Anda di halaman 1dari 13

Institut Agama Islam Negeri

Palangka Raya
Sekilas Sejarah Qawa’id al-Fiqhiyah

Tidak jelas siapa pembentuk pertama kaidah


fiqh. Namun di kalangan ulama kaidah fiqh, Abu
Thahir al-Dibasi al-Hanafi (akhir abad 3 dan awal
abad 4 Hijriyah) telah kumpulkan 17 kaidah.
Kemudian Abu Sa’id al-Harawi asy-Syafi’I
mengunjungi Abu Thahir dan mencatat kaidah tsb.
100 tahun kemudian, Abu Hasan al-Karkhi
menambah kaidah dari Abu Thahir sehingga
menjadi 37 kaidah.
Pada masa ini, kitab-kitab tafsir, hadis, ushul
fiqh, fiqh sudah berkembang.
Qawa>‘id al-fiqhi>yah walau baru ditulis dan
dibukukan abad ke-4 H, tetapi kehadiran
wujudnya telah ada sejak adanya Islam, terlebih
lagi kaidah-kaidah asasiy> ah yang langsung
memiliki dasar hukum yang kuat. Ini terlihat dari
banyaknya ayat-ayat al-Quran yang mengandung
kaidah-kaidah yang kemudian disusun dan
dirumuskan sehingga menjadi suatu pedoman
seperti dikenal saat ini. Begitu juga kumpulan
kata-kata yang diucapkan Nabi (Hadis) sekalipun
dengan bahasa dan kata-kata yang ringkas tetapi
mengandung berbagai makna. Inilah yang
kemudian mendorong timbulnya qawa‘> id fiqhi>yah
Proses Pembentukan Qawa’id al-Fiqhiyah

1. Dari al-Qur’an dan Hadis sebagai


sumber hukum Islam;
2. Muncul Ushul Fiqh sebagai
metodologi penetapan hukum Islam
yang berpola Deduktif
3. Lahirlah Fiqh-fiqh sebagai Produk.
4. Para ulama meneliti (induktif,
kelompokkan tema-tema serupa
dan disimpulkan), jadilah ia sebagai
Kaidah Fiqh.
5. Kaidah-kaidah fiqh dikritisi kembali
melalui ayat dan hadis, terutama
tentang sesuai atau tidaknya;
6. Jika sesuai, baru kaidah kaidah fiqh
menjadi kaidah yang mapan.
7. Kaidah yang mapan digunakan
untuk menanggapi dan mengkaji
persoalan di masyarakat, baik
perdata, pidana, politik, sosial,
budaya yang kemudian
memunculkan fiqh yang baru.
8. Secara praktis, kaidah-kaidah fiqh
digunakan untuk menjawab
persoalan-persoalan baru di bidang
fiqh, bahkan Turki Usmani di dalam
Majallatul Ahkam menggunakan 99
kaidah ketika menyusun undang-
undang akad muamalah yang
berjumlah 1851 pasal;
9. Kitab-kitab kaidah fiqh di berbagai
mazhab pun bermunculan.
Penegasan tentang Kedudukan Kaidah

1. Jika kaidah sesuai dengan hadis, maka hadis


itu menjadi kaidah di kalangan ulama, contoh
(‫)اﻟﺑﯾّﻧﺔ ﻋﻠﻰ اﻟﻣ ّدﻋﻰ واﻟﯾﻣﯾن ﻋﻠﻰ ﻣن أﻧﻛر‬
“menghadirkan bukti bagi penggugat dan
bersumpah bagi tergugat” (H.R. Imam
Muslim).
Penegasan tentang Kedudukan Kaidah
2. Jika kaidah dirujuk kepada pemahaman nash,
maka substansi pemahaman itulah yang jadi
kaidah. Contoh:
 Hadis Nabi (‫ رواه اﻟﺣﺎﻛم‬.‫)ﻻﺿرر وﻻ ﺿرار‬
“jangan memudaratkan dan jangan pula
dimudaratkan”. Dari Hadis ini lahir Kaidah Fiqh
(‫ “ )اﻟﺿرر ﯾزال‬kemudaratan itu harus
dihilangkan”.
 Hadis Nabi (‫)إﻧﻣﺎ اﻷﻋﻣﺎل ﺑﺎﻟﻧﯾﺎت‬, muncul kaidah
(‫)اﻷﻣور ﺑﻣﻘﺎﺻدھﺎ‬
Kitab-kitab Qawa’id al-Fiqhiyah

1. Mazhab Hanafi, di antaranya al-Asybah wa


an-Nazhair ditulisn Ibn Nuzaim (w. 970H) 25
kaidah. Kitab Majallatul Ahkam al-’Adliyah,
Turki Usmani 99 kaidah;
2. Mazhab Maliki, di antaranya al-Furuq ditulis
oleh Imam al-Qurafi (w. 684 H) 548 kaidah.
Idhah al-masalik ila Qawa’id Imam Malik
ditulis al-Winsyarisi (w. 914 H) 118 kaidah.
Kitab-kitab Qawa’id al-Fiqhiyah

3. Mazhab Syafi’i, di antaranya Qawa’id al-


Ahkam ila Mashalihil Anam, ditulis Izzuddin
bin Abd. Salam (577-660 H), gelar sulthan al-
ulama. Hukum wajib, sunnat dan mubah
masuk kategori mashlahat, sementara haram
dan makruh masuk kategori mafsadah.
al-Asybah wa an-Nazhair ditulis Imam as-
Sayuthi (w. 911 H), gelar Jalaluddin. Berisi 5
kaidah asasiyah dan kaidah-kaidah lainnya
serta termasuk 20 kaidah yang diperselisihkan.
Kitab-kitab Qawa’id al-Fiqhiyah

3. Mazhab Hanbali, di antaranya al-Qawa’id al-


Fiqhiyah, ditulis Ibn Qadhi al-Jabal (w. 771 H).
Kitab Taqrir al-Qawa’id wa Tahrir al-Fawa’id
ditulis Ibn Rajab sebanyak 160 kaidah.
4. Zaman sekarang: al-Qawa’id al-Fiqhiyah ditulis
Ali Ahmad an-Nadwi. Syarh al-Qawa’id al-
Fiqhiyah ditulis Syekh Ahmad az-Zarqa. Al-
Wajiz fi Idhah al-Qawa’id al-Fiqh al-Kulliyah
ditulis M. Shiddiqy al-Burnu dan buku-buku
Kaidah Fiqh yang ditulis ke dalam bahasa
Indonesia.
Tujuan Mempelajari Qawaid Fiqhiyah
1. Dapat mengetahui prinsip-prinsip (asas-asas) umum
fiqh. Kaidah ini berkaitan dengan materi fiqh yang
banyak sekali jumlahnya.
2. Mengetahui benang merah yang mewarnai fiqh dan
menjadi titik temu dari masalah-masalah fiqh;
3. Lebih mudah menetapkan hukum bagi masalah-
masalah yang dihadapi.
4. Akan lebih arif dalam menerapkan materi-materi
dalam waktu dan tempat yang berbeda, untuk
keadaan dan adat yang berbeda.
5. Meskipun kaidah-kaidah fiqh merupakan teori-teori
fiqh yang diciptakan oleh Ulama, pada dasarnya
kaidah fiqh yang sudah mapan sebenarnya
mengikuti al-Qur’an dan al-Sunnah, meskipun
dengan cara yang tidak langsung
6. Mempermudah dalam menguasai materi hukum.
7. Membantu menjaga dan menguasai persoalan-
persoalan yang banyak diperdebatkan.
8. Mendidik orang yang berbakat fiqh dalam
melakukan analogi (ilhaq) dan takhrij untuk
memahami permasalahan-permasalahan baru.
9. Mempermudah orang yang berbakat fiqh dalam
mengikuti (memahami) bagian-bagian hukum
dengan mengeluarkannya dari tema yang berbeda-
beda serta meringkasnya dalam satu topik.

Anda mungkin juga menyukai