PEMBAHASAN
Sebagian sahabat telah menulis hadis pada masa nabi, karena ada yang
mendapatkan izin khusus dari nabi,hanya saja kebanyakan dari mereka yang
senang dan kompeten menulis hadis,yaitu menjelang akhir kehidupan Rasulullah
saw. Keadaan sunah pada masa nabi belum ditulis (dibukukan) secara
resmi,walaupun ada beberapa sahabat yang menulisnya.
B. Perkembangan Hadis pada Masa Khulafaur Rasyidin
Pada masa Khalifah Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin
Khattab,periwayatan hadis tersebar secara terbatas. Penulisan hadis pun masih
terbatas dan belum dilakukan secara resmi.Bahkan , pada masa itu Umar bin
Khattab melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan hadis,dan
sebaliknya , Umar bin Khattab menekankan agar para sahabat mengerahkan
perhatiannya untuk menyebarluaskan Al-Qur’an.Dalam praktiknya , ada dua
sahabat yang meriwayatkan hadis,yaitu sebagai berikut.
1. Dengan lafal asli, yaitu menurut lafal yang mereka terima dari nabi yang
mereka hafal benar lafal dari nabi.
2. Dengan maknanya saja, yaitu mereka meriwayatkan maknanya karena tidak
hafal lafal asli dari nabi.
Semua ulama yang membukukan hadis ini terdiri dari ahli-ahli pada
abad kedua Hijriah.
Kitab-kitab hadits yang telah dibukukan dan dikumpulkan dalam abad
kedua ini, jumlahnya cukup banyak. Akan tetapi, yang rnasyhur di kalangan ahli
hadits adalah:
Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang dinobatkan
akhir abad pertama Hijriah, yaitu tahun 99 Hijriah, datanglah angin segar
yang mendukung kelostarian hadis. Uma bin Abdul Aziz terkenal sebagai
seorang khalifah dan Bani Umayyah yang adil dan wara sehingga dipandang
sebagai khaldah rasyidin yang kelima. Beliau sangat waspada dan sadar
bahwa para perawi yang mengumpulkan hadis dalam ingatannya semakin
sedikit jumlahnya karena meninggal dunia. Pada tahun 100 H. Khalifah
Umar bin Abdul Aziz memerintahkah kepada Gubernur Madinah, Abu Bakar
bin Muhammad bin Amr bin Hazm untuk membukukan hadis-hadis nabi
dan para penghafal. Umar bin Abdul Aziz pun menulis surat kepada Abu
Bakar bin Hazm Selain kepada gubernur Madinah, khalifah juga menulis
surat kepada gubernur lain agar mengusahakan pembukuan hadis. Khalifah
juga secara khusus menulis surat kepada Abu Bakar Muhammad bin
Muslim bin Ubaidillah bin Syihab az Zuhri. Setelah itu, Syihab az-Zuhri mulai
melaksanakan perintah khalifah tersebut sehingga menjadi salah satu
ulama yang pertama kali membukukan hadis Setelah generasi Az-Zuhri,
pembukuan hadis dilanjutkan oleh Ibn Juraij (w. 150 H), Ar-Rabi bin Sabih
(w. 160 H), dan masih banyak lagi ulama lainnya. Sebagaimana telah
disebutkan bahwa pembukuan hadis dimulai sejak akhir masa
pemerintahan Bani Umayyah, tetapi belumn begitu sempurna. Pada masa
pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu pada pertengahan abad II Hijriah,
dilakukan upaya penyempurnaan Sejak saat itu, tampak gerakan secara
aktif untuk membukukan ilmu pengetahuan, termasuk pembukuan dan
penulisan hadis-hadis nabi Kitab-kitab yang terkenal pada waktu itu yang
ada hingga sekarang dan sampai kepada kita, antara lain Al-Muwatta' oleh
Imam Malik dan Al Musnad oleh Imam Asy-Syafii (w 204 H) Pembukuan
hadis itu kemudian dilanjutkan secara lebih teliti oleh imam-imam ahli
hadis, seperti Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasai, Abu Dawud, dan
Ibnu Majah. Dari mereka itu, kita kenal Kutubus Sittah (kitab-kitab) enam,
yaitu Sahih Al-Bukhan, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud Sunan At-Tirmidzi,
Sunan An-Nasai, dan Sunan Ibnu Majah Tidak sedikit pada masa berikutnya
dari para ulama yang menaruh perhatian besar pada Kufubus Sittah
tersebut beserta kitab Muwatta dengan cara mensyarahinya dan memberi
catatan kaki, meringkas atau meneliti sanad dan matan-matannya.
2. Masa Penulisan Hadis
Para penulis sejarah Rasul, ulama hadis, dan umat Islam sependapat
bahwa Al-Qur'an al-Karim telah memperoleh perhatian yang penuh dari
Rasul dan para sahabatnya Rasul mengharapkan para sahabat untuk
menghafalkan Al-Qur'an dan menuliskannya di tempat tempat tertentu,
seperti keping-keping tulang, pelepah kurma, batu, dan sebagainya.
Oleh karena itu, ketika Rasulullah saw, wafat, Al-Quran telah dihafalkan
dengan sempurna oleh para sahabat Seluruh ayat suci Al-Qur'an pun telah
lengkap ditulis, tetapi belum terkumpul dalam bentuk sebuah mushaf.
Adapun hadis atau sunah dalam penulisannya ketika itu kurang
memperoleh perhatian seperti halnya Al-Qur'an Penulisan hadis dilakukan
oleh beberapa sahabat secara tidak resmi karena tidak diperintahkan oleh
Rasulullah saw. Diriwayatkan bahwa beberapa sahabat memiliki catatan
hadis-hadis Rasulullah saw. Mereka mencatat sebagian hadis yang pernah
mereka dengar dari Rasulullah saw.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sejarah perkembangan hadits merupakan masa atau periode
yang telah dilalui oleh hadits
dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,
penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi ke generasi. Ada
beberapa periode dalam sejarah perkembangan hadis, antara lain:
Hadits Perkembangan Karakteri Model Buku
stik
Penulisan
Masa Larangan Hadis dihafal di Catatan kepentingan
Rasul Penulisan luar kepala pribadi dalam
bentuk lembaran
(shahifah)
Khulafa’ Penyederhanaan disertai sumpah Catatan pribadi dalam bentuk
dan
Rasyidin periwayatan hadis lembaran (shahifah)
saksi pada masa
ini
Tabi’in Penghimpunan bercampur antara Mushannaf, Muwaththa‟,
hadis (Al-Jam‟u hadis Nabi dan Musnad, Jami‟
wa At-Tadwin). fatwa sahabat dan
aqwal
sahabat
Kodifikasi Penghimpunan Referensi Mu‟jam, Mustadrak, Zawa‟id,
dan penertiban (muraja‟ah) pada Jami‟ dan lain-lain.
secara sistematik buku-
(al-Jam‟u wa at- buku sebelumnya
tanzhim). tetapi lebih
sistematis.
Faktor-faktor penyebab dilakukannya kodifikasi hadis, yaitu
kekhawatiran hilangnya hadis dan kemurnian hadis.
B. Saran
Berkaitan dengan sejarah perkembangan hadis, kami
menyadari bahwa dari berbagai referensi yang ada masih
banyak kesalahan dan kekurangan dalam segi penulisan,
sehingga terjadi kesalahpahamman dalam konsep sejarah
perkembangan hadis. Dan kami berharap dari refisian
makalah ini, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan
barokah. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, Ramli Abdul. Studi Ilmu Hadis. Medan: Citapustaka Media Perintis,
2011.