ANALISIS MASALAH MODUL PROFESIONAL MODUL SUMBER-SUMBER HUKUM
ISLAM BERBASIS PJBL
MODUL: TANTANGAN HUKUM ISLAM DI ABAD MODERN
Nama : Ade Esa Nur Muhammad Iskandar
Kelas : Fikih 1B LPTK : UIN Sultan Maulana Hasanudin Banten
Identifikasi Masalah Konsep Pemecahan Masalah
A. Tarikh Tasyrik Pada Masa Sahabat dan Tabi’in 1. Pada masa awal-awal kemunculan Islam Perjalanan sejarah dibentuknya hukum-hukum di sampai pada abad ke 2 H. Bisa dikatakan atas dimulai sejak ajaran Islam itu datang, perkembangan hokum Islam belum tepatnya sejak masa diutusnya Nabi Muhammad terasa. Karena sebab persebaran umat saw. Pada masa itu, para sahabat menjadi orang Islam belum sampai penjuru duni dan pertama yang menerapkan ajaran Islam berikut kaegiatan masyarakat cenderung masih hukum-hukum yang ada di dalamnya melalui tradisoinal. Perkembangan hokum Islam bimbingan dan arahan dari Rasulullah. Syekh muncul di awali dengan persebaran umat Abdul Wahhab Khallaf dalam kitabnya Islam yang semakin banyak tidak hanya mengartikan tarikh tasyri’ dengan sejarah wilayah Hijaz saja akan tetapi sudah pertumbuhan dan perkembangan hukum Islam menyebar ke berbagai belahan wilayah, dari masa ke masa, setapak demi setapak menuju dan kegiatannya masyarakatnya pun kesempurnaan, serta selalu menyesuaikan diri semakin kompleks sehingga muncul dengan kondisi masyarakatnya. kasus-kasus baru yang tidak pernah Menurut Syekh Abdul Wahab Khallaf syariat Islam terjadi pada masa sebelumnya. terbagi menjadi beberapa dimensi, setidaknya ada dua dimensi yang beliau sampaikan, (1) 2. Islam pernah mengalami stagnanisasi dimensi ilahiyah (ketuhanan); dan (2) dimensi hokum Islam. Ini merupakan imbas dari wad’iyah (ijtihad manusia). Dimensi ilahiyah fanatisme terhadap mazhab yang ada merupakan suatu hukum utama dan sangat pada waktu itu. Sehingga praktis tidak ada sakral. Ia sebagai ajaran yang bersumber secara pembaharuan hokum khusunya dalam langsung dari Allah swt melalui Al-Qur’an kepada bidang muamalah. Hal ini dikarenakan Nabi Muhammad. Dalam hal ini, syariat Islam tidak terstrukturnya proses legalitas berikut hukum-hukumnya memiliki nilai yang penentuan dalam menentukan hokum. sangat agung, sehingga sakralitasnya harus tetap Oleh karena itu, dalam pergaulan dunia dijaga, cakupannya sangat luas, tidak hanya umat Islam tertinggal jauh sekali dengan mencakup tentang fiqih, ia juga mencakup perihal orang-orang Barat baik dari segi budaya, keimanan, amaliyah, dan etika. Dimensi ilahiyah ekonomi, dan politik maupun produk ini menjadi sebuah penetapan hukum Allah yang hukumnya. disampaikan oleh Rasul-Nya hingga kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an, dan ada beberapa 3. Dalam kondisi saat ini umat Islam sudah yang tidak, seperti hadits qudsi (firman Allah sangat tertinggal jauh dari pergaulan secara langsung kepada Rasulullah tanpa melalui dunia, perlu ada terobosan-terobosan malaikat Jibril). Kendati pun tasyri’ ilahi baru baik dari segi produk hokum Islam, disampaikan Rasulullah, ia tetap wajib untuk social, politik, dan budaya. Hal ini demi diikuti oleh umat Islam sebagai representasi taat menjawab tantangan zaman yang kepada-Nya. Sedangkan dimensi kedua adalah semakin cepat berubah. Umat Islam wad’iyah, yaitu sebuah hukum Islam yang sudah terlalu lama tertidur lelap, masih dicetuskan oleh para ulama melalui ijtihad dengan bermimpi kajayaannya pada masa berlandaskan pada Al-Qur’an, hadits, dan Rasulullah, Khulafaurrosyidun dan Dinasti konsensus (ijma’) para ulama dengan Abbasiyah. Ketika akan bangun atau menghasilkan dua pendekatan; pendekatan terbangun pasti akan kaget dan banyak secara bahasa (lughah), dan pendekatan tujuan tantangan yang perlu dihadapi, baik dari syariat (syar’an). intern umat Islam itu sendiri maupun dari Menurut Syekh Abdul Wahab Khallaf, sejarah eksteren. periodisasi hukum Islam terbagi menjadi empat periode, yaitu: (1) priode pada masa Rasulullah; (2) periode sahabat; (3) periode tadwin (kodifikasi) di masa tabi’in dan tabi’un tabi’in; dan (3) periode taklid (mengikuti). Periode pertama, saat itu syariat Islam termasuk hukum-hukumnya masih dalam pembentukan (takwin), hingga kemudian diterapkan secara perlahan oleh Rasulullah dan para sahabat. Periode ini berjalan selama dua puluh dua tahun, terhitung sejak masa diutusnya Nabi Muhammad hingga wafatnya. Setelah itu, periode sahabat. Pada masa ini, syariat Islam sudah mulai mereka sempurnakan dan lebih mereka perluas ke luar jazirah Arab. Periode ini berjalan selama sembilan puluh tahun, terhitung setelah wafatnya Nabi Muhammad hingga selesainya Abad Pertama Hijriah. Sedangkan periode ketiga, yaitu masa tabiin, tabiut tabiin selepas wafatnya para sahabat, yang mayoritas dari mereka memiliki kecakapan untuk ijtihad, syariat Islam mengalami peningkatan yang sangat dinamis, pada masa itu, ajaran Islam selalu mengalami perbaikan dan terus diperbaiki. Oleh karenanya, tabiin dan tabiut tabiin hanya mengembangkan dan lebih memperluas syariat Islam.
B. Kodifikasi dan Pembaharuan Hukum Islam
Eksistensi hukum Islam, terutama yang berdimensi syariah, bisa dilihat dalam sumber pokoknya, yaitu al-Quran dan Sunnah. Sedang dalam dimensi fikih, hukum Islam bisa dilihat dalam kitab-kitab fikih maupun pemikiran pemikiran para ulama yang didasarkan pada kedua sumber pokok tersebut dengan cara melakukan ijtthad. Seiring dengan perkembangan zaman, eksistensi hukum Islam juga berkembang dan mengalami pembaruan. Hukum Islam yang semula diang gap cukup dalam sumber-sumber seperti tersebut ternyata membutuhkan kekuatan hukum atau daya ikat yang kemudian dikenal dengan kodifikasi hukum. Dengan kodifikasi, maka kedudukan hukum Islam akan lebib mantap lagi dan dapat diakui eksistensinya sebagai hukum positif. Kodifikasi hukum Islam ternyata membawa berbagai implikasi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Namun, dalam era modern ini kodifikasi merupakan suatu keharusan. Dan negara-negara Islam sekarang ini sudah memberlakukan berbagai kodifikasi hukum Islam, terutama kodifikasi dalam bidang hukum perdata Islam, termasuk di negara kita Indonesia. Tujuan utama pelembagaan hukum Islam, adalah untuk mewujudkan kemashlahatan bagi umat manusia melalui analisis maqqashid syari’ah. Pembaharuan Hukum Islam merupakan upaya menerapkan norma-norma agama atas realitas sosial untuk memenuhi kebutuhan perkembangan masyarakat dengan tetap berpegang teguh pada dasar-dasar yang telah diletakkan oleh agama itu sendiri melalui proses pemurnian yang dinamis. Pembaruan hukum Islam adalah sebuah keniscayaan, karena jaman terus melaju kencang dan masyarakat semakin dihadapkan pada persoalan-persoalan yang lebih kompleks. Pembaharuan bukan berarti mengganti ajaran- ajaran dan hukum-hukum yang bersifat mutlak, fundamental, dan universal, yang sudah tertuang dalam ketentuan-ketentuan yang otentik. Tetapi, pembaharuan itu mempunyai ruang gerak yang cukup luas dalam memperbaharui cara memahami, menginterpretasi, mereformulasi, dan melakukan teopassing atas ajaran-ajaran agama yang berada di luar wilayah qath’iyyah, yaitu ketentuan-ketentuan yang sifatnya zhanniyyah yang masuk dalam lingkup wilayah pembaharuan. Hukum Islam Kontemporer mengacu pada interpretasi dan aplikasi hukum Islam dalam konteks zaman modern. Hukum Islam, juga dikenal sebagai syariah, berasal dari sumber- sumber utama Islam, yaitu Al-Quran dan Sunnah (ajaran dan praktik Nabi Muhammad). Namun, dengan perubahan zaman dan tantangan yang dihadapi umat Muslim saat ini, terdapat kebutuhan untuk memahami dan mengaplikasikan hukum Islam dalam konteks kontemporer.
C. Pembaharuan Hukum Islam pada Era Modern
Tantangan Hukum Islam Kontemporer: 1. Pluralitas dan Multikulturalisme: Di era globalisasi, masyarakat menjadi semakin multikultural dan beragam. Tantangan bagi hukum Islam adalah bagaimana mengakomodasi perbedaan budaya dan agama, sambil mempertahankan integritas ajaran Islam. Hal ini memerlukan pendekatan yang bijaksana dalam menerapkan hukum Islam agar tidak menimbulkan ketegangan sosial dan konflik. 2. Hak Asasi Manusia: Prinsip-prinsip hak asasi manusia yang diakui secara universal menjadi tantangan bagi hukum Islam kontemporer. Beberapa aspek hukum Islam, seperti hukuman fisik atau diskriminasi gender, dapat dianggap bertentangan dengan standar hak asasi manusia. Oleh karena itu, diperlukan interpretasi yang cermat dan kontekstual terhadap hukum Islam agar sesuai dengan prinsip-prinsip hak asasi manusia. 3. Teknologi dan Inovasi: Perkembangan teknologi dan inovasi mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia, termasuk hukum. Tantangan hukum Islam kontemporer adalah bagaimana menanggapi isu-isu seperti keamanan siber, privasi, bioetika, dan keuangan digital dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang relevan. Dalam hal ini, para cendekiawan dan ahli hukum Islam perlu terus memperbaharui pemahaman mereka untuk menghadapi tantangan baru ini. 4. Globalisasi dan Perdagangan: Pertumbuhan perdagangan internasional dan interaksi global menimbulkan tantangan dalam menerapkan hukum Islam. Isu-isu seperti perdagangan halal, kontrak internasional, dan keuangan global membutuhkan pemikiran kreatif dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip hukum Islam dengan tuntutan perdagangan dan keuangan modern. Hal ini memerlukan kerjasama antara para ahli hukum Islam, ekonom, dan praktisi bisnis. Relevansi Hukum Islam Kontemporer: 1. Etika dan Moralitas: Hukum Islam kontemporer tetap relevan dalam menegakkan etika dan moralitas di tengah masyarakat modern yang sering kali terjebak dalam moralitas sekuler. Prinsip-prinsip hukum Islam, seperti keadilan, kejujuran, dan empati, dapat memberikan panduan yang kuat untuk membangun masyarakat yang beretika dan bertanggung jawab. 2. Penyelesaian Sengketa Alternatif: Konsep penyelesaian sengketa alternatif dalam hukum Islam, seperti mekanisme arbitrase dan mediasi, tetap relevan dalam menawarkan solusi yang adil dan damai bagi pihak yang terlibat. Pendekatan ini dapat mengurangi beban peradilan formal dan mempercepat penyelesaian sengketa di masyarakat. 3. Keadilan Sosial dan Redistribusi Kekayaan: Hukum Islam memiliki prinsip-prinsip yang menekankan keadilan sosial dan redistribusi kekayaan. Dalam konteks ketimpangan ekonomi yang meningkat di banyak negara, hukum Islam dapat memberikan kontribusi dalam mengatasi kesenjangan sosial melalui zakat, infak, dan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang adil. Maka Hukum Islam kontemporer menghadapi tantangan kompleks dalam menghadapi perubahan zaman. Namun, hukum Islam tetap relevan dalam menyediakan kerangka kerja yang adil, etis, dan bermakna dalam kehidupan masyarakat Muslim. Dengan pemahaman yang tepat dan adaptasi yang bijaksana, hukum Islam dapat terus memberikan kontribusi positif dalam menjawab kebutuhan dan tantangan era modern.