DI SUSUN OLEH:
Kelompok 4:
Rosyida 30500122022
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah swt. atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Ilmu hadist
dengan tepat waktu
Yang lebih parah lagi, yang sedang dihadapi oleh Khalifah adalah telah
makin berkembangnya Hadits-hadits palsu (Hadits Maudhu’) yang sudah tentu
dengan sendirinya, akan sangat mengancam kelestarian ajaran Islam yang benar.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz melihat, bahwa Rasulullah dan Khu lafa’ur
Rasyidin tidak membukukan Hadits Rasul, di antara sebabnya yang terpenting
adalah karena dikhawatirkan akan terjadi bercampur aduknya Al-Qur’an dengan
yang bukan Al-Qur’an, sedang pada saat Khalifah Umar bin Abdul Aziz
memerintah, Al-Qur’an telah selesai dikodifisir secara resmi dan lestari. Dengan
demikian, maka bila Hadits hadits Rasul didewankan/dikodifikasikan, tidaklah
akan mengganggu kemurnian Al-Qur’an.
Muhammad Ibnu Hazm, selain sebagai seorang Gubernur, juga scha gai
seorang Ulama.
1.Amrah binti Abdir Rahman Ibnu Saad Ibnu Zurarah Ibnu Ades, seo rang ahli
Fiqih, murid Sayyidah Aisyah ra.
2. Al-Qasim Ibnu Muhammad Ibnu Abu Bakar As-Shiddiq, salah seo sang
pemuka Tabi’in dan salah seorang Fuqaha Tujuh (Yang dimaksud dengan Fuqaha
Tujuh ialah: 1. Al-Qasim; 2. Urwah Ibnu Zubair; 3. Abu Bakar Ibnu Abdir
Rahman; 4. Said Ibnu Musayyab; 5. Abdillah Ibnu Abdullah Ibnu Utbah 6.
Kharijah Ibnu Zaid Ibnu Tsabit; dan 7. Sulaiman Ibnu Yassar).
Tentang kedua tokoh pemula pendewan Hadits ini, para ahli sejarah dan
Ulama Hadits berpendapat, bahwa yang lebih tepat disebut sebagai
Kodifikator/pendewan Hadits yang pertama, ialah Muhammad Ibnu Syi hab
AzZuhry.
Sayang sekali, bahwa kedua macam dewan Hadits tersebut, baik yang
disusun oleh Muhammad Ibnu Hazm maupun oleh Muhammad Ibnu Syi hab
AzZuhry, telah lama hilang dan sampai sekarang tidak diketahui di mana berada.
Para Ulama di atas, masa hidupnya hampir bersamaan. Karenanya itu, sulit
ditentukan siapa yang lebih tepat untuk disebut sebagai pende wan/kodifikator
Hadits yang pertama. Selain itu, bahwa mereka bersa ma, telah berguru kepada
Muhammad Ibnu Hazm dan Muhammad Ibou Syihab Az-Zuhry
1. Al-Mawatha, disusun oleh Imam Malik bin Anas, atas permintaan Khalifah
Abu Ja’far Al-Manshur
2. Musnad Asy-Syafi’I, susunan Imam Syafi’I Dewan Hadits ini, meru pakan
kumpulan Hadits-hadits yang terdapat dalam kitab beliau yang bernama “Al-
Um”.
4. As-Siratun Nabawiyah, disusun oleh Ibnu Ishaq. Berisi, antara lain tentang
perjalanan hidup Nabi dan peperangan-peperangan zaman Nabi.
Kitab ini, disusun oleh Imam Malik atas permintaan Khalifah Abu Ja’far
Al-Manshur Al-Abbasy (Khalifah II Bani Abbas). Ada pendapat yang
menyatakan, bahwa kitab ini disusun oleh Imam Malik dalam Jangka waktu: 40
tahun.
Salah seorang dari kalangan Khalifah Abbasiyah ada yang pernah meminta
kepada Imam Malik, agar kitab Al-Muwattha’ digantungkan di dinding
Ka’bah, agar semua orang yang ziarah ke Ka’bah dapat menyak sikannya dan
dapat mengambil pelajaran dari padanya. Tetapi, permin taan dan saran ini,
ditolak oleh Imam Malik dengan alasan, bahwa Saha bat Rasul sendiri
berbedabeda pendapat dalam bidang furu’ dan mereka pun telah tersebar ke mana-
mana.
Menurut Abu Bakar Al-Abyary, dalam kitab Muwattha’ ada 1700 buah
Hadits Rasul, Atsar Sahabat dan Atsar Tabi’in. Prof. Hasbi menyatakan 1726
buah.
Ulama Hadits juga tidak sepakat dalam memberikan penilaian terha dap
Hadits-hadits yang termaktub dalam Al-Muwattha’.
Kitab Hadits yang hanya menghimpun Hadits-hadits Nabi saja, hanyalah kitab
yang disusun oleh Muhammad Ibnu Hazm, Beliau melakukan demikian,
mengingat adanya instruksi Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang menyatakan:
“ ال تقبل الحديث الرسول صل هللا عليه وسـةJanganlah kamu terima, selain dari Hadits Nabi
saw.”
berdasarkan judul masalah tertentu, dalam hal ini, yang berhu bungan
dengan masalah thalaq dalam satu bab.
Ternyata, mereka ini lebih banyak jumlah Hadits yang diriwayatkan bila
dibandingkan dengan jumlah Hadits yang diriwayatkan oleh para Sahabat.
Pada periode ini, perpecahan golongan tersebut telah bertambah lagi, yakni
lahirnya pendukung Khalifah Amawiyah di satu fihak dan golongan pendukung
Khalifah Abbasiyah di fihak yang lain. Masing masing fihak, ingin saling
meruntuhkan fihak lawannya. Salah satu senjata yang dipergunakannya, adalah
membuat Hadits-hadits palsu
b. Golongan Zindiq
Mereka ingin, agar ummat Islam meninggalkan ajaran Islam yang benar
dan mengikuti ajaran yang tidak benar. Dengan demikian, maka mereka akan
lebih mudah untuk meruntuhkan kejayaan Islam.
c . Tukang-tukang cerita
Salah satu cara untuk menarik minat orang terhadap apa yang paikannya,
adalah dengan mengemukakan cerita. Cerita itu akan lebih menarik bila dibumbui
dengan hal-hal yang menakjubkan, yang ganjil ganjil dan yang menakutkan.
Secara tidak sadar, sesungguhnya mereka telah ikut menodai ajaran Islam
dan mengotori kemurnian Hadits Nabi.
Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy berpendapat, bahwa bani Abbas menumpas
kaum zindiq itu, boleh jadi karena mereka mem buat Hadits-hadits palsu yang
merendahkan derajat bani Abbas dan menjauhkan masyarakat dari bani Abbas.
Atau, mungkin para Kha lifah bani Abbas bermaksud memelihara agama dari
kerusakan yang dilakukan oleh golongan zindiq.
Usaha pemerintah ini, tentu saja belumlah berhasil secara tuntas menumpas
pemalsu-pemalsu Hadits. Sebab, kaum zindiq yang ditumpas pemerintah itu,
barulah salah satu golongan saja di antara golongan Hadits. Ditambah lagi, karena
kaum zindiq ini, merupakan gerakan yang terselubung, maka dalam
menumpasnya tidaklah mudah.
2. Meneliti sanad dan perawi Hadits dengan ketat. Riwayat hidup dan
tingkah laku para perawi dan sanad Hadits diselidiki dengan saksama. Maka
lahirlah, istilah-istilah tsiqah, kadz dzab, fulan la ba’sa bihi, dan sebagainya.
Banyak Ulama yang terkenal ahli dalam menilai perawi Hadits pada abad
II periode keempat ini Misalnya, Imam Malik, Auza iy, Sufyan Ats-Tsaury, Ibnul
Mubarak, Uyaiyah, Ibnu Wahhab, Waki Ibnu Al Jarrah, Yahya Ibnu Saad Al-
Qatthan, Abdur Rahman Ibnu Mahdi, dan lain-lain
Pada periode keempat (abad II) ini, lahir juga sekelompok orang yang
menolak Hadits. Penolakan mereka, ada yang untuk seluruh Hadits, baik yang
Ahad maupun yang Mutawatir, dan ada golongan yang menolak Hadits Ahad saja.
Tentang kedua tokoh pemula pendewan Hadits ini, para ahli sejarah dan
Ulama Hadits berpendapat, bahwa yang lebih tepat disebut sebagai
Kodifikator/pendewan Hadits yang pertama, ialah Muhammad Ibnu Syi hab
AzZuhry.
Alasannya ialah, bahwa Muhammad Ibnu Syihab Az-Zuhry mempu nyai
beberapa kelebihan dalam mendewankan Hadits-hadits Nabi, bila dibandingkan
dengan Muhammad Ibnu Hazm
2. Dia mendewankan seluruh Hadits yang ada di Madinah, sedang yang dilakukan
oleh Muhammad Ibnu Hazm, tidak mencakup seluruh hadits yang ada di
Madinah.
Sayang sekali, bahwa kedua macam dewan Hadits tersebut, baik yang
disusun oleh Muhammad Ibnu Hazm maupun oleh Muhammad Ibnu Syi hab
AzZuhry, telah lama hilang dan sampai sekarang tidak diketahui di mana berada.