Anda di halaman 1dari 4

Nama : Firda Aulia

Kelas : X MIPA 2

BAB I

Konsep Fiqih dalam Islam

Kata fikih terambil dari bahasa Arab, yakni kata fiqhun, yang secara bahasa terambil dari
kata faqiya yafqahu fiqhan yang berarti (pemahaman yang mendalam). Karena fikih
merupakan pemahaman yang mendalam, maka ia mensyaratkan pengerahan potensi akal secara
maksimal dengan metodologi keilmuan yang ketat. Ilmu fikih dikenal sebagai salah satu bidang
keilmuan dalam syari’at Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum atau aturan
yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik menyangkut individu,
masyarakat, maupun hubungan manusia dengan Penciptanya.

Definisi fikih secara istilah mengalami perkembangan dari masa ke masa, sehingga tidak
pernah bisa kita temukan satu definisi yang tunggal. Pada setiap masa itu para ahli merumuskan
pengertiannya sendiri. Contohnya, Abu Hanifah mengemukakan bahwa fikih adalah
pengetahuan manusia tentang hak dan kewajibannya. Dengan demikian, fikih bisa dikatakan
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia dalam berislam, yang bisa masuk pada wilayah
akidah, hukum, ibadah dan akhlak. Pada perkembangan selanjutnya, ada definisi yang paling
populer, yakni definisi yang dikemukakan oleh al-Amidi yang mengatakan bahwa fikih sebagai
ilmu tetang hukum syara’ yang bersifat praktis yang diperoleh melalui dalil yang terperinci. Di
samping definisi yang tersebut di atas, ada beberapa definisi fikih yang dikemukakan oleh
ulama ushul fikih yakni:

1. Ilmu yang mempunyai tema pokok dengan kaidah dan prinsip tertentu. Definisi ini muncul
dikarenakan kajian fikih yang dilakukan oleh fukaha menggunakan metode-metode tertentu,
seperti kias, istihsan, istishab, istislah dan sadduz zari’ah.

2. Ilmu tentang hukum syar’iyyah yang berkaitan dengan perbuatan manusia, baik dalam
bentuk perintah (wajib), larangan (haram), pilihan (mubah), anjuran untuk melakukan
(sunnah), maupun anjuran agar menghindarinya (makruh) yang didasarkan pada sumber-
sumber syari’ah, bukan akal atau perasaan.

3. Ilmu tentang hukum syar’iyyah yang berkaitan dengan ibadah dan mu’amalah. Dari sini bisa
dimengerti kalau fikih merupakan hukum syari’at yang lebih bersifat praktis yang diperoleh
dari istidlal atau istinbath (penyimpulan) dari sumber-sumber syari’at (al-Qur’an dan al-Hadis).

4. Fikih diperoleh melalui dalil yang terperinci (tafshili), yakni al-Qur’an dan al-Sunnah, kias
dan ijma’ melalui proses istidlal, istinbath atau nadhar (analisis). Oleh karena itu tidak disebut
fikih manakala proses analisis untuk menentukan suatu hukum tidak melalui istidlal atau
istinbath terhadap salah satu sumber hukum tersebut.

Ulama fikih sendiri mendefinisikan fikih sebagai sekumpulan hukum amaliyah (yang akan
dikerjakan) yang disyari’atkan dalam Islam. Dalam hal ini kalangan fuqaha membaginya
menjadi dua pengertian, yakni: pertama, memelihara hukum furuk (hukum keagamaan yang
tidak pokok) secara mutlak (seluruhnya) atau sebagiannya. Kedua, materi hukum itu sendiri,
baik yang bersifat qath’i maupun yang bersifat dhanni.

Sementara itu, Musthafa Ahmad az-Zarqa, seorang pakar fikih dari Yordania, membagi fikih
menjadi dua, yaitu ilmu tentang hukum, termasuk ushul fikih dan kumpulan hukum furuk.

Sejarah Perkembangan Ilmu Fiqih

1. Periode Rosulullah ( 13 sebelum Hijriah- 11 Hijriah)

Dimulai ketika Muhammad SAW diangkat menjadi Nabi dan Rasul. hingga beliau wafat.
Periode ini terjadi selama 22 tahun lamanya (11H/632M). Pada periode ini terdapat dua masa
yaitu Madinah, dan Mekkah.

o Periode Mekkah: masyarakat diarahkan untuk memperbaiki Aqidah, karena akidah yang
benar inilah yang menjadi fondasi hidup. Dimulai saat Muhammad menjadi Rasul hingga
hijrah ke Madinah.
o Periode Madinah: disyariatkan hukum yang meliputi keseluruhan bidang ilmu fiqih. Pada
periode ini juga disebut oleh ulama fiqih sebagai periode revolusi sosial politik. Karena
mulai banyaknya persoalan hukum karena bertambahnya kaum muslimin.
Ada 2 hukum yang digunakan pada periode ini:
a. Al-Qur'an
b. Al-Sunnah
2. Periode Al-Khulafaur Rasyidin
Bermula sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 11 dan berakhir ketika
Muawiyah bin Abi Sufyan menjabat sebagai khalifah pada tahun 41 H. Pada masa ini Islam
sudah meluas dan mengakibatkan timbul masalah-masalah. Pada periode ini sumber hukum
fiqih bukan hanya dari Al-Qur'an dan Al Sunnah saja karena muncul ijtihad yang dilakukan
oleh para sahabat. Pada periode ini. Ijtihad memecahkan persoalan hukum dan pada masa ini
persoalan hukum semakin kompleks. Karena banyaknya pemeluk Islam dari berbagai budaya.
3. Periode Awal Pertumbuhan Fiqih
Dimulai pada pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2. Pada periode ini awal mula
perkembangan ilmu fiqih mulai melesat pesat karena tersebarnya para sahabat Nabi ke setiap
penjuru daerah. Di Mekkah dan di Madinah. Dan tentu saja muncul permasalahan-
permasalahan. Untuk menjawab persoalan yang ada di Mekkah adalah Abdullah bin Abbas dan
sahabat lainnya yang menempati daerah tersebut, sedangkan di kota Madinah adalah Abdullah
bin Umar bin al-Khattab dan Zaid bin Sabit. Untuk menjawab berbagai macam persoalan para
fuqaha Madinah dan Mekkah menggunakan Al-Qur'an dan hadits Nabi.
Pada periode ini juga terbentuknya berbagai mahzab seperti, mahzab seperti fiqih Al-Auza'l,
fiqih An-Nakha'l, fiqih Alwamah bin Qais, dan fiqih Sufyan As-Sauri.
4. Periode Keemasan
Pada masa ini fiqih semakin berkembang terjadi di awal abad ke-2 hingga pertengahan abad
ke-4 H.
Ciri khas pada periode ini:
o Ijtihad dari para sahabat nabi yang menyebabkan berkembangnya pemikiran dalam
berbagai bidang
o Dinasti Abbasiyah yang kuat dalam berbagai bidang ilmu
o Dituliskannya kitab fiqih yang dijadikan pegangan untuk pedoman yang resmi bagi
pemerintah dan lembaga peradilan dengan judul Al-Muwaththa (yang disepakati)
o Awal mula timbulnya berbagai mahzab fiqih. Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali
o Dimulainya penyusunan kitab fiqih dan usul fiqih
5. Periode Tahrir, Takhrij, dan Tarjih dalam mahzab fiqih
Periode tahrir, takhrij dan tarjih dalam mazhab fiqh dimulai sejak abad ke-4 sampai
pertengahan abad ke-7 H. Pengertian dari tahrir, takhrij dan tarjih itu sendiri adalah upaya yang
dilakukan ulama masing-masing mazhab dalam mengomentari, memperjelas dan mengulas
pendapat para imam mereka. Melemahnya semangat ijtihad di kalangan ulama fiqih dan itu
menjadi tanda atau ciri dari periode ini, mujtahid mustaqill (mujtahid mandiri) jarang
ditemukan.
Akibatnya muncul sikap at-ta'assub al-mahzabi (sikap fanatik buta terhadap satu mahzab)
yang ingin memperthankan mahzab imamnya. Persaingan antar pengikut mahzab pun tidak
dapat dihindari.
6. Periode Kemunduran Fiqih
Periode ini dimulai sejak pertengahan abad ke-7 sampai munculnya Majalah al Ahkam al-
'Adliyyah (Hukum Perdata Kerajaan Turki Usmani) pada 23 sya'ban tahun 1293. Ulama fiqih
lebih menjelaskan tentang kandungan kitab fiqih yang telah disusun mahzabnya masing-
masing.
Menurut Mustafa Ahmad Az-Zarqa ada tiga perkembangan fiqih yang menonjol pada periode
ini, di antaranya adalah :
o Upaya pembukuan terhadap berbagai fatwa mulai muncul
o Beberapa produk fiqih sesuai keinginan penguasa Turki Usmani mulai muncul, seperti
diberlakukannya istilah at-Taqaddum (kedaluwarsa) di pengadilan.
o Di akhir periodenya muncul Gerakan kodifikasi hukum (fiqih) Islam sebagai mazhab rezmi
pemerintah.

7. Periode Pengkodifikasian Fiqih

Periode ini dimulai sejak Majalah al-Ahkam al- 'Adliyyah sampai sekarang, upaya
penkodifikasian ini semakin luas dan beragam.

Menurut Mustafa Ahmad az-Zarqa ada tiga ciri yang mewarnai perkembangan fiqih pada
periode ini, di antaranya:
a) Pengkodifikasian fiqih sesuai tuntutan zaman mulai muncul
b) Upaya pengkodifikasian fiqih semakin meluas
c) Munculnya upaya pengkodifikasian berbagai hukum fiqih yang tidak terikat dengan mahzab
fiqih tertentu.

Kesimpulan
Setelah mengetahui sejarah dan perkembangan ilmu fiqih dapat disimpulkan beberapa hal
seperti, ilmu fiqih sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW, dimulai dari diubahnya akidah
sebagai fondasi hidup, lalu disyariatkannya keseluruhan ilmu fiqih, pembukuan, sampai
pengkodifikisian. Sumber-sumber dari ilmu fiqih di antaranya adalah Al-Qur'an, Al Sunnah
(Hadits), dan ijtihad para sahabat.

Dalam perkembangannya ilmu fiqih mengalami berbagai macam hal, ada periode pada saat
keemasan dan ada periode kemundurannya. Pada zaman modern ini ulama fiqih memiliki
kecenderungan kuat untuk melihat berbagai pendapat dari berbagai pandangan, perbedaan,
serta kelebihan dan kelemahan dari masing-masing mahzab, sehingga orang awam tidak sulit
untuk memilih pendapat yang diambil

Anda mungkin juga menyukai