OLEH :
2103030074
FAKULTAS SYARIAH
(IAIN PALOPO)
2021
1. PENDAHULUAN
Fiqih membahas tentang bagaimana cara beribadah, tentang prinsip Rukun Islam dan hubungan antar
manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam AlQur’an dan Sunnah. Dalam Islam, terdapat 4
mazhab dari Sunni, 1 mazhab dari Syiah, dan Khawarij yang mempelajari tentang fiqih. Seseorang yang
sudah menguasai ilmu fiqih disebut Fakih.
Dalam bahasa Arab, secara harfiah fiqih berarti pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal.
Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fiqih secara terminologi yaitu fiqih merupakan
suatu ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur’an dan Sunnah. Selain itu
fiqih merupakan ilmu yang juga membahas hukum syar’iyyah dan hubungannya dengan kehidupan
manusia sehari-hari, baik itu dalam ibadah maupun dalam muamalah. Dalam ungkapan lain,
sebagaimana dijelaskan dalam sekian banyak literatur, bahwa fiqih adalah “al-ilmu bil-ahkam asy-
syar’iyyah al-amaliyyah al-muktasab min adillatiha at-tafshiliyyah”, ilmu tentang hukum-hukum syari’ah
praktis yang digali dari dalil-dalilnya secara terperinci”. Terdapat sejumlah pengecualian terkait
pendefinisian ini. Dari “asysyar’iyyah” (bersifat syari’at), dikecualikan ilmu tentang hukum-hukum selain
syariat, seperti ilmu tentang hukum alam, seperti gaya gravitasi bumi. Dari “alamaliyyah” (bersifat
praktis, diamalkan), ilmu tentang hukum-hukum syari’at yang bersifat keyakinan atau akidah, ilmu
tentang ini dikenal dengan ilmu kalam atau ilmu tauhid. Dari “at-tafshiliyyah” (bersifat terperinci), ilmu
tentang hukum-hukum syari’at yang didapat dari dalil-dalilnya yang “ijmali” (global), misalkan tentang
bahwasanya kalimat perintah mengandung muatan kewajiban, ilmu tentang ini dikenal dengan ilmu
ushul fiqih.
Ilmu fiqih mengalami berbagai peristiwa sampai masa tuanya. Pada masa Rasulullahullah saw ilmu
syariat sendiri. barulah di tetapkan, dan pemegang undang-undang hukum islam pada masa itu adalah
Rasulullahullah.
Hukum-hukum syariat itu diterapkan karena adanya sebuah peristiwa dan kejadian ataupun bahkan
adanya dari para sahabat Rasulullahullah saw. Karena islam adalah agama yang benar, dan lurus dan
ramalan lil ‘alamin maka dari itu ditetapkan hukum oleh Rasulullahullah saw yang bersumber pada
wahyu ilahi untuk menyempurnakan agama Allah swt.
Komdisi umat islam pada masa itu sangatlah lemah dan kritirs moral, mereka pun sangat menyalahi
aturan yang berlaku. Turunlah wahyu Allah kepada Raulullah saw yang bertujuan untuk
menyempurnaan ahklak mereka dan menetapkan suatu hukum. Sejarah fiqih hakikatnya tumbuh dan
berkembang pada masa nabi sendiri, karena nabilah yang mempunyai wewenang untuk mentasyri’kan
hukum.
Sumber-sumber yang dipakai Rasulullahullah saw itu bersumber dari al-Qur’an (wahyu Allah swt)
akan tetapi, disamping al-Qur’an menjadi sumber penetapan hukum adalah sunnah Rasulullahullah saw
dan ijtihad Rasulullahullah beserta para sahabatnya. Fase inilah yang dilalui umat islam dalam
penetapan hukum-hukum syariat dan fase ini pun tidak berlangsung lama, hanya sebatas sepanjang
hidup Rasulullahullah saw.
Periode Makkah, pada periode ini umat islam masih lemah dan masih sedikit jumlahnya.
Sehingga mereka belum mempunyai kedaulatan, kekuatan yang kuat. Selama
Rasulullahullah berada di Makkah selama 12 tahun dan beberapa bulan sejak beliau di utus
menjadi Rasulullah.
Saat membicarakan periodesasi fiqih, maka itu berarti tidak boleh terlepas dari Hijaz,
dimana ia disebut pusat keagamaan Islam. Dua kota umat Islam yang sangat terkenal yakni
Mekkah dan Madinah.
Masa Rasulullah SAW adalah masa yang tidak ada masalah dalam bidang keagamaan
(khusunya Fiqih), artinya semua persoalan yang diajukan oleh umat atau sahabat atau
musuhnya sekalipun dapat terjawab dengan tuntas. Pada saat itu Rasulullah memiliki dua
otoritas yakni otoritas kepala agama dan kepala negara. Otoritas agama artinya Rasulullah
SAW sebagai Rasul Tuhan senantiasa menyampaikan risalah untuk umatnya. Sementara
sebagai pemimpin negara, artinya Rasulullah saat itu bertindak sebagai kepala negara.
Dengan hal tersebut, Rasulullah memberikan peluang yang sangat besar untuk membangun
umatnya. Semua masalah yang terjadi dalam masyarakat terselesaikan, baik di Madinah
maupun Mekkah dan daerah Islam lainnya. Masa Nabi Muhammad shalallahu alaihi wa
sallam ini juga disebut sebagai periode risalah, karena pada masa-masa ini agama Islam baru
didakwahkan. Pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan sepenuhnya kepada Nabi.
Pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan sepenuhnya kepada Nabi Muhammad
shalallahu alaihi wa sallam. Sumber hukum Islam saat itu adalah alQur’an dan Sunnah.
Periode Risalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu periode Makkah dan periode
Madinah.
Periode Makkah, lebih tertuju pada permasalah akidah, karena disinilah agama Islam
pertama kali disebarkan. Ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah ketauhidan
dan keimanan. Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah untuk
melakukan puasa, zakat dan haji diturunkan secara bertahap. Ayat-ayat ini diwahyukan
ketika muncul sebuah permasalahan, seperti kasus seorang wanita yang diceraikan secara
sepihak oleh suaminya, dan kemudian turun wahyu dalam surat Al-Mujadilah.
Periode Madinah ini, ijtihad mulai diterapkan, walaupun pada akhirnya akan kembali pada
wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw.
B. PERIODE SAHABAT
Setelah Rasulullah SAW Wafat, kepemimpinan umat Islam secara bergiliran dipimpin
oleh Abu bakar Ash-Shiddiq (11-13 H),5 Umar Bin Khattab (13-23 H), Usman Bin Affan (23-
35 H) dan Ali bin Abi Thalib(35-40 H).6 Mereka disebut dengan al-Khulafaarasyidin. Fiqih
sahabat menduduki posisi penting dalam khazanah pemikiran hukum Islam, karena:
1. Mereka adalah orang yang hidup dengan Nabi dan meninggal dalam keadaan muslim,
2. Zaman sahabat adalah zaman segera setelah berakhirnya masa tasyri' ilmu embrio ilmu
fiqih pertama dan mereka sendiri menjadi sumbernya,
3. Ijtihad para sahabat menjadi rujukan yang harus, perilaku mereka menjadi sunnah yang
harus diikuti,
4. Ahl al-Sunnah sepakat menetapkan bahwa seluruh sahabat baik (al-Shahaby kulluhum
'Udul).
Ada yang perlu dilihat dan diperhatikan, bahwa pengistimbatan (mengeluarkan hukum
dari nas umum) pada masa ini hanya sebatas kasus-kasus yang terjadi, mereka tidak
memperidiksi masalah yang belum terjadi dan tidak mengira akan terjadi, lalu mereka teliti
hukumnya sebagaimana yang dilakukan oleh ulama Mutaakhirin. Di masa mereka juga
terjadi ihtilaf, hal ini disebabkan oleh prosedur penetapan hukum untuk masalah-masalah
baru yang tidak ada masa Rasulullah. Kondisi ini memunculkan dua pandangan: pertama
berpendapat bahwa, setelah Rasulullah SAW wafat otoritas untuk menetapkan hukum
Islam ada pada ahl al-Bait, sementara kedua berpendapat tidak ada orang tertentu yang
ditunjuk Rasulullah SAW untuk menafsirkan dan menetapkan hukum Allah.
Adapun sebab-sebab berkembangnya ilmu fiqih dan bergairahnya ijtihad pada periode
ini antara lain, adalah :
Wilayah Islam sudah sangat meluas ke Timur sampai ke Tiongkok dan ke Barat
sampai ke Andalusia (Spanyol sekarang) dengan jumlah rakyat yang banyak sekali,
kondisi ini mendorong para ulama untuk berijtihad agar bisa menerapkan syari’ah
untuk semua wilayah yang berbeda-beda lingkungannya dan bermacam-macam
masalah yang dihadapi.
Para ulama telah memiliki sejumlah fatwa dan cara berijtihad yang didapatkan dari
periode sebelumnya, serta Al-Qur’an telah tersebar di kalangan muslimin juga
AlSunnah sudah dibukukan pada permulaan abad ketiga hijriah.
Seluruh kaum muslimin pada masa itu mempunyai keinginan keras agar segala
sikap dan tingkah lakunya sesuai denga Syari’ah Islam baik dalam ibadah mahdhah
maupun dalam ibadah ghair mahdhoh (muamalah dalam arti luas). Mereka meminta
fatwa kepada para ulama, hakim dan pemimpin pemerintahan.
Pada periode ini dilahirkan ulama-ulama potensial untuk menjadi mujtahid. Seperti
Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam al-Syafi’i dan Imam Ibnu Hanbal beserta
murid mereka masing-masing.
Hal-hal penting yang diwariskan periode ini kepada periode beriktunya, antara
lain :
Al-Sunnah yang telah dibukukan, sebagian dibukukan berdasarkan urutan
sanad hadist dan sebagian lain dibukukan berdasarkan bab-bab fiqih.
Disamping itu AlQur’an telah lengkap dengan syakal.
Para pembaru ini melihat bahwa fiqih Islam harus ditata dalam suasana zamannya,
sehingga tidak tenggelam oleh kemajuan umat manusia, yang semakin hari semakin
berkembang. Ciri umum fiqih masa ini adalah upaya penggalian kembali hukum-hukum
Islam dari al-Qur'an (Ijtihad) untuk kebutuhan zamannya. Masa ini memberikan kontribusi
yang besar bagi pergerakan bagi negaranegara muslim yang ingin memerdekan negaranya
dari penjajahan asing (Barat). Fiqih masa ini terjadi berbagai gerakan-gerakan keagamaan
yang berusaha menata dan mengembangkan kembali fiqih secara lebih luwes dan logis
sehingga dapat membangkitkan roh keislaman terutama yang fiqih menyangkut fiqih.