HADITS
Disusun oleh :
MAN 1 PALEMBANG
KEMENTRIAN AGAMA PALEMBANG
TAHUN PELAJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadiran
ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya,
Shalawat serta salam tak lupa kita junjungkan nabi besar kita NABI
MUHAMMAD SAW,yang telah menjadi utusan ALLAH SWT.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata pelajaran Al-quran & Hadist, dengan
judul : “Sejarah Perkembangan Hadits”
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari bantuan dari
anggota yang senantiasa selalu menolong, memberi saran dan juga
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Atas dukungan moral
dan materil yang diberikan untuk menyelesaikan makalah ini, Maka
kami mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pola pikir manusia, dan keilmuan. Pada saat ini telah banyak muncul disiplin ilmu
dihubungkan kepada Nabi SAW. Tapi, menurut sebagian ahli hadits, sunnah itu
termasuk sesuatu yang dihubungkan kepada sahabat atau tabien, baik berupa
Ilmu Hadits.
B. Rumusan masalah
Tabiin?
dan Tabiin.
Pada waktu Rasullullah saw, masih hidup, perhatian umat islam terhadap
hadist tidak sebesar sebagaimana perhatian terhadap Al-Quran. Dan kondisi nya
pun belum dianggap penting, karna yang lebih penting itu menjaga Al-Quran.
Hadist ketuka itu lebih banyak dihafal dan disampaikan dari lisan kelisa. Rasul
khawatir jika sahabat rosul dibebaskan menulis hadist, akan bercampur dengan
Al-Quran. Karena itu rosul melarang menusli hadist, dan bersabda:
2. Masa Khulafa’urrasyidin
Perhatian hadist mulai terlihat pada masa khalifah utsman bin affan. Pada
masa itu, banyak dari kalangan sahabat yang meninggal dunia dan tempat tinggal
pun saling berjauhan. Kebijakan pemerintahan khalifah khalifah ali bin abu tholib
dengan nabi muhammad saw, pada dasarnya sama dengan khalifah isman bin
affwan, ummar bin khatab dan, abu bakar ash-hiddiq yaitu agar umat islam
berhati hati dalam meriwayatkan hadist. Akan tetapi masa itu berbeda dengan
masa sebelumnya. Pertentangan politik umat islam semakin panas,bahkan
menimbulkan peperangan antara ali bin abutholib dengan mua’wiyah. Keadaan
itpun berpengaruh negatif terhadap hadist karena banyak bermunculan mauudu.
3. Sistem penyampaian dan periwayatan hadist.
Syarat penerimaan dan periwayatan hadis telah ditetapkan oleh para ahli hadis
semata-mata bertujuan untuk memelihara hadis dari tindakan pemalsuan.
Penetapan syarat-syarat penerimaan dan penyampaian (periwayatan) hadis
ditetapkan oleh para ulama sesudah generasi sahabat, terutama saat
hadis dihimpunkan dalam kitab-kitab hadis. Lima cara rasul menyampaikan
hadits
Melalui majlis taklim,yaitu disampaikan dalam majelis taklim yang
secara rutin
Melalui sahabat tertentu untuk menyampaikan kepada sahabat lain.
Melalui istri nabi Muhammad SAW kemudian disampaikan kepada
istri sahabat lainnya.
Melalui pengajian umum, yaitu ceramah yang diadakan berkaitan
dengan hari penting yang dihadiri oleh semua kalangan yang tidak
terbatas.
Melalui praktik langsung yang disaksikan oleh para sahabat.
Kahlifah Umar bin Abdul Aziz memerintahkan ulama di hijaz dan syam, yaitu
Muhammad Bin Muslim Bin Ubaidillah Bin Syihab Az-zuhri seseorang yang ahli
dalam bidang fiqih dan hadits. Az- Zuhri mengumpulkan hadits nabi Muhammad
SAW. Berkat usahanya beliau az-Zuhri dalam sejarah dikenal sebagai orang
pertama secara resmi membukukan hadits atas perintah Khalifah.
Kitab hadits pada abad ke-2 kebanyakan masih bercampur tangan antara
hadits – hadits nabi Muhammad SAW, dengan fatwa –farwa para sahabat dan
tabi’in.dan kitab tertua yang masih dapat kita temukan saat ini adalah Al-
Muwatta karya imam malik (95 – 179 H) yang disusun pada tahun 144H atas
anjuran khalifah Al-Mansur.
Kegiatan Takhrijul hadits atau penyaringan hadits telah dilakukan oleh para
ulama pada abad ke-3 hijriah. Diketahui bahwa kitab hadits pada abad ke-2
banyak yang bercampur dengan fatwa para sahabat ( hadits mauquf ) dan para
tabi’in ( hadits maqtu) dan pada abad ke-3 berusaha membersihkan hadits Nabi
Muhammad SAW. Munculan ulama yang menekuni bidang hadits yaitu Musa Al-
Abbasi, Musaddad Al-Basri, As’ad Bin Musa,Nu’aim bin Hammad Al- Khaza’i
dan masih banyak lagi.
Usaha para ulama awal abad ke-3 masih belum sempurna karena belum
memisahkan hadits Nabi Muhammad SAW. Dari hadist da,if dan Hadits mau’du.
Oleh karena itu para ulama pada pertengahan abad ke-3 berusaha membuat
kriteria untuk menentukan ke sahi-an atau ketidak sahi-an suatu hadits.
Hingga akhir abad ke-3 bermunculan kitab – kitab hadits. Ada yang disebut
musnad yaitu kitab hadits yang memuat segala macam hadits, baik yang sahih
maupun da’if . Ada yang dinamakan sunan yaitu kitab hadits yang mencakup
seluruh hadits, kecuali yang sangat da’if dan mungkar
Beberapa kitab yang disusun pada abad ini, antara lain kitab Mujamul kabir,
Mujamul aushat, Mujamus Sagir karya imam Sulaiman Bin Ahmad Ath-Thabari (
wafat 360H ) Sunan Ad-Daruqutni Karya Imam Abdul Hasan Ali Bin Umar bin
Ahmad Ad-Daruqutni(306-385H ) kitab Sahih Ibnu Khuzaimah Karya Ibnu
Khuzaimah bin Ishaq ( Wafat Tahun 316 H )
Pada abad ke-5 , Kegiatan yang dilakukan oleh para ulama hadits adalah
menyusun kitab-kitab hadits berdasarkan klasifikasi isi kandungannya. Ada pula
yang menjelaskan (syarh) dan ada pula yang meringkas (ikhtisar) kitab kitab
yang telah disusun oleh para ulama terdahulu. Pada abad ini , lahir kitab-kitab
hadits hukum, misalnya sunanul kubra Karya Abu Bakar Ahmad bin Husen Ali
Al-Baihaqi ( 385-458 H ). Mutaqal Akbar karya Majdudin Al- harani ( wafat
tahun 652 H ) dan kitab Nailul Autar, SyarhcKitab Mutaqal Akhbar Karya Ali
Asy-Syaukani ( 1172-1250 H )
A. Kesimpulan
meriwayatkan hadits kepada para sahabatnya, sejak saat itulah sumber hukum
zaman tabien dan seterusnya berkembang dengan pesat dan baik, banyak para
Pada zaman sahabat hadits belum dilakukan secara resmi karena mereka masih
Setelah pada masa tabien, hadits mulai dibukukan secara resmi dan
perkembangan dalam penulisan hadits semakin baik. Meski pada saat itu
pengumpulan hadits masih belum terdapat penyaringan antara hadits shahih, daif,
mudu’, dan sebagainya sampai pada abad kedua hijriah. Banyak para ulama yang
mempelajari hadits dan membuat kitab hadits dan pada zaman ketiga hijriah
mulailah ada penyaringan hadits yang pertma kali dilakukan oleh Imam Bukhari.
Beliau menulis hadits shahih saja dalam bukunya Al-Janius Shahih dan disusul
Pada abad keempat para ulama tetap terus berupaya menyusun dan
mengumpulkan hadits yang belum diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Sehingga kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
tugas selanjutnya