Anda di halaman 1dari 11

AKHLAK DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Guru

Oleh

HASNIATI WULANDARI

NIM: 2020010101183

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM KENDARI

KENDARI

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengharap ridho dan barokah dari Allah swt dan berserah diri kepadanya
rabbul alamin dan sholawat dan salam kepada Muhammad Saw habibullah sehingga dengan
hidayah dan risalahnya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini adalah menguraikan tentang akhlak dalam pendidikan, sebagai tugas
individu mata kuliah Etika Proffesi Guru, sehingga diharapkan dapat menambah khazanah
pemikiran dan pengetahuan sebagai amal nyata ataupun ibadah serta upaya nyata dalam
memahami dan mengembangkan pendidikan islam secara konpherhenship terutama
pemahaman terhadap akhlak dalam pendidikan dan implementasinya dalam pendidikan
islam.

Ucapan dan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H. Zulkifli M M.Si, M.Pd., yang
telah memberikan materi kuliah Akhlak dalam Pendidikan sebagai pendalaman dan
pemahaman mendalam terhadap keberadaan yang sangat penting dan fungsi akhlak dalam
pendidikan islam yang perlu direalisasikan dalam kehidupan beragama, bangsa dan negara.

Akhirnya dalam malakah tersebut sudah dilakukan ikhtiar untuk mencoba menggali
dan mengumpukan informasi yang berkorelasi dengan topik pembahasan, tentunya
mempunyai keterbatasan untuk itu diharapkan masukan atau ide positif dan konstruktif
dalam menyempurnakan isinya sehingga lebih dapat berguna serta bermamfaat dalam
mewujudkan pendidikan islam yang berkarakter dan berkualitas.

Kendari, 6 Oktober 2021

Penulis,

Hasniati Wulandari
NIM: 2020010101183

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang........... .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 1

BAB II: PEMBAHASAN ................................................................................................... 2


2.1 Pengertian Akhlak Dalam Pendidikan ..................................................................... 2
2.2 Tujuan dan Fungsi Akhlak Dalam Pendidikan ........................................................ 2
2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Akhlak ............................................................. 3
2.4 Urgensi Akhlak seorang pendidik ............................................................................ 5

BAB III: PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 8

ii
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan akhlak adalah usaha-usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk
menanamkan nilai-nilai, ataupun ataupun norma-norma tentang budi pekerti, sehingga
manusia dapat memahami dan mengerti, serta mengamalkan norma-norma tentang budi
pekerti itu sendiri.
Pembentukan moral merupakan tujuan utama pendidikan Islam dan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap pembinaan pribadi. Pendidikan akhlak menjadi karakter
terpenting pendidikan Islam yang membedakannya dengan pendidikan umum (Hamim,
2014). Aspek moral penting sebagai aspek pembinaan di kalangan peserta didik terutama
dalam proses pertumbuhan dan perkembangan mereka, sebab dengan pendidikan akhlak yang
ditanamkan sejak dini akan memberikan dampak positif yang sangat besar di dalam
kehidupan peserta didik nantinya (Daulay, 2014). Sejalan dengan itu dalam Udang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan
bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Republik Indonesia, 2003).
Berdasarkan fakta-fakta diataslah, maka akhlak dalam pendidikan sangat penting dan
diutamakan dalam islam yang mendorong pelaksanaan pendidikan akhlak dalam kehidupan
sehari-hari maupun pada dunia pendidikan umum.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak dalam pendidikan?
2. Apa tujuan dan fungsi akhlak dalam pendidikan?
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak?
4. Bagaimana urgensi akhlak seorang pendidik?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui akhlak dalam pendidikan.
2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi akhlak dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak.
4. Untuk mengetahui urgensi akhlak seorang pendidik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akhlak Dalam Pendidikan


Berdasarkan etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa arab,yaitu bentuk jamak dari
kata khilqun atau khulukun, yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat.
Kata akhlaq dan khuluq keduanya dapat dijumpai pemakaiannya dalam QS. Al-Qalam: 4.
َ ٍٍ‫َواِنَّكٍٍَلَ َع ٰلىٍ ُخلُق‬
ٍ‫عظِ يْم‬

Artinya: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur.”

Di dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan, bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan (kesadaran etik dan moral), yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap
jiwa yang benar terhadap khaliknya, dan terhadap sesama manusia.

Menurut Imam Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan
pemikiran dan pertimbangan. Dari beberapa pengertian akhlak diatas dapat disimpulkan
bahwa akhlaq atau khuluq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa manusia sehingga dia akan
muncul secara spontan bilamana diperlukan, tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan
lebih dahulu, serta tidak memerlukan dorongan dari luar. Jadi pada hakekatnya akhlak adalah
suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini timbullah
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Dapat dirumuskan bahwa akhlak adalah ilmu yang mengajarkan manusia
berbuatbaik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan, manusia dan
makhluk sekelilingnya.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak diartikan sebagai
latihan mental dan fisik yang menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan
tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan
akhlak juga menumbuhkan personalitas (kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab.
2.2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Akhlak
Adapun tujuan dari pendidikan akhlak ini adalah untuk membentuk manusia yang
bermoral baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam bertingkah laku, bijaksana,
sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur, dan suci.

2
Al-Abbrasyi mengatakan; Pendidikan akhlak adalah jiwa dari Pendidikan Islam.
Usaha maksimal untuk mencapai suatu akhlak yang sempurna adalah tujuan sebenarnya dari
proses pendidikan Islam.
Penanaman akhlak diutamakan agar para peserta didik tidak mengalami kegoncangan
pikiran dan jiwanya dalam menemukan solusi dari problem yang dihadapinya. Sehingga
pendidikan yang pertama dan utama adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang
diharapkan dapat melandasi sikap, tingka laku dan kepribadian siswa. Dalam pemahaman
pendidikan akhlak ini, diharapkan siswa dapat menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
kepada Allah yang diujudkan dengan sikap terpuji, berbuat baik bagi diri sendiri maupun bagi
orang lain, serta dapat menyeimbangkan kemajuan zaman dengan ilmu dan keimanan, serta
keselarasan hubungan dengan sesama manusia dan lingkungannya.
Membiasakan peserta didik untuk bersabar ketika mereka sedang menghadapi suatu
musibah. Dan guru memberikan mereka motivasi agar mereka kuat menghadapi semua dan
membimbing mereka agar mereka terbiasa berbuat baik sesuai dengan ajaran agama. Guru
mengajarkan peserta didik agar tidak curang dalam segala hal. Guru hendaknya mampu
membantu setiap siswa untuk secara efektif dapat mempergunakan berbagai kesempatan
belajar dari berbagai sumber serta media belajar.
Begitu juga dalam UU Sisdiknas No. 20 Th. 2003 Pendidikan Nasional bertujuan
untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Jadi fungsi pendidikan akhlak menekankan pada sikap, tabi’at, dan perilaku yang
menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan peserta
didik dalam sehari-hari.
2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akhlak
Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi akhlak pada khususnya, dan
pendidikan pada umumnya, ada tiga aliran yang sudah amat populer, yaitu aliran Nativisme,
aliran Empirisme, dan aliran konvergensi.
Menurut aliran Nativisme, bahwa perkembangan manusia itu telah ditentukan oleh
faktor-faktor yang dibawa manusia sejak lahir; pembawaan yang telah terdapat pada waktu
dilahirkan itulah yang menentukan hasil perkembangannya.
Menurut aliran ini, faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan diri
seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat berupa kecenderungan,

3
bakat, akal, dan lain-lain. Jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau kecenderungan
kepada yang baik, maka dengan sendirinya orang tersebut menjadi baik.
Selanjutnya, menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap pembentukan diri seseorang adalah faktor luar, yaitu lingkungan sosial, termasuk
pembinaan dan pendidikan yang diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan
kepada anak baik, maka baiklah anak itu. Demikian juga sebaliknya. Aliran ini begitu
percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia pendidikan dan pengajaran.
Menurut aliran ini, manusia dapat dididik menjadi apa saja (ke arah yang baik
maupun ke arah yang buruk) menurut kehendak lingkungan atau pendidikannya. Dalam
pendidikan, pendapat kaum empiris ini terkenal dengan nama optimisme pedagogis.
Aliran lain, yaitu aliran konvergensi berpendapat bahwa pembentukan akhlak
dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawan si anak, dan faktor luar yaitu pendidikan
dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau melalui interaksi dalam lingkungan sosial.
Dengan merujuk kepada aliran konvergensi di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa
ada dua faktor yang mempengaruhi akhlak manusia, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Menurut Shailun A. Nashir faktor intern yang mempengaruhi akhlak terdiri atas instink, akal
dan nafsu. Sedangkan menurut Rahmat Djatnika faktor dari dalam diri manusia itu adalah
instink dan akalnya, adat, kepercayaan, keinginan-keinginan, hawa nafsu (passion) dan hati
nurani atau wijdan. Selain itu, faktor intern yang dapat mempengaruhi akhlak juga terdapat
dalam diri individu yang bersangkutan, seperti malas, tidak mau bekerja, adanya cacat fisik,
cacat psikis dan lainnya.
Adapun faktor yang berasal dari luar dirinya secara langsung atau tidak langsung,
disadari atau tidak, semua yang sampai kepadanya merupakan unsur-unsur yang membentuk
akhlak. Faktor-faktor tersebut adalah:
a. Keturunan.
b. Lingkungan.
c. Rumah tangga.
d. Sekolah.
e. Pergaulan kawan, persahabatan.
f. Penguasa, pemimpin.
Lingkungan merupakan salah satu faktor dari luar yang besar pengaruhnya tehadap
tingkah laku seseorang. Lingkungan ini bisa berupa lingkungan keluarga, masyarakat,
pendidikan, juga lingkungan alam. Dalam hal ini, Hamzah Ya’qub membagi lingkungan atas
dua bagian, yaitu:
4
a. Lingkungan Alam yang Bersifat Kebendaan
Lingkungan alam yang besifat kebendaan merupakan faktor yang mempengaruhi dan
menentukan tingkah laku manusia. Lingkungan alam ini dapat mematahkan dan
mematangkan pertumbuhan bakat seseorang, namun jika kondisi alamnya jelek akan menjadi
perintang dalam mematangkan bakat seseorang. Oleh karena itu, kondisi alam ini ikut
mencetak manusia-manusia yang dipangkunya. Misalnya, orang yang hidupnya di pantai
akan berbeda kehidupan dan perilakunya dengan orang yang hidup di pegunungan.
b. Lingkungan pergaulan yang bersifat rohaniah
Lingkungan pergaulan sesama manusia sangat mempengaruhi terjadinya perbuatan
manusia, karena antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya saling
mempengaruhi dalam pikiran sifat, dan tingkah laku. Lingkungan pergaulan ini dapat dibagi
kepada beberapa kategori:
1) Lingkungan dalam rumah tangga;
2) Lingkungan sekolah;
3) Lingkungan pekerjaan;
4) Lingkungan organisasi atau jamaah;
5) Lingkungan yang bersifat umum dan bebas, misalnya seseorang yang bergaul dengan
pecandu obat bius, maka diapun akan menjadi pecandu obat bius juga. Sebaliknya, jika
remaja itu bergaul dengan sesama remaja dalam bidang-bidang kebajikan, niscaya
pikirannya, sifatnya dan tingkah lakunya akan terbawa kepada kebaikan.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa akhlak yang menghiasi seseorang tidak
terlepas dari pengaruh yang terdapat dalam dirinya, berupa potensi-potensi yang dibawanya
sejak lahir, dan pengaruh yang datang dari luar, yaitu berupa lingkungan dan pendidikan yang
diterimanya.
2.4. Urgensi Akhlak Seorang Pendidik
Urgensi Akhlak Seorang Pendidik Kita ketahui bahwa akhlak merupakan sikap,
tabiat, seseorang yang dilakukan secara spontan tanpa pertimbangan, disini berarti akhlak itu
tidak biasa dibuat-buat, kalaupun dibuat-buat tidak akan bertahan lama, lama-kelamaan akan
nampak juga jati dirinya. Seorang pendidik mempunyai akhlak yang baik adalah sebuah
keniscayaan baik untuk dirinya dan untuk anak didik serta untuk lingkungan dimanapun dia
berada. Sebab pendidik disamping seorang yang kerjanya mengajar atau memberikan
pelajaran disekolah atau di kelas lebih khususnya orang yang bekerja dalam bidang
pendidikan dan pengajaran juga ikut bertanggungjawab dalam membentuk anak-anak
mencapai kedewasaan masingmasing.
5
Dalam pendidikan Islam ada berbagai macam pendidik yaitu Allah, Nabi Muhammad
saw, orangtua, guru. Dalam ajaran Islam pendidik sangatlah dihargai. Hal ini dijelaskan Allah
dalam firmannya Q.S.Al-Mursalat yaitu “Allah meninggikan derajat orang yang beriman dan
berilmu pengetahuan beberapa derajat”. Selain itu berdasarkan hadis dikatakan bahwa “tinta
para ulama lebih tinggi nilainya dibandingkan darah para syuhada (H.R.Abu Daud dan
Tirmidzi)”.
Dari firman Allah dan sabda RasulNya kita dapat mengetahui betapa tingginya
kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan (pendidik). Di masyarakat pendidik
juga sangat dihormati dan diseganioleh masyarakatnya. Tugas pendidik yang utama yaitu
mengemban misi untuk mengajarkan dan mengajak manusia agar menaati hukum Allah,
menyempurnakan, dan menyucikan hati mendekat kepada Allah. Pendidik bertugas
merencanakan dan melaksanakan program pelajaran, mengarahkan peserta didik menuju
tingkat kedewasaan yang berkepribadian insan kamil, kemudian harus memimpin serta
mengendalikan diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait.Tanggung jawab
pendidik itu besar yaitu bukan saja tanggung jawab moral sorang pendidik terhadap peserta
didik dan melaksanakan kode etik pendidik (pendidikan umum dan pendidikan Islam) tetapi
juga mempertanggungjawabkan atas semua tugas yang dilaksanakan kepada Allah. Namun,
pendidik juga mempunyai hak yaitu diberi gaji dan mendapatkan penghargaan.
Akhlak adalah mustika hidup yang membedakan hidup manusia dengan hidup hewan.
Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya sebagia makhluk tuhan yang
paling mulia. Seseorang yang berakhlak mulia akan selalu melaksanakan kewajibannya dan
memberikan hak yang diberikan kepada yang berhak. Orang yang berakhlak mulia selalu
hidup dalam kesucian dengan selalu berbuat kebajikan yang mendatangkan manfaat bagi
sesama manusia.
Akhlak bagi guru adalah sangat penting dan diperlukan dalam kehidupan yang akan
membawanya kepada keselamatan dunia dan akhirat. Anak yang berakhlak mulia serta
memiliki nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang kuat dalam kondisi bagaimanapun dan
dimanapun akan selalu beorientasi pada kebaikan yang sesuai dengan al-quran dan sunah.
Dengan kebaikan-kebaikan tersebut guru akan terhindar dari pelanggaran hukum, baik
hukum Negara, etika keguruan maupun hukum agama. Dengan dasar iman dan akhlak yang
mulia, maka seorang akan menjadi panutan bagi anak didiknya, sebab mengajarkan agama
harus dengan keteladanan dan akhlak yang baik.

6
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendidikan akhlak diartikan sebagai latihan mental dan fisik yang menghasilkan
manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung jawab dalam
masyarakat selaku hamba Allah. Pendidikan akhlak juga menumbuhkan personalitas
(kepribadian) dan menanamkan tanggung jawab.
Sudah kewajiban kita, terlebih seorang pendidik untuk belajar tentang akhlaq,
sehingga kita bisa mengetahui dan berusaha untuk menjauhkan diri dari perbuatan akhlaq-
akhlaq tercela (madzmumah) dan selalu berusaha dan berjuang mensucikan jiwa untuk
memperoleh al-Akhlaqu al-Karimah, dan semua itu akan didapatkan melalui pembelajaran
dan pendidikan agama
Sedangkan tujuan dari akhlak adalah agar setiap manusia dapat bertingkah laku dan
bersifat baik serta terpuji. Akhlak yang mulia terlihat dalam penampilan sikap pengabdiannya
terhadap Allah SWT., dan.kepada lingkungannya baik kepada sesama manusiamaupun
terhadap alam sekitarnya. Dengan akhlak yang mulia manusia dapat memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat. Begitu juga fungsi pendidikan akhlak menekankan pada
sikap, tabi’at, dan perilaku yang menggambarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan peserta didik dalam sehari-hari
Islam memang memiliki kriteria yang sangat ketat dalam persoalan guru, terutama
berkaitan dengan akhlak. Guru hendaknya berakhlak yang mahmudah, agar dapat menjadi
contoh bagi anak didiknya. Hal ini selain berguna bagi profesinya juga sangat berguna bagi
keluarga, masyarakat bahkan akhiratnya. kedudukan akhlak bagi guru adalah sangat penting
dan diperlukan dalam kehidupan yang akan membawanya kepada keselamatan dunia dan
akhirat.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, M. Ag, Ilmu Akhlak, Cet. Ke II,Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010.
Akmal Alwi, Kompetensi Guru PAI, Jakarta: Raja Wali Pers, 2013
Al-Ghazali, Abu Hamid Muhamad. Ihyâ Ulûm ad-Dîn. Jilid III. Beirut: Dar al-Fikr, 1989.
Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang. 1978.
AS., Ana Suryana. Materi PendidikanAgama
Atjeh, Abu Bakar, Prof., DR. Filsafat Akhlak dalam Islam. Semarang: Ramadhani, 1991.
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam Arah baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2012, hal . 142
Deden Makbuloh, Pendidikan Agama Islam Arah baru Pengembangan Ilmu dan Kepribadian
di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2012. Islam. Tasikmalaya:
STAI, 2007.
Depag RI. Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: Toha
Drs. Beni Ahmad Saebani.M. Si dan Drs. K.H. Anis, Ibrahim. Mu’jam al-Washît. Beirut: Dar
al-Fikr, 1975.
M. Ali Hasan, Tuntunan Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang. 197, . hal. 11
Ma’luf, Louis. al-Munjîd fî Lughah wa alA’lam. Cet. XXXVII. Beirut: Dar al-Masyriq, 1997.
Mahyuddin. Kuliah Tasawuf. Cet. III. Jakarta: Kalam Mulia, 1999. M.
Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Cet. III. Jakarta: Raja Grafindo, 2000.

Anda mungkin juga menyukai