Anda di halaman 1dari 9

USHUL FIQH &

QAWAID AL-FIQHIYYAH
 Muadz bin Jabal diutus oleh Rasulullah SAW ke wilayah Yaman. Di
sana ia bertugas sebagai penguasa, hakim agung, sekaligus menjadi
pengajar dan pengumpul zakat.

Nabi berkata kepada Muadz: “Bagaimana engkau bersikap jika


diajukan kepadamu permintaan menetapkan hukum?”. Muadz pun
menjawab: “Aku memutuskan berdasarkan Kitabullah,”.

Nabi bertanya lagi: “Kalau engkau tak temukan dalam


Kitabullah?”. Muadz menjawab “Dengan sunah Rasulullah,”. Nabi
kembali bertanya: “jika tidak engkau temukan di dalam
Sunnahku?” Muadz dengan tegas menjawab: “Aku mencurahkan
daya sekuat mungkin/berijtihad,”.

Mendengar jawaban mantap seperti itu dari Muadz, Nabi kemudian


bersabda “Segala puji bagi Allah yang telah memberi petunjuk
kepada utusan Rasulullah menuju apa yang diridhai oleh
PENGERTIAN USHUL FIQH
1. Secara bahasa kata Ushul adalah bentuk jamak dari kata “ashl” berarti
sesuatu yang dijadikan dasar bagi yang lain. Maka Ushul Fiqh berarti
sesuatu yang dijadikan dasar bagi fiqh.
2. A. menurut istilah “ashl” dapat berarti dalil.
‫ وآتوا الزكاة‬: ‫أصل وجوب الزكاة الكتاب أي دليل وجوب الزكاة القرآن‬
“Ashl bagi diwajibkan zakat, yaitu Al Kitab; Allah berfirman: dan
Tunaikanlah zakat!” (Abu Hamid Hakim)
B. Menurut istilah berarti kaidah atau asas yang berlaku universal
“‫إباحة الميتة للمضطر خالف األصل أي مخالف للقاعدة الكلية ”كل ميتة حرام‬
“Kebolehan makan bangkai karena terpaksa adalah penyimpangan
dari ashl, yakni dari aturan ketentuan umum, yaitu setiap bangkai adalah
haram.”

dapat diketahui bahwa Ushul Fiqh sebagai rangkaian dari dua


kata, berarti dalil-dalil bagi fiqh dan kaidah atau aturan
Adapun Fiqh menurut bahasa berarti faham. Sedangkan menurut
istilah:
‫العلم باألحكام الشرعية العملية من أدلتها التفصيلية‬
“Ilmu tentang hukum-hukum syara mengenai perbuatan dari dalil-
dalilnya yang terperinci”. (Sayyid al-Jurjaniy)
‫مجموعة األحكام الشرعية المستفادة من أدلتها التفصيلية‬
Kumpulan hukum-hukum syara‟ mengenai perbuatan dari dalil-
dalilnya yang terperinci.
Contoh: shalat hukumnya “wajib”, dalilnya :
”dirikanlah shalat“ )77 ‫أقيموا الصالة (النساء‬
Sedangkan definisi Ushul Fiqh :
‫العلم بالقواعد والبحوث التي ترسم المناهج إلستنباط األحكام العملية من أدلتها التفصيلية‬
Ilmu tentang qa‟idah-qa‟idah yang menggariskan jalan-jalan untuk
memperoleh hukum-hukum syara‟ mengenai perbuatan dari dalil-
dalilnya yang terperinci.
PERBEDAAN FIQH DAN USHUL FIQH
 Dari uraian diatas terlihat perbedaan yang nyata
antara ilmu fiqh dan ilmu ushul fiqh. kalau Ilmu
fiqh berbicara tentang hukum dari sesuatu
perbuatan. contoh: Hukum shalat wajib
 maka ilmu ushul fiqh bicara tentang metode dan
proses bagaimana menemukan hukum itu
sendiri. Contoh : mencari hukumnya di dalam
Alquran, ‫أقيموا الصالة‬. “dirikanlah shalat”. Adanya
perintah untuk mendirikan shalat. Perintah
bermakna wajib. ‫ األصل في األمر للوجوب‬Jadi shalat
hukumnya wajib.
OBJEK PEMBAHASAN USHUL FIQH

1. Sumber dan dalil hukum dengan berbagai


permasalahannya.
2. Bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil
hukum tersebut.
3. Metode atau cara penggalian hukum dari
sumber dan dalilnya.
4. Syarat – syarat orang yang berwenang
melakukan istinbat (mujtahid) dengan berbagai
permasalahannya.
TUJUAN BELAJAR USHUL FIQH
1. Dengan mempelajari Ushul Fiqh akan memungkinkan untuk
mengetahui dasar-dasar para mujtahid masa silam memformat
bangunan dari pendapat fiqhinya. Dengan demikian, akan
dimengerti betul secara mendalam, sehingga dengan itu bisa
diketahui sejauh mana kebenaran pendapat-pendapat fiqhi yang
berkembang di Dunia Islam
2. Dengan studi Ushul Fiqh seseorang akan memperoleh kemampuan
untuk untuk memahami ayat-ayat hukum dalam Al-Qur‟an dan
hadist-hadist hukum dalam sunnah Rasulullah, kemudian
mengistinbatkan hukum dari dua sumber tersebut. Dalam Ushul
Fiqh, seseorang akan memperoleh pengetahuan bagaimana cara
mengembangkannya dari kedua sumber ajaran itu
3. Sebagai acuan dalam menentukan dan menetapkan hukum syarak
melalui metode yang dikembangkan oleh para mujtahid, sehinggga
dapat memecahkan berbagai persoalan baru yang muncul.
SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU USHUL FIQH
 Pertama: periode ushul fiqh sebelum dibukukan meliputi masa sahabat, masa tabi’in, dan
mujtahid sebelum imam Syafi’I, Sumber hukum pada masa sahabat meliputi al-Qur’an dan
Hadits tetapi di tambah dengan ijtihad sahabat. Kemudian masa tabi’in, tabi’ al-tabi’in serta
imam-imam mujtahid (abad ke-2 dan ke-3 H). Pada masa ini, istinbat sudah mengalami
perluasan dikarenakan banyaknya kejadian yang muncul akibat bertambah meluasnya
wilayah kekuasaan Islam, sumber hukum yang digunakan meliputi al-Qur’an, sunah
Rasulullah, fatwa sahabat, ijma’, qiyas, dan maslahah mursalah, masa sebelum imam
Syafi’I di kenal dua tokoh utama yaitu: pertama Imam Abu Hanifah al-Nu’man (w. 150 H),
dasar istinbatnya secara berurutan menggunakan al-Qur’an sunah, fatwa sahabat dan
pendapat yang disepakati oleh para sahabat. Kedua, Imam Imam Malik bin Anas, selain Al-
Qur’an dan Hadits ia menggunakan praktik ahli Madinah. Imam Malik seperti halnya Imam
Abu Hanifah tidak meninggalkan karyanya dalam bidang ushul fiqh.

 Kedua:periode pembukuan ushul fiqh. Ilmu ushul fiqh tumbuh pada abad kedua hijrah yang
dilatarbelakangi oleh perdebatan sengit antara ahlul hadis dan ahlu al-ra’yi. Penghujung
abad kedua dan awal abad ketiga hijrah muncul Muhammad bin Idris al-Syafi’I (150 H –
204 H), yang membukukan ilmu ushul fiqh dengan karyanya yang bernama al-Risalah.
Masa pembukuan ini berbarengan dengan masa keemasan Islam yang dimulai dari masa
Harun al-Rasyid(145 H – 193 H ), Menurut Abdul Wahab Khallaf, beliau menyimpulkan
bahwa ilmu ushul fiqh berkembang menjadi besar setelah mencapai perjalanan 200 tahun.
ALIRAN-ALIRAN USHUL FIQH
a. Jumhur ulama disebut juga aliran Syafi’iyah, mutakallimin, Perintisnya adalah Imam Syafi’I.
Metode pembahasannya didasarkan oleh logika yang bersifat rasional dan pembuktiannya oleh
kaidah-kaidah yang ada. Fokusnya diarahkan kepada apa yang dianggap rasional dan terdapat dalil
baginya. Dengan demikian, dapat disimpulkan pembahasan ushul fiqh aliran jumhur ini bersifat
teoritis tanpa disertai contoh dan bersifat murni karena tidak mengacu kepada mazhab fiqh tertentu
yang sudah ada.

b. Hanafiyah (ahnaf) atau fuqaha.


Dicetuskan oleh Imam Abu Hanifah, disebut juga dengan aliran fuqaha (ahli fiqh). Dalam
merumuskan kaidah ushul fiqh, mereka berpedoman kepada pendapat fiqh Abu Hanifah dan
pendapat para muridnya serta melengkapinya dengan contoh-contoh. Cara yang digunakan dengan
istiqra’(induksi) terhadap pendapat-pendapat imam sebelumnya. Metode yang dipakai oleh aliran
Hanafiyah ini dalam menyusun kaidah-kaidah ditempuh berdasarkan asumsi bahwa para imamnya
terdahulu telah menyandarkan ijtihadnya pada kaidah-kaidah ini atau bahasan-bahasan ushuliyah
ini. Jadi, semata-mata perhatian mereka itu tertuju kepada masalah ushul fiqh para Imamnya yang
diambil dari masalah-masalah furu’ dalam melakukan istinbat.

c. Campuran ialah gabungan antara metode Mutakallimin dan metode Hanafiyah. Metode yang
ditempuh yaitu dengan cara mengkombinasikan antara kedua aliran diatas. Mereka memperhatikan
kaidah-kaidah ushuliyah dan mengemukakan dalil-dalil atas kaidah ini juga memperhatikan
penerapannyaterhadap masalah fiqh far’iyah dan relevansinya dengan kaidah-kaidah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai