Anda di halaman 1dari 10

PERIODISASI HUKUM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Sejarah Hukum Islam Indonesia

DOSEN PENGAMPU :

Helmi Al Djufri, S.Sy.,M.Si

Disusun Oleh :

Sarpani

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada junjungan alam yakni baginda Nabiullah Muhammad
SAW kepada keluarga, sahabat, tabiin maupun kepada para pengikutnya hingga akhir zaman

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat, nikmat
sempat serta nikmat yang lain-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul "PERIODISASI
HUKUM ISLAM"

Perlu di ketahui bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itukritik dan saran dari semua pihak amat penulis harapkan untuk tugas-tugas
selanjutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan bagi
diri penulis pada khususnya
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, melainkan juga
hubungan manusia dengan sesama serta dengan lingkungan sekitarnya.

Ketika Islam dibumikan dalam masyarakat, tentu memiliki banyak aspek. Salah
satunya adalah sistem hukumnya. Sebagai salah satu agama samawi, Islam hadir ke dalam
ruang lingkup masyarakat Arab jahiliyah dengan membawa syariah yang sempurna hingga
mampu mengatur relasi yang adil antar individu manusia dalam masyarakat.

Hadirnya Nabi Muhammad SAW dengan membawa ajaran-ajaran Islam, dapat dinilai


sebagai perubahan sosial terhadap kejahiliahan yang berlangsung dalam masyarakat.
Terutama, pada sistem hukum yang bersumber dari wahyu dan petunjuk Allah SWT. Sesuai
dengan sunah yang menyebutkan bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin, maka hukum
Islam dapat diterapkan dalam semua masa dan untuk semua bangsa. Karena di dalamnya
terdapat cakupan yang begitu luas dan elastisitas untuk segala zaman dan tempat. Untuk itu
pada makalah ini akan dibahas periode hukum islam pada masa rasulullah hingga masa
Khulafaurrasyidin

2. Rumusan masalah

1.Bagaimana pembentukan dan pembinaan hukum islam pada masa Rasulullah

2. Bagaimana penafsiran dan fatwa hukum islam pada masa Khulafaurrasyidin

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui Bagaimana pembentukan dan pembinaan hukum islam pada masa
Rasulullah

2. Bagaimana penafsiran dan fatwa hukum islam pada masa Khulafaurrasyidin


BAB II
PEMBAHASAN

1. Periode Pengembangan Hukum Islam pada Zaman Rasul

Yang menjadi fokus utama pada makalah ini salah satunya yaitu periode
perkembangan hukum Islam pada masa Rasulullah SAW (periode risalah). Sejarah
perkembangan hukum Islam pada masa Rasulullah ada dua periode, yaitu periode Mekkah
dan periode Madinah. Periode Mekkah, yaitu sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah dan
periode Madinah, yaitu setelah Rasulullah Hijrah ke Madiah.

Fase ini berawal ketika Nabi Muhammad Saw diutus oleh Allah Swt untuk membawa
wahyu berupa Al-Qur’an ketika baginda sedang berada dalam gua Hira pada hari Jumat 17
Ramadhan tahun 13 SH. Bertepatan dengan tahun 610 M.

Wahyu terus turun kepada Rasulullah di Mekkah selama 13 tahun dan berlangsung
ketika beliau berada di Madinah dan di tempat-tempat lain setelah hijrah selama 10 tahun,
sampai Rasulullah wafat pada tahun 11 H.

Terkadang, wahyu turun dalam bentuk Al-Qur’an yang merupakan kalamullah dengan
makna dan lafaznya, dan terkadang juga hanya berupa makna sementara lafaznya dari
Rasulullah atau kemudian termanifestasikan dalam bentuk hadis. Dengan kedua sumber
inilah perundang-undangan Islam ditetapkan.

A. Syariat Islam pada periode Mekkah

Periode ini terhitung sejak diangkatnya Nabi sebagai Rasulullah sampai beliau hijrah
ke Madinah. Pada periode ini, yang paling pokok ditekankan dalam ajaran Islam adalah
masalah ketauhidan atau akidah. Karena tauhid inilah yang menjadi fondasi bagi segala
amaliah lainnya.

Garis besar ayat-ayat Makkiyah menerangkan pada permasalahan yang pokok,


khususnya masalah ketauhidan dengan mengenalkan hal-hal yang gaib seperti iman kepada
Allah, Malaikat, hari akhir, adanya kehidupan setelah kematian dan lain-lain.

Ayat Al-Qur’an juga menyentuh akal manusia dengan menyebut kejadian alam
semesta, serta mengkritik adanya penyakit diri dan sosial, seperti keserakahan, tamak, serta
pelit. Hal itu menarik peneliti untuk menelaah Al-Qur’an sehingga tak sedikit dari mereka
yang masuk Islam, salah satunya adalah Umar bin Khattab.

Dari ketauhidan ini, Al-Qur’an menekankan kebebasan sebagai inti ajaran Islam.
Kebebasan yang merupakan hak alamiah dan harus diimbangi dengan keharusan menunaikan
kewajiban, yaitu kebebasan secara baik.

Islam melakukan cara-cara persuasi dalam penetapan nilai-nilai dasar tersebut selama
13 tahun. Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125, yang berbunyi:

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta
debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling
tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat
petunjuk

Dengan bahasa sederhana, umat Islam di masa awal ini diberikan pengetahuan yang
mendalam tentang makna ketuhanan. Di mana, mereka harus menyembah Allah secara tulus,
berkewajiban menjaga silaturrahmi dengan sesamanya, dan mendamaikan mereka yang
berselisih.

B. Syariat Islam pada Periode Madinah

Jauh sebelum menyatakan hijrah ke Madinah, sudah ada beberapa orang Yatsrib yang
memeluk Islam. Nabi Muhammad hijrah ke Madinah setelah sebelumnya mengutus Mus’ab
bin Umair untuk memberikan pengajaran tentang keislaman kepada masyarakat Madinah.
Setelah menerima pengajaran dari Mus’ab, masyarakat Madinah bersedia, bahkan mengharap
kedatangan Rasulullah dari Makkah.

Adapun hal-hal pertama yang Rasulullah lakukan setelah hijrah adalah:

a. Mendirikan masjid,
yang kemudian dijadikan pusat seluruh kegiatan keagamaan, seperti, shalat, belajar,
juga dijadikan tempat pertemuan, menyelenggarakan pengadilan, serta pekerjaan lainnya.

b. Mempersaudarakan kaum Anshar dan kaum Muhajirin.

Kaum Anshar adalah penduduk asli Madinah, sedangkan kaum Muhajirin adalah
pendatang baru dari Mekkah

c. Membentuk piagam Madinah.

Penduduk Madinah majemuk pada waktu itu dapat digolongkan menjadi 3 golongan.
Pertama, kaum muslimin yang terdiri dari kaum Anshar dan kaum Muhajirin. Kedua, bangsa
Yahudi yang terdiri dari Bani Nadzir dan Bani Quraidhah. Ketiga, bangsa Arab yang masih
memeluk agama nenek moyang.

Meletakkan dasar politik, ekonomi dan sosial untuk mewujudkan masyarakat baru.
Nabi menjadikan Islam sebagai agama dan negara. Karena masyarakat Islam telah terwujud,
maka menjadi suatu keharusan Islam untuk menentukan dasar-dasar yang kuat bagi
masyarakat yang baru terbentuk.

Pada periode ini, diletakkan ajaran yang bernuansa hukum. Ayat Al-Qur’an pada
periode Madinah ini banyak yang membahas masalah hukum. Karena pada saat itu, umat
Islam sudah memiliki moral yang kuat, akidah yang mapan, serta akhlak yang baik.

Sehingga, hal tersebut dapat menjadi landasan yang kokoh dalam melaksanakan tugas lain.
Dan juga hukum itu dapat dilaksanakan bila dilindungi oleh kekuatan politik.

Dalam periode ini, kekuatan politik itu sudah dibangun berbentuk “piagam Madinah”.
Periode ini disebut dengan periode penataan dan pemapanan masyarakat sebagai masyarakat
percontohan.

2. PERIODE HUKUM ISLAM PADA MASA KHULAFURRASYIDIN

Sumber Hukum

1.Al Quran

Seperti yang sudah dipaparkan diawal bahwa Al Quran adalah sumber awal dalam
penggalian atau pembentukan hukum islam, apakah itu pada masa Nabi, Sahabat, Tabi’in
hingga sekarang peran al Quran sebagai Sumber Hukum Islam Pertama atau primer yang
wajib didahulukan daripada sumber hukum lainnya. Al Quran adalah kalam Allahyang
diimplementasikan dalam bentuk kalam insan yang diberikan kepada NabiMuhammad SAW
bertahap- tahap sesuai dengan permasalahan yang terjadi disekitar Nabi pada masa itu, atau
permasalahan yang ditanyakan kepada Nabi, atau hal -hal lainnya yang belum diketahui
manusia.

Walaupun Al Quran ini diturunkan disuatu daerah yang terkenal dengan padang
pasirnya yang panas,namun unsur- unsur esensial atau filosofi dalam Al Quran ini berlaku
umum bagi seluruh lapisan manusia di berbagai daerah dan waktu. Hanya saja yang
dibutuhkan adalah pemahaman nilai- nilai ajarannya dengan menggunakan pemahaman atau
tafsir yang sesuai dengan jiwa hukumnya.

2.Hadits

Bila ada suatu masalah hukum yang tidak terdapat pada al Quran, maka selanjutnya
para sahabat selalu mengembalikan permasalahan hukum tersebut kepada al Hadits selaku
sumber hukum kedua (Sekunder). Hal ini juga berlaku umum untuk seluruh masa
perkembangan hukum islam. Pada masa Khulafa’ur Rasyidin, proses Takhrijul Hadits
Listinbatil Hukmi benar -benar diawasi dengan sangat ketat, agar tidak ada satupun hadits
yang diriwayatkan oleh perowi dalam keadaan maudhu’ atau dibuat- buat. Bahkan sahabat
Abu bakar dan Umar pun mensyaratkan para perowi untuk menyebutkan para rijalul
haditsnya ketika meriwayatkan suatu hadits tertentu.

Kelemahan dari penggunaan dalil hukum islam ini belum dibukukannya hadits,
sehingga tiap- tiap sahabat memiliki kuantitas hafalan dan pengetahuan yang berbeda- beda
antara satu dengan yanglain, sehingga hasil ijtihad yang diambil pun kadang- kadang
bertentangan dengan pendapat sahabat yang lain. Namun, untuk mengatasi masalah ini, para
sahabat sering menggunakan metode ijma’ atau diskusi serta tanya jawab dengan sahabat
yang lainnya. Sehingga akan tercipta khazanah keilmuan yang mumpuni pada diri masing-
masing sahabat dengan adanya diskusi atau periwayatan hadits.

3 Ijtihad Sahabat

Jika dalam suatu permasalahan yang muncul itu tidak ditemukan hukumnya dalam al
Quran maupun Hadits, maka para sahabat pun berijtihad dengan menggunakan Ro’yu atau
buah pemikiran mereka. Ijtihad adalah mencurahkan segenap kesungguhan dalam penggalian
hukum syar’i yang bersumber dari al Quran dan Hadits yang telah ditetapkan sebagai dalil
hukum.Ijtihad yang dilakukan para sahabat dalam periode ini biasanya menggunakan metode
ijma’ atau qiyas, baru kemudian maslahah.

Ijma’ terjadi secara jama’iterhadap suatu permasalahan, namun pada masa ini ijma’
tidak harus dalam suatuacara yang formal namun bisa berbentuk diskusi atau tanya jawab
antara duaorang sahabat atau lebih, yang walaupun biasanya masing- masing punya
metodesendiri-sendiri sehingga jarang sekali terjadi penyatuan pendapat, namun perbedaan
ini tidak sampai menimbulkan konflik di kalangan umat islam itusendiri, hal ini malah
mampu menambah tsarwah fiqhiyyah mereka.

Dalam metode qiyas para sahabat mengambil hukum dari nash-nash yang bisa dikaji
ulang, dengan asumsi bahwa setiap nash itu punya illat (sebab hukum) yang menjelaskan
sebab hukumnya, punya illat yang bisa dijadikan dasar penggalian hukumnya, punya illat
yang bisa memungkinkan masuknya kategori permasalah baru yang di dalamnya dijumpai
adanya illat tersebut, sedangkan nash itu tidak menghukumi perkara baru tersebut. Bila kedua
hal itu tidak bisa dilakukan maka biasanya para Kaba’irus Shohabah mencari jiwa hukumnya
atau subtansi hukumnya yang menurut mereka pasti akan mempunyai satu arah tujuan yaitu
kemaslahatan dan keadilan hukum.

Metode maslahah ini banyak digunakan sahabat ketika melihat bahwa dalam
masyarakatnya yang baru dan majemuk,serta perbedaan sosio-kultural di antara masyarakat
satu dengan yang lainnya,membutuhkan dinamisasi hukum, karena permasalahan-
permasalahan sosial yang bersifat dinamis itu tidak mungkin dihukumi dengan nash-nash
syar’i yang statis,yang hanya diberlakukan pada suatu daerah hukum dan masyarakat di
Makkahdan Madinah saja.

Para sahabat pada masa ini tidak berijtihad atau mengeluarkan pendapat terhadap
suatu perkara sehingga perkara itu muncul/ ada yang menanyakannya, jika hal itu terjadi
maka mereka berijtihad untuk menggali hukumnya, jika tidakmaka mereka tidak pernah
membuat suatu institusi hukum untuk membuat masalah sekaligus menghukuminya. Hal
inilah yang menyebabkanfatwa-fatwa hukum yang dinukil dari para sahabat di periode
tersebut sangat sedikit sekali.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Periode Rasulullah dan periode Khulafaurrasyidin merupakan periode awal dalam
sejarah hukum Islam. Pada periode Rasulullah, hukum Islam berkembang melalui wahyu
yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Hukum Islam pada periode ini bersifat universal
dan mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat ibadah maupun
muamalah. Hukum Islam pada periode ini juga bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan diri
dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat pada saat itu.

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, periode Khulafaurrasyidin dimulai. Pada


periode ini, hukum Islam berkembang melalui ijtihad para khalifah dan ulama. Hukum Islam
pada periode ini lebih terfokus pada pengembangan hukum-hukum yang bersifat muamalah,
seperti hukum waris, perdagangan, dan pernikahan. Selain itu, pada periode ini juga terjadi
pengumpulan dan penulisan hadis, sehingga hukum Islam semakin terstruktur dan
terorganisir.

Periode Khulafaurrasyidin juga merupakan periode awal dalam pengembangan ilmu


ushul fiqh. Pada periode ini, para ulama mulai mengembangkan metode ijtihad dan
memperkenalkan konsep-konsep seperti qiyas, istihsan, dan maslahah. Konsep-konsep ini
kemudian menjadi dasar dalam pengembangan hukum Islam pada periode selanjutnya.

Dalam kesimpulannya, periode Rasulullah dan periode Khulafaurrasyidin merupakan


periode awal dalam sejarah hukum Islam. Pada periode ini, hukum Islam berkembang melalui
wahyu dan ijtihad para khalifah dan ulama. Hukum Islam pada periode ini bersifat fleksibel
dan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi sosial dan budaya masyarakat pada saat itu.
Periode Khulafaurrasyidin juga merupakan periode awal dalam pengembangan ilmu ushul
fiqh dan konsep-konsep seperti qiyas, istihsan, dan maslahah menjadi dasar dalam
pengembangan hukum Islam pada periode selanjutnya.

Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulisakan
lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah “PERIODISASI HUKUM
ISLAM” di atas dengan sumber -sumber yang lebih banyak yang tentudapat di pertanggung
jawabkan oleh penulis. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa
untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

https://ibtimes.id/hukum-islam/#:~:text=Periode%20Pengembangan%20Hukum%20Islam%20pada
%20Zaman%20Rasul&text=Sejarah%20perkembangan%20hukum%20Islam%20pada,setelah
%20Rasulullah%20Hijrah%20ke%20Madiah.

https://www.academia.edu/39342919/
HUKUM_ISLAM_PADA_MASA_KHULAFAUR_RASYIDIN

Anda mungkin juga menyukai