MASA NABI PENETAPAN HUKUM PADA MASA NABI Pada masa Rasulullah berlangsung hanya beberapa tahun saja yaitu tidak lebih dari 22 tahun beberapa bulan. Akan tetapi periode ini membawa pengaruh- pengaruh yang besar dan hasil-hasil yang gemilang. Sebab dari periode ini telah mewariskan ketetapan hukum al-Qur’an Periode ini telahdan Sunnah. meninggalkan azas-azas tasyrik yang bersifat komprehenshif dan telah menghasilkan sumber dan dalil tentang hukum sesuatu yang tidak ada nashnya. LANJUTAN….
Dengan demikian kita dapat menyebutkan
periode rasul ini dengan masa pembentukan undang-undang/hukum yang sempurna. Periode rasul yang berlangsung kurang 23 tahun terbagi menjadi dua periode yaitu: Oleh sebab itu, wahyu pada Periode Makkah PERIODE periode ini turun untuk
berlangsung selama 12 MEKKAH
Pada masa periode Mekkah, memberikan petunjuk dan arahan perundang-undangan Islam lebih kepada manusia kepada dua tahun lima bulan tiga fokus pada upaya perkara utama : mempersiapkan masyakat agar puluh hari terhitung • Mengkokohkan akidah yang dapat menerima hukum-hukum benar dalam jiwa atas dasar mulai dari 17 agama, membersihkan akidah dari iman kepada Allah SWT dan menyembah berhala kepada Ramadhan tahun 41 bukan untuk yang lain, beriman menyembah Allah, selain kepada Malaikat, Rasul, dan sampai bulan Rabiul menanamkan akhlak-akhlak mulia hari akhir. agar memudahkan jiwa untuk dapat Awal tahun 45 dari • Membentuk akhlak agar menerima segala bentuk pelaksanaan manusia memiliki sifat yang tahun kelahiran Nabi. syariat. Karena tauhid atau akidah mulia dan menjauhkan sifat- inilah yang menjadi fondasi bagi sifat yang tercela. segala amaliah lainnya. Perundang-undangan PERIODE hukum Islam pada periode MADINAH Operasional dakwahnya ini menitik beratkan pada Periode ini terhitung lebih lancar dibandingkan aspek hukum-hukum waktunya mulai dari praktikal dan dakwah dengan di Mekkah yang Nabi hijrah ke ditandai dengan banyaknya islamiyah pada fase ini
Madinah sampai membahas tentang akidah
orang-orang yang beriman dan akhlak. Oleh karena itu, wafatnya. Periode ini dan telah mempunyai tata maka di Madinah berjalan selama pemerintahan tersendiri diisyaratkanlah berupa sehingga media-media sepuluh tahun. hukum-hukum pernikahan, dakwah berlangsung Selama beliau berada perceraian, perjanjian, dengan damai dan aman. hutang piutang, hukum SUMBER HUKUM PADA MASA NABI
Pada periode Rasulullah SAW hanya
ada 2 sumber hukum (perundang- undangan) yaitu: • Wahyu Ilahi (al-Qur’an), dan • Sunnah Rasulullah serta ditambah dengan ijtihad Rasulullah SAW sendiri. AL-QUR’AN AL- KARIM Kemudian Rasulullah SAW Allah mewahyukan al-Qur’an menyampaikan wahyu tersebut yang menjelaskan hukum kepada umat islam. Sebuah suatu peristiwa yang proses pembentukan hukum dipertanyakan. Al-ur’an tuun islam dengan menggunakan kepada Rasulullah SAW sebab akibat. Berikut ini secara berangsur-angsur bentuk peristiwa yang sesuai dengan peristiwa dan menyebabkan ayat al-Qur’an kebutuhan. untuk menjelaskan hukumnya. AS-SUNNAH AN- NABAWIYAH As-Sunnah An-Nabawiyah adalah As-Sunnah juga datang sebagai setiap yang dikeluarkan Rasulullah penegas terhadap hukum yang ada SAW berupa ucapan, perbuatan atau dalam Al-Qur’an seperti haramnya pengakuan selain dari Allah SWT. mencuri, riba, dan menemukan harta As-Sunnah menempati urutan kedua orang lain dengan cara batil. setelah Al-Qur’an karena ia akan menjadi penguat, penjelas, penafsiran, penambahan terhadap hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur’an. IJTIHAD
Bagaimana jika wahyu tidak turun?
Cara ijtihad yaitu dengan tidak maka Rasulullah SAW berijtihad turunnya ayat al-Qur’an, Nabi untuk menetapkan hukum suatu berkeyakinan bahwa pemecahan masalah, atau jawaban suatu hukum peristiwa itu pertanyaan atau memenuhi diserahkan/diwakilkan kepadanya. permintaan fatwa hukum. Maka beliau segera berijtihad Hasil ijtihad Rasulullah SAW ini berdasarkan undang-undang Ilahi, menjadi hukum dan undang-undang kemaslahatan atau bermusyawarah yang wajib diikuti. dengan para sahabat. LANJUTAN…
Hukum-hukum yang bersifat
Sedangkan hukum-hukum yang ijtihadiyah tersebut sebagai hasil bersifat ijtihadiyah yang bukan pengilhaman Allah SWT hasil pengilhaman Allah kepadanya. Rasul tidak kepadanya, melainkan semata- mempunyai otoritas di dalamnya, mata timbul dari hasil daya melainkan hanya pengungkapan analisa dan daya nalar pemikiran saja baginya dalam bentuk sabda beliau itu dinamai ahkam atau perbuatan (qauliyah atau Nabawi (hukum-hukum Nabawi). fi’liyah). ASAS-ASAS TASYRI’ DALAM AL- QUR’AN Asas berarti dasar (sesuatu yang menjadi tumpuan berpikir atau berpendapat. Asas-asas tasyrik yang terdapat dalam Al-qur’an antara lain : • Bersifat universal, • Bersifat umum, • Tidak memberatkan, • Tidak memperbanyak tuntutan, • Berangsur-angsur, • Bersifat elastis. Ada Pertanyaan?