Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ULUMUL HADIST

HADIST MUSALSAL
DOSEN PENGAJAR: Ustatdz. Misbah

DISUSUN OLEH:

NAMA : Muhammad Alfin Dwiyonata


( 2021.9.IT.056)

: Resi Andriyani (2021.9.IT.086)

Fakultas : Ushuluddin

Jurusan : Ilmu Al-Quran dan Tafsir

KELAS : 3.C EXTENSION

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QURAN (STIQ) KEPRI

KOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

1
Kata Pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Hadist Musalsal" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas kuliah Ulumul Hadits. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustatdz. Misbah selaku Dosen Mata Kuliah


Ulumul Hadits. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Batam, 24 Nov 2022

Daftar Isi

2
Cover .......................................................................................................................... 1

Kata Pengantar............................................................................................................ 2

Daftar Isi ..................................................................................................................... 3

AL-ISNAD AL-ALYDAN AL-ISNAD AN-NADZIL

Pendahuluan ..................................................................................................... ...........4


Pembahasan ................................................................................................ ..................
4
1. Pengertian...............................................................................................................
4
2. Pembagian sanad ali...............................................................................................
5
3. Pembagian sanad nuzul.........................................................................................
6

HADIST MUSALSAL

1. Pengertian.............................................................................................................. .
. 7

. 2. Pembagian Hadits Musalsal..................................................................................


7

III Kesimpulan ................................................................................................ ....................


14

IV. Penutup......................................................................................... .................................


14

Daftar Pustaka

3
AL-ISNAD AL-ALY DAN AL-ISNAD AN-NAAZIL

I. PENDAHULUAN
Sanad merupakan salah satu komponen dari ilmu hadits yang sangat urgent.
Para muhaddits ketika menghafal hadits tak terkecuali beserta sanadnya. Banyak
pembagian dalam kategori sanad hadits tersebut, tergantung pada sudut
pandangnya. Salah satu syarat diterimanya suatu hadits tergantung pada
sanadnya, apakah ia bersambung ataukah terputus. Ataupun dipandang dari
sifat-sifat perowi yang meriwayatkan hadist, bahkan tinggi atau rendahnya
kualitas sanad hadits dipandang dari sisi perawinya.
Disini, kami hendak memaparkan sedikit ilmu yang berkaitan dengan tinggi
dan rendahnya nilai suatu sanad dan hadits musalsal (hadits yang diikuti perawi
dalam sanad secara berurutan) baik dalam keadaan, sifat maupun perkataan.
Terdapat beberapa komponen dalam setiap sub babnya yang masih berkaitan
dengan sebelumnya.
II. PEMBAHASAN
1. Pengertian
Sanad merupakan hal yang spesifik dan keutamaan yang dimiliki umat ini, yang
tidak dimiliki uamat-umat lain sebelumnya. Dan termasuk sanad muakkad.seorang muslim
bersandar kepada sanad dalam mentransfer hadits maupun berita. Imam ibnu al Mubarak
berkata: “sanad itu merupakan bagian dari agama. Seandainya tidak ada sanad, maka
pastilah manusia itu akan berkata sekehendaknya”. Sementara ats-tsauri berkata: “sanad itu
senjatanya orang mukmin”. Hukum mencari sanad yang tinggi adalah disunnahkan.

a. Menurut Bahasa: al-ali merupakan isim fail dari kata al-uluw lawan dari
kata an-nuzul. Sedangkan an-nazil itu adalah isim fail dari kata an-nuzul.
b. Menurut istilah:
1. Al-isnad al-ali yaitu hadits yang jumlah bilangan rawinya lebih
sedikit dibandingkan dengan sanad yang lain yang menyangkut
hadits tersebut.

4
2. Al-isnad an-nazil yaitu hadits yang jumlah bilangan rawinya lebih
banyak disbandingkan dengan sanad lain yang menyangkut hadits
tersebut.
2. Pembagian sanad ali

Sanad ali dibagi menjadi lima kelompok, satu diantaranya uluw adalah mutlak,
sedangkan sisanya adalah uluw nisbi. Pembagiannya adalah sebagai berikut:

a. Dekat dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dengan sanad yang shahih lagi
bersih dari cacat. Ini juga disebut sebagai uluw mutlak, dan paling tinggi
kualitasnya.
b. Dekat dengan imam-imam hadits.meski banyak yang setelahnya telah sampai pada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
c. Dekat dengan riwayat salah satu dari kitab yang enam atau kitab-kitab rujukan
lainnya. Ini yang banyak diperhatikan oleh para ulama kontemporer, berupa
muwafaqqah, ibdal, musawah, dan mushafahah.
1. muwafaqqah: yaitu sampainya sanad pada syeikh salah seorang penyusun kitab
hadits, yang bukan melalui jalurnya dengan jumlah bilangan rawinya lebih
sedikit dibandingkan melalui jalur yang diriwayatkan (penyusun kitab).
2. Badal: yaitu sampainya sanad pada syeikh dari gurunya salah seorang
penyusun kitab hadits yang bukan melalui jalurnya, yang jumlah bilangan
rawinya lebih sedikit dibandingkan melalui jalur yang diriwayatkan (penyusun
kitab).
3. Musawah: yaitu samanya jumlah bilangan rawi antara seseorang yang
meriwayatkan hingga akhir (sanad) dengan sanad salah seorang penyusun kitab
hadits.
4. Mushafahah: yaitu samanya jumlah bilangan rawi hingga akhir sanad dengan
sanad murid salah seorang penyusun kitab hadits.
d. uluw karena si rawi meninggalnya lebih awal.
e. uluw karena mendengarnya lebih awal. Yaitu mendengar dari syeikhnya lebih
dahulu. Siapa saja yang mendengar dari gurunya lebih awal maka lebih tinggi
dibandingkan dengan yang mendengarkan belakangan.
3. Pembagian sanad nuzul

5
Sanad nuzul dibagi menjadi lima kelompok,hal tersebut dapat diketahui dari
lawannya. Setiap bagian dari uluw merupakan lawan dari bagian nuzul.

Menurut jumhur, sanad uluw lebih utama daripada sanad nuzul. Karena
menjauhkan banyak penyebab kerusakan pada hadits, dan sanad nuzul itu dibenci.
Sanad nazil menjadi lebih utama apabila dibandingkan dengan faidah-faidah tertentu.

4. Kitab yang popular

Tidak ditemukan kitab khusus yang membahas sanad-sanad yang aly maupun yang
nazil. Akan tetapi terdapat kitab yang membahas bab tersebut secara umum yaitu
terdapat dalam kitab Ats-tsulasiyat. Diantara kitab-kitab Ats-tsulatsiyat adalah:

a. tsulatsiyat al-bukhari, karya ibnu hajar.


b. Tsulatsiyat ahmad bin hanbal, karya al-lafarini.

HADITS MUSALSAL

1. Pengertian
Secara bahasa adalah musalsal terbentuk dari kata D‫السلسلة‬-D‫يسلسل‬-D‫سلسل‬
yang berarti bersambungnya sesuatu dengan yang lain. Ada pula yang mengartikan
rantai yang bersambung, bagian-bagian yang serupa.
Sedangkan Secara istilah yaitu Sebuah hadits yang dalam sanandnya antara
satu perawi dengan perawi setelahnya melakukan hal yang sama, baik berupa
perkataan, perbuatan ataupun keduanya. Ada pula yang mengartikan “Suatu hadits
yang sama dan berurutan dalam segi keadaan dan sifat perawi-perawinya atau
keadaan dan sifat dalam cara meriwayatkannya”. Ataupun dengan ungkapan
bersambungnya sanad bersamaan keadaan dan sifatnya dalam segi perkataan
ataupun perbuatan. Diulang-ulang dalam perawi dan riwayatnya, dan saling
berkaitan antara tempat dan waktu periwayatannya.
2. Pembagian Hadits Musalsal

6
Berdasarkan dari penjelasan makna Hadits Musalsal diatas maka bisa
disimpulkan bahwa macam-macam Hadits Musalsal dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Musalsal Biahwaali Ar-Ruwwat

Maksudnya ialah hadits yang sanadnya bersambung sedang perawi haditsnya


saling mengikuti dalam keadaan sang perawi dari segi perkataan, perbuatan, atau
kedua-duanya sekaligus. Dalam musalsal macam ini, ada beberapa kategori
adalahsebagai berikut:

1. Musalsal Biahwaali Al-Qouliyah:


Yaitu hadits yang sanadnya bersambung dan sama dalam segi
keadaan secara perkataannya. Contoh dalam hadits berikut ini:
‫ يا‬:‫ قال له‬D‫ هللا عليه وسالم‬D‫حديث معاذ بن جبل ان النبي صلي‬
‫ اللهم اعني علي ذكرك‬D:‫ كل صالة‬D‫ في دبر‬D‫ فقل‬،‫معاذ إني أحبك‬

‫ عبادتك‬D‫وشكرك وحسن‬ 

Hadits Muadz bin Jabal, bahwasanya nabi shallallahu alihi wasallam


berkata kepadanya: “Wahai Muadz, sesungguhnya aku mencintaimu. Maka,
katakanlah disetiap akhir sholatmu: Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa
berdzikir kepadaMu, senantiasa berdzikir kepadaMu dan senantiasa
beribadah dengan baik kepadaMu.”(HR. Abu Dawud)

Hadits ini musalsal (bersambung dan sama) antara perawi dengan


perawi setelahnya dalam ungkapan: “Sesungguhnya aku mencintaimu, maka
ucapkanlah setiap selesai sholat.” Setiap perawi yang menyampaikan kepada
perawi yang lain selalu memulai dengan kata-kata tersebut. Sebagaimana
yang dilakukan Rasulullah dalam perkataan beliau terhadap Muadz.

2. Musalsal Biahwaali Ar-ruwaati Al-Filiyah

Adalah hadits yang sanadnya bersambung dan sama dalam segi


keadaan perbuatannya. Contoh dalam hadits berikut ini:

7
‫ وقال‬D‫ صلّى هللا عليه وسلّم‬D‫ أبو القاسم‬D‫ شبّك بيدي‬:‫ هللا عنه قال‬D‫ رضي‬D‫ أبو هريرة‬D‫حديث‬:

D‫ يوم السبت‬D‫خلق هللا األرض‬.

Hadits Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata: tangan Abu Qasim


(Rasulullah) shallallahu alaihi wasallam menggenggamkan tangannya pada jari-
jemariku seraya bersabda: “Allah menciptakan bumi pada hari sabtu”.

Hadits ini bersambung sanadnya bersamaan perbuatan para perawi terhadap


perawi lainnya. Yaitu melakukan sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam melakukannya terhadap Abu Hurairah.

3. Musalsal Qouliyan dan Filiyan Maan


‫ هللا عليه‬D‫ هللا صلي‬D‫ قال رسول‬:‫ هللا عنه قال‬D‫ انس بن مالك رضي‬D‫حديث‬
D‫ حلوه‬,D‫ خيره وشره‬D‫ اليجد العبد حالوة االيمان حتي يؤمن بالقدر‬:D‫والسالم‬

‫ علي لحيته وقال أمنت‬D‫ هللا عليه وسالم‬D‫ هللا صلي‬D‫ وقبض رسول‬,D‫ومره‬

‫ ومره‬D‫ حلوه‬,D‫ خيره وشره‬D‫بالقدر‬


Hadits Anas bin Malik radhiyallahu anhu Berkata: Rasulallah shalallahu
alaihi wasallam bersabda: Seorang hamba tidak mendapatkan manisnya
iman sehingga beriman kepada ketentuan Allah (Qadar) baik dan buruk,
manis dan pahitnya.” Rasulallah sambil memegang jenggot bersabda: “
Aku beriman pada ketentuan Allah (qadar) baik dan buruk, manis dan
pahitnya.” (HR. Al-Hakim secara musalsal)
Hadits tersebut adalah yang bersambung sanadnya bersamaan dalam
keadaan secara perkataan dan perbuatan sekaligus.

b. Musalsal Bishifati Ar-rawi

Yaitu para perawi dalam satu sanad mengikuti parawi yang pertama sesuai
dengan sifat perawinya. Para perawi disini dalam sanad yang bersambung. Sifat

8
perawi hadits terdapat dalam dua kategori, yaitu: Qauliyah dan Filiyah (dipandang
dari segi perkataan dan perbuatan).

1. Sifat yang pertama adalah musalsal bisifati ar-ruwati al-qauliyyah.


Yaitu para perawi hadits dalam sanad yang bersambung mengikuti
sifat perawi yang pertama dalam segi perkataannya. Jadi, perkataan yang
disampaikan oleh perawi sama dan sesuai perkataan yang perawi dengar.
Contoh:

‫ االعمال الي هللا عزوجل‬D‫ عن أحب‬D‫ هللا صلي هللا عليه وسالم‬D‫ الرسول‬D‫أن الصحابة سالوا‬

‫ليعملوه‬

D‫ الصف‬D‫ عليهم سورة‬D‫فقرأ‬

Hadits musalsal (bersambung) dengan bacaan surat Ash-


Shaff. Maka, bacaan surat Ash-Shaff seorang yang meriwayatkan
hadits sesuai dengan semua bacaan rawi: (Bacaannya seperti ini) 1

Maksudnya, antara perawi yang menyampaikan bacaan surat


Ash-Shaff sama seperti bacaan yang telah perawi dengar.

2. Sifat yang kedua adalah musalsal bishifati ar-ruwati al-filiyyah.


Yaitu para perawi hadits dalam sanad yang bersambung
mengikuti sifat perawi yang pertama dalam segi perbuatannya. Perbuatan
dalam hadits sifatnya sama terus menerus diantara perawi dalam satu
sanad. Misalnya:
‫ البيعان بالخيار‬D:‫حديث ابن عمر مرف‬

“Penjual dan pembeli diperbolehkan melakukan khiyar (hak


memilih)”

9
Hadits ini diriwayatkan secara musalsal secara terus-menerus oleh fuqaha
kepada fuqaha, orang-orang dari negeri-negeri tertentu, atau orang-orang dari
bangsa tertentu. Hal ini termasuk musalsal dengan menisbatkan nama-nama tertentu
yang telah disepakati dengan disertai nama bangsanya Al-Muhammadiin, Ad-
Damasyqy, Al-Mishriyyin atau yang lainnya. Ataupun menambahkan gelar pada
nama-nama tertentu dalam hadist dengan menambahkan gelar Al-Hafidz, Al-Fuqaha
seperti contoh hadits diatas atau yang lainnya.2

c. Musalsal Bishifaati Ar-Riwaayat

Musalsal bishifati ar-riwayat adalah antara perawi hadits memiliki sifat


periwayatan yang sama. Musalsal bishifati ar-riwayat terbagi menjadi tiga:

1. Musalsal bishiyaghi al-adaa


Adalah persamaan perawi dalam susunan kata periwayatan.
Misalnya, perawi menggunakan kata ( ‫ )سمعت‬samitu atau (‫)أخبرنا‬
akhbarnaa dalam setiap periwayatannya dalam sebuah sanad secara
terus-menerus.
2. Musalsal bizamaani ar-riwaayat
Adalah persamaan perawi hadits dalam waktu periwayatannya.
Misalnya,

‫ او‬D‫ في يوم عيدالفطر‬D‫ هللا صلي هللا عليه وسالم‬D‫ رسول‬D‫ شهدت‬D:‫حديث ابن عباس قال‬
‫أضحي‬,

‫ أيهاالناس قدأصبحتم خيرا فمن أحب أن‬D:‫ فقال‬,‫فلما فرغ من الصالة اقبل علينا بوجهه‬

D‫ فلينصرف‬D‫ينصرف‬،

D‫ أن يقيم حتي يسمع الخطبة فليقم‬D‫ومن أحب‬

10
Hadits Ibnu Abbas ia berkata: “Aku menyaksikan Rasulullah
pada hari raya idul fitri ataupun idul adha, ketika selesai shalat beliau
menghadap ke arah kami dan berkata: “Wahai manusia sekalian, telah
datang kepada kalian kebaikan…”
Hadits musalsal yang diriwayatkan ketika hari raya. Maka, para perawi

hadits mengatakan (‫العيد‬ ‫)حدثني في يوم‬. Para perawi mendapatkan dan


menyampaikan hadits tersebut ketika hari raya.
3. Musalsal bimakaani ar-riwaayat
Adalah persamaan hadits dalam tempat periwayatan. Contoh:

‫ موضع يستجاب فيه الدعاء‬D‫ الملتزم‬D:‫ يقول‬D‫ هللا صلي هللا عليه وسالم‬D‫ رسول‬D‫سمعت‬,

‫ اال استجاب له‬D‫ومادعاهللا فيه عبددعوة‬


Hadits Ibnu Abbas: “Telah ku dengar dari rasulullah
shallallahu alaihi wasallam ia berkata: “Multazam adalah tempat
diijabahnya doa,dan barang siapa yang berdoa kepada Allah
didalamnya maka akan Allah kabulkan.” Ibnu Abbas menambahkan “
demi Allah, setelah aku mendengar perkataan rasulullah aku tidak
pernah doa kepada Allah kecuali Allah mengabulkannya.” Hadits ini
telah disambungkan secara terus menerus dengan lafadz makna tem
pat ini oleh para perawi.

Kelebihan hadits musalsal adalah bersambungnya sanad


melalui pendengaran. Tidak akan ada yang mentadlis dan tidak
terputus sanadnya dalam hadits ini. Serta menambah nilai kedhabitan
bagi para perawi. Dalam hadits muslasal, tidak ada syarat tertentu.
Sebagian hadits, musalsal (kesamaannya) dari awal hingga akhir.
Akan tetapi, terkadang hadits musalsal terputus ditengah ataupun
diakhir sanad. Dan biasanya dikatakan demikian “ Hadits ini musalsal
(disandarkan kesamaannya) kepada si fulan.”

Hadits musalsal tidak ada kaitannya terhadap keshahihan


sebuah hadits. Karena dalam hadits musalsal terdapat hadits-hadits
shahih, hasan, dhoif dan bathil, tergantung keadaan perawinya.

11
Sedangkan keshahihan hadits tergantung bersambungnya silsilah
perawi yang adil dan dhabith pada jalur sanad.

4. Karangan kitab musalsal yang terkenal


a. Al-Musalsalat Al-Kubro karya As-Suyuthi yang terdiri dari 85
hadits.
b. Al-Manahil Al-Musalsalat fie Al-Ahadits Al-Musalsalat karya
Muhammad Abdul Baqi Al-Ayyubi yang terdiri dari 212 hadits.

III. Kesimpulan
Setelah kita mempelajari sanad nazil dan sanad aly, kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa hadits aly lebih utama daripada hadits nazil lantaran
sedikitnya kedustaan antara perowi.
Sedangkan hadits musalsal kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hadits
tersebut saling bersambung antara perowi hadits tersebut baik secara
periwayatannya maupun perowinya. Hadits tersebut tidak ada kaitannya dengan
keshahihan sebuah hadits.

IV. Penutup
Alhamdulillah, terselesailah makalah yang kami susun. Semoga bermanfaat
bagi para pembaca dan khususnya kami pribadi. Kami menyadari makalah yang
kami susun jauh dari nilai sempurna. Oleh karena itu, kami meminta koreksian
atas apa yang telah kami susun. Terutama kepada dosen kami.

12
Daftar Pustaka

1. Dr. Mahmud Ath-Thahaan, Taysiiru Mushthalah Al-Hadits: 224-232


2. Dr. Muhammad Ijaj Al-Khathib, Ushul Al-Hadits Uluumuhu wa
Mushthalahahu: 375-378
3. Hafidz Hasan ash-Suudi, Mukhtarul Mugits fi Ilmi Mushtalahil Hadits,
(Semarang: Pustaka al Alaq), hlm. 17
4. http://ibnuumar-amz.blogspot.co.id/2009/04/hadis-musalsal.html

13

Anda mungkin juga menyukai