Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
FAKULTAS SYARIAH
TAHUN 2023M/1445H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Fiqh tidak hanya membahas tentang ibadah saja, bahkan dalam
berinteraksi dengan sesama manusia. Bagaimana perilaku seorang muslim dalam
jual beli, sewa menyewa, atau perilaku mereka terhadap tetangga, dalam
pembagian warisan, dsb. Telah tercantum dalam ilmu Fiqh. Ilmu Fiqh telah
menjadi pedoman dari kegiatan muslim, dari ia bangun hingga ia tidur kembali,
karena cakupannya adalah seluruh kegiatan manusia. Namun, penjelasan suatu
kegiatan itu dinyatakan wajib atau tidaknya; atau boleh atau tidak
diperbolehkannya bukan cakupan dari ilmu Fiqh. Terdapat ilmu lain yang
mendampingi ilmu Fiqh dalam menyatakan bahwasannya suatu kegiatan muslim
itu diperbolehkan atau diwajibkan, yaitu ilmu Ushul Fiqh.
Ilmu Ushul Fiqh merupakan ilmu yang mendasari atau menjadi hukum akan
suatu kegiatan yang tertera dalam ilmu Fiqh. Sholat lima waktu adalah hukumnya
wajib; hal ini dapat dijumpai dalam ilmu Fiqh namun penyebab atau dasar dari
diwajibkannya sholat lima waktu merupakan kajian dari ilmu Ushul Fiqh. Selain
itu, dengan Ushul Fiqh para ulama dapat menemukan suatu hukum dari kegiatan
1
atau hal yang belum dapat dijumpai dalam al-Qur’an, Sunnah atau Ijtihad, yaitu
dengan mengikuti kaidah-kaidah yang dituangkan di dalamnya oleh ulama-ulama
terdahulu. Dalam makalah ini, pembahasan kami akan tertuju kepada sejarah dari
ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, serta kedudukan ilmu Ushul Fiqh bagi ilmu Fiqh.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini adalah permasalahan yang akan kami bahas dalam makalah ini:
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kata Fiqh berasal dari kosakata dalam bahasa Arab, faqiha – yafqahu –
Fiqhan yang berarti mengetahui atau memahami/pemahaman. Maksud dari kata
pemahaman di sini adalah pemahaman tentang agama Islam, seperti memahami
ayat-ayat yang mengandung hukum akan suatu perkara yang tercantum dalam al-
Qur’an. Dengan begitu, ulama bukan membuat suatu hukum, akan tetapi
mengutip dari apa yang mereka dapatkan dalam al-Qur’an lalu menetapkannya.1
Dalam banyak literatur diterangkan bahwa maksud dari Fiqh sendiri adalah
ilmu tentang hukum-hukum syariah praktis yang didapatkan melalui dalil-dalil
secara terperinci, atau dalam bahasa Arabnya dikenal:
Sesuai dengan pengertian di atas bahwa Fiqh adalah ilmu yang mengatur perkara-
perkara yang bersifat praktis (dapat diamalkan/dilakukan/dikerjakan). Maka
dalam perkara keyakinan bukan menjadi cakupan dalam ilmu Fiqh.2
Fiqh dan syariat merupakan dua hal yang berbeda. Istilah Fiqh merupakan
sesuatu yang baru diketahui oleh umat muslim, sedangkan syariat sudah ada lebih
dulu. Ruang lingkup syariah lebih luas daripada Fiqh, karena segala yang
diturunkan oleh Allah kepada manusia, baik melalui al-Qur’an atau melalui nabi
merupakan syariat. Dengan begitu, Fiqh merupakan salah satu dari pembahasan
dalam syariat di samping akidah, dsb.3
1
Dr. Hafsah, M.A., Pembelajaran Fiqh, (Bandung: Citapustakan Media Perintis, 2016)
Hal. 3
2
Dr. Agus Muchsin, M.Ag., Ilmu Fiqih: Suatu Pengantar Dialektika Konsep Klasik dan
Kontemporer, (Yogyakarta: Jusuf Kalla School of Government, 2019) Hal. 189-190
3
Ibid., Hal. 1
3
Jika dilihat dari konsep yang tertera dalam ilmu Fiqh, yaitu menjelaskan
hukum-hukum dari perkara yang terjadi dalam hidup seorang muslim, maka Fiqh
sendiri sudah ada semenjak Nabi Muhammad SAW. masih hidup. Hal ini
dikarenakan awal mula adanya atau ditetapkannya hukum dari suatu perkara
diterangkan oleh Nabi sendiri semasa hidupnya dan dapat dipahami bahwa Nabi
hanya menyampaikan syariat dari Allah, bukan membuatnya.4
1. Periode Risalah
4
Ibid, Hal. 4
5
Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M.Fil.I., Pengantar Ilmu Fiqih, (Surabaya: Pena Salsabila,
2013) Hal. 133
6
Ibid, Hal. 133-134
4
Pada masa ini, sumber hukum mengalami pengembangan, yaitu terdapat
ijtihad dari para sahabat di samping perkara yang sudah jelas tertera dalam
al-Qur’an dan sunnah Rasul. Dampak dari perluasan wilayah yang
dilakukan semasa Khulafaur Rasyidin adalah bertambahnya jumlah
pemeluk agama Islam. Perbedaan kultur dari para pemeluk agama Islam
menimbulkan banyak permasalahan yang belum tertera secara jelas dalam
dua sumber hukum sebelumnya, yaitu al-Qur’an dan sunnah. Di sinilah
ijtihad mulai digencarkan untuk memecahkan perkara-perkara tersebut. 7
Dengan diterapkannya ijtihad, maka hukum-hukum yang ditetapkan
bersifat terbuka, dan realistis dengan fenomena yang terdapat kala itu.8
5
berlangsung semenjak zaman ekspansi yang dilakukan oleh Khulafaur
Rasyidin, dan berakhir pada dinasti Umayyah.11
4. Periode Keemasan
Pada periode inilah keempat mazhab besar Fiqh lahir. Bermula dari
zaman Umayyah hingga Abbasiyah, para ulama ahlul hadits dan ahlur
ra’yi menjadi semakin kritis seiring berkembangnya permasalahan dalam
kehidupan umat muslim. Terlebih oleh dinasti Abbasiyah, keilmuan benar-
benar diutamakan, agar seluruh kegiatan benar-benar berlandaskan pada
syariah. Salah satu dari mazhab yang lahir pada zaman ini adalah mazhab
Maliki yang dipelopori oleh imam Malik bin Anas; dan karangan beliau
yang terkenal pada saat itu adalah al-Muwattha’. Pertentangan terjadi
antara dua golongan fuqaha dari ahlul hadits dan ahlur ra’yi, dan berakhir
damai dengan fuqaha ahlur ra’yi membatasi akan pendapat dalam
menggunakan akal sehingga dapat diterima oleh ahlul hadits.12
6
6. Periode Kemunduran Fiqh
15
Prof. Dr. Noor Harisudin, M.Fil.I., Op. cit., Hal. 140-142
16
Ibid, Hal.
17
Dr. Ali Sodiqin, Op. cit., Hal. 48
7
B. Sejarah Perkembangan Ushul Fiqh
Adapun ulama yang terkenal dalam bidang ini adalah imam Syafi’i. Akan
tetapi, sebenarnya Ushul Fiqh sendiri sudah mulai berkembang sejak zaman para
sahabat, yaitu setelah wafatnya Nabi. Hal ini dikarenakan, dengan wafatnya Nabi,
maka Allah menyampaikan bahwa agama Islam telah sempurna, dan dengan
begitu para sahabat melakukan ijtihad untuk menemukan hukum dari perkara-
perkara baru yang belum mereka jumpai semasa Nabi hidup. Dan dengan ijtihad
itulah Ushul Fiqh mulai diterapkan. Namun pada masa itu, Ushul Fiqh hanya
dikenal sebagai ilmu pengetahuan, belum menjadi terapan.20 Ushul Fiqh
digunakan sebagai ilmu terapan ketika ekspansi terjadi, dan permasalahan di
18
Dr. Moh. Bahrudin, M.Ag., Ilmu Ushul Fiqh, (Lampung: Penerbit Aura, 2019) Hal.
19
Ibid, Hal. 4-5
20
Ibid, Hal. 12
8
daerah yang baru dibebaskan belum dapat dijumpai secara akurat dalam al-Qur’an
dan sunnah. Maka ulama pada masa tersebut tidak langsung menetapkan hukum
berdasarkan dua sumber hukum tersebut, melainkan merumuskan dan
mengadakan musyawarah (ijma’) terlebih dahulu dengan ulama lainnya. Hal ini
bertujuan agar tidak terjadi kesimpangan dengan berbagai macam etnis
masyarakat.21
Hingga pada masa tersebarnya ulama menjadi ahlul hadits dan ahlur ra’yi,
mayoritas dari ulama tersebut merupakan murid dari sahabat-sahabat Nabi. Pada
masa ini, kerap dijumpai permasalahan yang ada diselesaikan bukan dengan nash
asli dari al-Qur’an atau sunnah, melainkan dengan istinbath, atau mengambil inti
dari suatu nash asli dan mencari persamaan dengan fenomena yang terjadi. Akan
tetapi, pada masa ini pula pemalsuan hadits mulai bermunculan. Maka sangat
penting untuk mengetahui sanad atau silsilah dari perawi hadits tersebut agar
dapat dinyatakan sebagai hukum syar’i.22
21
Ibid, Hal. 14-15
22
Ramli, S.Ag., M.H., Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Nuta Media, 2021) Hal. 11-12
23
Ibid, Hal. 13
24
Dr. Moh. Bahrudin, M.Ag., Op. cit., 20-21
25
Ibid, Hal. 18-19
26
Ramli, S.Ag., M.H., Op. cit., Hal. 14-16
9
C. Keterkaitan Antara Fiqh dan Ushul Fiqh
27
Dr. Ali Sodiqin, Op. cit., Hal. 27
28
Ridwan Hamidi, Epistemologi Islam: Telaah Bidang FIqih dan Ushul Fiqih, dalam
Prosidig Seminar Nasional: Pengembangan Epistemologi Ilmu Hukum (Surakarta, 2015) Hal. 450-
451
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
transparansi, perlakuan yang adil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan
data/informasi konsumen, dan penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa
konsumen secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau.
12
DAFTAR PUSTAKA
Bahrudin, M.Ag., Dr. Moh. 2019. Ilmu Ushul Fiqh. Lampung: Penerbit Aura.
Hamidi, Ridwan. 2015. "Epistemologi Islam: Teah Bidang Fiqih dan Ushul
Fiqih." Prosiding Seminar Nasional: Pengembangan Epistemologi Hukum
445-457.
Harisudin, M.Fil.I., Prof. Dr. M. Noor. 2019. Pengantar Ilmu Fiqh. Surabaya:
Penerbit Pena Salsabila.
Muchsin, M.Ag., Dr. Agus. 2019. Ilmu Fiqih: Suatu Pengantar Dialektika Konsep
Klasik dan Kontemporer. Yogyakarta: Jusuf Kalla School of Governmernt.
Ramli, S.Ag., M.H. 2021. Ushul Fiqh. Yogyakarta: Penerbit Nuta Media.
Sodiqin, Dr. Ali. 2012. Fiqh dan Ushul Fiqh: Sejarah, Metodologi, dan
Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta: Beranda Publishing.
13