1. MUHAMMAD ARDAN H.
2. ABDUL AZIZ ZUHRONI
3. FEBRIANDI
4. MUKTAFIANA QONITA
5. LUTHFI FAUZIYYAH
Kata Pengantar
Kata Pengantar...........................................................................(Halaman)
Daftar Isi.......................................................................................(Halaman)
BAB I PENDAHULUAN..........................................................(Halaman)
A. Latar Belakang......................................................................(Halaman)
BAB II PEMBAHASAN............................................................(Halaman)
A. Hadits di masa Para Sahabat.............................................(Halaman)
1. Pengertian sahabat
2. Hadist pada masa sahabat
B. Hadits di masa Tabi'in .....................................................(Halaman)
1. Pengertian Tabi'in
2. Hadist pada masa Tabi'in
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Berpijak pada al-Qur’an surat An-Najm ayat 3-4, maka jelas bahwa segala yang
terkait dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW—fi’liyah, qouliyah dan taqririyah—
merupakan misi ilahiyah yang harus dicermati dan dipedomani manusia, baik oleh orang
yang tahu akan kebenaran Islam dan melaksanakannya atau orang yang pura-pura tidak
tahu dan enggan melaksanakannya.
Keterkaitan antara hal ihwal Nabi Muhammad dengan umat-umat sesudahnya
merupakan satu rangkaian sejarah yang menimbulkan perbincangan serius. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan redaksi yang disebabkan individualitas penulisan para
sahabat dan perbedaan persepsi. Dengan demikian, untuk memahami hadits lebih lanjut,
kita dituntut menguasai ilmu-ilmu yang terkait dengannya. Dari situ bisa kita lihat
kebenaran isi (matan) dan mata rantai sanad yang menjadi inti dari memperbincangkan
hadits Nabi Muhammad Saw. Juga bisa dilihat bagaimana sikap para sahabat akan
kebenaran “khabar” itu dan siapa yang berperan dalam periwayatan tersebut.
Di samping para sahabat, yang juga getol dalam membela eksistensi hadits adalah
kalangan Tabi’in. Di mana kalangan tabi’in merupakan periode kedua setelah sahabat
yang dengan kepiawaiannya mereka bisa mencari keaslian makna hadits. Sehingga, dari
rentetan pencarian kebenaran tersebut kita bisa menilai apakah hadits itu bisa diterima
atau tidak. Dalam makalah ini akan dikupas beberapa hal yang terkait dengan Pesebaran
hadits dimasa shahabat dan tabi’in,
BAB II
PEMBAHASAN
”Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak akan sesat setelah berpegang kepada
keduanya, yaitu kitab Allah (al-Qur’an) dan Sunnahku (al-Hadis)”.
Dan sabdanya pula :
· Periwayatan Lafzi
Adalah periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang di wurudkan
Rasul SAW. Ini hanya bisa dilakukan apabila mereka hafal benar apa yang disabdakan Rasul
SAW.
Dalam hal ini Umar bin khatab pernah berkata :
“barangsiapa yang mendengar hadis dari Rasul SAW kemudian ia meriwayatkannya sesuai
dengan yang ia dengar, orang itu selamat”.
· Periwayatan Maknawi
Adalah periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan didengarnya dari Rasul
SAW, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh, sesuai dengan yang dimaksudkan
oleh Rasul SAW tanpa ada perubahan sedikitpun.
Tabiin
Betapa besar nikmat yang telah dirasakan oleh umat manusia saat ini. Dapat mengkaji dan
meneliti akan sebuah hadits dengan mudahnya, melalui kitab-kitab hadis yang telah terkodifikasi
oleh para ulama dahulu. Andaikan dahulu, para sahabat dan tabi’in tidak terbersit dalam pikiran
mereka untuk mengkodifikasi hadits-hadits Nabi, mungkin sekarang ini manusia sulit dalam
menentukan segala macam hukum dan permasalahan yang muncul.
Penyebaran Hadist di masa sahabat dan tabi’in berkembang pesat yang ditandai dengan gerakan
mencari ilmu oleh para sahabat sendiri kepada sahabat lainnya dari masalah yang tidak
diketahuinya. Tidak jarang seorang sahabat pergi menemui sahabat lainya yang berjarak ribuan
kilometer untuk menanyakan hanya satu hadist saja.
Begitu pula para tabi’in yang tidak segan-segan mendatangi daerah tertentu untuk belajar kepada
seorang sahabat ataupun beberapa sahabat sekaligus. Pencariaan ilmu saat itu berupa pencarian
tafsir Qur’an dan hadist-hadist Nabi beserta penjelasan nya. Islam tersebar luas dan terus
mengeliat ketika itu dibawah dakwah para sahabat dan tabi’in. Mereka giat menyiarkan Al-
Qur’an dan hadist Nabi sebagai sumber pokok ajaran Islam. Beberapa catatan hadist (sahifah)
telah ditulis sebelum skhir abad ke-1 Hijri. Dan ini sebagai bukti kuat serta bantahan kalangan
sarjana Orientalis yang menganggap hadist pertama kali dibukukan sesudah abad ke-1 Hijri.
Adapun cara periwayatan hadits pada masa sahabat terbagi menjadi dua yaitu: Periwayatan
Lafdzi (Redaksi sama persis dengan Rasulullah) dan Periwayatan Maknawi (Redaksi tidak sama
persis akan tetapi makna&intinya sama). Pada masa sahabat belum ada penulisan hadits secara
resmi sebab dikhawatirkan bercampur dengan Al-Qur’an dan umat islam lebih difokuskan untuk
mempelajari Al-Qur’an. Begitu juga pada masa Tabi’in, yang mengikuti jejak para sahabat,
periwayatan haditsnya pun tidak jauh berbeda. Hanya saja pada masa ini Al-Qur’an sudah
dikumpulkan dalam satu mushaf. Pada masa tabi’in timbul usaha yang lebih sungguh-sungguh
untuk mencari dan meriwayatkan hadits. Apalagi sejak semakin maraknya hadits-hadits palsu
yang muncul dari beberapa golongan untuk kepentingan politik.
DAFTAR PUSTAKA