهال س ندغ‬
Matan adalah sesuatu yang kepadanya berakhir sanad (perkataan yang disebut
untuk mengakhiri sanad).

Dari beberapa rumusan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa matan adalah
perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW. Yang disebut
sesudah habis disebutkan sanadnya.

6
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., h. 172
7
Mustofa Hasan, Ilmu Hadits (cet.I, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.69-70.

5
F. Kedudukan Sanad dan Matan Hadits
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan
sanad suatu periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau
ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih, untuk diamalkan.
Muhadditsin selalu berhati-hati ketika menerima hadits, kecuali jika mereka
mengetahui bahwa perawinya orang yang tsiqah. Hanya hadits yang diterima dari
sahabat yang tidak dipersyaratkan untuk diterima periwayatannya meskipun hal itu
bukan tidak berhati-hati dalam menerima hadits. Hadits yang diterima dari sahabat
diterima bersandar pada kaidah yang mengatakan bahwa “seluruh sahabat adil.”
Beberapa persyaratan penerimaan hadits pada masa sahabat, yaitu:
 penyampai hadits di kalangan sahabat;
 berani bersumpah bahwa ia tidak berdusta;
 harus menghadiri saksi yang mengetahui secara langsung perihal hadits yang
disampaikan.
Dalam kaitannya dengan sanad, ada hadits dan atsar yang menerangkan
keutamaan sanad, di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu
Sirin, bahwa beliau berkata, “Ilmu ini (hadits ini) merupakan dalil agama. Oleh
karena itu, telitilah orang-orang yang kamu mengambil agamamu dari mereka.”
Abdullah Ibnu Mubarak menjelaskan bahwa menerangkan sanad hadits
termasuk tugas agama. Perumpamaan orang yang mencari hukum agamanya tanpa
memerlukan sanad bagaikan orang yang menaiki loteng tanpa tangga. Sedangkan as
Syafi‟i berkata, “Perumpamaan orang yang mencari (menerima) hadits tanpa sanad,
sama dengan orang yang mengumpulkan kayu api pada malam hari.
IbnHazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang
dipercaya hingga sampai kepada Nabi SAW. Dengan bersambung-sambung para
perawinya adalah suatu keistimewaan dari Allah, khususnya kepada orang-orang
Islam.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
 Sanad adalah rantai penutur hadits yang terdiri atas seluruh penutur, mulai dari
orang yang menulis hadits dalam kitabnya (kitab hadits) hingga Rasulullah
SAW.;
 istilah yang berkaitan dengan sanad adalah isnad, musnid, dan musnad;
 isnad adalah usaha ahli hadits dalam menerangkan sebuah haditsyang diikutinya
dengan penjelasan mengenai orang yang dijadikan sandaran atau disebut yang
meng-isnad-kan hhadits
 musnid adalah orang yang menerangkan hadits dengan menyebutkan sanadnya.
Sedangkan musnad adalah hadits yang disebut dengan diterangkan sanadnya
sampai kepada Rasulullah SAW.;
 matan adalah perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW.
Yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.

B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini meskipun penulisan ini
jauh dari sempurna minimal para pembaca dapat mengimplementasikan tulisan ini.
Selain itu, makalah ini masih banyak memiliki kesalahan dari segi penulisan,
sumber materi, dan lainnya, karena penulis juga merupakan manusia yang adalah
tempat salah dan dosa: dalam hadits “alinsanu minal khotto‟ wan nisyan”, dan juga
butuh saran serta kritik agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih
baik daripada masa sebelumnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Solahudin, M. Agus dan Agus Suyadi. 2008. UlumulQur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 1999. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Jumantoro, Totok. 1997. Kamus Ilmu Hadits. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, Mustofa. 2012. Ilmu Hadits. Bandung: CV Pustaka Setia.

iii

Anda mungkin juga menyukai