Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PERIODISASI ILMU FIQH

Diajukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Fiqih

Dosen Pengampu: Athifah M. Pd

Oleh:

Reyni Izzah Aghnia

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN

SUMENEP MADURA

TAHUN 2022
PENDAHULUAN
Ilmu fiqih adalah salah satu ilmu dalam syariat islam yanag membahas
khusus tentang persoalan hukum ynag mengatur berbagai aspek kehidupan
manusia baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia
dengan Allah. Didalam ilmu fiqih terdapat dua objek pembahasan yaitu tentang
ibadah dan mu’amalah.
Ibadah sendiri merupakan perbuatan seseorang yang berhubungan dengan
Allah sedangkan mu’amalah merupakan perbuatan seseorang yanag berhubungan
dengan manusia laiannya. Dalam pengembangannya, ilmu fiqih memiliki
beberapa periode mulai dari zaman Rasulullah hingga saat ini,maka pembahasan
makalah saya kali ini adalah: apa pengertian ilmu fiqih? Bagaimana sejarah
perkembangannya?
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Fiqih
1. Secara etimologis
Secara bahasa fiqih adalah bentuk mashdar dari ‫يفقه‬-‫( فقه‬faqiha-
yafqahu) yang berarti paham, dengan qaf berharakat dhammah artinya
fiqih menjadi sifat alaminya, faqaha dengan fathah artinya lebih dulu
paham dari yang lain. Yang berarti fiqih adalah pemahaman yang benar
tentang apa yang diharapkan.1
2. Secara terminologis
Sedangkan secara istilah fiqih adalah ‫ة‬00‫رعية العملي‬00‫ام الش‬00‫العلم باالحك‬
‫يلية‬00‫ا التفص‬00‫ب من ادلته‬00‫“ المكتس‬pengetahuan tentang hukum-hukum syariat
praktis berdasarkan dalil-dalil rincinya”. Yang dimaksud ‫معرفة‬ 
“pengetahuan” mencakup ilmu pasti dan duagaan, hukum-hukum syariat
ada yang diketahui secara pasti dari dalil yang meyakinkan dan ada yang
diketahui secara dugaan. Masalah-masalah ijtihad yang menjadi bahan
perbedaan pendapat di kalangan ulama adalah masalah dugaan karena
jika diketahui secara yakin, maka pasti tidak ada perbedaan pendapat.
Yang dimaksud ‫رعية‬000‫ام الش‬000‫“ األحك‬hukum-hukum syariat” adalah
seperti wajib dan haram. Fiqih tidak membahas hukum-hukum logika,
seperti "semua itu lebih besar dari sebagian," maupun hukum-hukum
alam.
Yang dimaksud dengan ‫(“ العملية‬hukum) praktis,” fiqih tidak
membahas permasalahan keyakinan. Ajaran tentang keyakinan dibahas
dalam ilmu aqidah. Para ulama menyebutnya ‫ الفقه األكبر‬al-fiqh al-akbar
“Fiqih agung.” Oleh karena itu, hadis Nabi “Barangsiapa yang Allah
kehendaki menjadi baik maka Allah faqihkan dia terhadap agama”
mencakup ilmu fiqih dan ilmu aqidah. Sedangkan yang dimaksud
dengan ‫“ بأدلتها التفصيلية‬berdasarkan dalil-dalil rincinya” adalah dalil yang
langsung berhubungan dengan suatu praktek.

Mujammi’ Abdul Musyfi, Al-Mulakkhasu Fi ’Ilmi Ushuulilfihqi (Sumenep: Mutiara


1

Press, 2019), 2.
B. Sejarah perkembangan fiqih
1. Periodisasi perkembangan ilmu fiqih
a. Periode pertama masa Rasulullah Saw.
Peridode ini merupakan semasa Rasulullah Saw. masih hidup,
Penetapan hukum Islam seiring dengan turunnya kitab suci Al-Qur’an
secara berangsur-angsur.2 Jadi Al-Qur’an jelas menjadi sumber hukum
utama sejak awalnya hingga sekarang, dan ini tidak ada perbedaaan di
kalangan fuqaha(ahli fiqih). Pembentukan hukum langsung dilakukan
oleh Rasulullah Saw, bahkan apabila ayat yang turun belum
menjelaskan sebuah peristiwa yang menuntut adakan ketetapan
hukum, maka Rasulullah Saw. menetapkannya yang tentunya dengan
bimbingan dari Allah Swt. dan hal ini disebut dengan sunnah. Istilah
fiqih pada periode ini memang tidak disebutkan secara jelas seperti
sekarang yakni “Ilmu Fiqih Islam”, namun aktivitasnya sama dengan
masa sekarang, yakni mengandung pengertian kegiatan untuk
mengetahui dan memahami dalil dari Al-Qur’an dan Hadist. Fiqih
pada periode Rasulullah Saw. ini dipahami sebagai keseluruhan
ketentuan hukum Islam yang dapat dipahami dari nash.
Pada periode Rasulullah Saw. ini terbagi kepada dua periode yang
masing-masing mempunyai corak tersendiri. Yaitu periode Makkah
dan Periode Madinah.3
1) Periode Makkah
Periode pertama dalam periode Nabi ialah periode Makkah,
yakni masa selama Rasulullah Saw. menetap dan berkedudukan di
Makkah selama 12 tahun dan beberapa bulan, semenjak beliau
diangkat menjadi Nabi hingga beliau berhijrah ke Madinah.
Dalam masa ini, Umat Islam masih sedikit dan masih lemah,
2
Muhammad Makruflis, “Periodesasi Hukum Islam Dalam Perspektif Sejarah,” Jurnal
Indra Tech 2, no. 01 (2021): 114.
3
Kurniaati, Darussalam Syamsyudi, and Hindun Umiyati, “Periodisasi Perkembangan
Pemikiran Dalam Islam (Suatu Telaah Historis Kultural),” Jurnal Kajian Keislaman 10,
no. 2 (2022).
belum dapat membentuk dirinya sebagai suatu umat yang
mempunyai kedaulatan dan kekuasaan yang kuat.
Nabi telah mencurahkan tauhid ke dalam jiwa masing-
masing individu dalam masyarakat Arab serta menjauhkan
manusia dari menyembah berhala menuju penghambaan yang
nyata, disamping beliau menjaga diri dari aneka rupa gangguan
bangsanya.
2) Periode Madinah
Periode kedua dalam periode nabi ialah periode Madinah,
Yakni masa dimana Rasulullah Saw. telah berhijrah ke Madinah
dan menetap di sana selama 10 tahun sampai Beliau wafat. Dalam
masa inilah umat Islam berkembang dengan pesatnya dan
pengikutnya terus menerus bertambah. Rasulullah Saw. mulai
membentuk suatu masyarakat Islam yang berkedaulatan.
Karena itu timbulah keperluan untuk
membentuk syari’at dan peraturan-peraturan bagi masyarakat
guna mengatur hubungan antar anggota masyarakat satu dengan
lainnya dan hubungan mereka dengan umat lainnya dalam tatanan
kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
disyari’atkan hukum-hukum perkawinan, talak, wasiat, jual beli,
sewa, hutang-piutang dan semua transaksi. Demikian juga yang
berhubungan dengan pemeliharaan keamanan dalam masyarakat,
dengan adanya hukum pidana dan lain sebagainya.
b. Periode masa khulafaurrasyidin sampai pertengahan abad ke-3 H
Mudahlah kiranya pada masa Raslulullah SAW. bahwa setiap
persoalan langsung diserahkan kepada kepada beliau. Muncul
problema saat Nabi telah tiada. Namun demikian secara realitanya,
setelah Rasulullah SAW. wafat pada tahun 11 H (623 M), para sahabat
makin giat mempelajari Al-Qur’an dan memahami maknanya dengan
jalan riwayat secara lisan dari sahabat yang satu kepada sahabat yang
lain, terutama mereka yang banyak mendengarkan hadis dan tafsir
dari Nabi. Nashruddin Baidan menjelaskan bahwa penafsiran para
sahabat dalam menetapkan hukum Islam pada mulanya didasarkan
atas sumber yang mereka terima dari Nabi. Mereka banyak
mendengarkan tafsiran Nabi dan memahaminya dengan baik. Mereka
menyaksikan peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat dan
menguasai bahasa Arab secara baik. Mereka juga mengetahui dan
menghayati budaya serta adat istiadat bangsa Arab. 5 Penafsiran
sahabat pada umumnya adalah menggunakan riwayat (ma’tsur). Akan
tetapi penggunaan ra’yi sebagai sumber tafsir pada kenyataannya juga
sudah muncul pada masa-masa sahabat.
c. Periode pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2 H
Pada masa setelah para sahabat ini disebut masa tabi‟in. Kader
ulama yang berhasil dibina dan muncu kepermukaan masa tabi‟in ini
adalah Said bin Musayyah (15-94H) di Madinah, Ata bin Abi Raba
(27-114H) di Mekkah, Ibrahim Nakhail (w. 76H) di Kuffah, Al-Hasan
Al-Basri (642-728M) di Basyrah. Di daerah masing-masing meraka
menjadi rujukan tentang syiar Islam terutama tentang penafsiran dan
penetapan hukum Islam Namun demikian sifat fanatisme mulai
muncul pada masa ini mereka cenderung mengedepankan metode
ijtihad sahabat yang ada di daerahnya. Pada periode ini definisi fiqih
tidak sebatas lagi sebagai ilmu umum keislaman, tetapi sudah
menjelma menjadi salah satu cabang ilmu keislaman yang
mengandung pengertian “mengetahui hukum-hukum syara‟ yang
bersifat praktis (amali) yang didasarkan pada dalil-dalil terperinci.

d. Periode pertengahan abad ke-2 sampai abad ke-4 H


Periode ini memunculkan kegemilangan pengetahuan khususnya
dalam bidang hukum Islam dengan memunculkan mazhab sebagai ciri
khasnya, yaitu hadirnya mazhab Syafi‟i, Hanafi, Maliki, dan Hambali
e. Periode Pertengahan Abad ke-7 H sampai munculnya Majallah Al-Ahkam
al- ‘Adliyyah pada tahun 1256 H.
Seiring dengan semakin lengkapnya sumber kitab-kitab hukum
Islam di masa sebelumnya dengan hadirnya imam mazhab, maka pada
periode ini muncul sifat lemahnya semangat ijtihad, bahkan cenderung
munculnyataklid serta ta‟assub mazhab. Penyelesaian persoalan fiqih
selalu dirujuk secara fanatisme ke mazhab masing-masing sehingga
cenderung tidak lagi melakukan ijtihad. Upaya pengembangan
keilmuan fiqih dan ushul fiqih berikut kajian-kajiannya memudar.
f. Periode Munculnya Majallah Al-Ahkam Al- ‘Adliyyah sampai
Sekarang
Periode perkembangan hukum Islam masa ini terpusat pada
pembetukan kepanitiaan kodifikasi hukum perdata. Kepanitiaan ini
berhasil menyusun Hukum Perdata Turki Usmani yang bernama
“Majallah al-Ahkam Al-Adhliyyah” yang berisikan 1851 pasal.
Kemudian berdasarkan kitab ini, pada ulama dan hakim di wilayah
lain di bawah kekuasaan Turki Usmani mulai menyusun kodifikasi
hukum dengan fokus yang lebih sempit, baik dalam bidang perdata
maupun dalam bidang ketatanegaraan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Musyfi, Mujammi’. Al-Mulakkhasu Fi ’Ilmi Ushuulilfihqi. Sumenep:
Mutiara Press, 2019.
Kurniaati, Darussalam Syamsyudi, and Hindun Umiyati. “Periodisasi
Perkembangan Pemikiran Dalam Islam (Suatu Telaah Historis Kultural).”
Jurnal Kajian Keislaman 10, no. 2 (2022).
Makruflis, Muhammad. “Periodesasi Hukum Islam Dalam Perspektif Sejarah.”
Jurnal Indra Tech 2, no. 01 (2021).

Anda mungkin juga menyukai