Anda di halaman 1dari 11

FENOMENA TASYRI’ PADA MASA

RASULULLAH SERTA BERBAGAI


FAKTOR SOSIAL YANG
MELATARBELAKANGINYA

DISUSUN OLEH:

FITRAYANTI 2220203874230041
ANDI ANNISA FARDHIYAH N.P 2220203874230035
PEMBAHASAN

01 02
A. Kehidupan sosial dan dan B. Tasyri’ periode rasulullah
Hukum bangsa Arab pra
Islam 1.tasyri’ periode makkah

2.tasyri’ periode madinah

03 04
C. Sumber Tasyri’ pada D. Ijtihad Pada Masa
Masa Rasulullah Rasulullah
01
A.Kehidupan sosial dan dan Hukum
bangsa Arab pra Islam
Kondisi kehidupan Arab pra Islam dikenal menggunakan sebutan zaman jahiliyah. Hal ini dikarenakan
kondisi sosial politik dan keagamaan rakyat Arab pada waktu itu. Hal tersebut ditimbulkan lantaran pada
masa sebelum Islam lahir, Arab tidak mempunyai nabi, kitab suci, ideologi kepercayaan serta tokoh besar
yang membimbing mereka. Mereka tidak memiliki sistem pemerintahan yang ideal dan tidak
mengindahkan nilai-nilai moral. Pada waktu itu, taraf keberagamaan mereka tidak sama jauh dengan rakyat
primitif.

Kehidupan sosial masyarakat Arab secara umum serta rakyat kota Mekkah secara spesifik, berada pada
kehidupan sosial yang tidak pantas karena tidak memiliki aturan yang sesuai dengan aturan, norma,
kaedah, agama dan lain sebagainya sehingga mereka selalu disebut dengan zaman jahiliyah.Dikatakan
demikian karena;

1. Pada masa itu, kaum perempuan menempati kedudukan yang sangat rendah sepanjang sejarah manusia.

2. Sistem perbudakan merajalela.

3. Lembaga perkawinan tidak teratur.


02
B. Tasyri' periode Rasulullah

1.tasyri’ periode makkah

2.tasyri’ periode madinah


Periode ini terhitung sejak diangkatnya Baginda Rasulullah SAW sebagai Rasul sampai beliau hijrah ke
Madinah. Periode ini berlangsung selama 13 tahun. Perundang-undangan hukum Islam pada periode ini lebih
1. tasyri’ periode fokus pada upaya mempersiapkan masyarakat agar dapat menerima hukum-hukum agama, membersihkan
makkah aqidah dari menyembah berhala kepada penyembah Allah, selain menanamkan akhlak-akhlak mulia agar
memudahkan jiwa untuk dapat menerima segala bentuk pelaksanaan syariat.

Nabi melanjutkan dengan meletakkan aturan kehidupan (tasyri’). Bila kita perhatikan ayat-ayat al-quran yang
Turun di Mekkah, maka terlihat disana penolakan terhadap syirik dan mengajak mereka menuju tauhid,
memuaskan mereka dengan kebenaran risalah yang disampaikan oleh para Nabi. Mengiringi mereka agar
mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu, menganjurkan mereka agar membuang taklid pada nenek
moyangnya, dan memalingkan mereka dari pengaruh kebodohan yang ditinggalkan oleh leluhurnya seperti
pembunuhan, zina dan mengubur anak perempuan hidup-hidup.

Periode ini berlangsung sejak hijrah Rasulullah SAW dari Mekah hingga beliau wafat lebih kurangnya periode ini
berjalan selama 10 tahun. Pada fase atau periode ini Islam sudah kuat dan berkembang dengan pesatnya, jumlah umat
Islam pun sudah betambah banyak dan mereka sudah memiliki suatu pemerintahan yang gilang gemilang.keadaan 2. tasyri’ periode
inilah yang mendorong perlunya mengadakan tasyri’ dan pembentukan undang-undang untuk mengatur perhubungan
antara individu dari suatu bangsa dengan bangsa lainnya, dan untuk mengatur pula perhubungan mereka dengan
madinah
bangsa yang bukan Islam baik di waktu damai maupun perang.

Adapun periode madinah ini dikenal dengan periode penataan dan pemapanan masyarakat sebagai masyarakat
percontohan oleh karena itu di periode madinah inilah ayat-ayat yang memuat hukum-hukum untuk keperluan
tersebut (ayat-ayat ahkam) Turun, baik yang berbicara tentang ritual maupun social.
03
C. Sumber Tasyri’ pada Masa
Rasulullah
Sumber perundang-undangan hukum Islam pada fase ini terhimpun dalam satu sumber yakni, Wahyu
yang turun kepada Rasulullah SAW dari sisi Allah. Wahyu ada dua macam: Wahyu yang terbaca seperti
AL-Quran dan Wahyu yang tidak bisa dibaca yakni sunnah Nabawiyah

AL-QURAN SUNNAH
NABAWIYYAH
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Sunnah Nabawiyah adalah setiap yang keluar dari Rasulullah baik
Muhammad SAW. yang dianggap ibadah membacanya yang
itu berupa ucapan perbuatan atau pengakuan selain dari Alquran.
diawali dengan Surah Al-fatihah dan ditutup dengan Surah al-
Al-Sunnah menempati urutan kedua setelah Al-Qur’an dalam
Nas. Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan utama bagi
hukum Islam karena ia menjadi penguat, penjelas, penafsir,
hukum Islam, ia meliputi semua ajaran pokok dan semua
terhadap hukum-hukum yang ada di dalam Alquran.
kaidah yang harus ada dalam pembuatan undang-undang dan
peraturan.
Sebagaimana al-quran, sunnah juga tidak muncul dalam satu
waktu, tetapi secara bertahap(periodik) mengikuti fenomena
Hikmah Allah menetapkan bahwa Al-Qur’an tidak turun
umum dalam masyarakat, atau lebih tepat disebut mengikuti
kepada Rasulullah sekaligus namun Ia turun secara berangsur-
perkembangan turunnya syariat. Oleh karena itu dalam banyak
angsur, sesuai dengan keadaan dan problematika yang terjadi
hal, kita akan melihat bahwa sunnah bertujuan menerangkan,
selain itu. Al-Quran juga tidak turun dengan jumlah ayat yang
merinci, membatasi dan menafsirkan al-quran.
terbatas namun ia turun berbeda-beda. Terkadang ia turun
dalam satu surah secara sempurna dan terkadang hanya
beberapa ayat baik itu 1,2,5, atau 10 ayat atau lebih
04
D. Ijtihad Pada Masa Rasulullah
Yang dimaksud dengan ijtihad adalah upaya mengambil hukum yang tidak ada nasnya.

Di saat wahyu masih turun. Disaat Nabi SAW masih hidup, ternyata dalam beberapa keadaan, ijtihad

dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Ketika muncul sesuatu yang menghendaki

peraturan, sedang Allah tidak mewahyukan kepada Rasulullah ayat al-quran yang menunjukkan hukum

yang dikehendakinya, maka Rasulullah berijtihad untuk mengetahui ketentuan hukumnya.

Dan dengan hasil ijtihad itulah yang dipergunakan beliau untuk memutusi hukum sesuatu masalah, atau

memberi fatwa hukum atau menjawab pertanyaan atau menjawab permintaan fatwa hukum.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai