Anda di halaman 1dari 16

ILMU HADIST DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA

Makalah ini dibuat sebangai mata kuliah Ulumul Hadist 1


Nama Dosen
Emilia Sari, M.Hum

Disusun oleh :
Moudy Khansa Putri (19010009)

Nyayu Nadyaturrahma (19010013)

PRODI ILMU AL -QUR’AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU QUR’AN AL-LATHIFIYYAH

PALEMBANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberkati kami dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga kami bisa menyelesaikannya tepat pada waktunya. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada dosen, teman-teman dan semua pihak yang telah
memberi bantuan dan dukungan kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini,
khususnya terima kasih kepada Ibu Emilia Sari, M.Hum sebagai dosen mata kuliah Ulumul
Hadis1 yang membimbing dan mengarahkan kami dalam membuat dan menyelesaikan makalah
ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memahami tugas mata kuliah Ulumul Hadis1 yang
berjudul Ilmu Hadis dan Sejarah Perkembangannya. Selaku manusia biasa, kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh
karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran untuk menyempurnakan pembuatan makalah
selanjutnya, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbicara tentang pengertian, dan sejarah perkembangan ilmu hadis, terlebih
dahulu pemakalah akan menjelaskan secara singkat, kapan ilmu hadis itu muncul. Ilmu
hadis muncul sejak masa Rasulullah SAW dan perhatian para sahabat terhadap hadist
/sunnah sangat besar. Demikian juga perhatiangenerasi berikutnya seperti tabi’in, tabi’
tabi’in, dan generasi setelah tabi’tabi’in. mereka memelihara hadis dengan cara
menghafal, mengingat, menulis, dan menghimpun ke dalam kitab-kitab hadis yang tidak
terhitung jumlahnya.akan tetapi, disamping gerakan pembinaan hadis tersebut, timbul
pula kelompok minoritas atau secara individual berdusta membuat hadis palsu yang
disebut dengan hadis mawdhu’.1
Perlu kita ketahui, sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode
yang telah dilalui oleh hadis dari masa lahirnya. Perkembangan ilmu hadis semakin pesat
karena dalam perkembangannya metode penerimaan dan penyampaian dalam suatu hadis
dll, baru berjalan secara lisan dari mulut ke mulut dan tidak tertulis. Pada pertengahan
abad kedua Hijriyah sampai abad ketiga Hijriyah, ilmu hadis mulai ditulis dan
dikodifikasikan dalam bentuk sederhana, sesuai dengan pesatnya perkembangan
kodifikasi hadis pada masa kejayaan dan keemasan hadis, yaitu pada abad ketiga
Hijriyah, pada abad ini banyak sekali kitab-kitab ilmu hadis yang ditulis oleh para ulama.
Perkembangan ilmu hadis mencapai puncak kematangan dan berdiri sendiri pada abad ke
empat Hijriyah.

Perlu diketahui bahwasannya, hadis merupakan sumber ajaran islam yang kedua
setelah al-quran. Keberadaan hadis disamping telah menggambarkan masyarakat dalam
kehidupan juga telah menjadi bahasan kajian yang menarik. Hadis mengandung makna
dan ajaran serta memperjelas isi al-quran dan lain sebagainya.

1
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, hlm. 75

2
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan ilmu hadis ?
2. Pengertian ilmu hadist ?
3. Apa saja cabang-cabang ilmu hadis ?
4. Sebutkan faedah-faedah mempelajari ilmu hadis ?
C. Tujuan pembahasan
Agar kita dapat mengetahui pengertian ilmu hadis, metode dan pendekatan
penilitian, cabang-cabang ilmu hadis, faedah yang dapat kita peroleh, serta sejarah
perkembangan ilmu hadis itu sendiri

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadis


Sejarah perkembangan hadis merupakan masa atau periode yang telah
dilalui oleh hadis dari masa lahirnya. Sesuai dengan perkembangan hadis, ilmu
hadis selalu mengiringinyasejak masa Rasulullah SAW, sekalipun belum
dinyatakan sebagai ilmu yang eksplisit. Pada masa Nabi SAW masih hidup
ditengah-tengah sahabat, hadis tidak ada persoalan karena jika menghadapi
suatu masalah atau skeptis dalam suatu masalah mereka langsung bertemu
dengan beliau untuk mngecek kebenarannya. Pemalsuan hadis pun tidak pernah
terjadi menurut pendapat ulama ahli hadis.
Sekalipun pada masa Nabi tidak dinyatakan adanya ilmu hadis, tetapi
para peneliti hadis memperhatikan adanya dasar-dasar dalam Alquran dan hadis
Rasulullah SAW. Misalnya anjuran pemeriksaan berita yang datang dan
perlunya persaksian yang adil. Firman Allah SWT dalam Alquran Surah
AlHujurat (49):6:

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik


membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.
Demikian juga dalam Surah Ath-Thalaq (65): 2:

Persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu.


Setelah Rasulullah meninggal, kondisi sahabat sangat berhati-hati dalam
meriwayatkan hadis karena konsentrasi mereka kepada Alquran yang baru
dikodifikasikan pada masa Abu Bakar tahap awal dan masa Ustman tahap

4
kedua. Masa ini terkenal dengan nama taqlil ar-riwayah (pembatasan
periwayatan), para sahabat tidak meriwayatkan hadis kecuali disertai dengan
saksi dan bersumpah bahwa hadis yang ia riwayatkan benar-benar dari
Rasulullah SAW.Pada masa awal islam belum di perlukan sanaddalam
periwayatan hadis karena orangnya masih jujur-jujur dan saling mempercayai
satu dengan yang lain.Akan tetapi,setelah terjadinya konflik fisik(fitnah)
antarelite politik,yaitu antara pendukung Ali dan Mu’awiyah dan umat berpecah
menjadi beberapa sekte;Syi’ah,Khawarij,dan Jumhur Muslimin.Setelah itu
mulailah terjadi pemalsuan hadis (hadis mawdhu’) dari masing-masing sekte
dalam rangka mencari dukungan politik dari massa yang lebih luas.
Melihat kondisi seperti hal di atas para ulama bangkit membendung
hadis dari pemalsuan dengan berbagai cara,diantaranya rihlah checking
kebenaran hadis dan mempersyaratkan kepada siapa saja yang mengaku
mendapat hadis harus disertai dengan sanad.Sebagaimana ungkapan ulama hadis
ketika di hadapkan suatu periwayatan:

“Sebutkan kepada kami para pembawa beritamu.”2


Ibnu Al-Mubarak berkata:
“Isnad/sanad bagian dari agama,jikalau tidak ada isnad sungguh
sembarang oramg akan berkata apa yang dikehendaki.”
Perkembangan ilmu hadis semakin pesat ketika ahli hadis membicarakan
tentang daya ingat para pembawa dan perawi hadis kuat atau tidak (dhabith),
bagaimana metode penerimaan dan penyampaiannya (tahammul wa ada’),
hadis yang kontra bersifat menghapus (nasikh dan mansukh) atau kompromi,
kalimat hadis yang sulit dipahami (gharib al-hadis), dan lain-lain. Akan tetapi,
aktivitas seperti itu dalam perkembangannya baru berjalan secara lisan (syafawi)
dari mulut ke mulut dan tidak tertulis.
Ketika pada pertengahan abad kedua Hijriyah sampai abad ketiga
Hijriyah, ilmu hadis mulai ditulis dan dikodifikasikan dalam bentuk sederhana,
belum terpisah dari ilmu-ilmu lain, belum berdiri sendiri, masih campur dengan

2
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis…. Hlm.89

5
ilmu-ilmu lain atau berbagai buku, atau berdiri secara terpisah, sesuai dengan
pesatnya perkembangan kodifikasi hadis yang disebut pada masa kejayaan dan
keemasan hadis, yaitu pada abad ketiga Hijriyah, perkembangan penulisan ilmu
hadis juga pesat, karena perkembangan keduanya secara beriiringan. Namun,
penulisan ilmu hadis masih terpisah-pisah, belum menyatu dan menjadi ilmu
yang berdiri sendiri, ia masih dalam bentuk bab-bab saja. Musthafa as-Siba’I
mengatakan orang yang pertama kali menulis ilmu hadis adalah Ali bin Al-
Madini, syaikhnya Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi. Diantara kitab-kitab
ilmu hadis pada abad ini adalah kitab Mukhtalif Al-Hadits, yaitu Ikhtilaf Al-
Hadits karya Ali bin Al-Madini, dan Ta’wil Mukhtalif Al-Hadits karya Ibnu
Qutaibah. (w. 276 H).3 banyak sekali kitab-kitab ilmu hadist yang ditulis oleh
para ulama pada abad ketiga Hijriyah ini. Namun buku-buku tersebut belum
berdiri sendiri sebagai ilmu hadis, ia hanya terdiri dari bab-bab saja.
Perkembangan ilmu hadis mencapai puncak kematangan dan berdiri
sendiri pada abad ke-4 H yang merupakan penggabungan dan penyempurnaan
berbagi ilmu yang berkembang pada abad-abad sebelumnya secara terpisah dan
berserakan.Al-Qadhi Abu Muhammad Al-Hasan bin Abdurrahman bin Khalad
Ar-Ramahurmuzi (w. 360 H) adalah orang yang pertama kali memunculkanilmu
hadis yang paripurna dan berdiri sendiri dalam karyanya Al-Muhaddits Al-
FashilbainAr-Rawi wa Al-Wa’i.4Akan tetapi,tentunya tidak mencakup
keseluruhan permasalahan ilmu,kemudian diikuti oleh Al-Hakim Abu Abdullah
An-Naisaburi (w.405 H) yang menulis Ma’rifah ulum Al Hadis tetapi kurang
sistematik,Al-Khathib Abu Bakar Al-Baghdadi (w.364 H) yang menulis Al-Jami
li Adab Asy-Syaikh Wa As Sami’dan kemudian diikuti oleh penulis-penulis
lain,diantaranya sebagai berikut.5
1.Al-Kifayah fi Ilmi Ar-Riwayah dan Al-Jami’ li Akhlah Ar-Rawi wa Adab As-
Sami’, oleh Al-Khathib Al-Bagdadi (w. 364 H).
2.Al-Mustakharaj ‘ala Ma’rifah Ulum Al-Hadist,ditulis oleh Al-Ashbahani
(w.340 H), pelengkap Kitab Al-Hakim.

3
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis…. Hlm.90
4
. Misbah A.B, Mutiara Ilmu Hadis, Hlm.49
5
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis…. Hlm.90

6
3.Al-Ilma’ Ila Ma’rifah Ushul Ar-Riwayah wa Taqyid As-Sama’,Oleh Al-Qadhi
‘Iyadh bin Musa Al-Yahshubi (w.544 H).
4.’Ulum Al-Hadist,Oleh Abu Amr Utsman Bin Abdurrahman Asyh-Syahraruzi
yang dikenal Ibnu Abu Ash-Shalah (w.643 H).
5.Nazhm Ad-Durar fi ‘Ilmi Al-Atsar,oleh Zainuddin Abdurrahim bin Al-Husain
Al-Iraqi (w.806 H).
6.Nukhbat Al-Fikar fi Mushthalah Ahl Al-Atsar,oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani
(w.852 H).
7.Fath Al-Mughits fi Syarh Alfiyah Al-Hadits, oleh As-Sakhawi (w.902 H).
8.Al-Manzhumah Al-Baiquniyyah,oleh Umar bin Muhammad Al-Baiquni
(w.1080 H).
9.Qawa’id At-Tahdist,oleh Muhammad Jamaluddin Al-Qasimi (w.1332 H).

B. Pengertian Ilmu Hadis


Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis.
Secara sederhana ilmu artinya pengetahuan. Sedangkan hadis yaitu segala
sesuatu yang disandarkan kepada nabi Muhammad SAW, baik dari perkataan,
perbuatan, maupun persetujuan. Jadi ilmu hadis adalah ilmu yang membahas
tentanng hadis. Para ulama ahli hadis banyak yang memberikan definisi ilmu
hadis, diantaranya ibnu hajar al-asqalani:6

“Adalah mengetahui kaidah-kaidah yang dijadikan sambungan unntuk


mengetahui (keadaan) perawi dan yang diriwayatkan”.
Menurut ulama mutaqoddimin adalah:

6
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis…. Hlm.76

7
”Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan
hadis sampai kepada Rasulullah SAW dari segi hal ihwal para perawinya,
kedabitan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya sanad, dan sebagainya”.
Pada perkembangan selanjutnya, oleh ulama mutaakhirin, ilmu hadis ini
dipecah menjadi dua yaitu ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah.
1. Ilmu hadis riwayah

Dalam bahasa indonesia sering disebut riwayat dalam arti memindahkan berita
dari sumber berita kepada orang lain. Atau “memindahkan sunnah dan
sesamanya dan menyandarkannya kepada orang yang membawa berita atau
yang menyampaikan sunnah tersebut atau yang lainnya.”

Secara istilah menurut pendapat yang terpilih sebagaimana yang dikemukakan


dr. shubhi ash-shalih ialah:

“ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara
teliti dan berhati-hati bagi segala sesuatau yang disandarkan kepada Nabi SAW
baik berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, dan maupun sifat serta segala
sesuatu yang disandarkan kepada sahabat dan tabi’in.

Definisi lain mengatakan:

“ ilmu yang mempelajari tentang segala perkataan kepada nabi SAW,


segala perbuatan beliau, periwayatannya, batasan-batasannya, dan ketelitian
segala redaksinya.7
Kedua definisi diatas memberi konotasi makna yang sama, yaitu objek
pembahasannya adalah perkataan Nabi atau perbuatannya dalam bentuk
periwayatan tidak semata-mata datang sendiri. Disini berarti fokusnya pada

7
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis…. Hlm.76

8
matan atau isi hadis yang disandarkan kepada nabi SAW atau juga disandarkan
kepada sahabat dan tabi’in menurut definisi yang pertama. Oleh karena itu,ilmu
ini disebut ilmu riwayah, karena semata hanya meriwayatkan apa yang
disandarkan kepada nabi saw.
Fokus pembahasan Ilmu Hadis Riwayah atau penekanan pembahasannya
perbuatan rasul itu adanya pada matan. Namun matan ini tidak mungkin muncul
dengan sendirinya tanpa ada sanad-nya, bahkan sebagian ulama mengatakan
bahwa rukun hadis terdiri dari sanad dan matan. Jika ada redaksi matan saja
tanpa disertai sanad, bukan dinamakan hadis, demikian juga sebaliknya. Dengan
demikian, perkembangan Ilmu Hadis Riwayah tidak bisa lepas dari Ilmu Hadis
Dirayah.
Pendiri Ilmu Hadis Riwayah adalah Muhammad bin Syihab Az-Zuhri
(w, 124 H), yaitu orang pertama melakukan penghimpunan Ilmu Hadis Riwayah
secara formal berdasarkan intruksi Khalifah Umar bin Abdul Aziz.8 Adapun
kegunaan dan manfaat mempelajari Ilmu Hadis Riwayah, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Memelihara hadis secara berhati-hati dari segala kesalahan dan kekurangan
dalam periwayatan.
2. Memelihara kemurniaan syari’ah islamiyah karena sunnah atau hadis adalah
sumber hukum Islam setelah Alquran.
3. Menyebarluaskan sunnah kepada seluruh umat Islam sehingga sunnah dapat
diterima oleh sekuruh umat manusia.
4. Mengikuti dan meneladani akhlak Nabi SAW, karena tingkah laku dan
akhlak beliau secara terperinci dimuat dalam hadis.
5. Melaksanakan hukum-hukum Islam serta memelihara etika-etikanya, karena
seseorang tidak mungkin mampu memelihara hadis sebagai sumber syariat
Islam tanpa mempelajari Ilmu Hadis Riwayah ini.

2. Ilmu Hadis Dirayah

8
. Misbah A.B, Mutiara Ilmum Hadis.....Hlm 46

9
Dari segi bahasa kata dirayah berasal dari kata dara,
yadri,daryan,dirayatan/dirayah = pengetahuan. Oleh karena itu, yang akan
dibahas pada subbab ini adalah ilmu hadis dari segi pengetahuannya, yaitu
pengetahuan tentang hadis atau pengantar ilmu hadis. Secara istilah:

Ilmu yang mempelajari tentang hakikat periwayatan,syarat-syaratnya, macam-


macamnya, dan hukum-hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka,
macam-macam periwayatan, dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

Wilayah Ilmu Hadis Dirayah adalah penelitian sanad dan matan,


periwayatan, yang meriwayatkan dan yang diriwayatkan, bagaimana kondisi dan
sifat-sifatnya, diterima atau ditolak, shahih dari rasul atau dhaif. Dengan
demikian, Ilmu Hadis Dirayah berbeda dengan Ilmu Hadis riwayah. Ilmu Hadis
Riwayah fokusnya hanya mempelajari periwayatan (riwayah) segala perkataan,
perbuatan, dan persetujuan Nabi SAW tanpa mempelajari shahih dan tidaknya
suatu hadis, baik yang disandarkan kepada Nabi (marfu’) atau disandarkan pada
sahabat (mawquf), dan atau yang disandarkan kepada tabi’in (maqthu’). Adapun
tujuannya adalah untuk mengingat-ingat dan memelihara hadis Nabi tersebut
yang dijadikan salah satu sumber hukum Islam. Pendiri Ilmu Hadis Dirayah
adalah Al-Qadhi Abu Muhammad Al-Hasan bin Abdurrahman bin Khalad Ar-
Ramahurmuzi (w, 360 H).9
Hubungan antara ilmu hadis riwayah dan dirayah atau antara satu dengan
lainnya. Seperti halnya hubungan antara ilmu tafsir dengan tafsir, ushul fiqh
dengan fiqh, dan sebagainya. Lahirnya Ilmu Hadis Riwayah tidak lepas dari
peran Ilmu Hadis Dirayah, baik secara implisit maupun eksplisit. Diantara
perannya adalah meriwayatkan, menghimpun, menelusuri,memfilter, dan
mengklasifikasikan kepada berbagi tingkatan dan aneka macam, mana hadis dan
mamna yang bukan hadis, mana dabda Nabi dan mana perkataan atau fatwa

9
. Misbah A.B, Mutiara Ilmu Hadis, Hlm.46

10
sahabat,mana hadis yang diterima (maqbul) dan mana hadis yang tertolak
(mardud).

C. Cabang-cabang ilmu hadis


Banyak sekali jumlah cabang ilmu hadis, ada yang menghitungnya secara
terperinci dan ada pula yang menghitugnya secara global saja. Pemakalah akan
menjelaskan secara ringkas dan global saja. Cabang-cabang ilmu hadis yang terpenting,
baik dilihat dari segi sanad, atau matan dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu
sebagai berikut10 :
1. ‘ilmu rijal al-hadits
‘ilmu rijal al-hadits dibagi menjadi dua, yaitu ‘ilmu tawarikh ar-ruwah dan ‘ilmu al-
jarh wa at-ta’dil. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ‘ilmu tawarikh ar-ruwah:

”Adalah ilmu yang mempelajari waktu yang membatasi keadaan kelahiran, wafat,
peristiwa/kejadian, dan lain-lain.”11
Jadi ‘ilmu tawarikh ar-ruwah adalah ilmu yang mempelajari tentang para perawi dari
segi kelahiran dan kewafatan mereka, siapa guru-gurunya atau dari siapa mereka
menerima sunnah dan siapa muridnya, atau kepada siapa mereka menyampaikan
periwayatan hadis, baik dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in.
Tujuannya untuk mengetahui bersambung atau tidaknya sanad suatu hadis.
2. ‘ilmu al-jarh wa at-ta’dil
Dari segi bahasa ‘ilmu al-jarh wa at-ta’dil terdiri dari dua kata yaitu, al-jarh (cacat)
dan at-ta’dil (adil). Definisi ‘ilmu al-jarh wa at-ta’dil menurut dr. Shubhi ash-shalih
yaitu:

11
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadist (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 94

11
“adalah ilmu yang membahas tentang para perawi dari segi apa yang datang dari
keadaan mereka, dan dari apa yang mencela mereka, atau apa yang memuji mereka
dengan menggunakan kata-kata khusus.”12
Jadi ilmu al-jarh wa at-ta’dil adalah ilmu yang membahas tentang nilai catat atau
adilnya seorang perawi. Tujuan ilmu ini untuk mengetahui sifat atau nilai keadilan,
kecacatan, dan ke-dhabit-an seorang perawi hadis.
3. ‘ilmu ‘ilal al-hadits
Secara bahasa kata al-ilat terambil dari kata ‘alla-ya’ullu-a’lla berarti sakit/cacat.
Dalam istilah ilmu hadis, ‘ilmu al-‘ilal al-hadits adalah:

“suatu sebab tersembunyi yang membuat cacat pada hadis, sementara lahirnya tidak
tampak adanya cacat tersebut.”13
Jadi, ‘ilmu ‘ilal al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang sebab-sebab
tersembunyi yang dapat membuat kecacatan sebuah hadist. Seperti me-washal-kan
hadis yang munqathu’ dan me-marfu’-kan hadis yang mauquf. Tujuan nya untuk
mengetahui siapa diatara periwayat hadis yang terdapat ‘illat dalam periwayatannya,
dalam bentuk apa dan dimana ‘illat tersebut terjadi.
4. ‘ilmu gharib al-hadits
‘ilmu gharib al-hadits adalah:

“adalah ilmu yang mempelajari makna matan hadis dari lafal yang sulit dan asing
bagi kebanyakan manusia, karena tidak umum dipakai orang arab.”14
Ilmu gharib al-hadis adalah ilmu yang membahas untuk mengetahui lafadz-lafadz
dalam matan hadis yang sulit dikenal dan dipahami maknanya karena jarng
digunakan.
5. ‘ilmu mukhtallif al-hadits
‘ilmu mukhtallif al-hadits adalah ilmu yang membahas hadis-hadis yang lahirnya
terjadi kontradiksi akan tetapi tetap dikompromikan, baik dengan cara
taqyid(pembatasan) yang mutlak, takhshish al-‘am(pengkhususan yang umum), atau

12
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadist....,hlm. 95
13
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadist....,hlm. 96
14
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadist (Jakarta: Amzah, 2013), hlm. 97

12
dengan yang lain. Tujuan ilmu ini untuk mengetahui hadis mana saja yang kontra satu
dengan yang lain dan bagaimana pemecahannya atau langkah-langkah apa yang
dilakukan para ulama dalam menyikapi hadis-hadis yang kontra tersebut.
6. ‘ilmu naskh wa mansukh
Menurut ahli hadis ilmu naskh wa mansukh adalah imu yang membahas tentang
hadis-hadis yang menaskh dan yang dinaskh. Hadis yang datang terlebih dulu disebut
mansukh dan yang muncul belakangan disebut naskh. Tujuan mempelajarinya untuk
memahami kejelasan hukum-hukum syara.
7. ‘ilmu fann al-mubhamat
‘ilmu fann al-mubhamat adalah ilmu yang membicarakan tentang seorang yang samar
namanya dalam matan atau sanad. Tujuan ilmu ini untuk mengetahui siapa
sebenarnya nama-nama atau identitas orang-orang yang disebutkan dalam matan atau
sanad hadis yang masih samar-samar atau tersembunyi.
8. ‘ilmu asbab wurud al hadis
‘ilmu asbab wurud al hadis adalah ilmu yang menjelaskan tentang sebab-sebab
datangnya hadis, latar beakang, dan waktu terjadinya. Tujuannnya untuk memahami
makna yang terkandung dalam matan hadis
9. ‘ilmu tashhif wa tahrif
‘ilmu tashhif wa tahrif adalah ilmu yang membahas hadis-hadis yang diubah titiknya
(mushahhaf) atau diubah bentuknya (muharraf) . tujuannya untuk mengetahui kata-
kata atau nama-nama yang salah dalam sanad atau matan hadis dan bagaimana
sesungguhnya yang benar sehingga tidak terjadi kesalahan terus-menerus dalam
penukilan dan mengetahui derajat kualitas kecerdasan dan ke-dhabit-an seorang
perawi.
10. ‘ilmu mushthalah al-hadits
‘ilmu mushthalah al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang pengertian istilah-
istilah ahli hadis dan yang dikenal diantara mereka. Tujuannya untuk memudahkan
pengkaji dan peneliti hadis dalam mempelajari dan riset hadis, karena para pengkaji
dan peneliti hadis tidak akan dapat melakukan kegiatannya dengan mudah tanpa
mengetahui istilah-istilah yang telah disepakati oleh para ulama.

13
D. Faedah-faedah mempelajari ilmu hadis
1. Mengetahui istilah-istilah yang disepakati ulama hadis dalam penelitian hadis.
2. Mengetahui kaidah-kaidah yang disepakati para ulama dalam menilai, menyaring dan
mengklarifikasi kedalam beberapa macam, baik dari segi kuantitas maupun kualitas
sanad dan matan hadis sehingga dapat menyimpulkan mana hadis yang diterima dan
mana hadis yang ditolak.
3. Mengetahui usaha jerih payah yang ditempuh para ulama dalam menerima dan
menyampaikan periwayatan hadis, kemudian menghimpun dan mengodifikasikannya
kedalam berbagai kitab hadis.
4. Menegnal tokoh-tokoh ilmu hadis, baik dirayah maupun riwayah yang mempunyai
peran penting dalam perkembangan pemeliharaan hadis sebagai sumber syari’ah
islamiyah sehingga hadis terpelihara dari pemalsuan tangan-tangan kotor yang tidak
bertanggung jawab. Seandainya terjadi hal tersebut, mereka pun dapat mengungkap
dan meluruskan yang sebenrnya.
5. Mengetahui hadis yang shahih, hasan, dha’if, muttashil, mursal, munqathi’, mu’dhal,
maqlub, masyhur, gharib, ‘aziz, mutawatir, dan lain-lain.15

Kesimpulan
ilmu hadis adalah ilmu yang membicarakan tentang keadaan atau sifat para
perawi dan yang diriwayatkan. Ilmu hadis dibagi menjadi dua, yaitu ilmu hadis
riwayah dan ilmu hadis dirayah. Dengan menggunakan beberapa metode dan
pendekatan penelitian yang digunakan para peneliti dalam bidang hadis, antara
lian : metode perbandingan, metode kualitatif deskriptif, pendekatan normatif,
dan pendekatan historis. Banyak sekali faedah dan manfaat mempelajari ilmu
hadis, salah satunya yaitu; mengetahui istilah-istilah yang disepakati para ulama
hadis dalam penelitian hadis, demikian juga dapat mengenal nilai-nilai dan
kriteria hadis mana hadis dan mana yang bukan hadis. Sejarah perkembangan
ilmu hadis dimulai dari periode Rasulullah SAW, periode sahabat nabi dan para
ulama yang dituliskan dalam beberapa kitab karya para ulama tersebut.
15
. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, hlm. 86-87

14
Daftar pustaka

Abdul Majid Khon. 2015. Ulumul Hadis. Jakarta: Amzah.


Misbah A.B. 2014. Mutiara Ilmu Hadis. Jatim: Mitra Pesantren

15

Anda mungkin juga menyukai