Anda di halaman 1dari 17

Accelerat ing t he world's research.

MAKALAH STUDI HUKUM ISLAM


Endang Rahayu

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam: Dari Masa Klasik, Tengah, Hingga Modern
Dedi Wahyudi

Sejarah Pendidikan Islam.docx


Umi Masumah

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DARI MASA KE MASA


Umi Masumah
MAKALAH

STUDI HUKUM ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok dalam Mata Kuliah Studi Hukum Islam

Disusun oleh kelompok VI:

Endang Rahayu (NIM : 520518067)

Sahadia Sokanfuty (NIM : 520518078)

Dosen pembimbing:

Sudirman, SH., MH,I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SORONG

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

TAHUN 2019

1
SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM
Endang Rahayu (NIM: 520518067)

Email: endangrahayu2500@gmail.com

Sahadia Sokanfuty (NIM: 520518078)

Email:sahadiasokanfutty611@gmail.com

ABSTRAK

Istilah hukum Islam tidak dikenal dalam literature ilmu keislaman klasik.Tidak ditemukan
kata ini baik dalam Al-Qur’an, Hadits, kitab-kitab fiqh, maupun ushul fiqh. Istilah yang banyak
digunakan dalam beberapa literature yaitu al-hukm, hukm Allah, syari’ah, hukm syar’i al-
syari,ah al-islamiyyah dan lain-lain. Dari sekian banyak istilah itu ternyata tidak ditemukan
istilah hukum Islam.Istilah ini terambil dari kata fiqh yang secara bahasa berarti memahami,
menguasai, dan mengetahui sesuatu.Jika hukum Islam dipahami sebagai ushul fiqh, maka
dikalangan ulama mengandung dua pengertian pula.Pertama, ilmu tentang hukum-hukum syara’
yang diperoleh dari dalil-dalil terperinci.Definisi ini menunjukkan bahwa fiqh sebagai
epistemology hukum Islam.Kedua, sekumpulan hukum-hukum syara’ yang diperoleh dari dalil-
dalil yang terperinci.Definisi ini menunjukkan fiqh sebagai koleksi hukum Islam.1

PENDAHULUAN

Hukum Islam terbagi menjadi dua yaitu Hukum dan Islam.Salah satu definisi menyatakan
bahwa hukum adalah seperangkat peraturan yang ditetapkan oleh pemangkunya dan bersifat
mengikat secara multirateral bagi warganya sebagai jaminan social yang efektif guna
mewujudkan keadilan. Istilah Islam antara lain didefinisikan dengan agama yang ajaran-
ajarannya diwahyuka Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul-Nya. Dari definisi dua kata tersebut dapat dinyatakan bahwa hukum islam
merupakan seperangkat peraturan tentang perbuatan manusia yang ditetapkan oleh pemangkunya
berdasarkan wahyu Tuhan yang mengikat masyarakat muslim guna mewujudkan keadilan.
Dengan kata lain hukum islam yang didasarkan pada wahyu Allah SWT tidak terlepas dari

1Prof. Dr. H. Idri, M.Ag, Epistemologi ilmu pengetahuan, ilmu hadits dan ilmu hukum,(Jakarta:
Prenadamedia Group), hlm, 251-252

2
analisis manusia melalui istinbath hukum sehingga dapat dikatakn bahwa hukum islam
merupakan hukum Tuhan sekaligus hukum manusia.

Agar keilmuan hukum islam dapat dianalisis secara ilmiah, maka harus terpenuhi di
dalamnya ciri-cirinya metode ilmiah. Pertama, memperoleh keterangan yang cukupdan
teliti.Kedua, menggunakan pemikiran yang logis dan teratur, penggunaan logika baik yang
bersifat indktif atau deduktif diperlukan agar terjadi keteraturan berpikir dalam menganalisis
sehingga terhidar dari kesalahan dalam pembuatan kesimpulan.Ketiga, menyusun pengetahuan
secara sistematis, maksudnya adalah anatar satu bahasan dengan bahasan berikutnya dilakukan
secara beruntun sehingga tidak terjadi tumpang tindih anatar bahasan yang satu dengan yang
lain. Keempat, membatasi masalah dengan garis-garis yang tegas. Masalah-masalah yang dalam
keilmuan hukum islam dianalisis dengan mengklarifikasi satu persoalan dengan persoalan lain
secara tegas. Kelima, menemukan hukum-hukum, prinsip-prinsip umum sebagai suatu teori dasar
yang dapat dipercaya untuk digunakan dimasa depan. Keenam, menguji dan menunjukkan
pokok-pokok dari penemuan-penemuan.2

SEJARAH PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM ISLAM


Hukum Islam telah dilakukan pembagian tergantung pada tujuan yang mereka pergunakan
dalam menggunakan pentahapan.Ada yang membaginya kedalam 5, 6, dan 7 tahapan. Namun
pada umumnya mereka membagi perkembangan dan pertumnuhan hukum islam kedalam 5
tahapan yaitu:

a. Masa Nabi Muhammad SAW


b. Masa Khulafaur Rasyidin
c. Masa Pembinaan, Pengembangan dan pembukuan
d. Masa Kelesuan Pemikiran
e. Masa Kebangkitan Kembali

Berikut adalah penjabaran dari lima masa sejarah pertumbuhan dan perkembangan hukum
islam:

2Prof. Dr. H. Idri, M.Ag, Epistemologi ilmu pengetahuan, ilmu hadits dan ilmu hukum,(Jakarta:
Prenadamedia Group), hlm, 253-255

3
A. MASA NABI MUHAMMAD SAW
Agama islam sebagai induk hukum islam muncul disemenanjung Arab, di suatu daerah
tandus yang dikelilingi oleh laut pada ketiga sisinya dan lautan pasir pada keempat sisinya.
Daerah ini adalah daerah yang sangat panas, ditengah-tengah gurun pasir yang amat sangat luas
yang mempengaruhi cara hidup dan cara berpikir orang-orang Badui yang tinggal ditempat itu.
Untuk memperoleh air bagi makanan ternaknya mereka selalu berpindah-pindah tempat.
Kedudukan anak laki-laki sangat penting dalam sebuah keluarga karena melalui anak laki-laki
inilah garis keterunan mereka akan berlanjut dan dapat membawa nama baik bagi keluarga.
Sedangkan kedudukan wanita sangat rendah wanita hanya dibebani kewajiban tanpa diberi
imbalan hak sama sekali. Karena itu pula jika lahir anak perempuan dalam sebuah keluarga maka
semua anggota keluarga yang bersangkutan akan merasa sangat malu.
Mereka beranggapan bahwa anak perempuan merupakan aib yang sangat memalukan
sehingga anggota keluarga berusaha melenyapkan nyawa bayi perempuan tersebut atau
membunuhnya setelah berusia beberapa tahun. Pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah yang
bertepatan dengan tanggal 20 april tahun 571 Masehi, lahirlah seorang bayi yang oleh ibunya
(Aminah) diberi nama Ahmad dan oleh kakeknya (Abdul Muthalib) diberi nama Muhammad.
Setelah ibunya meninggal Ia diasuh oleh kakeknya dan setelah kakeknya meninggal Ia diasuh
oleh pamannya (Abu Thalib). Pada usia 25 tahun beliau menikah dengan seorang janda bernama
Khadijah yang umurnya terpaut jauh yakni 15 tahun lebih tua dari beliau dan masih memiliki
hubungan kekerabatan. Pada waktu masyarakat Arab dalam keadaan memprihatinkan Nabi
Muhammad sering menyendiri di Gua Hira selam bulan Ramadhan.3
Ketika beliau berusia 40 tahun, yakni pada tahun 160 M beliau meniram wahyu
pertama.Pada waktu beliau dittetapkan sebagai utusan Allah.Tiga tahun kemudian, Malaikat
Jibril membawa perintah dari Allah untuk menyebarluaskan wahyu yang diterimanya kepada
umat manusia.

B. MASA KHULAFAUR RASYIDIN


Dengan wafatnya Nabi Muhammad, berhentilah wahyu yang turun selama 22 tahun 2
bulan 22 hari yang beliau terima melalui malaikat Jibril. Demikian juga halnya dengan Sunnah
yang berakhir pula setelah wafatnya Rasulullah. Kedudukan Nabi sebagai utusan Allah tidak
mungkin diganti, tetapi tugas beliau sebagai pemimpin masyarakat islam dan kepada negara

3Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers),hlm,173-175

4
berpindah kepada Khulafaur Rasyidin. Pengganti Nabi sebagai khalifah dipilih dari kalangan
sahabat Nabi sendiri. Pada masa khulafaur Rasyidin ini perkembangan hukum islam dibagi
menjadi 4 periode yaitu:
a. Abu Bakar As-Siddiq
Setelah nabi wafat Abu Bakar di angkat sebagai khalifah pertama.Abu Bakar adalah ahli
hukum yang tinggi ilmunya.Ia memerintah selama 2 tahun. Dia dikenal sebagai orang yang jujur
dan di segani ikut mengembangkan dan menyiarkan Islam. Karena hubungannya yang sangat
dekat dengan Nabi, ia di pilij sebagai khalifah pertama adalah pilihan yang tepat sekali. Berikut
adalah hal-hal penting dalam masa pemerintahannya:
1) Pidato pelantikannya di jadikan dasar dalam menentukan hubungan antara rakyat dengan
penguasa dan juga antara pemerintah dengan warga Negara.
2) Cara penyelesaian jika timbul masalah mula-mula pemecahannya di cari dalam wahyu
Allah. Kalau tidak dapat ia mencarinya dalam sunnah Nabi. Kalau dalam keduanya tidak
di peroleh hasil, Abu Bakar bertanya kepada sahabat Nabi yang di kumpulkan dalam satu
majlis. Dari perkumpulan itu timbullah keputusan bersama yang sering di sebut ijma’
sahabat.
3) Atas anjuran umar, di bentukla panitia khusus yang bertugas mengumpulkan catatan ayat
Al-Qur’an yang di tulis pada zaman Nabi. Setelah Abu Bakar wafat naskah Al-Qur’an di
simpan oleh Umar dan diberikan kepada Hafsah.4

b. Umar Bin Khatab


Setelah Abu Bakar meninggal, Umar menggantikan kedudukannya sebagai khalifah kedua.
Semasa pemerintahan saidina Umar, kekuasaan Islam berkembang dengan pesat yaitu seperti:
1) Umar turut aktif menyiarkan agama Islam.
2) Menetapkan tahun Islam yang di kenal dengan tahun Hijriyah.
3) Membiasakan melakukan shalat tarawih di bulan Ramadhan.
4) Talak 3 di ucapkan di anggap sebagai talak yang tidak mungkin rujuk sebagai suami istri
5) Al-Qur’an telah menetapkan golongan yang berhak menerima zakat termasuk mualaf.
6) Menurut Al-Qur’an surat Al-Maidah ayat 38 orang yang mencuri akan dihukum dengan
potong jari.

4Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers),hlm,175-178

5
c. Utsman Bin Affan
Ketika dipilih Utsman telah berusia 70 tahun dengan kepribadian yang agak lemah.
Kelemahan ini dipergunakan oleh orang-orang disekitarnya untuk mengejar keuntung dan
kekayaan. Kemudian perluasan daerah islam terus berjalan ke India, Maroko dan Konstatinopel.
Jasanya yang paling besar adalah membuat Al-Qur’an standar (kodifikasi). Standarisasi Al-
Qur’an dilakukan karena pada masa pemerintahannya, wilayah islam telah sangat luas dan diami
berbagai macam suku bangsa. Hal itu menyebabkan perbedaan dalam pengucapan dalam mebaca
Al-Qur’an yang disebarkan melaui hafalan.

d. Ali Bin Abi Thalib


Setelah Utsman meninggal dunia orang terkemuka meilih Ali sebagai khalifah ke 4. Ali
tidak dapat berbuat banyak dalam mengembangkan agama islam karena keadaan yang tidak
stabil. Disana timbul bibit-bibit perpecahan yang serius dalam tubuh umat islam yang bermuara
pada perang saudara yang kemudian menyebabkan kelompok-kelompok. Diantara kedua
kelompok tersebut adalah Ahlusunnah wal jama’a yaitu kelompok yang mengikuti sunnah nabi
dan Syi’ah yaitu pengikut Ali Bin Abi Thalib. Penyebab perpecahan dua kelompok ini adalah
karena perbedaan mengenai masalah politik yakni siapa yang berhak menjado khalifah.Golongan
syi’ah sekarang banyak terdapat di Libanon, Iran, Irak, Pakistan, India dan Afrika Timur.Sumber
hukum pada masa Khulafaur Rasyidin ini adalah Al-Qur’an, ijma’ dan Qiyas.5

Di era sahabat ini banyak hal yang terjadi dan belum pernah terjadi dimasa sebelumnya.
Terjadi perubahan besar dalam kehidupan masyarakat, disebabkan sudah meluasnya wilayah
islam dan semakin kompleksnya kehidupan. Aspek lain para sahabat dan masyarakat
menghadapi permasalhan-permasalhan yang memerlukan ketentuan dan jawaban terhadapat
syari’ah. Untuk menemuian jawaban atas persoalan yang timbul maka berkembanglah ijtihad
pada periode ini.Begitu juga banyaknya pendapat dalam memahami Al-Qur’an dan Hadits,
disebabkan oleh banyak factor, terutama setelah berpulangnya Rasulullah SAW.6

C. MASA PEMBINAAN, PENGEMBANGAN DAN PEMBUKUAN

5Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers),hlm,178-179
6Ahmad Suhendra, Jurnal Studi Hukum Islam,Vol.1, No.1, Januari-Juni 2014, ISSN:2356-0150

6
Periode ini berlangsung pembinaan hukum islam dilakukan pada masa pemerintahan
khalifah umayyah dan khalifah abbasiyah. Dimasa inilah para ahli hukum yang yang
menemukan dan merumuskan garis hukum fikih islam muncul sebagai teori hukum islam yang
masih digunakan sampai sekarang. Adapun fakto-faktor yang mendorong orang menetapkan
hukum dan merumuskan garis-garis hukum adalah:
1. Wilayah islam sudah sangat luas dar Hindia, Tiomhkok sampai ke Spanyol. Maka
tinggal berbagai suku bangsa dengan adat istiadat, cara hidup yang berbeda oleh karena
itu diperlukan pedoman hukum yang jelas.
2. Telah banyak karya hukum
3. Telah banyak para ahli hukum yang mampu berijtihad untuk memecahkan berbagai
masalah.
Pada periode ini munculah para mujtahid yang sampai sekarang masih berpengaruh dan
pendapatnya diikuti oleh umat islam dibelahan dunia.

1. Abu Hanifah

Ia lahir di Kufah pada tahun 80 H dan wafat di Bagdad pada tahun 150 H. pada awalnya ia
selalu mendiskusikan materi-materi tentang Al-Qada dan Qadar, kemudian ia berpindah ke
materi-materi fiqh Al-Khatib yang menuturkan bahwa Abu Hanifah tadinya selalu berdiskusi
tentang ilmu kalam. Sebagaimana ulama lain sumber hukum beliau adalah Al-Qur’an dan
Sunnah Nabi Muhammad SAW. Langkah ijtihad yang ditepuh oleh Abu Hanifah dapat dipahami
dalam ungkapannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya saya memeberikan hukum berdasarkan Al-Qur’an, apabila tidak saya
jumpai dalam Al-Qur’an saya gunakan Sunnah Rasulullah SAW yang shahih yang tersebut
dikalangan orang0orang handal. Apabila tidak saya temukan dalam keduanya saya berpegang
pendapat siap saja dari sahabat Rasul yang saya sukai dan yang tidak saya sukai, dan saya
tidak beralih dari pendapat mereka kepada pendapat lain, serta apabila permasalahan telah
sampai kepada Ibrahim, Asy-Sya’bi, Al-Hasan, Ibnu Sirin dan Sa’id bin Al-Musayyab, saya
berijtihad sebagaimana mereka berijtihad”. 7

2. Malik Bin Anas (713-795 M)

7Muhammad Ali As-Sayis, sejarah pembentukan dan perkembangan hukum islam, (Jakarta:Akademika
Pressido), hlm., 141

7
Ia lahir pada tahun 93 H dan wafat pada tahun 179 H. Malik Bin Anas tinggal di Madinah
dan tidak pernah kemana-mana kecuali beribadah haji di Mekkah. Imam Malik menempatkan
Al-Qur’an sebagai sumber hukum pertama, kemudian Al-Hadits sebagai sumber Hukum yang
kedua.Sandaran ijtihad Imam Malik adalah Al-Qur’an, Sunnah, Ijma dan Qiyas. Disamping itu Ia
juga menawarkan ijtihad dalam bentuk maslahah mursalah. Teori ini diilhami oleh suatu paham
bahwa syari’at islam bertujuan mendatangkan manfaat, kesejahteraan dan kedamaian bafi
kepentingan masyarakat .8

3. Muhammad Idris Al-Syafi’I (767-820 M)


Ia lahir di Ghazah atau Asqalan pada tahun 150 H. Ia berguru kepada Imam Malik di
Madinah. Kesetiaannya kepada Imam Malik di tunjukkan dengan nyantri di tempat sang guru
hingga sang guru wafat pada tahun 179 H. Imam Syafi’i pernah juga berguru kepada murid-
murid Abu Hanifah. Ia tinggal di Bagdad selama 2 tahun, kemudian kembali ke Mekkah. Akan
tetapi tidak lama kemudian ia kembali ke Irak pada tahun 198 H, dan berkelana ke Mesir.
Menurut Imam Syafi’I tata urutan sumber hukum slam adalah: Al-Qur’an dan Al-Sunnah, bila
tidak ada di dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah ia berpindah ke Ijma’. 9 Imam Syafi’I memandang
sunnah yang shahih wajib diikuti sebagaimana Al-Qur’an. Sikap ini membuatnya disenangi
dikalangan ahli hadits dan ia diberi gelar Nashirus Sunnah(penolong sunnah). 10

4. Ahmad Bin Hambal (781:855 M)


Ia lahir di Bagdad pada tahun 164 H. Ia tinggal di Bagdad sampai akhirf hayatnya yakni
tahun 231 H. Negeri-negeri yang pernah kunjungi untuk belajar antara lain adalah Basrah,
Mekkah, Madinah, Syam dan Yaman. Ia pernah berguru kepada Imam Syafi’I di Bagdad dan
menjadi murid Imam Syafi’I yang terpenting, bahkan ia menjadi mujtahid sendiri. Menurut
Imam Ahmad, sumber hukum pertama adalah Al-Nushush, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits yang
marfu. Apabila persoalan hukum sudah didapat dalam nash-nash tersebut, ia tidak beranjak ke
sumber lain, tidak pula mnggunakan “metode ijtihad”. Apabila terdapat perbedaan pendapat di

8Hadi Daeng Mapuna, pembentukkan dan perkembangan hukum islam pada masa kodifikasi dan imam-
imam mujtahid, Al-Daulah Vol. 7/ No.1/ Juni 2018
9Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers),hlm,181-187
10Dr. Muhammad Zuhri, islam dalam lintasan sejarah, Cet. 1( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm.,
107

8
antara para sahabat, maka Imam akan memilih pendapat yang paling dekat dengan Al-Qur’an
dan Al-Sunnah.11

D. MASA KELESUAN PEMIKIRAN (ABAD X-XIX M)


Sejak abad kesepuluh dan kesebelas Masehi, ilmu hukum Islam mulai berhenti
berkembang.Para ahli hukum pada masa ini hanya membatasi diri, mempelajari pikiran-pikiran
para ahli hukum sebelumnya yang telah dituangkan dalam berbagai madzab.Yang menjadi ciri
umum pemikiran hukum dalam periode ini adalah para ahli hukum tidak lagi memusatkan
usahanya untuk memahami prinsip-prinsip atau ayat-ayat hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan Al-Sunnah, tetapi pikiran-pikirannya ditumpukkan pada pemahaman dan perkataan-
perkataan, pikiran-pikiran hukum para imam-imamnya.Dinamika yang terus-menerus tidak lagi
ditampung dengan pemikiran hukum pula.Pada saat itu masyarakat yang terus berkembang tidak
di iringi dengan pengembangan pemikiran hukum Islam berhenti.Keadaan ini dalam sejarah di
kenal dengan periode “kemunduran” dalam perkembangan hukum Islam. Yang disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Kesatuan wilayah Isam yang luas, telah retak dengan munculnya beberapa negara baru
baik di Eropa, Afrika, Timur Tengah dan Asia.
b. Ketidak stabilan politik yang menyebabkan ketidak stabilan berfikir.
c. Pecahnya kesatuan kenegaraan/pemerintahan itu menyebabkan merosotnya kewibawaan
pengendalian perkembangan hukum.
d. Dengan demikian timbullah gejala kelesuan berpikir dimana-mana dan para ahli tidak
mampu lagi menghadapi perkembangan keadaan dengan mempergunakan akal pikiran
yang merdeka dan bertanggungjawab. Dengan demikian perkembangan hukum Islam
menjadi lesu dan tidak berdaya menghadapi tantangan zaman.12

E. MASA KEBANGKITAN KEMBALI (ABAD XIX SAMPAI SEKARANG)


Setelah mengalami kelesuan, kemunduran beberapa abad lamanya, pemikiran Islam
bangkit kembali.Ini terjadi pada bagian kedua abad ke-19. Kebangkitan kembali pemikiran islam
timbul sebagai reaksi terhadap sikap taqlid tersebut di atas yang telah membawa kemunduran
hukum islam. Munculah gerakan-gerakan baru di antara gerakan para ahli hukum yang

11Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers),.,hlm,187-194
12Ibid.,hlm,194-196

9
menyarankan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Gerakan ini, dalam kepustakaan disebut
gerakan salaf yang ingin kembali kepada kemurnian ajaran islam jaman salaf (permulaan)
generasi awal dahulu.
Sebagai reaksi terhadap taqlid di atas pada periode kemunduraan itu sendiri telah muncul
beberapa ahli yang ingin tetap melakukan ijtihad, untuk menampung dan mengatasi persoalan-
persoalan perkembangan masyarakat. Pada abad ke 14 telah timbul seorang mujtahid besar,
namanya Ibnu Taimiyyah dan muridnya Ibnu Qayyim al-Jauziah. Dilanjutkan pada abad ke 17
oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab yang terkenal dengan gerakan Wahabi yang mempunyai
pengaruh pada gerakan Padri di Minangkabau (Indonesia). Usaha ini dilanjutkan kemudian oleh
Jamaluddin Al-Afghani di lapangan politik.Ia menilai kemunduran umat islam disebabkan antara
lain karena penjajahan barat. Karena itu, agar umat islam dapat maju kembali, untuk itu ia
menggalang persatuan seluruh umat islam yang terkenal dengan nama Pan Islamise.
Cita-cita Jamaluddin kemudian dilanjutkan oleh muridnya Mohammad Rasjid Ridha yang
mempengaruhi pemikiran umat islam diselluruh dunia. Di Indonesia, Muhammadiyah yang
didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan di Yogyakarta tahun 1912. Paham Ibnu Taimiyah, seorang
tokoh pemikir abad ke 14 membagi ruang lingkup agama islam ke dalam dua bidang besar yakni
ibadah dan muamalah, ditingkat perguruan tinggi. Merumuskan dan menyatakan kembali ajaran
islam menurut alam pikiran modern, mempertahankan atau membela jaran islam dari pengaruh
barat dan serangan agama lain, membebaskan negeri-negeri yang penduduknya beragama islam
dari belenggu penjajahan.13
Menurut Mohammad Abduh, dalam kehidupan social, kemiskinan dan kebodohan
merupakan sumber kelemahan umat masyarakat islam. Oleh Karen itu kemiskinan dan
kebodohan harus diperangi melalui pendidikan.Selain itu poligami menurut Abduh adalah pintu
darurat yang hanya dapat dilalui kalau terjadi sesuatu yang dapat membahayakan kehiduan
perkawinan dan keluarga. Mengenai mazhab, Mohammad Abduh bermaksud hendak
menghapuskan dinding pemisah antara mazhab, dan menganjurkan umat islam untuk memenuhi
syarat kembali lagi menggali hukum islam dari simbernya yang asli yakni Al-Qur’an dan Al-
Sunnah. Ia bermaksud pula mengembalikan fungsi akal pikiran ke tempatnya yang benar dan
mempergunakannya secara baik untuk memecahkan berbagai masalah dalam hidup dan
kehidupan manusia pada zamannya.

13Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers),hlm,197-198

10
Zaman kebangkitan pemikiran hukum islam dilanjutkan sekarang dengan system baru
dalam meperlajari dan menulis hukum islam. Disamping system pemberian materi kuliah
khusunya di fakultas hukum yang telah berubah tersebut, juga diadakan cara-cara islam dalam
menuliskan hukum islam. Selain kebangkitan pemikiran hukum islam dikalangan orang-orang
islam sendiri, terutama di masa akhir-akhir ini, perhatian dunia terhadap perkembangan hukum
islam menjadi bertambah. Dalam rangka kembali pada hukum islam, akhirnya di Lybia dibentuk
suatu panitia ilmiah hukum yang akan mempelajari hukum islam secara mendalam, dibawah
pimpinan seorang ahli hukum terkenal bernama Ali Mansur. Panitia ini bertugas meneliti dan
mepelajari hukum islam dalam segala bidang. Bahan-bahan hukum yang mereka pergunakan
dalam menyusun kodifikasi hukum islam itu bukan hanya bahan-bahan yang terdapat di
kalangan ahli sunnah saja, tetapi juga dari aliran yang terdapat dalam semua bahan-bahan hukum
itu, dan memilih dengan hati-hati pemikiran yang sesuai dengan kondisi dan situasi umat
islam.14

F. PEMBARUAN HUKUM ISLAM DI BEBERAPA NEGARA ISLAM


1. Turki
Pembaruan hukum islam dimulai sejak abad ke 13 H, pertama kali yang menyeponsori
pembaruan hukum islam adalah Negara Turki, yang waktu itu berusaha mereformasi system
pengadilannya dengan memasukan peradilan agama dalam pengadilan umum. Namun, hakim
yang dipekerjakan di pengadilan umum bukan dari ahli hukum islam dan belum terlatih dalam
menetapkan hukum islam sesuai dengan metode yang telah ditetapkan oleh ulama. Situasi ini
menghendaki perbaikan, yaitu mengkodifikasi berbagai masalah hukum islam dalam suatu nuku
agar mudah dirujuk dan diambil hukumnya oleh para hakim dalam memutuskan perkara.
Kodifikasi ini berhasil disusun oleh sebuah panitia yang ditunjuk oleh sultan pada tahun 1285-
1293 H yang materinya diambil dari kalangan Mazhab Hanafi.15
Undang-undang hukum Islam ini berisi 1851 pasal dan 16 bab yang terdiri dari bab jual
beli, sewa menyewa, pemeliharaan anak, pemindahan piutang, jaminan atau gadai, titipan,
perampasan dan perusakan,perdamaian, dan pembebasan. Atas perintah sultan undang-undang
ini harus diterapkan oleh Pengadilan Negara dalam menyelesaikan berbagai persoalan
hukum.Pada tahun 1917 pemerintah Turki Ottoman mengeluarkan undang-undang Hukum

14Mohammad Daud Ali, Hukum islam pengantar ilmu hukum dan tata hukum islam di Indonesia, (Jakarta:
Rajawali Pers),hlm,199-202
15 Dr. H. Bagir Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers), hlm., 239

11
Keluarga yang disebut dengan Ottoman law of Family Right (Qanun Qarar al-Huquq al-‘Ailah
al-Uthmaniah). Karena kurang puas dengan undang-undang ini, pada tahun 1923 pemerintah
Turki membentuk panitia untuk membuat draft undang-undang baru. Akan tetapi, para ahli
hukum yang di serahi tugas untuk memperbaharui undang-undang itu, meskipun telah bekerja
sama selama 5 tahun, tidak berhasil menysun undang-undang baru sebagai mana yang di
harapkan.
Pada tahun 1954 pemerintah Turki menerbitkan Turkeys Family Law 1954 yang
mengadministrasikan hukum perkawinan ke Badan Peradilan Negara dan megurangi sedikit
ketentuan yang di anggap tidak begitu penting dalam hukum perkawinan Islam. Di Turki sudah
lama berkembang paham bahwa perkawinan lelaki Muslim dengan Wanita kitabiyah adalah
halal, sehingga ada hubungan agama dan ras antara orang Turki dengan orang Semenanjung
Balkan, Bosnia, dan lain-lain. Menurut ahli hukun Islam di daerah Bosnia dan Semenanjung
Balkan jika seorang istri yang mengaku murtad ke agama lain tidak secara otomatis bercerai
dengan suaminya, karena alasan murtad tersebut kadang-kadang hanya di jadikan alasan untuk
bercerai di muka sidang pengadilan. Metode yang digunakan dalam pembaruan Hukum Islam di
Turki adalah metode adopsi hukum Islam klasik yang sudah dikodofikasi dengan
mengawinkannya dengan hukum adat setempat, menjadikan hukum Islam sebagai Bagian dari
hukum Positif.16
2. Republik Arab Mesir
Ketika Napoleon menduduki Mesir pada tahun 1798 M, hukum yang berlaku dalam
masyarakat adalah hukum Islam. Pada tahun 1875 M beberapa undang-undang Prancis
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan sekaligus diberlakukan di berbagai Pengadilan
Campuran Mesir. Selanjutnya pada tahun 1883 M undang-undang positif diseluruh
Mesir.Program ini berakhir dengan menghapus lembaga Pengadilan Agama pada tahun 1995 M
dan memasukkan kewenangannya ke dalam yuridiksi lembaga Pengadilan Umum. Sebelum
hukum Mesir terkontaminasi dengan hukum Prancis dan hukum Barat lainnya, hukum yang
berlaku adalah hukum yang tidak terpisahkan dengan syarat Islam.Setelah kedatangan penjajah
Barat, hukum yang tertinggal adalah hukum prival yang dikenal dengan hukum-hukum keluarga
(al-ahwal asy-syahsyiyah). Dalam masyarakat Mesir ada pemahaman bahwa syariat Islam terdiri
dari kaidah-kaidah dan asas-asas yang dikehendaki oleh masyarakat, dan tidak layak bagi
pembuat undang-undang untuk menghindar dari kaidah dan asas-asas tersebut.17

16Dr. H. Bagir Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers), hlm.,240-242
17Ibid., hlm. 242-244

12
Pembaruan hukum Islam di Mesir dalam bidang keluarga meliputi: pertama, pencatatan
perkawinan merupakan hal yang penting sebagai alat pembuktian. Kedua, perkawinan antara
berbeda agama hanya dibenarkan dengan wanita ahli kitab. Di Indonesia tidak di benarkan kawin
beda agama. Ketiga, seorang wanita dibenarkan membuat perjanjian perkawinan dengan calon
suaminya untuk tidak dimadu, sedangkan dalam komplikasi hukum Islam hal ini tidak di
atur.Keempat, saksi dalam pernikahan adalah dua orang saksi laki-laki, atau 1 saksi laki-laki dan
2 wanita, sedangkan dalam hukum acara peradilan di Indonesia tidak dibedakan sepanjang
memenuhi batas minimal pembuktian. Kelima, poligami tidak perlu izin pengadilan lebih dahulu
sebelum perkawinan dilaksanakan.Keenam, wasiat wajibah hanya diberikan kepada cucu dari
anak perempuan., sedangkan di Indonesia wasiat wajibah hanya diberikan kepada anak angkat
dan bapak angkat saja.18
3. Negara Malaysia
Di Asia Tenggara, Malaysia tercatat sebagai Negara pertama yang melakukan pembaruan
hukum Islam, terutama hal-hal yang berhubungan dengan hukum-hukum keluarga. Isi pokok
peraturan perundang-undangan ini adalah: pertama, mengharuskan pencatat perkawinan dan
perceraian bgi orang-orang Islam. Kedua, pegawai yang berhak melakukan pencatatan nikah
adalah qadhi.Mengingat pluralitas penduduk yang menyangkut ras, etnik dan agama di Malaysia,
maka beragam pula budaya dalam kehidupan warganya.Meskipun, Malaysia memiliki agama
resmi yaitu Islam, tetapi warga negaranya ada kebebasan untuk memeluk agama. Etnik yang
berbeda mengakibatkan berbeda pula gaya kehidupannya, sehingga bagi warga Negara yang
non-Muslim yang semula berkelakuan Christian Marriage Ordinance 1952 dalam bidang hukum
perkawinan diperbaharui dengan Marriage and Divorce Act 1976.19

18Dr. H. Bagir Manan, Reformasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers), hlm.,246-247
19Ibid., hlm. 247-248

13
KESIMPULAN

Hukum Islam telah dilakukan pembagian tergantung pada tujuan yang mereka pergunakan
dalam menggunakan pentahapan.Ada yang membaginya kedalam 5, 6, dan 7 tahapan. Namun
pada umumnya mereka membagi perkembangan dan pertumnuhan hukum islam kedalam 5
tahapan yaitu:

b. Masa Nabi Muhammad SAW


Kedudukan anak laki-laki sangat penting dalam sebuah keluarga karena melalui anak laki-
laki inilah garis keterunan mereka akan berlanjut dan dapat membawa nama baik bagi keluarga.
Sedangkan kedudukan wanita sangat rendah wanita hanya dibebani kewajiban tanpa diberi
imbalan hak sama sekali. Karena itu pula jika lahir anak perempuan dalam sebuah keluarga maka
semua anggota keluarga yang bersangkutan akan merasa sangat malu.
c. Masa Khulafaur Rasyidin
Dengan wafatnya Nabi Muhammad, berhentilah wahyu yang turun selama 22 tahun 2
bulan 22 hari yang beliau terima melalui malaikat Jibril. Demikian juga halnya dengan Sunnah
yang berakhir pula setelah wafatnya Rasulullah. Kedudukan Nabi sebagai utusan Allah tidak
mungkin diganti, tetapi tugas beliau sebagai pemimpin masyarakat islam dan kepada negara
berpindah kepada Khulafaur Rasyidin. Pengganti Nabi sebagai khalifah dipilih dari kalangan
sahabat Nabi sendiri. Pada masa khulafaur Rasyidin ini perkembangan hukum islam dibagi
menjadi 4 periode
d. Masa Pembinaan, Pengembangan dan pembukuan
Periode ini berlangsung pembinaan hukum islam dilakukan pada masa pemerintahan
khalifah umayyah dan khalifah abbasiyah. Dimasa inilah para ahli hukum yang yang
menemukan dan merumuskan garis hukum fikih islam muncul sebagai teori hukum islam yang
masih digunakan sampai sekarang.
e. Masa Kelesuan Pemikiran
Sejak abad kesepuluh dan kesebelas Masehi, ilmu hukum Islam mulai berhenti
berkembang.Para ahli hukum pada masa ini hanya membatasi diri, mempelajari pikiran-pikiran
para ahli hukum sebelumnya yang telah dituangkan dalam berbagai madzab.Yang menjadi ciri
umum pemikiran hukum dalam periode ini adalah para ahli hukum tidak lagi memusatkan
usahanya untuk memahami prinsip-prinsip atau ayat-ayat hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan Al-Sunnah, tetapi pikiran-pikirannya ditumpukkan pada pemahaman dan perkataan-
perkataan, pikiran-pikiran hukum para imam-imamnya.

14
f. Masa Kebangkitan Kembali
Setelah mengalami kelesuan, kemunduran beberapa abad lamanya, pemikiran Islam
bangkit kembali.Ini terjadi pada bagian kedua abad ke-19. Kebangkitan kembali pemikiran islam
timbul sebagai reaksi terhadap sikap taqlid tersebut di atas yang telah membawa kemunduran
hukum islam. Munculah gerakan-gerakan baru di antara gerakan para ahli hukum yang
menyarankan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Gerakan ini, dalam kepustakaan disebut
gerakan salaf yang ingin kembali kepada kemurnian ajaran islam jaman salaf (permulaan)
generasi awal dahulu.

15
DAFTAR PUSTAKA

As-Sayis, Muhammad Ali. 1996. Sejarah pembentukan dan perkembangan hukum islam.
Jakarta: Akademia Pressindo

Daud Ali, Mohammad. 2014. Hukum islam pengantar hukum dan tata hukum islam di Indonesia.
Jakarta: Rajawali Pers

Daeng Mapuna, Hadi.pembentukkan dan perkembangan hukum islam pada masa kodifikasi dan
imam-imam mujtahid. Al-Daulah Vol. 7/ No.1/ Juni 2018

Idri. 2015. Epistemologi ilmu pengetahuan, ilmu hadits dan ilmu hukum islam. Jakarta:
Prenadamedia Group

Manan, Bagir. 2013. Reformasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers

Suhendra, Ahmad.Jurnal Studi Hukum Islam.Vol.1. No.1.Januari-Juni 2014. ISSN:2356-0150

Zuhri, Dr. Muhammad. 1996. Hukum islam dalam lintasan sejarah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada

16

Anda mungkin juga menyukai