OLEH:
IRFAN
0006.0350.2022
memberikan paduan yang dinamis dan lugas terhadap semua aspek kehidupan,
termasuk sektor bisnis dan transaksi keuangan. Salah satu hal pokok dalam
roda perekonomian, apalagi pada era globalisasi seperti saat ini. Manusia tidak
dapat lepas dari masalah ekonomi yang menyertainya di satu sisi manusia
memiliki naluri untuk memenuhi kebutuhan primer seperti sandang, pangan, dan
papan. Namun di sisi lain, manusia juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan
sekunder sebagai upaya mendapatkan status sosial agar diakui dalam masyarakat,
kebutuhan hidup.1
satunya adalah lembaga perbankan yang berfungsi mengatur alur arus keuangan.
Bagi sebuah negara, bank dapat dikatakan sebagai nadi perekonomian suatu
1 M. Faruq An-Nabahan, Sistem Ekonomi Islam : Pilihan Setelah Kegagalan Sistem Kapitalis dan
Negara.2
Pengertian bank pada awal dikenal dengan meja tempat penukaran uang.
di satu sisi bunga bank merupakan kriteria riba, akan tetapi di sisi lain kehadiran
meningkatkan perekonomian umat Islam yang masih jauh dari garis kelayakan
kegiatan usaha pada masa sekarang ini. Alasan utama kenapa Al-Quran sangat
2003) , h. 183.
4 Muh Zuhri, Riba dalam Al-qur’an dalam masalah perbankan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1992), h. 4.
gigih dalam mempertahankan ideologinya terhadap prinsip bunga, karena Islam
pendapatan antara umat manusia. Islam ingin menciptakan keadilan diantara yang
idealis bagi umat Islam yang harus diterapkan dalam cara hidupnya dan bukan
area dari hubungan interaksi antar umat manusia, sosial, ekonomi, dan politik.
Dalam semua ajaran Islam yang terpenting adalah untuk mewujudkan keadilan
diperbolehkan atas sumber daya yang ada yang digunakan untuk melakukan
perbaikan secara tidak adil. Al-Quran memerintahkan umat Islam tidak untuk
memiliki barang milik orang lain secara batil atau secara tidak benar.5
dari segi nilai maupun norma-norma dalam Islam akan berdampak kepada
keadilan ekonomi dan sosial serta pendapatan dan kesejahteraan yang merata.
Usaha apapun untuk membicarakan kembali mengenai larangan riba dalam Islam
sebagai sebuah agama dan bukan sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam hanya
akan menjadi filosofi dan ambisi yang pada akhirnya akan menimbulkan
5 Veithzal Rivai dkk, Islamic Banking, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 318.
kebingungan. Islam juga melarang adanya tingkat pengembalian sumber modal
diperlukan pemahaman yang mendalam, baik tentang seluk beluk bunga maupun
dari akibat yang ditimbulkan oleh dibiarkannya berlaku sistem bunga dalam
dengan riba dalam Al-Quran dan Hadist. Banyak masyarakat beragumen bahwa
riba yang telah diharamkan oleh Islam di dalam Al-Quran dan Hadist, tidaklah
identik dengan bunga bank. Dalam arti, bunga bank bukanlah bagian dari riba
Di zaman modern ini kebanyakan yang meminjam uang adalah orang yang
mencari dana untuk perluasan usahanya. Kaum miskin selalu mencari jalan untuk
berbunga yang pada akhirnya akan menjadi “korban” dari yang meminjamkan,
dan masalah sosial seperti inilah yang selalu ada dari zaman ke zaman.
permasalahan yang layak dikaji dalam ranah fikih salah satunya ialah hukum
6 Veithzal Rivai dkk, Islamic Banking, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 331.
7 Dimyauddin Djuwaini, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2015), h. 189.
seperti riba yang diharamkan.8 Sementara ulama modern lainnya memberikan
menjadi salah satu penggerak lajunya perputaran uang antar masyarakat dan
Islam melarang pemberian bunga atas pinjaman uang merupakan kepastian bahwa
dilihat dari hukum Islam adalah bahwa lembaga perbankan pada masa Rasulullah
belum ada. Karena itu, perbankan dalam hukum Islam termasuk masalah
pendapat dari para cendikiawan muslim dan ulama tergantung dari sudut pandang
mengharamkan dengan alasan bunga bank dianggap sebagai perkara ribawi. Harus
diingat kembali bahwa problem utama yang mendorong kenyataan abadi yang
dihadapi oleh Islam bahwa nash al-Quran dan sunnah terbatas secara kuantitatif,
Saat ini, telah banyak pemikiran dari para cendekiawan muslim yang dapat
dirujuk untuk melihat hukum bunga bank, tentunya dengan metode hukum
gambaran tentang bunga bank serta pendapat beserta alasan para ulama yang
dalam persentase dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah uang yang
Bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank
yang didasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual
produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus di bayar oleh nasabah
kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).11 Definisi lain yaitu, bunga
biasanya dinyatakan dalam persentase dari uang yang dipinjamkan atau sejumlah
10
Muhammad, Bank Syariah Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang Dan Ancaman, ed.
Muhammad (Yogyakarta Exsonisia, 2016), h. 28.
11 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2014), h. 114.
perbankan disebut dengan bunga. Dalam rangka balas jasa/bunga kepada kepada
penyimpan (penabung), maka bank akan meminjamkan dana dalam bentuk kredit
awal) untuk investasi, modal kerja, maupun perdagangan. Atas keuntungan usaha
atas pemakaian dana tersebut kepada bank yang bersangkutan. Selisih bunga yang
diterima bank dari debitur dengan bunga yang dibayarkan kepada penyimpan dana
Banyak pendapat dan tantangan ulama dan ahli fiqh klasik maupun kontemporer
dhorurat dan tidak ada cara lain yang dapat digunakan selain dengan
kafir, karena ketentuan asal syariat harta penduduk kafir harbi boleh
13 Syekh Akbar Muhmud Saltut, al- Fatwa, (Daaru al-Kolam, 2001), Cet.ke-1 h. 354.
mengandung kezaliman, sedangkan menzalimi kafir harbi tidak hara,
bank konvensional saat ini tidak termasuk dalam jenis bunga yang
itu, bunga bank yang demikian tidaklah termasuk dalam riba yang
Hukum bunga bank tergolong masalah ijtihad. Oleh karena itu, terdapat
beberapa pendapat tentang hukum bunga bank. Menurut pemakalah ada empat
Abu Zahra, Abu A‟la al-Maududi, M. Abdullah al-Araby dan Yusuf Al-
mengatakan bahwa bunga bank itu riba nasiah yang mutlak keharamannya. Oleh
karena itu, umat Islam tidak boleh berhubungan dengan bank yang memakai
sistem bunga, kecuali dalam keadaan darurat. Tetapi Yusuf Al- Qardhawi tidak
bersifat konsumtif seperti yang berlaku pada zaman jahiliyah sebagai bentuk
pemerasan kepada kaum lemah yang konsumtif. Berbeda yang bersifat produktif
tidaklah termasuk haram. Hal senada juga dikemukakan oleh M. Hatta. Dia
membedakan antara riba dan rente. Menurutnya riba sifatnya konsumtif dan
keuntungan.16
berpendapat bahwa bunga bank yang berlaku seperti di Indonesia, bukan riba
tahun 1968 di point (c) dikatakan bunga yang diberikan oleh bank-bank milik
negara kepada para nasabahnya atau sebalikya yang selama ini berlaku, termasuk
perkara “mutasyabihat”
dikaitkan dengan riba menurut Al-Quran dan hadist nabi saw. Mayoritas ulama
dulu dan kini bersepakat bahwa bunga adalah riba dan haram hukumnya. Yusuf
Al-Qardhawi memandang setiap bentuk bunga bank termasuk kategori riba yang
dilarangnya berbuat zalim terhadap semua pihak, yaitu tidak boleh menzalimi dan
dizalimi. Sifat-sifat yang terdapat pada bunga telah ditentukan pada sifat riba,
yaitu; adanya tambahan pada harta pokok sebagai konsekuensi dari adanya
itu, berdasarkan hukum dari nash-nash yang pasti (qath’i) di dalam Al-Qur’an dan
akan membuat pemilik capital jauh dari dorongan memperoleh keuntungan secara
tunai atau dari pembayaran tertunda, ia akan menjauhkan diri dari melakukan
kegiatan ekonomi lainnya dan tak akan siap memasuki sebuah perdangangan,
bisnis dan industri yang melibatkan dirinya dalam resiko dan kerja berat, ini
berarti akan mengakhiri kebaikan dan kesejahteraan penduduk itu hanya biasa
Terjemah:
“ Riba yang kamu berikan agar berkembang pada harta orang lain,
tidaklah berkembang dalam pandangan Allah. Adapun zakat yang
kamu berikan dengan maksud memperoleh keridaan Allah, (berarti)
merekalah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya).”(Ar-
Ruum: 39)
ayat lain yang berbicara tentang riba turun pada periode Madinah. Terhadap riba
yang dibicarakan dalam surah ar-Ruum ini sebagian mufassir ada yang
berpendapat bahwa riba tersebut bukan riba yang diharamkan. Riba dalam ayat ini
berupa pemberian sesuatu kepada orang lain yang tidak didasarkan keikhlasan
seperti pemberian hadiah dengan harapan balasan hadiah yang lebih besar.
Terjemah:
ُ َ ُ
َوكله َآكل َا ِّلرباَوم
ه َ ُه
َاَّلل َعل ْي ِه َوسلم
ه ُ ُ ه
َاَّلل َصَّل
َ ُّ اَهش ْي ٌم َع ْن ََأب
َالزب ْْ ِي َع ْن َج ِاب ٍر َقال َلعن َرسول
ُ َّ
حَدثن
ِ ِ ِ ِي
ُ َ ْ
اهدي ِهَوكا ِتب َه ِ وش
Terjemah:
memakan dari harta riba, baik yang jadi saksi maupun pencatat nya.
bahwa sistem perbankan saat ini mirip dengan sistem perkongsian dalam
Islam dan lembaga perbankan menjadi kebutuhan yang sangat vital, sebagai
dengan pandangan Sanhuri yang lebih melihat pada faktor berlipatgandanya riba
pada masa jahiliyah yang tidak identik dengan bunga bank konvensional yang
saat ini pinjaman di perbankan yang dilakukan oleh sebagian besar orang
apakah bunga itu interest atau usury, serta perbedaan antara bunga nominal atau
real yang berkaitan dengan inflasi dan deflasi. Semua pendapat tadi menurut
Abdullah Saeed lebih sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang ini, sehingga
lebih rasional bila bunga bank merupakan hal yang legal menurut pemikirannya.
yakni al-Baqarah:279 sama sperti dalil yang dipakai ulama yang mengharamkan
bunga bank, hanya saja disini berbeda cara memahami atau menfsirkan ayat
yang kemudian disusul dengan pernyataan yang kedua yang terdapat dalam
harta yang dipinjamkan oleh kreditur, bukan merupakan perbuatan yang aniaya,
baik terhadap diri sendiri maupun debitur. Kedua, masing- masing pernyataan di
atas menunjukkan indikasi yang saling berkaitan satu sama lain tidak dapat
bediri sendiri tanpa dukungan yang lainnya. Jika kedua pernyataan tersebut
dipisah dengan cara mengabaikan salah satu darinya, maka akan terjadi
memperhatikan pernyataan “fa lakûm ru’ūsu amwālikûm” saja, dan terlebih lagi
disusul dengan pernyataan yang kedua yang terdapat dalam kalimat “lā
kerangka metodologi yang hampir diikuti oleh seluruh mazhab hukum Islam,
sekaligus sebagai unsur pokok untuk mengetahui setiap perintah dan larangan
makna yang relevan dari sebuah teks, juga dapat memberi perhatian terhadap
Qur’an, menurut Abdullah Saeed adalah latar sosial masyarakat pada saat itu, di
mana sebagian besar dari mereka melakukan pinjaman hanya untuk menutupi
Selain itu, penekanan Al-Qur’an juga terlihat pada bentuk atau jenis riba
yang dilarang adalah jenis riba yang sudah lazim dilakukan oleh mereka
semenjak masa jahilyah, yaitu riba yang berlipatganda. Di mana riba ini benar-
ُ ْ َ ْ َ ً َ َ َ ْ ُ َ ْ َ َّ َ ْ َّ
َ
اض ِّمنك ْمۗ َولا َ ي ٰٓ َاي ُّ َها الذيْ َن ٰا َم ُن ْوا َلا َتأ ُك ُل ْوٓا َا ْم َوال ُك ْم َب ْي َن ُك ْم ب ْال
ٍ اط ِّل ِّال ٓا ان تكون ِّتجارة عن ت َر ب
ِّ ِّ ِّ
ً ُ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ ْ ُ ُ َّ ه
َ تقتلوٓا انف َسك ْمۗ ان
اّٰلل كان ِّبك ْم َر ِّح ْيما ِّ
Terjemah:
Pada ayat di atas, Allah melarang memakan harta orang lain dengan cara
yang batil, seperti mencuri, menggasab, dan dengan cara riba. Sebaliknya, Allah
menghalalkan hal itu jika dilakukan dengan perniagaan yang berjalan dengan
saling ridha. Karenanya, keridhaan kedua belah pihak yang bertransaksi untuk
A. Kesimpulan
Secara sederhana bunga adalah balas jasa atas pemakaian dana dalam
perbankan disebut dengan bunga. Dalam rangka balas jasa/bunga kepada kepada
penyimpan (penabung), maka bank akan meminjamkan dana dalam bentuk kredit
awal) untuk investasi, modal kerja, maupun perdagangan. Atas keuntungan usaha
atas pemakaian dana tersebut kepada bank yang bersangkutan. Selisih bunga yang
diterima bank dari debitur dengan bunga yang dibayarkan kepada penyimpan dana
Hukum bunga bank tergolong masalah ijtihad. Oleh karena itu, terdapat
beberapa pendapat tentang hukum bunga bank. ada empat kelompok ulama
dikaitkan dengan riba menurut Al-Quran dan hadist nabi saw. Mayoritas ulama
dulu dan kini bersepakat bahwa bunga adalah riba dan haram hukumnya. Yusuf
Al-Qardhawi memandang setiap bentuk bunga bank termasuk kategori riba yang
sistem perbankan saat ini mirip dengan sistem perkongsian dalam Islam dan
lembaga perbankan menjadi kebutuhan yang sangat vital, sebagai media bagi
tercapainya kemajuan dalam suatu negara dan masyarakat. Demikian juga dengan
pandangan Sanhuri yang lebih melihat pada faktor berlipatgandanya riba pada
masa jahiliyah yang tidak identik dengan bunga bank konvensional yang ada
sekarang ini.
B. Saran
Makalah ini disusun berdasarkan hasil bacaan penulis dari beberapa buku
yang sebagian besarnya menjadi referensi dari makalah ini. Karena minim
referensi, penulis makalah ini tentu sangat meyarankan kepada para pembaca
untuk menambah referensi bacaanya diluar makalah ini. Penulis dengan senang
hati mengakui apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini, sehingga penulis
bersifat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca utamanya dari
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Hasan. M, 2003, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Rivai. Veithzal dkk, 2010, Islamic Banking, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Saeed. Abdullah, 1996, Islamic Banking, New York : E. J. Brill.