ULUMUL HADITS
TENTANG
SANAD
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK 4
ROMONA PUTRI SIMANJUNTAK
YUMNA HARFIN
SYAQILA SORAYA
KIKI AULIANI
SEMESTER : 1
PRODI : PGMI
DOSEN PEMBIMBING
KHAIRANI POHAN, M. Pd.I
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Sanad” ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Yang telah membimbing kami dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang yakni agama Islam.
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 7
B. Saran ................................................................................................. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sanad dan matan merupakan dua unsur pokok hadits yang harus ada pada
setiap hadits, antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat
dipisahkan. Suatu berita dari Rasulullah saw. (matan) tanpa ditemukan rangkaian
atau susunan sanadnya, yang demikian tidak dapat disebut dengan hadits. Sebaliknya
suatu susunan sanad, meskipun bersambung sampai Rasulullah SAW., jika tidak ada
berita yang dibawanya, juga tidak bisa disebut hadits.
Pembicaraan dua istilah di atas, sebagai dua unsur pokok hadits, matan dan
sanad diperlukan setelah Rasulullah SAW. Wafat. Hal ini berkaitan dengan perlunya
penelitian terhadapaotentisitas isi berita itu sendiri apakah benar sumbernya dari
Rasullah SAW. Atau bukan. Upaya ini akan menentukan bagaimana kualitas hadits
tersebut, yang akan dijadikan dasar dalam penetapan syari‟at Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian sanad hadits ?
2. Apakah pengertian isnad, musnad, dan musnid ?
3. Apa saja macam-macam sanad hadits ?
4. Bagaimana tingkatan-tingkatan sanad hadits ?
5. Apakah pengertian matan hadits ?
6. Bagaimana kedudukan sanad dan matan hadits ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian sanad hadits
2. Menjelaskan pengertian isnad, musnad, dan musnid
3. Menjelaskan macam-macam sanad hadits
4. Menjelaskan tingkatan-tingkatan sanad hadits
5. Menjelaskan pengertian matan hadits
6. Menjelaskan kedudukan sanad dan matan hadits
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi,UlumulQur’an (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 87.
2
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits (cet.IV, Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra, 1999), h. 168.
3
M. Agus Solahudin dan Agus Suyadi, loc.cit.
2
4. Menurut Ajjajal Khatib dalam buku Ushulal Hadits
تنعنوصدرهاألولسلسلتالزواةالذيننعّلىاالن
ّ
Sanad adalah silsilah para perawi yang menukilkan hadits dari sumbernya yang
pertama. Jadi, secara terperinci berdasarkan beberapa rumusan pengertian di
atas, sanad adalah rantai penutur hadits yang terdiri atas seluruh penutur, mulai
dari orang yang menulis hadits dalam kitabnya (kitab hadits) hingga Rasulullah
SAW.
4
Ibid., h. 89
5
Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Hadits (cet.I, Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 220.
3
IbnJama‟ah, ulama‟ muhadditsin memandang kedua istilah tersebut mempunyai
pengertian yang sama, yang keduanya dapat dipakai secara bergantian.
C. Macam-Macam Sanad
1. Sanad „Aliy
Sanad „aliy adalah sebuah sanad yang jumlah perawinya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Sanad „aliy ini dibagi menjadi dua bagian,
yaitu:
a. Sanad „aliy yang bersifat mutlak, yaitu sebuah sanad yang jumlah perawinya
hingga sampai kepada Rasulullah lebih sedikit jika dibandingkan dengan
sanad yang lain. Jika sanad tersebut shahih, maka sanad itu menempati
tingkatan tertinggi dari jenis sanad „aliy.
b. Sanad „aliy yang bersifat nisbi, yaitu sebuah sanad yang jumlah perawi di
dalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadits,
seperti Syu‟bah, Al A‟masy, Malik, Asy Syafi‟i, Bukhori, Muslim, dan
sebagainya, meskipun jumlah perawinya setelah mereka hingga sampai
kepada Rasulullah SAW. Lebih banyak.
2. Sanad Nazil
Sanad nazil adalah sebuah sanad yang jumlah perawinya lebih banyak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadits dengan sanad yang lebih banyak
akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah perawinya lebih sedikit.
D. Tingkatan-TingkatanSanad Hadits
Ahli hadits membagi tingkatan sanad menjadi tiga macam, yaitu:
a) Ashahhulasaanid (sanad-sanad yang lebih shahih). Contoh ashahhulasananid
dari sahabat tertentu, yaitu Umar bin Khaththabr.a., ialah yang diriwayatkan oelh
Ibnu Syihab Az Zuhri dari Salim bin Abdullah bin Umar dari ayahnya (Abdullah
bin Umar), dari kakeknya (Umar bin Khaththab);
b) Ahsanul asaanid (sanad-sanad yang lebih hasan). Contoh, apabila hadits tersebut
bersanad antara lain: Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu‟awiyah)
dari kakeknya (Mu‟awiyah bin Haidah) dan Amru‟ bin Syu‟aib dari ayahnya
4
(Syu‟aib bin Muhammad) dari kakeknya (Muhammad bin Abdillah bin Amr bin
Ash);
c) Adh‟afulasaanid (sanad-sanad yang lebih lemah). Salah satunya adalah Abu
Bakar Ash Shidiq r.a., yang diriwayatkan oleh Shadaqah bin Musa dari Abi
Ya‟qubFarqad bin Ya‟qub dari Murrah Ath Thayyib dari Abu Bakar r.a.
Dari beberapa rumusan pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa matan adalah
perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW. Yang disebut
sesudah habis disebutkan sanadnya.
6
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, op.cit., h. 172
7
Mustofa Hasan, Ilmu Hadits (cet.I, Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), h.69-70.
5
F. Kedudukan Sanad dan Matan Hadits
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan
sanad suatu periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau
ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih, untuk diamalkan.
Muhadditsin selalu berhati-hati ketika menerima hadits, kecuali jika mereka
mengetahui bahwa perawinya orang yang tsiqah. Hanya hadits yang diterima dari
sahabat yang tidak dipersyaratkan untuk diterima periwayatannya meskipun hal itu
bukan tidak berhati-hati dalam menerima hadits. Hadits yang diterima dari sahabat
diterima bersandar pada kaidah yang mengatakan bahwa “seluruh sahabat adil.”
Beberapa persyaratan penerimaan hadits pada masa sahabat, yaitu:
penyampai hadits di kalangan sahabat;
berani bersumpah bahwa ia tidak berdusta;
harus menghadiri saksi yang mengetahui secara langsung perihal hadits yang
disampaikan.
Dalam kaitannya dengan sanad, ada hadits dan atsar yang menerangkan
keutamaan sanad, di antaranya adalah yang diriwayatkan oleh Muslim dari Ibnu
Sirin, bahwa beliau berkata, “Ilmu ini (hadits ini) merupakan dalil agama. Oleh
karena itu, telitilah orang-orang yang kamu mengambil agamamu dari mereka.”
Abdullah Ibnu Mubarak menjelaskan bahwa menerangkan sanad hadits
termasuk tugas agama. Perumpamaan orang yang mencari hukum agamanya tanpa
memerlukan sanad bagaikan orang yang menaiki loteng tanpa tangga. Sedangkan as
Syafi‟i berkata, “Perumpamaan orang yang mencari (menerima) hadits tanpa sanad,
sama dengan orang yang mengumpulkan kayu api pada malam hari.
IbnHazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang
dipercaya hingga sampai kepada Nabi SAW. Dengan bersambung-sambung para
perawinya adalah suatu keistimewaan dari Allah, khususnya kepada orang-orang
Islam.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh uraian pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Sanad adalah rantai penutur hadits yang terdiri atas seluruh penutur, mulai dari
orang yang menulis hadits dalam kitabnya (kitab hadits) hingga Rasulullah
SAW.;
istilah yang berkaitan dengan sanad adalah isnad, musnid, dan musnad;
isnad adalah usaha ahli hadits dalam menerangkan sebuah haditsyang diikutinya
dengan penjelasan mengenai orang yang dijadikan sandaran atau disebut yang
meng-isnad-kan hhadits
musnid adalah orang yang menerangkan hadits dengan menyebutkan sanadnya.
Sedangkan musnad adalah hadits yang disebut dengan diterangkan sanadnya
sampai kepada Rasulullah SAW.;
matan adalah perkataan yang disebut pada akhir sanad, yakni sabda Nabi SAW.
Yang disebut sesudah habis disebutkan sanadnya.
B. Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini meskipun penulisan ini
jauh dari sempurna minimal para pembaca dapat mengimplementasikan tulisan ini.
Selain itu, makalah ini masih banyak memiliki kesalahan dari segi penulisan,
sumber materi, dan lainnya, karena penulis juga merupakan manusia yang adalah
tempat salah dan dosa: dalam hadits “alinsanu minal khotto‟ wan nisyan”, dan juga
butuh saran serta kritik agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih
baik daripada masa sebelumnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
Solahudin, M. Agus dan Agus Suyadi. 2008. UlumulQur’an. Bandung: Pustaka Setia.
Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 1999. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.
iii