Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STUDI ISLAM

HADITS
Pengertian dan Jenis-Jenis Al Hadits, Proses pembukuan Al Hadits, Klasifikasi
Hadits Berdasarkan Derajatnya, Periwayatnya dan Lainnnya, Kewajiban Umat
Islam terhadap Al Hadits, Aneka kitab Hadits

Dosen Mata Kuliah Studi Islam


Siti Ngainnur Rohmah, S.Sos.I, MA.
Disusun oleh :
Dila Taruli
NIM 11151020000005
Rani Stamrotul F.
NIM 11151020000019
Muhammad Rosikh Ruhul A.
NIM 11151020000010
Salman Alfarisi
NIM 11151020000035

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
JANUARI 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Umat Islam mengalami kemajuan pada zaman kalsik (650-1250). Dalam sejarah,
puncak kemajuan ini terjadi pada sekitar tahun 650-1000 M. Pada masa ini telah hidup
ulama besar, yang tidak sedikit jumlahnya, baik di bidang tafsir, hadits, fiqih, ilmu
kalam, filsafat, tasawuf, sejarah maupun bidang pengetahuan lainnya [1]. Berdasarkan
bukti histories ini menggambarka bahwa periwayatan dan perkembangan pengetahuan
hadits berjalan seiirng dengan perkembangan pengetahuan lainnya.
Menatap prespektif keilmuan hadis, sungguh pun ajaran hadis telah ikut
mendorong kemajuan umat Islam. Sebab hadits Nabi, sebagaimana halnya Al-Quran
telah memerintahkan orang-orang beriman menuntut pengetahuan. Dengan demikian
prespektif keilmuan hadits, justru menyebabkan kemajuan umat Islam.Bahkan suatu
kenyataan yang tidak boleh luput dari perhatian, adalah sebab-sebab dimana al-Quran
diturunkan. Bertolak dari kenyataan ini, Prof. A. Mukti Ali menyebutkan sebagai
metode pemahaman terhadap suatu kepercayaan, ajaran atau kejadian dengan
melihatnya sebagai suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan mutlak dengan waktu,
temapat, kebudayaan, golongan dan lingkungan dimana kepercayaan, ajaran dan
kejadian itu muncul. Dalam dunia pengetahuan tentang agama Islam, sebenarnya benih
metode sosio-historis telah ada pengikutsertaan pengetahuan asbab al nuul (sebab-sebab
wahyu diturunakan) untuk memahami al-Quran, dan asbab al-wurud (sebab-sebab
hadits diucapkan) untuk memahami al-Sunnah.
Meskipun asbab al-Nuzul dan asbab al Wurud terbatas pada peristiwa dan
pertanyaan yang mendahului nuzul (turun) Al-Quran dan wurud (disampaikannya)
hadits, tetapi kenyataannya justru tercipta suasana keilmuan pada hadits Nabi SAW. Tak
heran jika pada saat ini muncul berbagai ilmu hadits serta cabang-cabangnya untuk
memahami hadits Nabi, sehingga As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam yang kedua
dapat dipahami serta diamalkan oleh umat Islam sesuai dengan yang dimaksudkan oleh
Rasulullah.
[1].

Dari pemaparan diatas kami kelompok 4 mata kuliah Studi Islam akan
membahas mengenai Hadits secara universal meliputi, pengertian hadits, proses
pembukuan hadits, klasifikasi hadits berdasarkan derajatnya, perawinya, dan lainnya,
kewajiban umat islam terhadap hadits dan aneka kitab-kitab hadits.
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari Makalah Studi Islam ini adalah :


1. Apakah yang dimaksud dengan hadits ?
2. Bagaimana proses pembukuan hadits?
3. Apa saja klasifikasi hadits berdasarkan derajatnya, perawinya, dan lainnya ?
4. Bagaimana kewajiban umat islam terhadap hadits?
5. Apa saja kitab-kitab hadist yang ada di dunia?
1.3 Tujuan
Tujuan dari Makalah Studi Islam ini adalah :
1. Ingin mengetahui pengertian hadits dan jenis-jenis hadits
2. Ingin mengetahui proses pembukuan hadits
3. Ingin mengetahui klasifikasi hadits berdasarkan derajatnya, perawinya, dan
lainnya
4. Ingin mengetahui kewajiban umat islam terhadap hadits
5. Ingin mengetahui aneka kitab hadits

BAB II
ISI
A. PENGERTIAN HADITS
Hadits secara harfiah berarti "berbicara", "perkataan" atau "percakapan". Dalam
terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan, mencatat sebuah pernyataan dan
tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW. Kata hadits yang mengalami perluasan makna
sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka pada saat ini bisa berarti segala perkataan,
perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
ketetapan ataupun hukum. Dalam memahami bagaimana Hadits itu ada, Hadits di
bentuk dari 2 elemen yaitu Sanad dan Matan: Sanad ialah rantai penutur/perawi
(periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh penutur mulai dari orang yang mencatat
hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits) hingga mencapai Rasulullah. Sanad,
memberikan gambaran keaslian suatu riwayat. Jika diambil dari contoh sebelumnya
maka sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhari --> Musaddad --> Yahya -> Syubah --> Qatadah --> Anas --> Nabi Muhammad SAW
Sebuah hadits dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/perawi
bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah.
Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan
derajat hadits tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadits. Jadi yang
perlu dicermati dalam memahami hadits terkait dengan sanadnya ialah : - Keutuhan
sanadnya - Jumlahnya - Perawi akhirnya Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal
sejak sebelum datangnya Islam.Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan
ilmu pengetahuan lainnya. Matan ialah redaksi dari hadits atau bisa di bilang isi hadits,
dari contoh sebelumnya maka matan hadits bersangkutan ialah: "Tidak sempurna iman
seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk
dirinya sendiri" Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam
mamahami hadits ialah: - Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada
Nabi Muhammad atau bukan, - Matan hadits itu sendiri dalam hubungannya dengan

hadits lain yang lebih kuat sanadnya apakah ada yang melemahkan atau menguatkan Dengan ayat dalam Al Quran apakah ada yang bertolak belakang.1
B. PROSES PEMBUKUAN AL HADITS
Masa-masa hadits di bukukan :
a. Masa pembentukkan hadits
Masa pembentukkan hadits adalah masa kerasulan nabi muhammad SAW. Masa
ini terjadi pada abad 1 H. Pada masa ini hadits belum di tulis dan hanya berada
dalam benak atau hafalan para sahabat saja. Periode ini di sebut al wahyu wa at
takwin, yaitu hadits yang penyampaiannya belum di tulis/masih lisan, periode ini
dimulai sejak zaman nabi muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul hingga
wafatnya.
b. Masa penggalian
Masa penggalian adalah masa pada sahabat dan tabiin , dimulai sejak wafatnya
nabi muhammad SAW. Pada masa ini kitab hadits belum di tulis ataupun di
bukukan. Pada masa ini mulai bermunculan permasalahan baru umat islam, yang
mendorong para sahabat saling bertukar hadits dan menggali sumber-sumber
utamanya.
c. Masa penghimpunan
Masa ini ditandai dengan sikap para sahabat dan tabiin yang menolak menerima
hadits baru, karena telah terjadinya perebutan kedudukan kekhalifahan yang
bergeser ke bidang syariat dan aqidah dengan munculnya hadits palsu. Dan jika
ada hadits baru, para sahabat dan tabiin meneliti terlebih dahulu siapasiapa yang
menjadi sumber dan pembawa hadits itu.
Maka pada masa pemerintahan khalifah umar bin abdul aziz sebagai salah satu
tabiin memerintahkan untuk penghimpunan hadits. Terjadi pada abad 2 H. Dan
hadits yang terhimpun belum dipisahkan mana yang merupakan hadits marfu,
mauquf, dan mana yang maqthu.
d. Masa penyusunan

11 Alwes Lonwof, Pengertian Hadits, Fungsi dan Pengertian Hadits, diakses


dari https://www.academia.edu/4956966/Fungsi_dan_Pengertian_Hadits
pada tanggal 4 januari 2016

Abad 3 H merupakan masa pentadwinan (pembukuan) dan penyusunan


hadits.untuk menghindari kesalah pahaman bagi umat islam dalam memahami
hadits, maka para ulama mengelompokkan hadits yang termasuk marfu( yang
berisikan perilaku nabi muhammad) mauquf (berisi prilaku sahabat) dan mana
yang maqthu (berisi perilaku tabiin). Usaha pembukuan hadits pada masa ini
selain pembukuan tetapi juga dilakukan penelitian sanad dan rawi-rawi
pembawa beritanya sebagai wujud koreksi atas hadits yang ada dan yang dihafal.
Pada abad ke 4 H, usaha pembukuan hadits masih terus dilanjutkan hingga
dinyatakan telah selesai melakukan pembinaan mahligai hadits. Pada abad ke 5
dan seterusnya adalah masa memperbaiki kitab hadits seperti menghimpun
untuk memudahkan mempelajari dengan sumber utamanya kitab-kitab hadits
abad 4 H.
e. Masa pembukuan hadits (dari abad 2-3 H )
Usaha penulisan hadits yang dirintis oleh abu bakar bin hazm dan ibnu syihab
az zuhri pada sekitar tahun 100 H, diteruskan oleh ulama hadits pada
pertengahan abad 2. Masa ini dikenal dengan ashrulal-tadwin (masa
pembukuan). Karya ulama pada masa ini masih bercampur antara hadits rasul,
sahabat, dan fatwa.
Sistem pembukuan pada masa ini dengan menghimpun hadits mengenai masalah
dalam satu bab. Dan dikumpulkan dengan bab yang berisi masalah lain dalam
satu karangan.
Kitab-kitab abad kedua : al muwathta, al musnad, al mukhtaliful hadits, as siratun
nabawiyah.
Hadist dalam abad ketiga :
Ahli abad ketiga bangkit mengumpulkan hadits dan memisahkan hadits dari fatwafatwa. Mereka bukukan hadits saja berdasarkan statusnya, tetapi satu kekurangan yaitu
mereka mencampurkan hadits shahih, hasan dan dlaif. Segala hadits mereka bukukan
dengan tidak menerangkan keshahihannya. Kemudian al bukhary menjelajahi beberapa
negara untuk mengumpulkan hadits dan untuk menyiapkan kitab shahihnya.
C. KLASIFIKASI HADITS BERDASARKAN DERAJATNYA, PERAWINYA,
DAN LAINNYA

Hadits dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria2 tertentu. Berikut adalah beberapa


diantaranya:
1. Berdasarkan Derajatnya

Hadits Shahih = yaitu hadits yang memiliki tingkat penerimaan yang tinggi.
Syaratnya adalah sanadnya bersambung; diriwayatkan oleh orang yang adil, kuat
ingatannya, istiqomah, dan dapat dipercaya; matan (isi) hadits tidak
bertentangan dengan ilmu pengetahuan dan tidak memiliki kejanggalan. Hadits
ini biasanya telah diriwayatkan oleh banyak orang.2 Contoh haditsnya adalah:
"Dari Ibnu Abbas ra.: Bahwa Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura (10
Muharram) dan beliau memerintahkannya untuk berpuasa Asyura tersebut
(hukumnya sunnah) - HR. Bukhari-Muslim"

Hadits Hasan = hampir sama dengan hadits shahih, hanya saja ada beberapa
periwayatnya yang kurang kuat ingatannya. Contoh haditsnya adalah: "Kalau
aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku memerintahkan mereka untuk
bersiwak setiap kali akan bersholat - HR. Turmudzi"

Hadits Dhaif = yaitu hadits lemah, sanadnya tidak bersambung, terdapat


periwayat yang lemah ingatannya-bahkan pembohong, terdapat kejanggalan
dalam matan-nya. Hadits jenis ini tidak boleh dijadikan landasan dalam
menetapkan sesuatu. Contohnya adalah: "Barangsiapa yang berpuasa pada hari
rabu dan kamis, maka telah ditetapkan baginya untuk bebas dari api neraka HR. Abu Ya'la"3

Hadits Maudhu' = yaitu hadits yang dicurigai kuat sebagai hadits palsu. Cirinya
adalah: dalam sanadnya terdapat periwayat pembohong, matan-nya bertentangan
dengan Al-Qur'an, bahasanya jelek, mengandung unsur dongeng yang tidak

22 Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mustholahul Hadits, Almaarif, Bandung,


1974, hlm. 117
33 Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mustholahul Hadits, Almaarif, Bandung,
1974, hlm. 166

masuk akal. Hadits jenis ini jelas harus ditolak. Contoh haditsnya adalah: "Laba
- laba itu adalah setan yang dirubah bentuknya oleh Allah, maka bunuhlah
binatang itu."
2. Berdasarkan Jumlah Perawinya

Hadits Mutawattir = yaitu hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah orang atau
dengan sanad yang banyak, yang akan mustahil jika mereka bersatu untuk
berdusta dalam hadits tersebut, dari permulaan sanad hingga akhirnya. Contoh
hadits ini adalah: "Sesungguhnya Qur'an ini diturunkan atas tujuh macam huruf
(qiraat) - HR. Bukhari-Muslim"4

Hadits Ahad = yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih dengan
tidak memenuhi persyaratan hadits mutawattir. Contohnya adalah: "Setiap amal
tergantung dengan niat. Maka siapa yang hijrahnya untuk dunia uang ingin
didapatkannya atau untuk seorang wanita yang akan dinikahinya maka
hijrahnya kepada apa yang dia niatkan, dan barangsiapa yang hijrahnya
karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya - HR.
Bukhari"

3. Berdasarkan Ujung Sanad

Hadits Marfu' = yaitu hadits yang sanadnya berujung langsung kepada


Rasulullah SAW. Contohnya adalah: "Musaddad mengabari bahwa Yahya
sebagaimana diberitakan oleh Syu'bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah
SAW bahwa beliau bersabda: Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian
sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri HR. Bukhari"

Hadits Mauquf = yaitu hadits yang sanadnya terhenti pada sahabat nabi tanpa
ada tanda - tanda yang menunjukkan derajat marfu'. Contohnya adalah "Dari
Abdullah bin Mas'ud, ia berkata : Jangan lah hendaknya salah seorang dari

44 Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mustholahul Hadits, Almaarif, Bandung,


1974, hlm. 78

kamu taqlid agamanya dari seseorang, karena jika seseorang itu beriman, maka
ikut beriman, dan jika seseorang itu kufur, ia pun ikut kufur - HR. Abu Na'im"

Hadits Maqtu' = yaitu hadits yang sanadnya terhenti kepada para Tabi'in (orang
yang pernah bertemu sahabat nabi). Contohnya: "Dari Qatadah, ia berkata:
adalah Sa`Id Bin Musaiyib pernah shalat dua rakaat sesudah ashar - HR. Al
Muhalla"5

4. Berdasarkan Keutuhan Sanad


Ilustrasi sanad: Pencatat Hadits > penutur 4 > penutur 3 > penutur 2 (tabi'in) > penutur
1(sahabat) > Rasulullah SAW

Hadits Musnad = yaitu hadits yang urutan sanadnya tidak terpotong pada bagian
tertentu.

Hadits Mursal = yaitu hadits yang penutur 1 tidak ditemui, dengan kata lain
seorang tabi'in menisbatkan langsung kepada Rasulullah SAW.

Hadits Munqati' = yaitu hadits yang sanadnya terputus pada penutur ke 3 atau ke
4.

Hadits Mu'dal = yaitu hadits yang terputus pada dua generasi berturut2.

Hadits Mu'allaq = yaitu hadits yang terputus dari penutur ke 4 sampai penutur ke
1.

D. KEWAJIBAN UMAT ISLAM TERHADAP AL HADITS


Secara Rasulullah diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak, tingkah
laku dan budi pekerti manusia, sehingga segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik
berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuan, dan sifat-sifatnya baik sifat pisik (khalqiyah)
55 Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mustholahul Hadits, Almaarif, Bandung,
1974, hlm. 227

dan sifat perangai (khuluqiyah), baik berkaitan dengan hukum atau tidak, menjadi
suritauladan bagi umat manusia.
Kaum muslim sepakat bahwa Hadits merupakan hukum yang kedua setelah AlQuran.Hal ini berdasarkan kepada kesimpulan yang diperoleh dari dalil-dalil yang memberi
petunjuk tentang kedudukan dan fungsi Hadits. Hadits yang dijadikan dalil kehujahan sunah
juga banyak sekali, salah satunya adalah sebagai berikut:
Dari Abi Hurayrah ra bahwasannya Rasulullah saw bersabda: Setiap umatku akan
masuk ke surga kecuali orang yang tidak mau. Mereka bertanya: Ya Rasulullah siapa
orang yang tidak mau? Nabi menjawab: Barang siapa yang taat kepadaku ia masuk
surga dan barang siapa yang maksiat kepadaku, maka ia tiada mau masuk surga. (HR. AlBukhari)6
Hadits diatas menjelaskan bahwa seseorang akan masuk surga apabila taat kepada Nabi saw
dan tercegah masuk surga karena tidak mengikuti sunah. Maka dengan demikian kewajiban
umat Islam terhadap Hadits yaitu harus dijadikan hukum (hujjah) dalam melaksanakan
perintah Al-Quran yang masih bersifat Ijma dan Hadits sebagai penjelas untuk
melaksanakannya. Melaksanakan apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw berarti
mentaati perintah-perintah Allah.
Dari penjelasan diatas tentang kewajiban umat islam terhadap hadits dapat disimpulkan
bahwa umat islam harus menjadikan Hadits dan Al-Quran sebagai pedoman hidup untuk
mencapai kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.

D. ANEKA KITAB HADITS


1. Kitab-kitab Hadis yang Ditulis Berdasarkan Bab
Kitab hadis yang mengikuti metode penyusunan berdasarkan bab atau tema tertentu
berjumlah cukup banyak. Bahkan dapat dikatakan metode ini merupakan metode yang
66 . Ahmad bin Ali bin Hajar al-Asqalani (berikutnya disebut al-Asqalani w.
852 H), Fath al-Bari bi Syarh Shahih al-Imam Abi Abd Allah Muhammad bin
Ismail al-Bukhari, Ed. Abd al-Aziz bin Abd Allah bin Baz dan Muhammad
Fuad Abd al-Baqi, (Cairo: Maktabah al-Aiman,tth.) Jilid 13, kitab al-Itisham bi
al-Sunnah 96, No. 7280,h. 306

paling dikenal di kalangan umat islam. Kitab-kitab yang termasuk jenis kitab ini pun
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penelusuran dan penelaahan terhadap
hadis melalui kitab-kitab yang mengikuti metode ini sangat mudah karena susunanya
yang sistematis dan isinya juga dapat dikatakan komprehensif, diantara kelompok kitab
yang termasuk dalam jenis ini adalah al-Jawami, al-Musannaf, al-Mustadrak, dan alMustakhraj, yang mana masing-masing dari kelompok kitab ini mempunyai ciri khas
dan keistimewaan tersendiri.
a. Kelompok Jami
Sesuai dengan namanya kitab jami berisikan hadis tentang tema-tema pokok
keagamaan. Paling tidak mencakup delapan bab utama mengenai akidah, hukum
perilaku para tokoh agama, adab, tafsir, fitan, tanda-tanda kiamat dan manaqib.
Penelusuran hadis melalui kitab-kitab jami relatif mudah, oleh karena sistematika
isinya yang konkrit. Semua hadis yang berkaitan dengan soal-soal tertentu dimasukkan
dalam satu tema. Tema tersebut biasanya dinamakan sebagai nama atau judul kitab.
Shahih al-Bukhari
Nama pengarangnya adalah Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim
ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Jufi al-Bukhari. Beliau lahir pada tahun 194 H dan
wafat tahun 256 H pada usia 62 tahun. Kitab ini merupakan kitab hadis pertama yang
menghimpun hadis-hadis shahih. Kitab yang diselesaikan selama 16 tahun ini berisi
hadis-hadis tentang masail fiqhiyah, al-fadhail, berita-berita masa lampau dan masa
mendatang, dan lain-lain.karena mencakup berbagai persoalan maka dinamakan aljami.Hadis-hadis yang termuat di dalamnya memiliki sanad yang sampai kepada
rasulullah.
Shahih Muslim
Nama lengkap pengarangnya adalah Abu al-Husein Muslim bin Hajjaj bin
Muslim bin Kusyaz al-Qusyairi an-Naisaburi. Beliau kahir tahun 204 H dan wafat tahun
261 H dalam usia 55 tahun. Kitab ini diawali dengan Muqaddimah yang berkaitan
dengan kajian ilmu ushul al-hadits. Cara yang digunakan Imam Muslim adalah
menghimpun matan-matan hadis yang senada (satu tema) lengkap dengan sanadsanadnya pada satu tempat, tidak memisah-misahkanya dalam berbagai bab yang
berbeda, serta tidak mengulang-ulang penyebutan hadis kecuali dalam beberapa hadis
yang bertujuan untuk menegaskan suatu sanad dan matan.

b. Kelompok Sunan
Kitab sunan adalah kitab-kitab yang menghimpun hadis-hadis hukum yang
marfu dan disusun berdasarkan bab-bab fiqh. Kitab-kitab yang termasuk kelompok ini
juga sangat mudah ditelaah karena bentuknya yang sistematis. Banyak komentator yang
menganggap kitab-kitab jenis ini sebagai kompilasi hukum, karena mengutip hadishadis yang tersusun dalam tema-tema hukum itu. Yang termasuk jenis kitab ini
diantaranya:

c.

Sunan Abu Dawud

Sunan al-Darimi

Sunan Al-Tirmidzi

Sunan al-Saghir al-Baihaqi

Sunan An-Nasai

Sunan Ibnu Majah

Kelompok Musannafat
Kitab Musannaf adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan bab-bab fiqh akan
tetapi mencakup hadis mauquf, maqtu, yang disatukan dengan hadis-hadis marfu.
Kitab jenis ini tidak terlalu dikenal di kalangan masyarakat Islam dan jumlahnya pun
relatif sedikit. Kitab-kitab tersebut pada umumnya ditulis pada masa-masa awal
kodifikasi hadis, seperti Musannaf Abd al-Razzaq Ibn Hamam al-Sanani (w.211 H),
dan Musannaf Abu Bakr Ibn Abi Syaibah (w.235 H). Meskipun jumlahnya sedikit,
namun tetap layak diperbincangkan dalam kapasitasnya sebagai khazanah intelektual
umat islam.

d. Kelompok Mustadrak
Kitab Mustadrak adalah kitab hadis yang disusun untuk mengakomodir hadishadis tertentu yang tidak dimuat dalam kitab-kitab hadis sebelumnya, atau diabaikan
karena dianggap rendah kualitasnya. Selanjutnya oleh penulis dicarikan jajaran sanad
lainnya sehingga hadis-hadis tersebut dapat disandingkan dengan hadis-hadis sahih
yang telah ada.
Salah satu kitab Mustadrak yang terkenal adalah Al-Mustadrak Ala al-Shahihain
karya al-Hakim. Kitab ini menyaring hadis-hadis tetentu yang tidak dimuat dalam dua
kitab shahih (Bukhari-Muslim), kemudian meneliti sanad-danadnya dari jalur lain.
e.

Kelompok Mustakhrajat

Yang termasuk kelompok ini adalah kitab-kitab yang mengambil hadis dari salah
satu kitab yang telah ada lalu dikaji sanadnya secara tersendiri selain sanad-sanad yang
terdapat dalam kitab terdahulu. Biasanya kitab Mustakhrajat disusun untuk melihat
sejauh mana kualitas hadis yang terdapat dalam kitab-kitab tertentu. Selanjutnya oleh
pengarang dicarikan jajaran sanadnya dengan menggnakan metode takhrij sehingga
melahirkan karya tersendiri yang tidak kalah keorisinilnya.
Diantara kitab Mustakhrajat yang terkenal adalah Mustakhrajat Abi Nuaim alAsbahani, yang mentakhrij hadis-hadis yang terdapat dalam jami al-Shahih karya Imam
Bukhari. Kitab Mustakhraj Ahmad Ibn Hamdan al-Naisaburi, yang mengkaji hadishadis dalam al-jami al-Shahih karya Imam Muslim.
2. Kitab-kitab Hadis yang Disusun Berdasarkan Nama Sahabat
Kitab-kitab hadis yang ditulis berdasarkan nama sahabat mempunyai arti penting
dalam pengkajian hadis. Teknis penulisan seperti ini akan sangat membantu dalam
mengetahui jumlah dan jenis hadis yang diriwayatkan oleh para sahabat serta
mempermudah pengecekkanya.
Musnad
adalah kitab hadis yang disusun berdasarkan urutan nama sahabat yang lebih dulu
masuk islam, atau dapat juga dengan mempertimbangkan keluhuran nasabnya. Diantara
kitab musnad yang paling terkenal adalah Musnad Ahmad Ibn Hanbal, buah karya
seorang ahli hadis dan fiqh kenamaan abad ke dua hiriyah dan pendiri mahdzab
Hanbali.
Atraf
Hadis-hadis yang terdapat di dalam kitab atraf tidak ditulis secara lengkap. Sesuai
dengan namanya atraf (bagian, potongan), maka di dalamnya hanya terdapat potonganpotongan hadis tertentu yang biasanya disusun secara alfabetis. Kegunaanya untuk
mempermudah dalam mengetahui sanad-sanad hadis oleh karena sanad-sanad tersebut
terkumpul pada satu tempat. Diantara kitab Atraf yang terkenal adalah Tuhfat al Asyraf
bi Marifah al-Atraf karya Abu al-Hajjaj Yusuf ibn Abdurrahman al-Mizzi (w.742 H).
3. Kitab-kitab Mujam
Kitab Mujam dalam teminologi muhadissin adalah kitab hadis yang disusun
berdasarkan urutan guru-guru penulisnya, atau berdasarkan nama daerah asal para guru
tersebut. Diantara kegunaan kitab ini yang terpenting adalah untuk mengecek seberapa

banyak hadis yang diterima periwayat dari guru-guru tetentu. Dengan kitab ini juga
dapat diketahui sejauh mana validitas hadis-hadis yang diriwayatkan dari mereka. Imam
Tabrani merupakan seorang tokoh ternama yang telah melahirkan sejumlah karya kitab
mujam. Tiga kitabnya yang terkenal ialah al-Mujam al-Kabir, al-Mujan al-Awsat, alMujam al-Saghir.
4. Kitab-kitab Hadis yang Disusun Berdasarkan Urutan Awal Hadis
Kitab-kitab yang mengikuti metode penyusunan berdasarkan urutan awal hadis
biasanya disusun secara alfabetis atau berdasarkan huruf hijaiyah. Metode seperti ini
tentu saja sangat mengutamakan matan (redaksi) hadis semata dan mengabaikan banyak
aspek, seperti periwayatan sanad, periwayat dan lain-lain. Seperti kitab Jami al Saghir
dan Jami al Kabir karya Jalaluddin ash-Suyuthi
5. Kitab-kitab Himpunan Hadis
Adalah sejumlah kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis dari berbagai sumber
primernya. Hadis-hadis yang terdapat dalam bermacam-macam sumber itu disusun
secara sistematis dan dipadukan antara satu sama lain. Diantaranya Jami al-Usul min
Ahadis al-Rasul karya Ibn al-Asir Muhammad al-Jazari (w.606 H), Kanz al-Ummal fi
Sunan al-Aqwal wa al-Afal karya Alauddin al-Muttaqi ibn Hisyam al-Hindi (w.975 H).
7

77 Ibrahim Lubis, Macam-Macam Kitab Hadist, Aneka Makalah, diakses


dari http://www.anekamakalah.com/2012/12/macam-macam-kitab-hadismakalah.html, pada tanggal 4 Januari 2016

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar Pustaka
Gholib, Ahmad. 2006. Studi Islam. Jakarta: Faza Media.
Nasution, Harun. 1996. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek. Jakarta : UI Press.
Lonwof,

Alwes.

Januari

2016.

Pengertian

dan

Fungsi

Hadit.

https://www.academia.edu/4956966/Fungsi_dan_Pengertian_Hadits
Lubis,

Ibrahim.

Januari

2016.

Aneka

Kitab

Hadits.

http://www.anekamakalah.com/2012/12/macam-macam-kitab-hadismakalah.html,

Rahman, Fatchur. 1974. Ikhtisar Musthalahul Hadits. Bandung : Almaarif


Tohhan, Mahmud. 2004. Taisirul Musthalahul Hadits. Riyadh : Al Maarif Linnasyri
Wattauzi

Anda mungkin juga menyukai