Anda di halaman 1dari 11

Ushul fiqh dan hadist

SOAL

1. Jelaskan asas asas ilmu fiqh


2. Jelaskan objek kajian ushul fiqh dan cara membedakan ilmu ushul dan fiqh
3. Sejarah tentang ushul fiqh dan aliran aliran dalam ushul fiqh
4. Hakikat mazhab dan perannya dalam hukum islam
5. Sumber ajaran islam serta kedudukan al qur’an fungsi serta hubungannya dengan alqur’an
dan ijtijad
6. Metode ijtijad
7. Kaedah kaedah ushul fiqh
8. Thaharah dalam fiqh islam
9. sholat dalam fiqh islam
10. zakat dalam fiqh islam
11. puasa dalam fiqh islam
12. haji

JAWABAN
1. Asas asas ilmu fiqh
a.pengertian
hukum islam atau syariat islam adalah sistem kaidah kaidah yang pada wahyu allah swt
dan sunnah rasul mengenai tingkah laku terhadap (orang yang sudah dapat disebari
kewajiban) yang diakui dan diyakini yang mengikat bagi semua pemeluknya
b.tujuan
tujuan hukum islam sebagai kebahagiaan hidup manusia didunia dan diakhirat kelak
c.ruang lingkup fiqh
ruang lingkup hukum islam adalah objek kajian hukum islam atau bidang bidang hukum
yang menjadi bagian dari hukum islam.hukum islam meliputi

1.syari’ah
Komponen ajaran isam yang mengatur tentang kehidupan seorang muslim baik dalam
bidang ibadah (hablumminannas) yang merupakan aktualisasi dan akidah yang menjadi
keyakinannya
2.fikih
Hukum islam sangat bebeda dengan hukum barat yang membagi hukum menjadi hukum
privat dan hukum publik. Hukum islam tidak membdekan hukum privat dan hukum publik.

2. Jelaskan objek kajian ushul fiqh dan cara membedakan


ilmu ushul dan fiqh
Objek kajian ushul fiqh adalah perbuatan seseorang yang telah mukalaf artinya dewasa
dan telah dikenai kewajiban menjalankan hukum. Ukuran dewasa diukur dari keluarnya
darah haid bagi perempuan dan mimpi basah atau mimpi mengeluarkan sperma bagi laki-
laki. Dengan demikian perempuan dan laki-laki yang sudah mengalami hal tersebut dianggap
telah dewasa, dan dikategorikan sebagai Mukalaf sehingga baginya dikenai kewajiban
menjalankan hukum Islam. Objek kajian Fiqih adalah tentang hal ini. Perbedaan Objek Kajian
Ushul Fiqih dan Fiqih adalah kalau objek kajian Ushul Fiqih adalah tentang sumber hukum
Islam. Objek kajian Fiqih adalah tentang hal ini. Perbedaan Objek Kajian Ushul Fiqih dan Fiqih
adalah kalau objek kajian Ushul Fiqih adalah tentang sumber hukum Islam.
Dan cara membedakan ilmu ushul dan fiqh
perbedaan antara ilmu fiqih dan ushul fiqh. Apabila ilmu fiqih membahas tentang hukum
dari suatu perbuatan, ushul fiqh membahas tentang metode dan proses bagaimana
menemukan hukum itu sendiri.

3. Sejarah tentang ushul fiqh


Sudah dicukupkan dengan wahyu yang Allah turunkan. Kemudian, pada masa sahabat (setelah Nabi
saw wafat). Dalam berfatwa dan membuat putusan hukum Islam, para sahabat langsung mengacu
pana nash (Al-Qur'an dan hadits) yang mereka pahami dengan pemahaman bahasa Arab mereka
yang masih orisinil. Ilmu Ushul Fiqih sebagaimana rumusan ilmu-ilmu syar’i lainnya (seperti
ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa Arab, dll) pada awalnya tidaklah berbentuk sistematis
dan siap pakai pada awal perkembangannya. Setidaknya ilmu ini mulai terasa bersifat
sistematis pada akhir abad kedua hijriyyah ketika Imam asy Syafi’i (w. 204 H) mulai
merumuskannya dalam sebuah karya yang berjudul ar Risalah. Untuk melihat sejarah
perkembagan ilmu Ushul Fiqih, setidaknya bisa dipetakan menjadi beberapa fase. Pertama:
Benih Ilmu Ushul Fiqih; Kedua: Sistematisasi awal Ilmu Ushul Fiqih; Ketiga: Sistemastisasi
kedua ilmu Ushul Fiqih; Keempat: Masa keemasan (izdihar); Kelima: Pengembangan dalam
bentuk syuruh dan mukhtasharat; dan Keenam: Pengembangan dalam bentuk taisir/tashil.
Fase pertama dalam sejarah perkembangan Ilmu Ushul Fiqih dimulai sejak masa kenabian
dan berakhir, pada masa awal tabi’in. Pada masa ini karya-karya Ilmu Ushul Fiqih belumlah
ditemukan dan dirumuskan, namun substansi dari ilmu ini sudah teraplikasikan dengan baik
dan utuh. Sebagaimana Alquran dan Sunnah yang merupakan objek terpenting dalam kajian
Ilmu Ushul Fiqih, maka Alquran dan Sunnah sesungguhnya sudah teraplikasikan dengan
sangat baik pada masa ini. Bahkan secara implisit maupun eksplisit Nabi Muhammad saw
telah pula mengajarkan secara aplikatif dalil qiyas, dan bagaimana meng-ististinbath hukum
dari lafal-lafal al Qur’an yang bersifat umum maupun khusus, mutlak maupun muqayyad, dll.
if telah dilakukan para shahabat sebagaimana terlihat dari keputusan Abu Bakar ash Shiddiq
untuk mengumpulkan Alquran dalam satu mushaf, keputusan Umar bin Khathtahab dalam
menciptakan sistem penjara, pajak, pengelolaan tanah-tanah rakyat hasil peperangan,
demikian pula keputusan Utsman bn Affan dalam penyatuan bacaan al Qur’an, serta putusan
Ali bin Abi Thalib dalam memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Kufah. Sedangkan
fase kedua dari sejarah perkembangan Ilmu Ushul Fiqih ditandai dengan terpolarisasikan
manhaj istinbath hukum para ulama saat itu menjadi dua mazhab besar; Mazhab Ahlu al atsar
yang berpusat di Hijaz dan Mazhab Ahlu ar Ra’yi yang berpusat di Irak. Hingga akhirnya
ilmu ini mulai tersistematisasikan dalam bentuk awalnya oleh Imam Muhammad bin Idris asy
Syafi’i (w. 204 H) melalui karyannya ‘ar Risalah’. Imam Khathib ar Ray ar Razi (w. 606 H)
berkata, “Seluruh manusia sepakat bahwa orang yang pertama kali merumuskan ilmu ushul
fiqih adalah imam asy Syafi’i, ialah yang mentertibkan bab-banya dan membeda-bedakan
sebagian objeknya atas objek lainnya.

ALIRAN DALAM USHUL FIQH:


a. Aliran Syafi’iyah (Aliran Mutakallimin)

Aliran Syafi’iyah atau sering dikenal dengan Aliran Mutakallimin (Ahli Kalam). Aliran
ini disebut syafi’iyah karena imam syafi’I adalah tokoh pertama yang menyusun ushul fiqih
dengan menggunakan system ini. Dan aliran ini disebut aliran mutakallimin karena dalam
metode pembahasannya didasarkan pada nazari,falsafah dan mantiq serta tidak terikat pada
mazhab tertentu dan mereka yang banyak memakai metode ini berasal dari ulama’
mutakallimin (ahli kalam).
Dalam menyusun ushul fiqih, aliran ini menetapkan kaidah-kaidah dengan didukung oleh
alasan yang kuat, baik berasal dari dari dalil naqli(al-qur’an dan sunnah) maupun dalil akli
(akal pikiran). Penyusunan kaidah-kaidah ini tidak terikat kepada penyesuaian
dengan furu’. Adakalanya kaidah-kaidah yang disusun dalam ushul fiqih mereka menguatkan
furu’ yang terdapat dalam mazhab mereka dan adakalanya melemahkan furu’ mazhab
mereka.
Aliran ini membangun ushul fiqih secara teoritis murni tanpa dipengaruhi oleh masalah-
masalah cabang keagamaan. Begitu pula dalam menetapkan kaidah, aliran ini menggunakan
alasan yang kuat, baik dalil aqli maupun naqli. Sebaghai akibat dari perhatian yang terlalu
difokuskan pada masalah teoritis, aliran ini sering tidak bisa menyentuh permasalahan
praktis. Aspek bahasa dalam aliran ini sangat dominant, seperti penentuan
tentang tahsin (menganggap sesuatu itu baik dan dapat dicapai akal atau tidak).
Dan taqbih (menganggap sesuatu itu buruk dan dapat dicapai akal atau tidak). Permasalahan
tersebut biasanya berkaitan dengan pembahasan tentang hakim (pembuat hukum syara’) yang
berkaitan pula dengan masalah aqidah.selain itu, aliran ini seringkali terjebak terhadap
masalah yang tidak mungkin terjadi dan terhadap kema’shuman Rasulullah SAW.

b. Aliran Hanafiyah (Fuqaha)


Aliran ini banyak dianut oleh ulama’ mazhab hanafi. Dalam menyusun ushul fiqih, aliran ini
banyak mempertimbangkan masalah-masalah furu’ yang terdapat dalam mazhab mereka.
Tegasnya, mereka menyusun ushul fiqih sengaja untuk memperkuat mazhab yang mereka anut.
Oleh sebab itu, sebelum menyusun setiap teori dalam ushul fiqih, mereka terlebih dahaulu
melakukan analisis mendalam terhadap hukum furu’ yang ada dalam mazhab mereka. System yang
digunakan aliran ini dapat dipahami karena ushul fiqih baru dirumuskan oleh pengikut mazhab
hanafi, setelah Abu Hanifah pendiri mazhab ini meninggal. Diantara ciri khas aliran hanafiyyah,
bahwa kaidah yang disusun dalam ushul fiqih mereka semuanya dapat diterapkan. Ini logis
karena penyusunan ushul fiqih mereka telah terlebih dahulu disesuaikan dengan hukum furu’
yang terdapat dalam mazhab mereka. Ini tentu berbeda dengan aliran syafi’iyah atau
mutakallimin yang tidak berpedoman kepada hukum furu’ dalam menyusun ushul fiqih
mereka. Konsekwensinya, tidak jarang terjadi pertentangan antara kaidah ushul fiqih
Syafi’iyah dengan hukum furu’ dan kadang kala kaidah yang disusun aliran ini sulit
diterapkan.

c. Aliran Muta’akhirin
Aliran yang menggabungkan kedua system yng dipakai dalam menyusun ushul fiqih oleh aliran
Syafi’iyah dan aliran Hanafiyyah. Ulama’-ulama’ muta’akhirin melakukan tahqiq terahadap kaidah-
kaidah ushuliyah yang dirumuskan kedua alirn tersebut. Lalu mereka meletakkan dalil-dalil dan
argumentasi untuk pendukungnya serta menerapkan pada furu’ fiqhiyyah.
Para ulama’ yang menggunakan aliran muta’akhirin ini berasal dari kalangan Syafi’iayah dan
Hanafiyah. Aliran ini muncul setelah aliran Syafi’iyah dan Hanafiyah sehingga disebut sebagai aliran
muta’akhirin Dan perkembangan terakhir penyesuaian kitab ushul fiqih, tampak lebih banyak
mengikuti cara yang ditempuh aliran muta’akhirin.

4. Hakikatnya mahzab adalah fatwa atau pendapat seseorang imam mujtajid tentang suatu
peristiwa yang di ambil dari alqur’an dan hadist. Dan dari dua pengertian tersebut daoat
disimpulkan bahwa hakikat mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh
mustajid dalam memecahkan masalah atau mengistibatkan hukum islam.

Dan peran madzhab dalam hukum islam adalah melalui madzhab kita umat muslim dapat
memahami hukum hukum yang berlaku dalam agama islam yang mencakup berbagai hal .
5. Sumber ajaran islam
Sumber hukum merupakan segala sesuatu yang berupa tulisan dokumen,naskah,dan
sebagainya yang digunakan oleh suatu bangsa sebagai pedoman hidupnya pada masa
tertentu. Dalam ajaran islam terdapat pedoman atau rujukan sumber bagi umat.

Sumber hukum islam yang utama ada 3 yaitu


: al qur’an
:sunnah (hadist)
:ijtijad

- Al qur’an
Dalam buku ushul fiqh, (2018) karya rusdaya basri kedudukan alqur’an dlam islam
adalah sebagai sumber umat islam dari segala sumber hukum yang ada di bumi
Al qur’an adalah sumber hukum pertama umat islam yang berisi tentang
akidah,ibadah,peringatan,kisah kisah yang dijadikan acuan dan pedoman hidup bagi
umat nabi muhammad SAW

- Sunnah
Sunnah (hadist) merupakan sumber ajaran islam kedua setelah al qur’an. Sunnah juga
menempati posisi yang sangat penting dan srategis dalam kajian kajian keislaman
kebesaran dan kedudukannya tidak diragukan lagi.

- Ijtijad
Menurut bahasa ijtijad artinya bersungguh sungguh dalam mencurahkan pikiran
.sedangkan menurut istilah ijtijad adalah mencurahkan segenap tenaga dan pikiran
secara sungguh untuk menetapkan suatu hukum. Ijtijad dapat dilakukan ketika suatu
masalah yang hukumnya tidak ada didalam al qur’an dan hadist, sehingga bisa
menggunakan ijtijad dengan menggunakan akal pikiran. Namun tetap menyatu
berdasarkan al qur’an dan hadist

6. Ijtijad ada 9 mode


1. Ijma’
Ijma merupakan kesepakatan seluruh mujtahid di suatu massa setelah Rasulullah SAW wafat
dan berkaitan dengan hukum syara yang tidak terdapat dalam Alquran dan hadist. Adapun
contoh ijma’ adalah ijma’ sahabat, yaitu ijma’ yang dilakukan oleh sahabat Rasulullah SAW.
2. Qiyas
Qiyas merupakan hukum tentang suatu peristiwa yang diterapkan dengan cara
membandingkannya dengan hukum peristiwa lain yang sudah ditetapkan sesuai nash.
Contohnya adalah mengqiyaskan pembunuhan yang menggunakan alat berat dengan
pembunahan menggunakan senjata tajam.

3. Istihsan
Istihsan merupakan berpindahnya mujtahid dari satu ketentuan hukum ke hukum lainnya
karena terdapat dalil yang menuntutnya. Contohnya adalah wasiat. Meski secara qiyas tidak
diperbolehan, namun karena terdapat dalam alquran , maka wasiat diperbolehkan.

4. Maslahah Mursalah
Maslahah mursalah merupakan hukum yang didasarkan pada kemaslahatan yang lebih besar
dibandingkan mengesampingkan kemudaratan karena tidak ada dalil yang menganjurkan
maupun melarangnya. Contohnya adalah membuat akta nikah, akta kelahiran, dan
sebagainya.

5. Istishab
Istishad merupakan metode yang dilakukan dengan menetapkan hukum yang sudah ada
sebelumnya sampai ada dalil yang merubahnya. Contohnya adalah setiap makanan boleh
dikonsumsi hingga ada dalil yang mengharamkannya.

6. ‘Urf
‘Urf merupakan suatu perkataan yang sudah dikenal oleh masyarakat dan dilakukan turun
menurun. Contohnya adalah halal bi halal yang dilakukan saat hari raya.

7. Saddzui Dzariah
Sadzzui dzariah merupakan sesuatu yang secara lahiriah boleh, tetapi bisa mengarah ke
kemaksiatan. Contohnya bermain kuis yang mengarah ke perjudian.

8. Qaul Al-Shahabi
Qaul al-shahabi merupakan pendapat sahabat yang berkaitan dengan perkara yang
dirumuskan setelah Rasulullah SAW wafat. Contohnya adalah pendapat Ibnu Abbas yang
menyatakan bahwa kesaksian anak kecil tidak diterima.

9. Syar’u Man Qablana


Syar’u man qablana merupakan hukum Allah SWT yang disyariatkan untuk umat terdahulu
melalui nabi-nabi sebelum Rasulullah. Contohnya adalah kewajiban untuk berpuasa.

7. Kaedah-kaedah ushul fiqh


Adalah dasar dasar atau asas asas yang berkaitan dengan masalah masalah fiqih.
Contonya diwajibkan niat dalam berwudhu, shalat dan puasa
8. Thaharah dimulai bersamaan dengan adanya Islam. Perintah-perintah terhadap
thaharah telah sejak dini dikemukakan sehingga Islam dikenal sebagai agama kebersihan dan
agama orang-orang yang selalu mem- bersihkan diri. Rasulullah saw. telah menganjurkan
para pengikutnya yang beriman kepada risalahnya agar supaya mereka mengikuti jejaknya
dalam bersuci. Allah telah mewajibkan thaharah batiniah terhadap seluruh kaum Muslim.
Tidak ada dalil atas kewajiban thaharah batiniah. Thaharah (bersuci) merupakan salah satu
dasar fundamental dari agama Islam. Thaharah secara etimologi membersihkan kotoran dan
sejenisnya. Sementara me- nurut syariat, thaharah membersihkan dari segala najis
khabatsiah dan hadatsiah. Yang dimaksud khabatsiah ialah berbagai perkara indriawi atau
yang bisa dilihat. Yaitu, setiap kotoran yang bisa diindra seperti, darah, kotoran manusia,
dan nanah yanag biasanya menempel di badan, pakaian, atau tempat shalat. Sementara
hadatsiah ialah berbagai perkara maknawi atau yang tidak terlihat, yaitu setiap kotoran
maknawi seperti kentut, air kencing, air mani, darah haid dan darah nifas yang biasa keluar
dari kemaluan atau dubur. Pembahasan thaharah dalam fiqih Islam sangat banyak dasar dan
hukumnya. Setiap Muslim diwajibkan mengetahuinya dengan benar sehingga tidak
mengalami kesalahan dalam melaksanakan perbuatan maha penting, yaitu beribadah
kepada Allah dengan cara yang benar sesuai syariat. Dengan demikian, thaharah merupakan
tempat masuk yang mulia untuk ber-taqarub kepada Sang Pencipta. Thaharah Lahiriah
adalah thaharah seorang Muslim yang tampak terlihat oleh indra yang akan membuat
dirinya menjadi indah di mata manusia dengan pe- nampilan yang bagus, mengenakan
wewangian, serta pakaian yang bersih guna menjaga kesehatan lahir. Mem- bersihkan
dirinya dari berbagai kotoran yang bisa me- nimbulkan bau kurang sedap dan berbagai
kotoran yang najis guna memelihara kesehatan badan. Menyucikan dirinya dari hadats kecil
dengan berwudhu dan hadats besar dengan mandi besar sehingga shalatnya menjadi
sah.Agama Islam sangat memperhatikan thaharah Lahiriah. Karena hal ini merupakan salah
satu syarat sah- nya shalat yang mensyaratkan kesucian badan, pakaian, dan tempat shalat
dari setiap kotoran. Demikianlah, kunci surga adalah shalat, sementara kunci shalat adalah
bersuci. Kebersihan yang telah dianjurkan Islam memiliki banyak sekali efek kesehatan yanag
mampu menjauhkan manusia dari berbagai penyakit.

9. Sholat dalam hukum islam

Salat atau Sholat ( adalah salah satu jenis ibadah di dalam agama Islam yang dilakukan oleh
Muslim. Kegiatan salat meliputi perkataan dan perbuatan yang diawali dengan gerakan takbir
dan diakhiri dengan gerakan salam. Kedudukan salat di dalam Islam ialah sebagai rukun
Islam yang kedua. Salat merupakan suatu ibadah yang istimewa di dalam Islam karena
perintah pelaksanaannya diterima oleh Nabi Muhammad dari Allah secara langsung. Salat
dijadikan sebagai penanda utama dalam status keimanan seorang muslim. Mengerjakan salat
merupakan tanda awal keislaman sedangkan meninggalkan salat merupakan tanda awal
kekafiran

Menurut syariat Islam praktik salat harus sesuai dengan segala petunjuk tata cara yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad sebagai figur pengejawantahan perintah Allah. Dalil
mengenai kewajiban pelaksanaan salat terdapat di dalam Al-Qur'an hadis maupun ijmak para
ulama. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam melaksanakan salat ada sembilan, yaitu Islam,
berakal, mumayyiz, bersuci, menutup aurat, bersih dari najis, mengetahui waktu pelaksanaan
salat, menghadap ke kiblat dan memiliki niat. Selain itu terdapat rukun salat yang jumlahnya
sebanyak empat belas macam gerakan dan ucapan, serta delapan hal yang membatalkan salat.
Salat secara umum terbagi menjadi dua jenis yaitu salat fardu dan salat sunah. Salat fardu
terbagi menjadi 5 waktu tertentu yang dikerjakan setiap hari dan bersifat wajib. Sementara
itu, salat sunah bersifat dianjurkan untuk dikerjakan pada waktu tertentu, khususnya pada hari
raya Islam.

Hakikat
Salat termasuk dalam ibadah yang tujuan pelaksanaannya hanya untuk menghambakan diri
kepada Allah. Dalam pelaksanaan salat timbul suatu hubungan antara manusia sebagai
makhluk ciptaan Allah, dan Allah sebagai pencipta makhluk yaitu manusia. Hubungan ini
disebutkan di dalam Al-Qur'an pada Surah Az-Zariyat ayat 56, Surah Yasin ayat 22, dan
Surah Al-'An'am ayat 162. Pada Surah Az-Zariyat ayat 56 disebutkan bahwa manusia dan jin
diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah. Surah Yasin ayat 22 merupakan perenungan
bahwa manusia akan kembali kepada Tuhannya sehingga tidak ada alasan untuk tidak
beribadah kepadaNya. Sementara itu, Surah Al-'An'am ayat 162 menjelaskan bahwa salat
seorang muslim hanya dipersembahkan kepada Allah yang merupakan tuhan bagi seluruh
alam.

Dalil dalam alqur’an


Kata salat hanya disebutkan 83 kali di dalam Al-Qur'an. Perintah mengerjakan salat terdapat
dalam beberapa ayat yaitu Surah Al-Hajj ayat 77, Surah Al-Baqarah ayat 43 dan 238, Surah
An-Nisa' ayat 103 serta Surah Al-'Ankabut ayat 45. Surah Al-Hajj ayat 77 tidak secara
langsung memberikan perintah salat, tetapi menyebutkan dua gerakan salat yaitu rukuk dan
sujud. Surah Al-Baqarah ayat 43 secara langsung memerintahkan salat dengan menyebutkan
salah satu gerakan salat yaitu rukuk. Ayat ini juga disertai dengan perintah untuk
melaksanakan ibadah lain yaitu zakat. Surah An-Nisa' ayat 103 menjelaskan bahwa salat
merupakan kewajiban bagi orang yang beriman dengan waktu pelaksanaannya telah
ditentukan. Manfaat salat kemudian disebutkan dalam Surah Al-'Ankabut ayat 45 yaitu untuk
mencegah manusia melakukan perbuatan yang keji dan mungkar. Setelah perintah dan
manfaat salat disampaikan, maka dalam Surah Al-Baqarah ayat 238, Allah memerintahkan
untuk memelihara salat dan melaksanakannya dengan khusyuk hanya untuk Allah.

Dalil di dalam hadis


Perintah salat juga disampaikan di dalam hadis. Dalam periwayatan hadis dari Abdullah bin
Umar, Nabi Muhammad mengatakan bahwa salah satu rukun islam adalah salat. Hadis ini
diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Muslim dan Imam Ahmad. Terdapat pula sebuah
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, nabi Muhammad mengatakan bahwa salat
merupakan ibadah pertama yang dihitung dalam pengadilan hari kiamat. Keberuntungan akan
diperoleh oleh manusia yang melaksanakan salat dengan baik, sedangkan yang melaksanakan
kerugian akan memperoleh kerugian dan kekecewaan.

Nabi Muhammad juga memberikan analogi mengenai pentingnya salat bagi agama Islam dan
umat muslim. Salat diumpamakan sebagai tiang yang menopang bangunan. Dalam analogi
ini, bangunannya adalah Islam yang dibangun atas dasar jihad. Salat dijadikan sebagai
pengokoh dasar keislaman dan penopang jalan mencapai jihad kepada Allah.

10. Zakat dalam islam


Zakat dari segi istilah fiqih adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah
SWT untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.13 Zakat dalam
Bahasa Arab memiliki beberapa makna yaitu: Pertama, zakat bermakna at-thahuru, yang
artinya mensucikan atau membersihkan.
Zakat dalam segi istilah adalah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang
beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir miskin dan
sebagainya). Zakat dari segi bahasa berarti ‘bersih’, ‘suci’, ‘subur’, ‘berkat’ dan ‘berkembang’.
Menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Zakat merupakan rukun keempat
dari rukun Islam.

11. Puasa dalam fiqh islam


Puasa secara bahasa berarti: Menahan.

Menurut istilah syara’ berarti menahan diri dari sesuatu perkara yang membatalkan puasa,
mulai terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat tertentu.

Dasar Wajib Puasa

Maksud Firman Allah Ta’ala: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa” (Al
Baqarah: 183)

Hikmah Puasa

Antara lain, menahan hawa nafsu, mengurangi syahwat, memberikan pelajaran bagi orang
kaya untuk merasakan lapar sehingga menumbuhkan rasa kasih sayang kepada fakir miskin
dan menjaga dari maksiat.

Syarat Sah Puasa:

1. Islam
2. Berakal
3. Bersih dari haid/ nifas
4. Mengetahui waktu diperbolehkan untuk berpuasa

Tidak Sah puasa bagi orang kafir, orang gila walau pun sebentar, perempuan haid atau nifas
dan puasa pada waktu yang diharamkan berpuasa, seperti hari raya atau hari tasyriq. Adapun
perempuan yang terputus haid atau nifasnya sebelum fajar, maka puasanya tetap Sah dengan
syarat telah niat, sekali pun belum mandi sampai pagi.

Syarat Wajib Puasa:


• Islam: Puasa tidak wajib bagi orang kafir dalam hukum dunia, namun di akhirat
mereka tetap akan diadzab karena kekafirannya. Adapun orang murtad, maka wajib
baginya mengqodho’ apabila ia kembali masuk Islam.
• Mukallaf (baligh dan berakal): Anak yang belum baligh tidak wajib puasa, namun
orang tua wajib memerintahkan putra-putrinya berpuasa sejak kecil (7 tahun) dan
memukul (sewajarnya) jika meninggalkan puasa saat berumur 10 tahun.
• Mampu mengerjakan puasa (bukan orang lansia atau orang sakit): Lansia yang tidak
mampu berpuasa atau orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh menurut
medis wajib mengganti puasanya dengan membayar fidyah yaitu satu mud (sekitar
6,25 ons) makanan pokok (beras) untuk setiap harinya.
• Mukim: Tidak wajib bagi Musafir selama ia bepergian sejauh lebih dari 82 km, keluar
dari batas kotanya sebelum fajar dan menetap di kota tujuan tidak lebih dari 4 hari.

Rukun-rukun Puasa:

1. Niat: (untuk puasa wajib maupun sunnah), mulai terbenamnya matahari hingga
sebelum terbitnya fajar.

Niat hendaknya dilakukan setiap malam hari selama bulan Ramadhan. Niat (rukun) dilakukan
di dalam hati, tanpa niat (dalam hati) puasanya tidak Sah. Adapun mengucapkan/ talaffud
adalah sunnah.

2. Menghindari perkara yang membatalkan puasa, kecuali jika lupa atau dipaksa
atau karena kebodohan yang ditolerir oleh syari’at (jahil ma’dzur).

Jahil ma’dzur/ kebodohan yang ditolerir syari’at ada dua:

1. Hidup jauh dari ulama


2. Baru masuk Islam

Hal-hal yang Membatalkan Puasa:

1. Masuknya sesuatu ke dalam rongga terbuka yang tembus ke dalam tubuh seperti
mulut, hidung, telinga dan dua lubang qubul-dubur dengan disengaja, mengetahui
keharamannya dan atas kehendak sendiri. Namun jika dalam keadaan lupa, tidak
mengetahui keharamannya karena bodoh yang ditolerir atau karena dipaksa, maka
puasanya tetap Sah.
2. Murtad, yakni keluar dari Islam, baik dengan niat dalam hati, perkataan, perbuatan,
walau pun perbuatan murtad tersebut sekejap saja.
3. Haid, nifas dan melahirkan sekali pun sebentar.
4. Gila meski pun sebentar.
5. Pingsan dan mabuk (tidak disengaja) sehari penuh. Jika masih ada kesadaran sekali
pun sebentar, puasanya tetap Sah.
6. Bersetubuh dengan sengaja dan mengetahui keharamannya.
7. Mengeluarkan mani, baik dengan tangan, atau tangan istrinya, atau dengan berhayal,
atau dengan melihat (jika dengan berhayal dan melihat itu dia tahu kalau akan
mengeluarkan mani), atau dengan tidur berdampingan (bersenang-senang) bersama
istrinya. Jika mani keluar dengan salah satu sebab di atas, maka puasanya batal.
8. Muntah dengan sengaja.

Berbagai konsekuensi bagi orang yang tidak berpuasa atau membatalkan puasa
Ramadhan:

1. WAJIB QODHO’ DAN MEMBAYAR DENDA

• Jika membatalkan puasa demi orang lain. Seperti perempuan mengandung dan
menyusui yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan anaknya saja.
• Mengakhirkan qodho’ puasanya hingga datang Ramadhan lagi tanpa ada uzur.

1. WAJIB QODHO’ TANPA DENDA

• Berlaku bagi orang yang tidak berniat puasa di malam hari


• Orang yang membatalkan puasanya dengan selain jima’ (bersetubuh)
• Perempuan hamil atau menyusui yang tidak puasa karena kuatir pada kesehatan
dirinya saja atau kesehatan dirinya dan anaknya.

1. WAJIB DENDA TANPA QODHO’

• Berlaku bagi orang lanjut usia tidak mampu berpuasa.


• Orang sakit yang tidak punya harapan sembuh, ia tidak mampu berpuasa.

1. TIDAK WAJIB QODHO’ DAN TIDAK WAJIB DENDA

• Berlaku bagi orang yang kehilangan akal/ gila yang permanen atau tidak mengalami
kesembuhan.

12. Haji
Secara bahasa, pengertian haji adalah menyengaja atau bermaksud melakukan sesuatu.
Kemudian mengutip dari NU Online, secara istilah, haji adalah menyengaja berkunjung ke
Baitullah/ke ka'bah atau ke tanah suci Mekkah untuk melakukan ibadah pada waktu dan cara
tertentu serta dilakukan dengan tertib. adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci
umat Islam, dan kewajiban wajib bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali
seumur hidup mereka oleh semua orang Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial
mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran
mereka.[2][3][4] Ini adalah satu dari lima Rukun Islam, di samping Syahadat, Salat, Zakat, dan
Sawm. Haji adalah pertemuan tahunan terbesar orang-orang di dunia.[5][6] Keadaan yang
secara fisik dan finansial mampu melakukan ibadah haji disebut istita'ah, dan seorang
Muslim yang memenuhi syarat ini disebut mustati. Haji adalah demonstrasi solidaritas orang-
orang Muslim, dan ketundukan mereka kepada Tuhan (Allah).[7][8] Kata Haji berarti "berniat
melakukan perjalanan", yang berkonotasi baik tindakan luar dari perjalanan dan tindakan ke
dalam niat.[9]
Ziarah terjadi dari tanggal 8 sampai 12 (atau dalam beberapa kasus ke 13[10]) dari Zulhijjah,
bulan terakhir kalender Islam. Karena kalender Islam adalah bulan dan tahun Islam kira-kira
sebelas hari lebih pendek daripada kalender Gregorian, tanggal haji Gregorian berubah dari
tahun ke tahun. Hram adalah nama yang diberikan pada keadaan spiritual khusus di mana
peziarah mengenakan dua lembar putih kain halus. Dan menjauhkan diri dari tindakan
tertentu.[7][11][12]

Haji dikaitkan dengan kehidupan nabi Islam Muhammad dari abad ke-7, namun ritual ziarah
ke Mekkah dianggap oleh umat Islam untuk meregangkan ribuan tahun sampai Ibrahim.
Selama haji, peziarah bergabung dalam prosesi ratusan ribu orang, yang secara bersamaan
berkumpul di Mekkah selama minggu haji, dan melakukan serangkaian ritual: setiap orang
berjalan berlawanan arah jarum jam tujuh kali di sekitar Ka'bah (berbentuk kubus Bangunan
dan arah doa untuk kaum Muslim), berjalan bolak-balik antara bukit-bukit Al-Safa dan Al-
Marwah, minuman dari Sumur Zamzam, sampai ke dataran Gunung Arafah untuk berjaga-
jaga, menghabiskan satu malam di Dataran Muzdalifah, dan melakukan rajam simbolis iblis
dengan melemparkan batu ke tiga pilar. Para peziarah kemudian mencukur kepala mereka,
melakukan ritual pengorbanan hewan, dan merayakan festival global tiga hari Idul
Adha.[13][14][15][16]

Jamaah haji juga bisa pergi ke Mekkah untuk melakukan ritual di lain waktu sepanjang tahun.
Ini kadang disebut "ziarah yang lebih rendah", atau Umrah.[17] Namun, biarpun mereka
memilih untuk melakukan umrah, mereka masih diwajibkan untuk melakukan ibadah haji di
lain waktu dalam hidup mereka jika mereka memiliki sarana untuk melakukannya, karena
Umrah bukan pengganti haji

Anda mungkin juga menyukai