Anda di halaman 1dari 7

Nama : Muhammad Miftahul Maulana

NPM : 21801011118

1. Periode Tumbuh dan Pembentukan Qawaid Fiqiyah

Pada periode ini disebut masa pembentukan hukum ( 'asru risalah) atau 'asru tasyri'yakni
masa Nabi SAW, masa diturunkan Al-Qur’an dan penyampaian hadits-hadits, masa sahabat
atau masa khulafaau al-rasyidin, masa tabi'in serta tabi' tabi'in. Maka dengan demikian pada
periode ini dimulai masa diangkatknya Rasul SAW (bi'tsah Nabi) hingga masa pada awal
abad -4 H yakni pada masa keemasan fiqih.

Pada masa ini munculah kaidah hukum yang baik yang berasal dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Berkaitan dengan kaidah fiqih sebagaimana kita ketahui bersumber dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah kemudian diambil langsung. Maka sifat i’jaz yang disebutkan dalam Al-
Qur’an dan kemampuan dalam merangkai kata (jawami’ Al-Kamil) sebagai anugrah Nabi
SAW dalam Sunnahnya. Selanjutnya pada sumber hukum juga menjadi kriteria Qawaid Fiqh
yakni hukum yang banyak menerangkan masalah Furu’ yang mana hukum Qowaidul fiqhh
bersifat umum. Qowaid berasal dari nash yang langsung diambil maka disebut “al-taq'id bi
al-nash”

Adapun dalam Al-Qur’an yang menyatakan secara langsung dalam kaidah fiqihiyah beberapa
diantaranya adalah sebagai berikut:

‫وأحل هلال البيع وحرم الربوا تألكوا اموالمك بينمك ابلباطل وال مفن يعمل مثقال ذرة خراي يره ومن يعمل مثقال ذرة‬
‫رشا يره‬

Selanjutnya ada juga dinyatakan dalam hadits yakni contoh qawaid fiqhiyah secara
langsung yaitu antara lain:

‫اخلراج ابلضامن العجامء جرهحا جبار ال رضر وال رضار البينة عىل امدلعي والميين عىل من أنكر وما أسكر كرثيه‬
‫فقليلو حرام‬

Imam Ibnu Taimiyah menjelaskan berkaitan dengan hadits ini: kemampuan jawami’ al-
kalim diberikan kepada Rasulullah, menggabungkan semua membuat seseorang mabuk atau
yang menutup akal dan antara satu jenis dengan yang lainnya tidak dibedakan, atau apakah
dianya diminum atau dimakan maka tidak membedakannya pula. Pada BAB benda-benda
yang memabukkan dan hukumnya yang dirumuskan Nabi inilah yang merupakan kaidah
yang tegas.

Para fuqaha sahabat juga ditemukan atsar yang mana perkataan atau ungkapan-
ungkapannya dapat dikategorikan sebagai qawaid fiqh. Misalnya salah satu ungkapan yang
masyhur dari Umar bin Khattab yang diriwayatkan oleh al-Bukhari (w. 256 H) dalam
kitabnya Shahih al-Bukhari : ‫( مق==اطع الحق==وق عن==د الش==روط‬penerimaan hak berdasarkan kepada
syarat-syarat). Atsar Umar bin Khatab ra menjadi kaidah dalam masalah syarat. kemudian
atsar Ali bin Abi Tahlib r.a (wafat 40 H) yang diriwayatkan oleh Abdul Razaq (211 H) :
“orang yang membagi keuntungan tidak harus menanggung kerugian”.

Sebelum terbentuknya mazhab-mazhab fikih, pada periode tabiin juga ditemukan


beberapa qawaid fiqh, misalnya ungkapan Imam al-Qadhi Syuraih bin alHarits al-Kindi (76
H) dalam periwayatannya tentang syarat-syarat al-ja’liyah.

Berdasarkan Riwayat-riwayat yang disebutkan diatas dapat dipahami bahwa walaupun


fiqih belum ditulis pada masa Nabi, sahabat maupun tabiin namun qawaid fiqhiyah sudah ada
dan menjadi dasar terbentuknya qawaid fiqhiyah.

Selanjutnya setelah adanya penulisan fiqih maka perumusan dan pembentukan qowaid
fiqih mengalami tahapan perkembangan dan di tangan ulama-ulama besar fuqoha. Adapun
kitab paling tua tentang qowaid fiqh adalah karangan dari salah satu murid Abu Hanifah yang
tertua yang bernama Abu Yusuf Ya’qub bin Ibrahim al-Anshari dengan nama kitab “Al-
Kharaj”, adapun salah satu dalam kitan Al-kharaj tentang Qowaid fiqh adalah

‫التعزير إىل اإملام عىل قدر عظم اجلرم وصغره لك من مات من املسلمين ال وارث لو مفالو لبيت امالل ليس إلملام‬
‫أن خريج شيئا من يد أحد إال حبق اثبت معروف ليس أحلد أن حيدث مرجا يف مكل غريه و ال يتخذ فيو هرنا‬
‫وال برئا وال مزرعة إال إبذن صاحبو ولصاحبو أن حيدث ذكل لكو‬

Adapun beberapa kitab oleh Imam Muhammad bin Hasan al-Saybani (189 H) diantaranya
adalah kitabnya al-Ashl, yang merupakan sumber yang paling lama/tua. Pada kitab tersebut
diketahui bahwa beliau memasukkan ‘illat beberapa masalah dan banyak berupa kaedah
dalam ta’lil. Beberapa kaidah yang dirumuskan Dalam kitab alHujjah Imam al-Saybani
misalnya:
‫لك يشء كره ألكو و اإلنتفاع بو عىل وجو من الوجوه فرشاؤه وبيعو مكروه ولك يشء ال بأس ابالنتغاع من لو حق‬
‫فهو لو عىل حالو حىت يأتيو اليقين عىل خالف ذكل التحرى جيوز يف لك ما جازت فيو الرضورة‬

Ada juga dalam kitab yang menggandengkan furu’ dengan ushulnya yakni kitab al-
Umm karangan Imam Syafi'i (204 H) dimana dalam dhawabith fiqhiyah biasanya ushulnya
itu tidak keluar. Berikut diantara kaidah dalam al-umm yang ditulis imam syafi’i sebagai
berikut:

‫األعظم إذا سقط عن الناس سقط ما ىو أصغر منو الرخص ال يتعدى هبا مواضعها وال معل عام{{ل إمن{{ا ينس{{ب إى{{ل‬
‫ قد يباح يف لرضورة ما‬, ‫لك قولو ومعلو ال ينسب إىل ساكت قول قائل جيوز يف الرضورة ما ال جيوز يف غريىا‬
‫ لك ما أحل من محرم يف معىن ال حيل إال يف ذكل املعىن خاصة‬, ;‫ ال يباح يف غري الرضورات‬.

Berdasarkan kaidah-kaidah yang diuraikan diatas dapat di pahami bahwa:

a. Pada periode salaf bahwa Qowaidul fiqhiyah telah ada dan tertanam dalam pemikiran
ulama, meskipun belum disebut Qowaid fiqhiyah, akan tetapi ucapan lisan dari para
ulama di abad terakhir seperti qowaid fiqhiyah.
b. Ungkapan-ungkapan para ulama salaf (atsar) menjadi sarana atau jalan dalam usaha
bagi ulama mutaakhirin untuk mengumpulkan, merumuskan, menulis dan
mengembangkan qowaid fiqhiyah.

2. Periode Perkembangan dan Penulisan

Priode ini terjadi pada awal abad 4 H dimana kajian qowaid fiqhiyah menjadi cabang
ilmu sendiri kemudian berlangsung selama beberapa abad. Pada masa ini disebut sebagai
periode menurunnya perkembangan pengkajian fikih setelah melewati masa keemasan yang
sangat luar biasa. Pada periode ini para ulama lebih menfokuskan pada pemberian dalil,
menulis, mentarjih atau hukum-hukum ijtihadiyah dimanfaatkan dalam menetapkaqn hukum
baru dimana hukum ijtihadiyah tersebut sudah disebutkan ilat hukumnya. Kemudian
pengkajian fiqih berkembang dan meluas ketika para ahli mujtahid mentakhrij furu’ sehingga
memunculkan ilmu dan metode baru, sehingga terkadang dhawabith dan qawaid sebagai
metode-metode, terkadang juga berupa furu’, algaz dan sebagainya.
Selanjutnya dalam sejarah menyatakan bahwa ulama hanafiah merupakan yang
terlebih dahulu dan banyak merumuskanmasalah furu’ misalnya pembahasan masalah
pemberian furu’ olehImam Muhammad dalam kita al-Ashl dengan sangat banyak jumlahnya
sehingga penguasaanya sangat sulit.

Adapun ulama terdahulu pada abad ke-4 yang pertama mengumpulkan dan menyusun
qiwaid fighiyah berdasarkan susunan kitab fiqih adalah Imam Abu Thaher al-Dabbas , ia
mengumpulkan 17 qaidah dari mazhab abu hanifah dan dulu dikatakan bahwa setiap dimalam
hari beliau mengulang-ulang di masjidnya.

Pada abad ke-7, terjadi perkembangan ilmu meskipun kematangan belum tercapai,
kemudian ulama-ulama yang masyhur dan menulis di bidang ini yaitu Muhammad bin
Ibrahim al-Jajarmy al-Suhlaki (613 H) yang menulis kitab alQawaid fi Furu al-Syafi’iyah,
kemudian Imam Izzuddin bin Abd Salam (660 H) yang menulis kitab Qawaid al-Akam fi
Mashalih al-Anam. Adapun diantara ulama yang menulis dari mazhab maliki pada abad ini
adalah kitab dengan judul al-Muzhab fi Qawaid alMazhab yang ditulis Muhammad bin
Abdullah bin Rasyid al-Bakary al-Qafshi

Masa keemasan dianggap mulai terjadi pada Abad ke-8 dalam penulisan qawaid
fiqhiyah. Ulama-ulama syafi’iyah dapat mendahului ulama mazhab lain, adapun qawaid
fighiyah yang menjadi karya yang terkenal dan terpenting adalah:

 Kitab fi al-qawaid, mengacu pada kitab Ibnu Subki, karya Ibnu Mulaqqin (804 H)
 Asna al-Maqasid fi Tahrir al-Qawaid, karya Muhammad bin Muhammad al-Zubairi
(808 H)
 al-Qawaid al-Manzhumah, karya Ibnu al-Haim al-Maqdisi (815 H)
 Kitab al-Qawaid, karya Taqiyuddin al-Hishni (829 H)
 Nazhmu al-Dakhair fi al-Asybah wa al-Nazhair, karya Abdurrahman bin Ali al-
Maqdisi (876 H)
 al-Kulliyat al-Fiqhiyah wa al-Qawaid,karya Ibnu Ghazi alMaliki (901 H)
 al-Qawaid wa al-Dawabith, karya Ibnu Abdul Hadi (909 H).

Penulisan terus berlanjut dalam penulisan ilmu pada abad ke-10. Qawaid tersebar dalam
al-Alai, Al-Zarkasyi dan Al-Subki kemudian dikumpulkan dalam ‘Allamah al-Suyuthi (910
H) dengan menulis kitab al-Asyabah wa al-Nazhair. Begitu juga dalam Abu Hasan al-Zaqqaq
al-Tujibyi al-Maliki (912 H) misalnya dari kitab al-Qawaid karya al-Mamaqarra dan al-Furuq
karya al-Garafi dimana pengumpulannya dari kitab pendahulunya, selain itu ada juga kitab
yang mirip dengan alSuyuthi yang ditulis Ibnu Nujaim al-Hanafi (970 H) dengan judul al-
Asybah wa al-Nazhair.

Pada abad ke-11 dan abad seterusnya, perkembangan ilmu tidak terputus. Maka
berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan, pada periode kedua ini perkembangan
qawaid fighiyah lebih pada penulisan dan pengembangan yang hampir sempurna melalui
upaya yang berkesinambungan dalam beberapa abad

 Pada periode ini dicukupkan pada Penukilan yang dirumuskan ulama-ulama


sebelumya terhadap qowai d fiqhiyah yang dilakukan mayoritas ulama dalam
penulisan qawaid fiqhiyah, namun terdapat beberapa ulama yang memiliki kedalaman
ilmu dan termasyhur misalnya AL-Alai, Al-Subki dan Ibnu Wakil, yang mungkin ada
yang belum dibuat oleh ulama sebelumnya, kemudian dirumuskan qawaid pada
periode ini.
 Ulama-ulama fuqohah dari kalangan hanafiyah misalnya: al-Kasaniy, Jamaluddin
alHashiri, Qadhikhan, kemudian dari kalangan malikiyah ada, al-Qarafy, dan
kalangan syafi’iyah: al-Juwainiy dan al-Nawaiy. Qawaid fiqhiyah dibahas oleh ibnu
Qayyim dan Ibnu Tamimiyah dalam peletakkan i’illat suatu hukum dan mentarjih
pandangan-pandangan ulama menggandengkannya dengan furu’ dan hukum-hukum.
3. Periode Pemantapan Dan Sistematisasi

Sebagaimana diketahui dalam awal kemunculan qawaid fighiyah beredar pada


pernyataan lewat lisan oleh ulama-ulama terdahulu, baik dari kalangan tabiin ataupun ulama-
ulama mujtahid yang selanjutnya diriwayatkan oleh murid-muridnya atau pengikutnya hingga
menampakan identitas dalam penulisannya. Upaya selalu dilakukukan dalam merumuskan
qawaid meskipun masih terpisah-pisah dan tercampur dalam karya dan ilmu lain seperti Al-
Ghaz dan furuq, teradang juga tergabung pada qaidah ushuliyah.

Pada akhir abad ke-13, pada pemerintahan kesultanan al-Ghazi Abdul Aziz Khan al-
Usmani, Qawaid fiqhiyah mencapai puncak kemantapan, ketika itu qawaid fiqhiyah berhasil
dirumuskan dan kemudian dinamakan “al-Majallah al-Adliyah al-Usmaniyah”

Qawaid dilakukan penyaringan dan dipilih dari karya-karya besar dan sumber-sumber
islam dalam bidang qawaid fiqiyah seperti Majami' al-Haqaiq al-Khadimy, al-Asybah wa al-
Nazhair Ibnu Nujaim, para fuqohah berupaya dengan sangat baik dalam penulisannya yang
dipilih dan secara ringkas diungkapkan mirip seperti undang-undang yang sistematis. Adapun
pada Tahun 1286 kitab Al-Majallah diluncurkan sehingga lebih dikenal orang (qawaid
fiqiyah).

Pada masa kini penulisan qawaid fiqhiyah terbagi menjadi beberapa model, Ada model
tahqiq (studi) terhadap karya ulama terdahulu, ada yang merangkum qawaid fiqhyah dari
kitab-kitab fiqh, dan ada yang menyusun qawaid tersebut dengan urutan tertentu. Adapun
kitab yang sudah ditahqiq dari beberapa kitan qawaid adalah

 Ibnu Subki dengan karyanya al-Asybah wa al-Nazhair tahun 1411


 Ibnu Wakil denga karyanya al-Asybah wa al-Nazhair, tahun 1413
 Al-Hishni dengan karyanya al-Qawaid
 Al-Zarkasyi dengan karangannya Al-Mantsur fi al-qawaid
 Al-Maqarra dengan karyanya Al-Qawaid
 Al-Wansyarisiy dengan karyanya Idhah al-masalik, tahun 1400 H
 Ibnu Katib al-Dahsyah dengan karyanya Mukhtasar Min qawaid al-Alai wa kalam al-
Asnawi karya, tahun 1984
 Al-Ala-I dengan karyanya al-Majmu' al-Muzhab fi qawaid al-Mazab, tahun 1414
 Ibnu al-Manjur dengan karyanya Syarah al-manhaj al-Muntakhab ila Qawaid al-
Mazhab.

Adapun qawaid dari kitab fiqih yang dirangkum dalam penulisan modern adalah

 Qawaid Fiqh al-Maliki, yang dirangkum dalam karya Qadhi Abdul Wahab
yaitu al-Isyaraf 'ala Masail al-Khilaf, dirangkum oleh DR. Muhammad al-Ruki, tahun
1419.
 Al-Qawaid al-Fiqhyah pada Bab muamalah dan Ibadah, dirangkum dari al-Mugni
Ibnu Qudamah, oleh Abdullah Isa, 1409.
 al-Qawaid wa al-Dhawabith yang dirangkum dari al-Tahrir li al-Husairi oleh DR. Ali
Ahmad al-Nadawi, taun 1411.
 Dr. Nasir al-Miman dengan karyanya Al-qawaid wa al-Dhawabith al-fiqiyah 'Inda
Ibnu Taimiyah Fi Kitab Thaharah wa al-Shalah, tahun 1416.

Adapun kitab-kitab yang didalamnya Qawaid yang disusun ulang adalah antara lain:
 Qawaid Fiqh, karya syeikh Amim Al-Ihsan Al-Mujaddidiy Al-Barkatiy, yang
menyusun menurut huruf hijaiyah dan mengampulkan 26 Kaedah, tahun 1407 H.
 Mausu'ah al-Qawaid al-Fiqhiyah, karangan DR. Sidqi al-Burnu, tahun 1419.
 Jamharah al-qawaid al-Fiqhiyah, karangan Ali al-Nadawi.
 Qaidah al-Yaqin la Yazulu bi al-Syak karangan Ya'qub alBahusain tahun 1416

Adapun kitab-kitab yang menjelaskan dari segi sejarah qawaid fiqhiyah yang menjadi
fokusnya adalah

 Al-Qawaid al-Fiqihiyah: Dirasah Muaallafatuha, Nasyaatuha, Adillatua, Tathbiquha,


Muhimmatuha, oleh Dr. Ali Ahmad al-Nadwi.
 al-Qawaid al-Fiqhiyah: al-Muqawamat, al-Mabadi’, alMasadir, al-Tatawur, al-
Daliliyah, oleh Ya'qub al-Bahusain, tahun 1418.
 al-Wajiz fi Idhah al-Qawaid al-Kulliyah yang dikarang Dr. Muhammad Sidqi al-
Burnu tahun 1404.
 al-Qawaid al-Kubra yang dikarang Dr. Abdullah al-'Ajlan tahun 1416 H.

Anda mungkin juga menyukai