Anda di halaman 1dari 5

HADIST AHKAM

“UJIAN TENGAH SEMESTER’’

NAMA : Muhammad Alimanhakim B. Mohd Shukri

NIM :12120315190
Jurusan : Perbandingan Mazhab Dan Hukum
Lokal : 5B
Matkul : Hadist Ahkam
Dosen : Dr.H. Zul Ikromi, Lc.,M.Sy.
SOALAN

1. Uraikan tentang urgensitas hadis ahkam !


urgensi mempelajari dan memasyarakatkan hadis ahkam dalam arti mengajarkannya
secara meluas kepada seluruh umat Islam. Hadis sedemikian sangat penting karena ia
merupakan perkataan, perbuatan, dan persetujuan Nabi Muhammad saw. yang menjadi
sumber hukum kedua setelah al-Qur`an. Dalam hubungan ini, diangkat di samping
pengertian hadis itu sendiri, juga diangkat nama-nama lain atau sinonim hadis dan dalil
ayat dan hadis yang menjadi dasar pentingnya mempelajari dan mengajarkan atau
memasyarakatkan hadis.

2. Jelaskan sumber hukum syariat!

I. Al-Qur'an :
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tulisannya berbahasa Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril.
Al Quran juga merupakan hujjah atau argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad
SAW dalam menyampaikan risalah kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia
serta hukum-hukum yang wajib dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan
kebahagian hidup di dunia dan akhirat serta untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT.

II. Hadits :
Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai
pemberi keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru
yang ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum yang ditetapkan
oleh Rasulullah Muhammad SAW ada kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah
SWT, dan adakalanya berasal dari ijtihad.

III. Ijma :
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al Quran dan sunah
Rasul. Dalam moraref atau portal akademik Kementerian Agama bertajuk
Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam
dan Relevansinya dengan perkembangan Hukum Islam Dewasa Ini karya Sitty
Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu metode dalam menetapkan hukum atas
segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-Quran dan Sunnah.
Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era globalisasi
dan teknologi modern.
IV. Qiyas :
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah bentuk
sistematis dan yang telah berkembang fari ra'yu yang memainkan peran yang amat
penting. Sebelumnya dalam kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas
menduduki tempat terakhir karena ia memandang qiyas lebih lemah dari pada
ijma.

3. Jelaskan motif ditulisnya kitab fiqih bulughul maram !

Bulughul Maram atau Bulugh al-Maram min Adillat al-Ahkam, disusun oleh Al-
Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani (773 H - 852 H). Kitab ini merupakan kitab hadis tematik
yang memuat hadis-hadis yang dijadikan sumber pengambilan hukum fikih (istinbath) oleh
para ahli fikih. Kitab ini termasuk kitab fikih yang menerima pengakuan global dan juga
banyak diterjemahkan di seluruh dunia.
Kitab Bulughul Maram memuat 1.358 buah hadis. Di setiap akhir hadis yang dimuat
dalam Bulughul Maram, Ibnu Hajar menyebutkan siapa perawi hadis asalnya. Bulughul
Maram memasukkan hadis-hadis yang berasal dari sumber-sumber utama seperti Sahih al-
Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa'i, Sunan Ibnu
Majah, dan Musnad Ahmad dan selainnya.
Kitab Bulughul Maram memiliki keutamaan yang istimewa karena seluruh hadis yang
termuat di dalamnya kemudian menjadi fondasi landasan fikih dalam mazhab Syafi'i. Selain
menyebutkan asal muasal hadis-hadis yang termuat di dalamnya, penyusun juga memasukkan
perbandingan antara beberapa riwayat hadis lainnya yang datang dari jalur yang lain. Karena
keistimewaannya ini, Bulughul Maram hingga kini tetap menjadi kitab rujukan hadis yang
dipakai secara luas tanpa mempedulikan mazhab fikihnya. Bulughul Maram adalah kitab
hadis yang ringkas. Di dalamnya termuat hukum-hukum fiqih. Kitab ini pada dasarnya
ditunjukan sebagai tuntunan praktis dalam kehidupan umat Islam sehari-hari. Sesuai
namanya, bahasan kitab ini tidak jauh dari masalah taharah, shalat, jenazah, zakat, puasa,
haji, jual beli, nikah, rujuk, jinayah, jihad, makanan, sumpah dan nazar, peradilan, dan
pembebasan budak.
Keinginan penulis kitab ini untuk mempermudah para pembaca tercermin dari sistem
pengutipan hadisnya. Hadis-hadis yang ada dalam Bulughul Maram semua ditulis dengan
sangat ringkas, tanpa menyertakan sanad (mata rantai) hadis, kecuali sanad yang sampai
kepada sahabat dan makharrij al-hadis (yang mengeluarkan hadis). Pegecualian ini ditujukan
untuk mempermudah pengecekan hadis dalam kitab ini.

4. Sebutkan kitab-kitab syarah bulughul maram baik yg klasik maupun masa terkini!
a) Subulus salam karya Muhammad bin Ismail al-Amir ash-Shan’ani.
b) Ibanatul Ahkam, karya Abu Abdullah bin Abdus Salam Allusy
c) Tuhfatul Ayyam fii Fawaid Bulughil Maram, karya Samy bin Muhammad
d) Minhatul ‘Allam, karya 'Abdullah bin Shalih Fauzan
e) Syarah Bulughil Maram, karya Athiyyah Muhammad Salim

5. Uraikan seputar karya tulis tentang hadis-hadis hukum!

Berdasarkan soalan diatas, saya memilih karya tulis tentang hadis-hadis


hukum daripada Abu Abdirrahman Muhammad Nashiruddin bin Nuh Najati bin
Adam al-Alban atau dikenali dengan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani.
Beliau seorang lulusan lembaga pendidikan ilmu-ilmu syari’at di ibukota negara
dinasti Utsmaniyah (Istambul). Ketekunan terhadap ilmu hadits menyebabkan Syaikh
Muhammad Nashiruddin al-Albani tidak mau terikat dengan mazhab tertentu.Bahkan
secara prinsip Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani terikat dengan 4 mazhab
sekaligus yaitu dalam hal penyandaran hukum dengan menyandarkan semua syariat
kepada al-Qur'an dan as-Sunnah (hadits) dengan dibimbing pemahaman para
Salafusshalih (para Sahabat Nabi).
Beberapa karya Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani diantaranya yang
popular adalah:
Silsilah al-Ahaadits ash-Shahihah wa Syai'un min Fiqiha wa Fawaaidiha (16
jilid), karya ini berisikan studi ilmiah terhadap hadits-hadits Nabi Saw untuk
dinyatakan shahih sesuai dengan kaidah musthalah hadits yang telah disepakati ulama
ahli hadits sepanjang zaman. Berdasarkan penomoran terakhir dari kitab itu, jumlah
hadits yang tertera adalah 4.035 buah.
Irwa'ul Ghalil (8 jilid), kitab ini berisikan takhrij atas hadits-hadits dalam kitab
Manarus Sabil. Berdasarkan penomoran hadits di jilid terakhir, jumlah haditsnya
sebanyak 2.707 buah.
Shahih dan Dha'if Jami' ash-Shaghir wa Ziyadat ihi, kedua kitab ini berisikan
hadits-hadits yang dikumpulkan as-Suyuthi lalu Syaikh Muhammad Nashiruddin al-
Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadits dengan hukum yang sesuai,
apakah shahih ataukah dha’if. Tercatat, yang shahih berjumlah 8.202 hadits dan yang
tidak shahih berjumlah 6.452 hadits.
Shahih Sunan Abu Dawud dan Dha’if Sunan Abu Dawud, kedua kitab ini
berisikan hadits-hadits yang dikumpulkan oleh Imam Abu Dawud lalu
SyaikhMuhammad Nashiruddin al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap
hadits dengan hukum yang sesuai, apakah shahih ataukah dha’if atau yang lainnya,
dengan total jumlah hadits sebanyak 5.274 buah.

6. Jelaskan maksud ungkapan:

‫إذا صح الحديث فهو مذهبي‬

'Apabila suatu hadis shahih, maka itulah mazhabku'.

SyekhTaqiyuddin as-Subuki dalam kitab Ma’na Qaul al-Imam al-Muthallib menyatakan


bahwa Imam Syafi’i memiliki tiga keunggulan penting yang terangkum dalam ucapannya di
atas.

Pertama :, Imam Syafi’i sangat terbuka dalam menerima Hadits dari mana pun berasal, baik
dari riwayat hadits ulama dataran Hijaz (mencakup Makkah, Madinah, dan sekitarnya)
maupun dari daerah Syam (mencakup Lebanon, Palestina, Yordania, dan Syiria), daerah Iraq,
daerah Mesir dan daerah lainnya). Hal ini tentu berbeda dengan sebagian besar ulama mazhab
Maliki yang hanya mengambil riwayat hadits dari ulama dataran Hijaz dan menolak sebagian
besar riwayat hadits dari ulama daerah Iraq.
Kedua,: Imam Syafi’i sangat terbuka dalam mengambil dalil hadits meskipun berderajat
Ahad (diriwayatkan oleh sedikit perawi hadits) asalkan memiliki derajat shahih (kuat dan
dapat dipercaya secara riwayat hadits). Hal ini tentu berbeda dari dua mazhab pendahulunya
yang memiliki persyaratan ketat dalam menerima hadits shahih misal Imam Malik yang
menolak beberapa riwayat hadits shahih ketika bertentangan dengan perilaku penduduk
Madinah (A’mal Ahli Madinah) dan Imam Abu Hanifah yang menolak riwayat hadits shahih
ketika perawi hadits tidak memenuhi kriteria yang ia rumuskan.
Ketiga :, Imam Syafi’i menerima untuk mengubah hasil ijtihadnya asalkan hadits shahih
yang dihaturkan kepadanya tidak memiliki kelemahan seperti misal hadits shahih tersebut
telah di-naskh (dicabut ketetapan muatan hukumnya), adanya ta’wil, dan sejenisnya.

Anda mungkin juga menyukai