Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. Muhammadiyah Amin, M.Ag.
Dr. Muhammad Ali Ngampo, M.Ag.
Ruang Lingkup Pembahasan:
Ketiga, cara yang lain dilakukan Rasul SAW adalah melalui ceramah atau pidato di
tempat terbuka, seperti ketika haji wada’ dan futuh Makkah (penaklukkan Kota
Mekah).
Keempat, Melalui perbuatan Nabi langsung yang disaksikan oleh para sahabatnya,
yaitu dengan jalan musyahadah, seperti yang berkaitan dengan praktik-praktik
ibadah dan mu’amalah
B. Periwayatan Hadis Pada Masa Sahabat
Kata sahabat (Arabnya: shahabat) menurut bahasa adalah musytaq (pecahan) dari kata shuhbah yang
berarti orang yang menemani yang lain, tanpa ada batasan waktu dan jumlah.
Sahabat menerima hadits dari Rasul mengalami cara yang berbeda, ada yang dengan cara
berhadapan langsung dengan Rasul (Musyafahah) ada yang dengan cara menyaksikan
(Musyahadah) perbuatan atau taqrir Rasul, dan ada juga yang mendengar dari sahabat lain yang
mengetahui secara langsung dari Rasul.
Periode kedua sejarah periwayatan hadis adalah masa Khulafa’ Rasyidin (Abu Bakar, Umar ibn
Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai dengan
40 H.
Periwayatan Hadis Pada Masa Sahabat
• Tabi’in adalah orang yang pernah berjumpa • Faktor penyebaran penulisan hadis di masa
dengan Sahabat dan dalam keadaan beriman, tabi’in adalah: Pertama, tersebarnya
serta meninggal dalam keadaan beriman juga. periwayatan hadis di berbagai daerah dan
Periwayatan hadis pada masa Tabi’in umunya banyaknya orang-orang yang meriwayatkan
masih bersifat dari mulut ke mulut (al- hadis. Kedua, Banyaknya para penghafal hadis
musyafahat), seperti seorang murid langsung yang meninggal baik dari kalangan sahabat
memperoleh hadis-hadis dari sejumlah guru maupun tabi’in. Ketiga, semakin lemahnya
dan mendengarkan langsung dari penuturan kemampuan umat Islam dalam menghafal,
mereka, dan selanjutnya disimpan melalui sedangkan penulisan hadis sangat tersebar
hafalan mereka. Kehati-hatian dan ketatnya dan berkembangnya ilmu yang bermacam-
periwayatan hadis pada masa ini juga berlaku. macam. Keempat, banyaknya pemalsuan
Pada masa ini kekuasaan Islam semakin luas. hadis.
D. Periwayatan Hadis Pada Masa Tabiit al-Tabi’in
• Cara periwayatan hadis pada masa tabi’i al-tabi’in adalah bi lafdzi, yaitu
dengan lafadz. Karena kodifikasi hadis mulai dilakukan di akhir masa tabi’in.
Kodifikasi pada masa ini telah menggunakan metode yang sistematis, yaitu
dengan mengelompokkan hadis-hadis yang ada sesuai dengan bidang
bahasan, walaupun dalam penyusunannya masih bercampur antara hadis
Nabi dengan qaul sahabat dan tabi’in.
E. Periwayatan Hadis Pada Masa Kodifikasi
• Kodifikasi Hadis Pada Abad II Hijriah • Kodifikasi Hadis Pada Abad III Hijriah
Pada abad kedua ini, para ulama tidak hanya Di abad ini terjadi pemisahan antara hadis
membukukan hadis saja, akan tetapi juga menulis Rasulullah dengan fatwa sahabat atau tabi’in dalam
fatwa-fatwa djuga diwarnai dengan meluasnya pembukuannya. Pada awal abad ketiga ini juga
pemalsuan hadis yang telah ada semenjak masa banyak ulama` yang menulis kitab-kitab. Diantara
khalifah Ali bin AbiThaliban tabi’in dalam karangan tulisan yang terkemuka di abad ini adalah Musnad
mereka. Dan menggugah para ulama` untuk Imam Ahmad ibn Hanbal (wafat 241 H/885 M)
mempelajari keadaan para periwayat hadis, hal ini karena musnadnya paling lengkap dan paling luas
pula sudah ada sejak abad pertama namun pada cakupannya. Dan pada abad ini pula muncullah
abad kedua ini, kegiatan mencari keterangan ulama`-ulama` yang hanya menulis dan memilih
perawi semakin diintensifkan. hadis shahih saja.
Periwayatan hadis pada masa kodifikasi
• Kodifikasi Hadis Pada Abad IV-VII Hijriah • Kodifikasi Hadis Pada Abad VII-Sekarang
Pada abad IV-VII ini merupakan masa pemeliharaan, Pada abad inilah para ulama` mengembangkan
penertiban, penambahan, dan penghimpunan. Dengan karya mereka dengan merujuk pada karya-karya
karakteristik penulisan hadis berbentuk Mu’jam ulama` yang telah ada sebelumnya. Di abad ini
(Ensiklopedi), Shahih (himpunan Shahih saja), ulama` mulai menyusun hadis-hadis yang
mustadrak (susulan shahih), Sunan al-Jam’u (gabungan berkaitan dengan hukum seperti Subul al-Salam
antara dua atau beberapa kitab hadis), ikhtishar karya Muhammad ibn Ismail al-Shan’ani (wafat
(resume), istikhraj dan syarah (ulasan). para ulama`
1182 H). Di abad ini sudah tidak ada pembaharuan
mulai mengembangkan karya-karya ulama`
sebelumnya dengan cara menggabungkan beberapa
keilmuan, hanya saja para ulama` berbeda dalam
karya, mengkaji sanad dan mengembalikan pada metode penyusunan kitabnya.
sumbernya, menyusun pokok-pokok hadis sebagai
petunjuk pada materi hadis secara keseluruhan,
member komentar atau uraian pada kandungan hadis
atau meringkas kitab-kitab tertentu.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH