Anda di halaman 1dari 11

Pembentukan Madzhab dan

Pembukuan Hadits
(Dinasti Abbasiyyah)
KONDISI UMUM
• Periode ini dimulai pertengahan abad • Pengambil alihan kekuasaan dari Bani
ke 2 Hijriah sampai abad ke 4 H dan Umayyah ke Bani Abbasiyyah
dikenal sebagai periode keemasan ditengarai karena 3 faktor:
(the golden of age); 1) Penindasan Bani Umayyah
• Periode ini dimulai dengan adanya terhadap pengikut Ali bin Abi
peralihan tampuk kekuasaan dari Thalib (Syiah) dan Bani Hasyim;
Bani Umayyah ke Bani Abbasiyyah 2) Diskriminasi terhadap umat Islam
(keturunan Abbas bin Abdul Non Arab (mawali);
Muthalib/Paman Nabi Muhammad,
Saw.); 3) Bani Umayyah melanggar norma-
norma Islam dan hak-hak asasi
• Akhir kekuasaan Bani Umayyah yaitu manusia;
dengan terbunuhnya Marwan bin
Muhammad, pada Dzulhijjah 132 H/ 4) Klaim pewaris yang sah tampuk
Agustus 750 M; kekuasaan Islam adalah Bani
Hasyim dan Bani Muthalib.
• Khalifah pertama Bani Abbasiyyah
adalah Abul Abbas As-Saffah.
SEJARAH TERBENTUKNYA MADZHAB
• Para penguasa awal Dinasti
Abbasiyah sangat mendorong fuqaha • Imam Abu Yusuf memenuhi
untuk melakukan ijtihad dalam permintaan khalifah ini dengan
mencari formulasi fiqh guna menyusun buku yang berjudul al-
menghadapi persoalan sosial yang Kharaj. Ketika Abu Ja’far al-Mansur
semakin kompleks. Perhatian para (memerintah 754-775 ) menjadi
penguasa Abbasiyah terhadap fiqh khalifah, ia juga meminta Imam Malik
misalnya dapat dilihat ketika Khalifah untuk menulis sebuah kitab fiqh yang
Harun ar-Rasyid (memerintah 786- akan dijadikan pegangan resmi
809) meminta Imam Malik untuk pemerintah dan lembaga peradilan.
mengajar kedua anaknya, al-Amin Atas dasar inilah Imam Malik
dan al-Ma’mun. Disamping itu, menyusun bukunya yang berjudul al-
Khalifah Harun ar-Rasyid juga Muwaththa’ (Yang Disepakati).
meminta kepada Imam Abu Yusuf
untuk menyusun buku yang mengatur
masalah administrasi, keuangan,
ketatanegaraan dan pertanahan.
SEJARAH TERBENTUKNYA MADZHAB
Ciri khas yang menonjol pada 4. Dekatnya para khalifah dengan
periode ini adalah: ulama;
1. Semangat ijtihad yang tinggi 5. Dimulainya penyusunan kitab
dikalangan ulama. fiqh dan usul fiqh. Diantara kitab
2. Berkembangnya ilmu-ilmu fiqh yang paling awal disusun
pengetahuan pada periode ini adalah al-
3. Adanya perhatian yang besar Muwaththa’ oleh Imam Malik,
dari khalifah terhadap fiqh dan al-Umm oleh Imam asy-Syafi’i,
fuqaha’. dan Zahir ar-Riwayah dan an-
Nawadir oleh Imam asy-Syaibani.
MADZHAB FIQH DAN TOKOHNYA
Mazhab Ahlu Sunnah: Mazhab Syi’ah: Mazhab Khawarij:
1. Hanafi 1. Syiah Zaidiah: Zaid bin Ali 1. Abadhiyah: Abdullah
2. Maliki bin Zaid Al Abidin bin bin Abadh Al-Tamimi.
3. Syafi'i Husain bin Ali bin Abi Wafat tahun 86H
4. Hanbali
5. Mazhab al-Dhahiri Thalib tahun 80-122H. 2. Al-Azzariqah: Pengikut
6. Ibn Hazm 2. Syiah Ja'fari: Imam Ja'far Abi Rasyid Nafi' bin
7. Mazhab al-Auza’i bin Shadiq bin Azraq.
8. Sofyan Al-Tsauri Muhammad Al Bagin bin 3. Shufriyah: Pengikut
9. Al-Laits bin Saad Ali bin Zaid Al Abidin bin Ziyad bin Al-Ashfar.
10. Hasan Al-Bashri Husain bin Ali bin Thalib
11. Ishak bin Rohawiyah tahun 80-148H.
12. Sufyan bin 'Uyainah 3. Syiah Imamiah.
13. Ibn Jurair Al Thabari 4. Syiah Itsna 'asyariyah
14. Mazhab Abu Tsaur
(Imam yang dua belas)
5. Syiah Isma’iliyah.
• Penyusunan kitab-kitab
SEBAB-SEBAB Tidak semua imam mujtahid
HILANGNYA MADZHAB mengumpulkan dan menyusun hasil
ijthihad atau pemikirannya dalam sebuah
Faktor-faktor penyebab buku. Sehingga hasil pemikirannya tidak
berkurangnya bahkan
hilangnya ajaran-ajaran bisa dibaca dan dinikmati oleh orang lain.
imam mujtahid & • Musnahnya hasil karya imam mazhab
mazhabnya, antara lain:
yang telah disusun rapi dalam sebuah
• Faktor Generasi buku, sehingga habis dan hilanglah hasil
Tidak adanya pengikut karya imam mazhab tersebut.
atau muridnya yang
meneruskan ajaran- • Faktor Penguasa
ajaran imamnya
sehingga ajaran tersebut Adanya kecenderungan imam-imam
hilang dengan muslim (penguasa) agar keputusan
meninggalnya para suatu perkara diberikan oleh hakim
murid-murid imam
madzhab yang berasal dari imam mazhab.
PERKEMBANGAN SUMBER TASYRI’

1. Qira’at Shahihah
Al-Qur’an Ulama sepakat memasukkannya
Pada periode ini muncul kedalam al-Qur’an. Karena dari
kontroversi seputar Qira’at segi jalur periwayatan tidak
al-Qur’an.
Periwayatan Qira’at al-
diragukan;
Qur’an: 2. Qira’at Syaddah
1. Metode tawatur, yang
melahirkan Qira’at Para ulama berbeda pendapat,
Shahihah, yang diusung apakah termasuk al-Qur’an atau
oleh tujuh atau sepuluh
ulama qira’at. bukan. Karena jalur
2. Metode Ahad, yang periwayatannya bersifat dhanni
melahirkan Qira’at (asumtif).
Syaddah, yang diusung
selain tujuh atau sepuluh
ulama tersebut di atas.
• Imam Abu Hanifah: Qira’at Syadzdzah
Perbedaan Ulama bukan al-Qur’an, namun dapat dijadikan
Terkait Qiraat Syaddah dalil hukum, sebagaimana hadits ahad.
Perbedaan ulama terkait • Imam Syafi’i: Qira’at Syadzdzah bukan al-
Qiraat Syadzdzah, berimbas Qur’an, dan tidak dapat dijadikan dalil
kepada bidang hukum Islam. hukum.
▪ Qiraat Syadzdzah adalah • Contoh:
al-Qur’an, oleh karenanya
ia merupakan sumber Qira’at Syadzdzah yang diriwayatkan Ibn
hukum; Mas’ud:
▪ Qiraat Syadzdzah adalah ‫ففَ َم ْن ل َ ْم ََي ِْد فَ ِص َيا ُم ث ََلث َ ِة أَ َّيم ُمتَتَا ِب َعات‬
bukan al-Qur’an. Ada
yang membolehkan “Barang siapa yang tidak sanggup
sebagai dalil hukum dan melakukan yang demikian, maka
ada yang tidak. kafaratnya puasa tiga hari “berturut-turut”.
Sedangkan dalam Qira’at Shahihah QS. Al-
Maidah: 89 di atas, tanpa adanya lafad
‫ ُمتَتَا ِب َعات‬.
• Imam Abu Hanifah: Qira’at Syadzdzah bukan
al-Qur’an, namun dapat dijadikan dalil
hukum, sebagaimana hadits ahad.
Perbedaan Ulama
• Imam Syafi’i: Qira’at Syadzdzah bukan al-
Terkait Qiraat Syaddah Qur’an, dan tidak dapat dijadikan dalil
Konsekuensi dari perbedaan hukum.
redaksi ayat tersebut, maka:
• Contoh:
Imam Abu Hanifah
berpendapat bahwa kaffarat Qira’at Syadzdzah yang diriwayatkan Ibn
orang yang tidak memenuhi Mas’ud:
sumpah adalah puasa 3 hari
berturut-turut, sebagaimana ‫ف َف َم ْن ل َ ْم ََي ِْد فَ ِص َيا ُم ث ََلث َ ِة أَ َّيم ُمتَتَا ِب َعات‬
Qira’at Syadzdzah yang “Barang siapa yang tidak sanggup
diriwayatkan Ibn Mas’ud.
melakukan yang demikian, maka
Sedangkan Imam Syafi’i, kafaratnya puasa tiga hari “berturut-
berpendapat tidak harus turut”.
berurutan, sebagaimana
dalam Qira’at Shahihah. Sedangkan dalam Qira’at Shahihah QS. Al-
Maidah: 89 di atas, tanpa adanya lafad
‫ ُمتَ َتا ِب َعات‬.
KODIFIKASI HADITS
Format pengumpulan dan penyusunan Periode kedua, kodifikasi sunnah tanpa
Hadits, melalui dua periode: disertai komentar-komentar ulama.
Periode pertama, kodifikasi sunnah Periode ini dimulai awal abad ke 3 H
disesuaikan dengan bab fiqih. Dan juga (sekitar tahun 200 H).
disisipkan komentar-komentar para Sistematika penulisan pada periode ini
fuqaha sebelumnya (atsar), baik dari dibagi dalam 2 (dua) tahap:
kalangan shahabat maupun tabi’in. 1) Tahap pertama, dengan
Periode ini dimulai pertengahan abad meletakkan hadits pada bab-bab
ke II H (sekitar tahun 160 H). tertentu disesuaikan dengan nama
perawinya. Contoh, hadits-hadits
yang diriwayatkan Abu Bakar
dijadikan dalam satu bab. Disusul
kemudian riwayat Umar bin
Khatab, dst.
Kitab hadits dengan penyusunan
seperti ini dikenal dengan istilah al-
masanid, sehingga kitab hadits pada
masa itu dinamai dengan al-musnad.
KODIFIKASI HADITS
Tahap kedua, kombinasi dari Periode kedua, kodifikasi sunnah
sistematika penyusunan hadits dari tanpa disertai komentar-komentar
periode sebelumnya. Yakni, ulama. Periode ini dimulai awal abad
penyusunan hadits disesuaikan ke 3 H (sekitar tahun 200 H).
dengan bab fiqih tanpa menyisipkan Sistematika penulisan pada periode
komentar siapapun. Pada periode ini ini dibagi dalam 2 (dua) tahap:
muncul dua pakar hadits ternama (al-
Syaikhani), yaitu: Abu ‘Abdullah 1) Tahap pertama, dengan
Muhammad bin Ismail al-Bukhari meletakkan hadits pada bab-bab
/Imam Bukhari (w. 256 H) dan tertentu disesuaikan dengan
Muslim bin Hajjaj al-Naisaburi/Imam nama perawinya. Contoh, hadits-
Muslim (w. 261 H) hadits yang diriwayatkan Abu
Bakar dijadikan dalam satu bab.
Disusul kemudian riwayat Umar
bin Khatab, dst.

Anda mungkin juga menyukai