NIM : 2020010101183 Prodi/Kelas : PAI/E 1. Pengertian Ilmu Ushul Fikih Pembahasan pengertian ilmu ushul fiqh, perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian dua kata yang membentuknya, yaitu kata ushul dan fiqh. Kata ushul ()أصول, dilihat dari aspek bahasa berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak (plural) dari kata ) (أصلyang mengandung arti: مابني علىه غيره, artinya: sesuatu yang dijadikan sandaran oleh sesuatu yang lain seperti kalimat dalam bahasa Arab: • ْ َأ َّ ص ُل ال ش َج َرة : Sandaran pohon, kata ashal di sini berarti akar. • ص ُل ا ْلبَيْت ْ َأ : Sandaran rumah, kata ashal di sini berarti pondasi. Adapun kata fiqh berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk masdar dari ُ ا ْلفَ ْه ُم ا ْلعَم ْي ُق الَّذى يَتَعَ َّرartinya “pemahaman akar kata ف ْقها, ُيَ ْفقَه, فَقهsecara bahasa, ف mendalam yang dapat menangkap tentang asal, tujuan ucapan, dan perbuatan”. Adapun menurut istilah kata fiqh adalah ilmu halal dan haram, ilmu syariat dan hukum sebagaimana dikemukakan oleh Al-Kassani. Namun yang lebih kuat dan populer adalah definisi yang dikemukakan oleh Imam Syafi'i, sebagaimana dikutip oleh Imam Subki dalam kitab Jam'u al-Jawami' yaitu ilmu fiqh di definisikan sebagai “mengetahui dalil-dalil fiqh secara global dan mengetahui bagaimana cara istifadah (memanfaatkan dan mengambil faedah) dari dalil tersebut, serta mengetahui siapa yang pantas untuk menggunakan dalil. Berdasarkan penjelasan di atas maka ilmu ushul fikih merupakan yang mengkaji tentang dalil fikih berupa kaidah untuk mengetahui cara pengguaannya, mengetahui keadaan orang yang menggunakannya (muttahid) dengan tujuan mengeluarkan hukum amali ( perbuatan) dari dalil dalil secara terperinci dan jelas . 2. Objek Kajian Ushul Fikih Telah diketahui bahwa ushul fiqh berbeda dengan fiqh. Dengan demikian, yang menjadi objek pembahasan keduanya juga berbeda. Objek pembahasan fiqh adalah perbuatan mukalaf (Islam, baligh, dan berakal), ditinjau dari hukum syara' (wajib, haram, dan mubah). Maka seorang faqih akan membahas tentang hukum jual beli mukalaf, puasanya, salatnya, hajinya, pencuriannya, dan sewa-menyewanya. Adapun yang menjadi objek pembahasan ilmu ushul fiqh ialah tentang dalil yang masih bersifat umum dilihat dari ketetapan hukum yang umum pula. Dari objek pembahasan ini akan dibahas tentang macam-macam dalil, syarat dan rukunnya, tingkatannya serta kehujahannya. 3. Sejarah Ilmu Ushul Fikih ada mulanya, para ulama terlebih dahulu menyusun ilmu fikih sesuai dengan Alquran, hadis, dan ijtihad para Sahabat. Setelah Islam semakin berkembang, dan mulai banyak negara yang masuk kedalam daulah Islamiyah, maka semakin banyak kebudayaan yang masuk, dan menimbulkan pertanyaan mengenai budaya baru ini yang tidak ada pada zaman Rosulullah. Maka para Ulama ahli Usul Fiqh menyusun kaidah sesuai dengan gramatika bahasa Arab dan sesuai dengan dalil yang digunakan oleh Ulama penyusun ilmu fikih. Usaha pertama dilakukan oleh Imam Syafi'i dalam kitabnya Arrisalah. Dalam kitab ini ia membicarakan tentang Alquran, kedudukan hadis, ijma, qiyas, dan pokok-pokok peraturan mengambil hukum. Usaha Imam Syafi'i ini merupakan batu pertama dari ilmu ushul fiqih yang kemudian dilanjutkan oleh para ahli ushul fiqih sesudahnya. Para ulama ushul fiqih dalam pembahasannya mengenai ushul fiqih tidak selalu sama, baik tentang istilah-istilah maupun tentang jalan pembicaraannya. Karena itu maka terdapat dua golongan yaitu; golongan Mutakallimin dan golongan Hanafiyah. Golongan Mutakallimin dalam pembahasannya selalu mengikuti cara- cara yang lazim digunakan dalam ilmu kalam, yaitu dengan memakai akal- pikiran dan alasan-alasan yang kuat dalam menetapkan peraturan-peraturan pokok (ushul), tanpa memperhatikan apakah peraturan-peraturan tersebut sesuai dengan persoalan cabang (furu') atau tidak. Di antara kitab-kitab yang ditulis oleh golongan ini adalah: • Al-Mu'tamad oleh Muhammad bin Ali • Al-Burhan oleh Al-Juwaini • Al-Mustashfa oleh Al-Ghazali • Al-Mahshul oleh Ar-Razy Golongan Hanafiyah dalam pembahasannya selalu memperhatikan dan menyesuaikan peraturan-peraturan pokok (ushul) dengan persoalan cabang (furu'). Setelah kedua golongan tersebut muncullah kitab pemersatu antara kedua aliran tersebut di antaranya adalah; • Tanqihul Ushul oleh Sadrus Syari'ah • Badi'unnidzam oleh As-Sa'ati • Attahrir oleh Kamal bin Hammam • Al-Muwafaqat oleh As-Syatibi Selain kitab-kitab tersebut di atas, juga terdapat kitab lain yaitu, Irsyadul Fuhul oleh Asy-Syaukani, Ushul Fiqih oleh Al-Chudari. Terdapat juga kitab Ushul fiqih dalam bahasa Indonesia dengan nama "Kelengkapan dasar-dasar fiqih" oleh Prof. T.M. Hasbi As-Shiddiqi. 4. Hubungan Ushul Fikih Dengan Fikih Berdasarkan penjelasan di atas tentang fiqh dan ushul fiqh terlihat jelas adanya hubungan antara keduanya, sebagaimana dijelaskan oleh Abu Zahra, bahwa hubungan ini tergambar seperti hubungan ilmu Nahwu dengan ilmu membaca dan menulis arab. Dengan demikian, di satu sisi ushul fiqh merupakan undang - undang atau alat sedangkan fiqh adalah produk. Dengan menguasai ushul fiqh maka, seorang faqih akan terhindar dari kesalahan dalam istinbat sebagaimana yang menguasai ilmu nahwu terhindar dari kesalahan dalam membaca dan menulis teks arab.