QAWAID AL-FIQHIYYAH
Muadz bin Jabal diutus oleh Rasulullah SAW ke wilayah Yaman. Di
sana ia bertugas sebagai penguasa, hakim agung, sekaligus menjadi
pengajar dan pengumpul zakat.
Kedua:periode pembukuan ushul fiqh. Ilmu ushul fiqh tumbuh pada abad kedua hijrah yang
dilatarbelakangi oleh perdebatan sengit antara ahlul hadis dan ahlu al-ra’yi. Penghujung
abad kedua dan awal abad ketiga hijrah muncul Muhammad bin Idris al-Syafi’I (150 H –
204 H), yang membukukan ilmu ushul fiqh dengan karyanya yang bernama al-Risalah.
Masa pembukuan ini berbarengan dengan masa keemasan Islam yang dimulai dari masa
Harun al-Rasyid(145 H – 193 H ), Menurut Abdul Wahab Khallaf, beliau menyimpulkan
bahwa ilmu ushul fiqh berkembang menjadi besar setelah mencapai perjalanan 200 tahun.
ALIRAN-ALIRAN USHUL FIQH
a. Jumhur ulama disebut juga aliran Syafi’iyah, mutakallimin, Perintisnya adalah Imam Syafi’I.
Metode pembahasannya didasarkan oleh logika yang bersifat rasional dan pembuktiannya oleh
kaidah-kaidah yang ada. Fokusnya diarahkan kepada apa yang dianggap rasional dan terdapat dalil
baginya. Dengan demikian, dapat disimpulkan pembahasan ushul fiqh aliran jumhur ini bersifat
teoritis tanpa disertai contoh dan bersifat murni karena tidak mengacu kepada mazhab fiqh tertentu
yang sudah ada.
c. Campuran ialah gabungan antara metode Mutakallimin dan metode Hanafiyah. Metode yang
ditempuh yaitu dengan cara mengkombinasikan antara kedua aliran diatas. Mereka memperhatikan
kaidah-kaidah ushuliyah dan mengemukakan dalil-dalil atas kaidah ini juga memperhatikan
penerapannyaterhadap masalah fiqh far’iyah dan relevansinya dengan kaidah-kaidah tersebut.